Malam itu, Kevin tidak bisa tidur. Pikirannya dipenuhi kegelisahan yang tak kunjung reda sejak Gina menghilang lagi. Dia sudah bersiap untuk melamar Gina di hadapan kedua orang tuanya, berharap hubungan mereka akan menjadi nyata dan resmi di mata semua orang. Namun, sekali lagi, Gina menghilang begitu saja dengan alasan “urusan bisnis di luar negeri.” Kevin tahu betapa sibuknya Gina, tapi ini terlalu sering terjadi. Terlalu sering Gina mengabaikan momen-momen penting dalam hidup mereka demi pekerjaannya.Satu hal yang terus menghantuinya adalah rumor yang semakin santer terdengar—rumor tentang kedekatan Gina dengan seorang pengusaha sukses bernama Gani. Kevin mendengar dari teman-temannya bahwa Gani bukan hanya sekadar mitra bisnis bagi Gina, tetapi seseorang yang memiliki perasaan untuknya. Berita itu semakin menambah kerisauan Kevin. Perasaannya bercampur antara cemburu, marah, dan takut kehilangan satu-satunya wanita yang membuatnya merasa hidup.Pagi itu, Kevin memutuskan untuk me
Kevin tidak bisa berhenti memikirkan percakapan dengan Gani. Kata-kata pria itu masih terngiang di telinganya, menghancurkan sisa-sisa harapan yang Kevin pegang. Namun, meski hatinya terluka, Kevin tahu dia tidak bisa menyerah begitu saja. Dia harus mendengar semuanya langsung dari Gina. Dia butuh klarifikasi dari wanita yang selama ini dia pikir adalah cinta sejatinya. Maka, tanpa ragu lagi, Kevin memutuskan untuk menemui Gina. Dia menghubungi asistennya, memintanya untuk mengatur pertemuan.***Hari itu, Kevin menunggu di sebuah restoran mewah, tempat di mana dia dan Gina sering menghabiskan waktu bersama. Restoran ini penuh kenangan, tapi kini tempat itu terasa asing baginya. Kevin duduk dengan gelisah, tangannya mengepal di atas meja. Dia sudah memutuskan, apapun jawabannya, dia siap mendengarnya langsung dari Gina.Tak lama kemudian, Gina muncul. Dia masuk dengan anggun, mengenakan gaun biru yang memancarkan pesona seorang wanita sukses. Wajahnya terlihat tenang, seolah tak ada m
Kevin duduk di meja kerjanya, memandangi laporan keuangan yang semakin hari semakin memburuk. Setiap baris angka seolah menghujam dadanya dengan kenyataan pahit: perusahaan yang ia bangun dengan susah payah, tempat ia menghabiskan sebagian besar hidupnya, kini di ambang kehancuran. Saham perusahaannya terjun bebas, kepercayaan para investor menipis, dan lebih buruk lagi, dia harus menghadapi kenyataan bahwa Gina adalah penanam modal terbesar di perusahaannya.Hubungan mereka yang dulu penuh janji kini hanya meninggalkan perasaan canggung dan malu. Gina sudah berulang kali menghindar dari Kevin, dan sejujurnya, Kevin juga tidak tahu bagaimana harus berhadapan dengannya. Setelah telepon dari Gani yang mengabarkan pernikahannya dengan Gina, Kevin merasa seperti dihantam badai dari segala arah. Tidak hanya kehilangan cinta, tetapi juga melihat kehancuran bisnisnya.Setiap kali memikirkan Gina, Kevin merasa terjebak dalam lingkaran rasa bersalah, kekecewaan, dan kebingungan. Gina bukan sek
