Kevin tidak pernah menyangka perjalanan ke luar negeri kali ini akan membawanya ke sebuah titik penting dalam hidupnya. Dengan hati yang masih penuh luka, dia menemani ayahnya, yang baru saja mengalami stroke, untuk berobat ke salah satu rumah sakit terkemuka di negara yang jauh dari hiruk-pikuk kehidupannya di rumah. Kevin tidak banyak berbicara dalam perjalanan ini, pikirannya masih terjebak pada kesalahan masa lalunya dan rasa kehilangan yang tak pernah hilang. Dia telah lama menyesali kesalahan yang membuatnya kehilangan Alexa dan anak pertama mereka.Ketika tiba di rumah sakit, Kevin membantu ayahnya masuk ke ruang tunggu sementara mereka menunggu giliran bertemu dokter spesialis. Saat itu, Kevin mencoba untuk mengalihkan pikirannya, namun entah mengapa ada rasa tak nyaman di dadanya, seakan ada sesuatu yang akan terjadi. Saat Kevin duduk menunggu di ruang tunggu, tatapannya tiba-tiba tertuju pada seorang gadis kecil yang duduk tak jauh darinya, ditemani oleh seorang pengasuh.Ga
Gina baru saja menikah dengan Gani, dan sekarang mereka berada dalam perjalanan menuju luar negeri untuk bertemu dengan Kaiva, putri Gina dari pernikahan sebelumnya. Gina mengerti bahwa situasi ini akan menantang. Kaiva, yang masih kecil, tidak benar-benar mengerti apa yang terjadi dalam hidup ibunya dan sekarang harus beradaptasi dengan kehadiran sosok baru, Gani, sebagai ayah tirinya.Kaiva adalah hasil dari hubungan Gina dengan Kevin, pria yang dulu dikenalnya saat masih menggunakan nama samaran, Alexa. Hubungan mereka tidak berakhir baik, dan Kevin tidak pernah benar-benar hadir dalam hidup Kaiva. Namun, Gina telah berusaha sekuat tenaga memberikan yang terbaik bagi putrinya meskipun semua tantangan yang dia hadapi.Ketika mereka tiba di apartemen kecil tempat Kaiva tinggal bersama pengasuhnya, suasana hati Kaiva langsung berubah ketika melihat Gani. Gadis kecil itu tampak tidak nyaman, dan Gina, yang sangat mengenal putrinya, bisa merasakan ketidakpastian yang ada di mata Kaiva.
Kaiva sedang duduk di ruang tunggu rumah sakit, jari-jarinya menggenggam erat boneka beruang yang selalu ia bawa ke mana-mana. Kali ini, dia tidak hanya ditemani oleh babysitter-nya seperti biasa, tetapi juga oleh Gina, ibunya. Gina duduk di sebelahnya, mencoba menenangkan diri sementara pikirannya masih berputar tentang Kaiva dan hubungannya dengan Gani. Sementara itu, Gani sendiri sedang dalam perjalanan untuk menyusul mereka.Kaiva terlihat tidak sabar, matanya terus melirik ke arah pintu ruang tunggu. "Mama, kapan Om Beruang datang lagi?" tanyanya polos, menggoyangkan kakinya dengan penuh harapan.Gina mengerutkan dahi, sedikit bingung. "Om Beruang? Siapa yang kamu maksud, sayang?""Om yang baik itu, Mama. Yang aku temui waktu di rumah sakit dulu. Dia selalu bawa aku permen dan cerita lucu. Aku kangen sama dia," jawab Kaiva, matanya berbinar-binar penuh kegembiraan ketika berbicara tentang pria misterius itu.Gina masih belum bisa memecahkan siapa sosok "Om Beruang" yang dimaksud