Kevin duduk di ruang tamunya yang sunyi, menatap ponselnya yang terus bergetar. Pemberitahuan demi pemberitahuan masuk—berita buruk tentang perusahaannya yang semakin merosot, investor yang menarik diri, hingga kabar terbaru yang paling menyakitkan: perusahaan ayahnya, yang dibangun dengan kerja keras selama puluhan tahun, kini berada di ambang kehancuran. Semua akibat keputusannya yang salah. Haris, ayah Kevin, telah memercayakan sebagian besar aset keluarganya kepada Kevin. Keyakinannya bahwa putra satu-satunya mampu mengelola perusahaan dengan baik ternyata keliru.Gina juga memainkan peran besar dalam kekacauan ini. Sebagai investor terbesar di perusahaan Kevin, dia telah memberikan modal besar yang Kevin gunakan untuk mengembangkan proyek-proyek ambisius. Namun, kepercayaan itu menjadi pedang bermata dua ketika hubungan mereka kandas. Kini, Gina memiliki kendali besar atas nasib perusahaan Kevin, dan lebih buruk lagi, atas keluarga Kevin sendiri.Kevin menatap kosong ke luar jend
Kevin terduduk di kursi ruang kerjanya, membiarkan kegelapan malam merayap masuk melalui jendela besar yang menghadap kota. Sudah berhari-hari ia hidup dalam kabut penyesalan dan kekecewaan. Perusahaannya kian terpuruk, sahamnya jatuh bebas, dan seluruh fondasi yang telah ia bangun selama bertahun-tahun kini nyaris hancur. Tak hanya kehilangan bisnis yang menjadi kebanggaannya, Kevin juga harus menghadapi kenyataan pahit bahwa orang tuanya, Haris dan Helena, kini kecewa berat padanya.Namun, di tengah kekacauan itu, ada satu bayangan yang terus menghantui pikirannya, bayangan seorang wanita yang pernah mencintainya dengan tulus — Alexa. Rasa penyesalan menyesak di dadanya setiap kali mengingat nama itu. Alexa, wanita yang pernah memberinya cinta sejati, cinta yang dulu ia abaikan tanpa berpikir panjang. Dan semua itu karena kelicikan Nora, kekasih lamanya, yang berhasil membuatnya buta terhadap apa yang benar-benar berharga.Kevin teringat kembali pada masa-masa ketika Alexa hadir dal
Kevin melangkah pelan menuju makam itu, dengan hati yang begitu berat. Ini bukan kali pertama ia datang ke sini, tapi kali ini rasanya jauh lebih menyesakkan. Di depannya, nisan putih sederhana bertuliskan nama bayi yang tidak sempat ia lihat lahir ke dunia: *Bayiku, malaikat kecilku*. Alexa telah menamai mereka begitu saat kehamilan lima bulan itu berlangsung. Bayi yang seharusnya lahir dengan selamat, namun takdir berkata lain, dan Kevin tidak ada di sana saat Alexa mengalami kecelakaan yang merenggut nyawa anak pertama mereka.Setiap langkah mendekati makam itu terasa seperti menambah beban di pundaknya. Ia ingat saat Alexa menghubunginya, memintanya untuk datang saat ia merasa ada yang tidak beres dengan kehamilannya. Namun, Kevin, terlalu sibuk dengan pekerjaannya dan terpengaruh oleh kata-kata Nora, menunda kedatangannya. Ia menutup telinga terhadap rasa takut dan cemas yang disuarakan Alexa. Hanya setelah kecelakaan itu terjadi, Kevin baru menyadari apa yang telah ia abaikan.B
Gina, yang sekarang telah menikah dengan Gani, berdiri di balkon rumahnya yang menghadap ke taman kecil di belakang rumah. Udara malam terasa sejuk, tetapi hatinya tetap gundah. Dia menatap langit berbintang, mencoba menemukan ketenangan, namun pikirannya terus melayang pada Kevin. Bagaimanapun juga, pria itu adalah bagian dari masa lalunya yang tak bisa ia hilangkan begitu saja. Setiap malam, bayangan Kevin yang menangis di depan makam anak mereka kembali menghantui pikirannya. Betapa ia ingin berlari ke sana dan memberitahu Kevin bahwa mereka masih memiliki Keiva, putri kecil mereka yang hidup dan sehat. Tapi sekarang, Gina sudah terikat dalam pernikahan baru, dan ia tak tahu harus berbuat apa.Gani, suaminya, masuk ke dalam kamar dengan langkah pelan, mengamati Gina yang berdiri di balkon. Gani adalah pria yang baik, sabar, dan penuh kasih sayang. Mereka bertemu setahun setelah kecelakaan yang mengubah hidup Gina. Gani telah membantu Gina bangkit dari keterpurukan, memberinya kesem