Suasana di rumah sakit sore itu terasa tenang, hanya terdengar sesekali suara roda kursi rumah sakit berderit melintasi koridor. Gina berjalan cepat, tangan kirinya memegang tangan kecil Kaiva, gadis mungil berusia lima tahun yang sedang sakit. Mereka baru saja selesai menemui dokter, dan Gina hendak membawa Kaiva pulang. Namun, langkah Gina terhenti seketika ketika matanya menangkap sosok yang familiar di ujung koridor.Kevin.Wajahnya tampak tegang, sorot matanya langsung terarah pada Gina dan Kaiva. Sekilas, tubuhnya membeku, seolah-olah melihat hantu dari masa lalu. Gina juga tidak bisa menghindari perasaan yang tiba-tiba mencengkeram hatinya—Kevin, pria yang pernah begitu berarti dalam hidupnya, pria yang membuat hidupnya berantakan, kini berdiri hanya beberapa meter darinya."Alexa?" panggil Kevin, suaranya serak dan penuh keraguan. Matanya tidak bisa berpaling dari Kaiva, gadis kecil yang menggenggam erat tangan Gina.Gina menghela napas panjang. Sudah lama ia menunggu saat ini
Kevin duduk diam di ruang kerjanya, memandangi foto-foto di meja yang menunjukkan berbagai momen kehidupan pernikahannya dengan Alexa. Sudah beberapa hari berlalu sejak ia mengetahui fakta baru yang mengguncang perasaannya. Sekarang, hatinya dipenuhi dengan penyesalan yang mendalam atas semua keputusan buruk yang ia buat selama ini. Namun, kali ini Kevin tahu ia tidak bisa lagi menunda. Ia harus mengatakan semuanya kepada Alexa dan meminta maaf.Ia teringat saat pertama kali menikahi Alexa. Hubungan mereka dimulai dengan kebohongan, manipulasi, dan jebakan yang dirancang oleh Nora, mantan kekasihnya. Nora membuat skenario yang membuat Kevin percaya bahwa Alexa terlibat dalam sebuah rencana licik untuk menjebaknya menikahi dia. Dengan licik, Nora menanamkan rasa benci di hati Kevin terhadap Alexa. Pada saat itu, Kevin terlalu marah dan buta untuk melihat kebenaran. Dia merasa tertipu dan dipermainkan, dan semua kebenciannya tertuju pada Alexa. Ia tak pernah memberi Alexa kesempatan unt
Kevin kini menjalani kehidupan yang penuh dengan rahasia dan penyesalan. Meski pernikahannya dengan Alexa sudah lama berakhir, rasa bersalah terus menghantui setiap langkahnya. Terutama ketika ia teringat kepada putri mereka, Kaiva. Meskipun ia tidak lagi menjadi bagian dari kehidupan Alexa secara resmi, Kevin selalu merasa terhubung dengan Kaiva, buah cinta yang pernah mereka jalin. Namun, ia tahu bahwa Alexa, yang kini dikenal sebagai Gina, tidak akan pernah mengizinkannya mendekati Kaiva lagi.Itulah mengapa Kevin mengambil jalan yang lebih sulit—dia diam-diam meluangkan waktu untuk bertemu dengan Kaiva tanpa sepengetahuan Alexa. Setiap kali dia melihat putrinya tersenyum, hatinya terasa berat oleh penyesalan. Namun, pertemuan-pertemuan itu menjadi satu-satunya pelipur lara di tengah kehidupan yang penuh tekanan dan ketidakpastian.Setiap pertemuan dengan Kaiva selalu direncanakan dengan sangat hati-hati. Kevin harus memastikan bahwa Alexa tidak akan pernah mengetahuinya. Dia menge
Kevin duduk di dalam mobilnya, memandangi rumah besar yang berdiri megah di depannya. Rumah itu kini milik Gina, atau Alexa—nama yang lebih akrab di hatinya. Di balik dinding-dinding megah itu, ada putrinya, Keiva, yang selalu dia rindukan. Namun, sejak perceraian mereka, Gina melarang Kevin untuk menemui Keifa. Larangan itu terasa seperti belati yang menancap dalam di hatinya, memisahkan Kevin dari satu-satunya cahaya yang tersisa dalam hidupnya. Keiva adalah anak yang dia cintai lebih dari segalanya, meskipun kesalahannya di masa lalu membuatnya harus merelakan segalanya.Keiva kecil, meski masih berusia lima tahun, mulai merasakan ada sesuatu yang berubah. Sosok ayah yang biasa baru-baru ini dia rasa hadir dalam hidupnya kini tak lagi terlihat. Dia merindukan Kevin, sosok ayah yang dulu selalu ada untuk bermain dengannya di taman, membaca cerita sebelum tidur, dan tertawa bersama. Namun, sekarang semua itu hilang, digantikan oleh keheningan yang dingin.Setiap kali Keiva bertanya k
Kevin duduk di sebelah Keiva yang masih tertidur, rasa lega membanjiri hatinya saat melihat kondisi putrinya mulai membaik. Di luar kamar, Gina menatap mereka dengan perasaan campur aduk. Sementara itu, Gani, suami baru Gina, pulang dari pekerjaannya dengan langkah cepat, matanya langsung tertuju pada pintu kamar Keiva yang sedikit terbuka."Kevin di sini lagi?" tanya Gani, suaranya menahan amarah saat menghampiri Gina. "Apa yang dia lakukan di rumah kita?"Gina mendesah, mencoba menenangkan Gani yang sudah jelas merasa tersinggung. "Keiva sakit, Gani. Dia terus memanggil Kevin selama demamnya. Aku tidak punya pilihan lain.""Apa tidak ada pilihan lain selain memanggil mantan suamimu?" Gani menekan suaranya, meskipun jelas dia berusaha keras untuk menahan kemarahannya. "Kamu tahu bagaimana perasaanku tentang Kevin. Dia tidak seharusnya ada di sini."Gina menghela napas, rasa bersalah dan kelelahan memenuhi dirinya. "Aku tahu, tapi ini demi Keiva. Dia butuh ayahnya, dan Kevin tetap aya
Setelah kejadian malam itu, Gina dan Kevin merasa ada sesuatu yang berubah dalam hubungan mereka. Bukan dalam bentuk jarak, tetapi sebaliknya—perasaan saling pengertian dan kedekatan yang lebih mendalam. Gina, yang semula dibelenggu oleh kecurigaan dan rasa cemburu, kini merasa lega. Kevin, di sisi lain, merasakan beban yang terangkat karena tidak lagi harus menyembunyikan rencana kejutan untuk ulang tahun istrinya.Beberapa hari kemudian, ulang tahun Gina tiba. Kevin sudah merencanakan acara kejutan kecil di rumah mereka. Sejak insiden di mana Gina mengetahui tentang kalung berlian itu, Kevin berusaha memberikan lebih banyak perhatian. Ia pulang lebih awal, membantu di rumah, dan sering kali memastikan mereka memiliki waktu berkualitas bersama, meski hanya sekadar menonton film atau berjalan-jalan di sekitar lingkungan mereka. Gina pun mulai merasa lebih tenang dan percaya pada Kevin, berusaha membuang jauh-jauh rasa cemburu yang sempat mengganggunya.Malam ulang tahun Gina dimulai d
Beberapa hari kemudian, Gina merencanakan untuk mengikuti Kevin. Ia telah mengumpulkan cukup keberanian, dan perasaan curiga yang membebani pikirannya semakin sulit diabaikan. Malam itu, Gina mengatur alarm di ponselnya dengan pelan, lalu menunggu saat Kevin pulang terlambat seperti biasanya. Ketika Kevin akhirnya tiba di rumah, ia tampak lelah seperti biasa, menjelaskan bahwa rapat berlangsung lebih lama dari yang diperkirakan.Gina berusaha menahan diri, pura-pura tersenyum dan memberikan pelukan hangat. Namun, pikirannya sudah penuh dengan rencana. Ia bertekad untuk mencari tahu apakah ada sesuatu yang lebih dari sekadar "proyek kerja" antara Kevin dan Karla.Keesokan harinya, Gina mengamati Kevin dengan cermat saat ia bersiap-siap pergi ke kantor. Sesaat setelah Kevin keluar dari rumah, Gina segera menyusul, memastikan jaraknya cukup jauh sehingga Kevin tidak akan menyadari bahwa ia sedang diikuti. Jantungnya berdebar kencang sepanjang perjalanan. Gina mencoba menenangkan diri, me