Kevin tidak pernah menyangka perjalanan ke luar negeri kali ini akan membawanya ke sebuah titik penting dalam hidupnya. Dengan hati yang masih penuh luka, dia menemani ayahnya, yang baru saja mengalami stroke, untuk berobat ke salah satu rumah sakit terkemuka di negara yang jauh dari hiruk-pikuk kehidupannya di rumah. Kevin tidak banyak berbicara dalam perjalanan ini, pikirannya masih terjebak pada kesalahan masa lalunya dan rasa kehilangan yang tak pernah hilang. Dia telah lama menyesali kesalahan yang membuatnya kehilangan Alexa dan anak pertama mereka.Ketika tiba di rumah sakit, Kevin membantu ayahnya masuk ke ruang tunggu sementara mereka menunggu giliran bertemu dokter spesialis. Saat itu, Kevin mencoba untuk mengalihkan pikirannya, namun entah mengapa ada rasa tak nyaman di dadanya, seakan ada sesuatu yang akan terjadi. Saat Kevin duduk menunggu di ruang tunggu, tatapannya tiba-tiba tertuju pada seorang gadis kecil yang duduk tak jauh darinya, ditemani oleh seorang pengasuh.Ga
Setelah kejadian malam itu, Gina dan Kevin merasa ada sesuatu yang berubah dalam hubungan mereka. Bukan dalam bentuk jarak, tetapi sebaliknya—perasaan saling pengertian dan kedekatan yang lebih mendalam. Gina, yang semula dibelenggu oleh kecurigaan dan rasa cemburu, kini merasa lega. Kevin, di sisi lain, merasakan beban yang terangkat karena tidak lagi harus menyembunyikan rencana kejutan untuk ulang tahun istrinya.Beberapa hari kemudian, ulang tahun Gina tiba. Kevin sudah merencanakan acara kejutan kecil di rumah mereka. Sejak insiden di mana Gina mengetahui tentang kalung berlian itu, Kevin berusaha memberikan lebih banyak perhatian. Ia pulang lebih awal, membantu di rumah, dan sering kali memastikan mereka memiliki waktu berkualitas bersama, meski hanya sekadar menonton film atau berjalan-jalan di sekitar lingkungan mereka. Gina pun mulai merasa lebih tenang dan percaya pada Kevin, berusaha membuang jauh-jauh rasa cemburu yang sempat mengganggunya.Malam ulang tahun Gina dimulai d
Beberapa hari kemudian, Gina merencanakan untuk mengikuti Kevin. Ia telah mengumpulkan cukup keberanian, dan perasaan curiga yang membebani pikirannya semakin sulit diabaikan. Malam itu, Gina mengatur alarm di ponselnya dengan pelan, lalu menunggu saat Kevin pulang terlambat seperti biasanya. Ketika Kevin akhirnya tiba di rumah, ia tampak lelah seperti biasa, menjelaskan bahwa rapat berlangsung lebih lama dari yang diperkirakan.Gina berusaha menahan diri, pura-pura tersenyum dan memberikan pelukan hangat. Namun, pikirannya sudah penuh dengan rencana. Ia bertekad untuk mencari tahu apakah ada sesuatu yang lebih dari sekadar "proyek kerja" antara Kevin dan Karla.Keesokan harinya, Gina mengamati Kevin dengan cermat saat ia bersiap-siap pergi ke kantor. Sesaat setelah Kevin keluar dari rumah, Gina segera menyusul, memastikan jaraknya cukup jauh sehingga Kevin tidak akan menyadari bahwa ia sedang diikuti. Jantungnya berdebar kencang sepanjang perjalanan. Gina mencoba menenangkan diri, me
Malam itu, meski Kevin sudah berusaha meyakinkannya, Gina masih tak bisa sepenuhnya mengusir rasa cemas yang menyelimuti hatinya. Setelah Kevin tertidur di sampingnya, Gina terjaga dalam kegelapan, pikirannya terus memutar ulang percakapan mereka. Hatinya gelisah. Sesuatu di balik senyum ramah Karla dan reaksi Kevin yang canggung saat melihatnya di kafe tidak bisa ia abaikan.Beberapa hari berlalu, dan Gina mulai memperhatikan perubahan kecil dalam perilaku Kevin. Ia menjadi lebih sering pulang terlambat, selalu dengan alasan pekerjaan atau rapat mendadak. Setiap kali Gina mencoba mengajak Kevin berbicara tentang perasaannya, Kevin akan menjawabnya dengan nada lembut namun penuh penjelasan logis, seolah tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Namun, semakin banyak Kevin beralasan, semakin Gina merasa dirinya diabaikan.Suatu malam, ketika Kevin kembali terlambat lagi, Gina memutuskan untuk mengambil tindakan. Ia tidak bisa lagi duduk diam dan menunggu sesuatu terjadi. Setelah anak-anak ti
Gina tidak langsung mendekati Kevin dan Karla. Ia berdiri dari kejauhan, memperhatikan suaminya tertawa lepas dengan wanita lain—wanita dari masa lalunya. Hati Gina berdebar keras, sementara pikirannya dipenuhi berbagai pikiran yang berkecamuk. Ia tahu, sebagai seorang istri, Kevin selalu jujur padanya, dan Gina berusaha untuk mempercayai suaminya. Tapi melihat kedekatan Kevin dengan Karla membuat hatinya tak tenang. Gina menggenggam erat tasnya, mencoba meredam emosi yang mulai naik.Saat Gina akan berbalik pergi, tanpa disadari, tatapan Kevin tertuju padanya. Wajahnya berubah seketika—senyum yang tadi mengembang kini tergantikan oleh keterkejutan. Karla, yang menyadari perubahan ekspresi Kevin, mengikuti arah pandangannya dan juga melihat Gina."Hei, Gina?" sapa Kevin dengan nada ragu. "Apa yang kamu lakukan di sini?"Gina berusaha tersenyum meski hatinya tak menentu. "Aku hanya mampir sebentar untuk mengejutkanmu, mungkin kita bisa makan siang bersama," katanya pelan, mencoba terde
Kehidupan Kevin dan Gina setelah liburan di desa berjalan kembali ke ritme kota besar. Kevin tenggelam dalam pekerjaannya sebagai eksekutif di perusahaan besar, sementara Gina sibuk mengurus Keiva dan Keanu serta menjalankan bisnis kecil yang ia mulai dari rumah. Mereka masih sering mengenang momen indah di desa, dan meski topik tentang anak ketiga jarang dibicarakan lagi, Kevin tidak pernah benar-benar melupakannya.Suatu sore, saat Gina sedang menyiapkan makan malam, Kevin tiba-tiba menerima telepon dari perusahaannya. Ada proyek besar yang memerlukan perhatiannya, dan rapat mendadak dijadwalkan. "Gina, aku harus ke kantor sebentar, ada rapat penting yang harus kuhadiri," katanya sambil mengambil jasnya."Rapat lagi?" tanya Gina sedikit kecewa, tapi ia tahu pekerjaan Kevin memang selalu menuntut. "Baiklah, tapi jangan pulang terlalu larut ya."Kevin tersenyum dan mencium keningnya sebelum berangkat. "Aku akan segera pulang. Aku janji."Di kantor, Kevin disambut dengan atmosfer yang
Kevin dan Gina memutuskan untuk menghabiskan liburan mereka bersama kedua anak mereka, Keiva dan Keanu, di sebuah desa kecil yang tenang, jauh dari hiruk-pikuk kota. Desa itu terletak di kaki gunung, dengan pemandangan yang menakjubkan dan udara yang sejuk. Bagi mereka, ini adalah kesempatan untuk melepas penat, bersantai, dan menikmati kebersamaan sebagai keluarga. Hari pertama di desa dimulai dengan sarapan yang sederhana namun lezat. Gina memasak roti panggang dengan selai buatan sendiri, sementara Kevin sibuk membantu Keiva dan Keanu bersiap-siap untuk berjalan-jalan. Keiva, yang kini berusia lima tahun, sangat antusias untuk menjelajahi desa dan melihat hewan-hewan di peternakan terdekat. Keanu, yang baru berusia satu tahun, juga tampak senang meskipun ia belum mengerti banyak tentang petualangan yang menunggu. Pagi itu, mereka berjalan menyusuri jalan setapak yang dipenuhi bunga liar. Kevin menggandeng tangan Keiva, sementara Gina menggendong Keanu yang terus tertawa melihat ku