Malam itu, meski Kevin sudah berusaha meyakinkannya, Gina masih tak bisa sepenuhnya mengusir rasa cemas yang menyelimuti hatinya. Setelah Kevin tertidur di sampingnya, Gina terjaga dalam kegelapan, pikirannya terus memutar ulang percakapan mereka. Hatinya gelisah. Sesuatu di balik senyum ramah Karla dan reaksi Kevin yang canggung saat melihatnya di kafe tidak bisa ia abaikan.Beberapa hari berlalu, dan Gina mulai memperhatikan perubahan kecil dalam perilaku Kevin. Ia menjadi lebih sering pulang terlambat, selalu dengan alasan pekerjaan atau rapat mendadak. Setiap kali Gina mencoba mengajak Kevin berbicara tentang perasaannya, Kevin akan menjawabnya dengan nada lembut namun penuh penjelasan logis, seolah tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Namun, semakin banyak Kevin beralasan, semakin Gina merasa dirinya diabaikan.Suatu malam, ketika Kevin kembali terlambat lagi, Gina memutuskan untuk mengambil tindakan. Ia tidak bisa lagi duduk diam dan menunggu sesuatu terjadi. Setelah anak-anak ti
Gina tidak langsung mendekati Kevin dan Karla. Ia berdiri dari kejauhan, memperhatikan suaminya tertawa lepas dengan wanita lain—wanita dari masa lalunya. Hati Gina berdebar keras, sementara pikirannya dipenuhi berbagai pikiran yang berkecamuk. Ia tahu, sebagai seorang istri, Kevin selalu jujur padanya, dan Gina berusaha untuk mempercayai suaminya. Tapi melihat kedekatan Kevin dengan Karla membuat hatinya tak tenang. Gina menggenggam erat tasnya, mencoba meredam emosi yang mulai naik.Saat Gina akan berbalik pergi, tanpa disadari, tatapan Kevin tertuju padanya. Wajahnya berubah seketika—senyum yang tadi mengembang kini tergantikan oleh keterkejutan. Karla, yang menyadari perubahan ekspresi Kevin, mengikuti arah pandangannya dan juga melihat Gina."Hei, Gina?" sapa Kevin dengan nada ragu. "Apa yang kamu lakukan di sini?"Gina berusaha tersenyum meski hatinya tak menentu. "Aku hanya mampir sebentar untuk mengejutkanmu, mungkin kita bisa makan siang bersama," katanya pelan, mencoba terde
Kehidupan Kevin dan Gina setelah liburan di desa berjalan kembali ke ritme kota besar. Kevin tenggelam dalam pekerjaannya sebagai eksekutif di perusahaan besar, sementara Gina sibuk mengurus Keiva dan Keanu serta menjalankan bisnis kecil yang ia mulai dari rumah. Mereka masih sering mengenang momen indah di desa, dan meski topik tentang anak ketiga jarang dibicarakan lagi, Kevin tidak pernah benar-benar melupakannya.Suatu sore, saat Gina sedang menyiapkan makan malam, Kevin tiba-tiba menerima telepon dari perusahaannya. Ada proyek besar yang memerlukan perhatiannya, dan rapat mendadak dijadwalkan. "Gina, aku harus ke kantor sebentar, ada rapat penting yang harus kuhadiri," katanya sambil mengambil jasnya."Rapat lagi?" tanya Gina sedikit kecewa, tapi ia tahu pekerjaan Kevin memang selalu menuntut. "Baiklah, tapi jangan pulang terlalu larut ya."Kevin tersenyum dan mencium keningnya sebelum berangkat. "Aku akan segera pulang. Aku janji."Di kantor, Kevin disambut dengan atmosfer yang
Kevin dan Gina memutuskan untuk menghabiskan liburan mereka bersama kedua anak mereka, Keiva dan Keanu, di sebuah desa kecil yang tenang, jauh dari hiruk-pikuk kota. Desa itu terletak di kaki gunung, dengan pemandangan yang menakjubkan dan udara yang sejuk. Bagi mereka, ini adalah kesempatan untuk melepas penat, bersantai, dan menikmati kebersamaan sebagai keluarga. Hari pertama di desa dimulai dengan sarapan yang sederhana namun lezat. Gina memasak roti panggang dengan selai buatan sendiri, sementara Kevin sibuk membantu Keiva dan Keanu bersiap-siap untuk berjalan-jalan. Keiva, yang kini berusia lima tahun, sangat antusias untuk menjelajahi desa dan melihat hewan-hewan di peternakan terdekat. Keanu, yang baru berusia satu tahun, juga tampak senang meskipun ia belum mengerti banyak tentang petualangan yang menunggu. Pagi itu, mereka berjalan menyusuri jalan setapak yang dipenuhi bunga liar. Kevin menggandeng tangan Keiva, sementara Gina menggendong Keanu yang terus tertawa melihat ku