Pernikahan kedua Kevin dan Gina yang sederhana namun penuh makna benar-benar menjadi awal baru bagi mereka. Setelah bertahun-tahun menghadapi berbagai ujian, mereka akhirnya bisa hidup bersama, kali ini dengan hati yang lebih terbuka dan ikatan yang lebih kuat. Mereka tak hanya memulai kembali kehidupan sebagai pasangan, tetapi juga sebagai orang tua dari dua anak, Keiva dan Keanu.Minggu-minggu setelah pernikahan mereka dipenuhi dengan kebahagiaan yang tiada tara. Keiva, putri pertama mereka yang kini berusia lima tahun, sangat gembira dengan kehadiran adik laki-lakinya. Setiap hari, dia selalu ingin membantu Gina merawat Keanu, mulai dari menghiburnya saat menangis hingga ikut mengganti popok. Keiva tampak sangat menyayangi adiknya, dan ini membuat Kevin serta Gina semakin bahagia melihat kasih sayang yang tumbuh di antara anak-anak mereka.Suatu pagi yang cerah, Kevin dan Gina duduk di teras rumah mereka yang nyaman, mengamati Keiva bermain dengan Keanu yang masih berbaring di kere
Hari itu adalah salah satu hari paling membahagiakan dalam hidup Gina dan Kevin. Setelah bertahun-tahun terpisah oleh berbagai masalah, mereka akhirnya bisa bersama lagi. Gina sudah berjuang keras menghadapi masa-masa sulit, dan kini dia bisa merasakan kebahagiaan sejati. Kevin, yang selama ini dipenuhi dengan penyesalan dan rasa bersalah, akhirnya mendapatkan kesempatan untuk menebus semua kesalahan dan memulai kembali hubungan mereka dari awal. Mereka berdua sedang duduk di ruang tamu rumah mereka, berbicara tentang masa depan, tentang rencana-rencana yang akan mereka jalani bersama sebagai sebuah keluarga. Gina tersenyum hangat sambil memegang perutnya yang sudah besar. Dia tengah hamil, dan hanya tinggal beberapa minggu lagi sampai kehamilan itu mencapai puncaknya. Kevin, yang duduk di sampingnya, menggenggam tangan Gina dengan penuh kasih sayang, membayangkan masa depan mereka bersama dengan anak yang akan segera lahir. "Rasanya seperti mimpi, Kev," kata Gina dengan mata yang
Kevin duduk di meja kerjanya dengan senyum tipis, menatap layar ponsel yang menampilkan pesan terbaru dari Gina. Sudah beberapa hari ini dia berpura-pura menjadi "Alex," sosok yang dia ciptakan untuk membuat kejutan kepada Gina. Hubungan mereka yang baru saja kembali pulih membuat Kevin ingin melakukan sesuatu yang istimewa untuk menunjukkan bahwa dia benar-benar berkomitmen. Namun, dia tahu Gina tidak akan menyangka bahwa Alex dan Kevin adalah orang yang sama. Itu adalah bagian dari kejutan yang dia rencanakan.Gina, di sisi lain, mulai merasa aneh dengan perhatian yang diberikan Alex kepadanya. Alex, yang tiba-tiba muncul di hidupnya, selalu mengirim pesan yang hangat dan penuh perhatian, sesuatu yang sebenarnya mengingatkannya pada Kevin. Meski hatinya masih terfokus pada Kevin, kedekatan dengan Alex membuat Gina sedikit bingung dan gelisah. Dia tidak ingin memberi kesan kepada Kevin bahwa dia tertarik pada pria lain, tetapi semakin lama, perhatian dari Alex semakin sulit diabaikan