Pernikahan kedua Kevin dan Gina yang sederhana namun penuh makna benar-benar menjadi awal baru bagi mereka. Setelah bertahun-tahun menghadapi berbagai ujian, mereka akhirnya bisa hidup bersama, kali ini dengan hati yang lebih terbuka dan ikatan yang lebih kuat. Mereka tak hanya memulai kembali kehidupan sebagai pasangan, tetapi juga sebagai orang tua dari dua anak, Keiva dan Keanu.Minggu-minggu setelah pernikahan mereka dipenuhi dengan kebahagiaan yang tiada tara. Keiva, putri pertama mereka yang kini berusia lima tahun, sangat gembira dengan kehadiran adik laki-lakinya. Setiap hari, dia selalu ingin membantu Gina merawat Keanu, mulai dari menghiburnya saat menangis hingga ikut mengganti popok. Keiva tampak sangat menyayangi adiknya, dan ini membuat Kevin serta Gina semakin bahagia melihat kasih sayang yang tumbuh di antara anak-anak mereka.Suatu pagi yang cerah, Kevin dan Gina duduk di teras rumah mereka yang nyaman, mengamati Keiva bermain dengan Keanu yang masih berbaring di kere
Hari itu adalah salah satu hari paling membahagiakan dalam hidup Gina dan Kevin. Setelah bertahun-tahun terpisah oleh berbagai masalah, mereka akhirnya bisa bersama lagi. Gina sudah berjuang keras menghadapi masa-masa sulit, dan kini dia bisa merasakan kebahagiaan sejati. Kevin, yang selama ini dipenuhi dengan penyesalan dan rasa bersalah, akhirnya mendapatkan kesempatan untuk menebus semua kesalahan dan memulai kembali hubungan mereka dari awal. Mereka berdua sedang duduk di ruang tamu rumah mereka, berbicara tentang masa depan, tentang rencana-rencana yang akan mereka jalani bersama sebagai sebuah keluarga. Gina tersenyum hangat sambil memegang perutnya yang sudah besar. Dia tengah hamil, dan hanya tinggal beberapa minggu lagi sampai kehamilan itu mencapai puncaknya. Kevin, yang duduk di sampingnya, menggenggam tangan Gina dengan penuh kasih sayang, membayangkan masa depan mereka bersama dengan anak yang akan segera lahir. "Rasanya seperti mimpi, Kev," kata Gina dengan mata yang
Kevin duduk di meja kerjanya dengan senyum tipis, menatap layar ponsel yang menampilkan pesan terbaru dari Gina. Sudah beberapa hari ini dia berpura-pura menjadi "Alex," sosok yang dia ciptakan untuk membuat kejutan kepada Gina. Hubungan mereka yang baru saja kembali pulih membuat Kevin ingin melakukan sesuatu yang istimewa untuk menunjukkan bahwa dia benar-benar berkomitmen. Namun, dia tahu Gina tidak akan menyangka bahwa Alex dan Kevin adalah orang yang sama. Itu adalah bagian dari kejutan yang dia rencanakan.Gina, di sisi lain, mulai merasa aneh dengan perhatian yang diberikan Alex kepadanya. Alex, yang tiba-tiba muncul di hidupnya, selalu mengirim pesan yang hangat dan penuh perhatian, sesuatu yang sebenarnya mengingatkannya pada Kevin. Meski hatinya masih terfokus pada Kevin, kedekatan dengan Alex membuat Gina sedikit bingung dan gelisah. Dia tidak ingin memberi kesan kepada Kevin bahwa dia tertarik pada pria lain, tetapi semakin lama, perhatian dari Alex semakin sulit diabaikan