Sementara itu di dalam kamarnya, tampak Catherine membersihkan hati-hati kedua mata Gabriel. Pria itu masih terdengar mengerang lirih saat ia mengusap kelopak matanya yang tertutup."Maafkan aku, Gabe. Aku tidak tahu kalau itu dirimu tadi. Masih perih? Coba kamu buka matamu."Terlihat anggukan pelan dari kepala Gabriel yang ada di pangkuan Catherine. Perlahan kelopak mata pria itu bergetar dan mulai mengerjap-ngerjap, dan akhirnya membuka. Pria itu terlihat menatap wajah gadis yang saat ini memandanginya dari atas. Keduanya tampak saling memandang dalam diam.Canggung, Catherine mengangkat kepala Gabriel yang berambut hitam dan membaringkannya hati-hati ke atas bantal. Terasa keringat yang membasahi rambut hitam legam pria itu. Keningnya masih terasa panas. Pria ini seperti sedang demam."Gabe? Kamu sedang sakit?"Baru saja tangan Catherine terangkat menjauh, salah satu tangan Gabriel mencengkeram pergelangannya dan memaksa gadis itu untuk memegang area bawah tubuhnya yang sedang terl
= Beberapa hari kemudian, setelah kejadian tendangan di pagi hari ="Kamu sudah sehat, Thunder? Sudah bisa datang ke kantor?"Tampak Gabriel yang berjas rapih tiga potong mengangguk pada ibunya. Ia juga mengecup pipi wanita itu."Aku baik-baik saja, mam. Hanya perlu istirahat beberapa hari kemarin."Ayahnya pun tampak keluar dari kamar tidurnya dan memegang dasinya yang belum terpasang. Pria baya itu menghampiri isterinya. "Sayang. Tolong pasangkan dasiku."Mengambil dasi itu, tampak Sharon memasangkan dasi suaminya dengan lihai. Pemandangan ini membuat Gabriel merasa iri. Dia juga ingin mendapatkan perlakuan yang serupa."Tadi mam tidak memasangkan dasi untukku."Kedua mata ayah dan ibunya membulat, sampai terdengar kekehan dari Stephen. "Aku tidak akan pernah mengizinkan Sharon untuk memasangkan dasi di lehermu, Thunder! Kalau kamu mau ada seseorang yang melakukannya, maka segeralah cari isteri sendiri untuk mengurusmu!"Terlihat raut Gabriel yang cemberut. Meski usianya hampir mema
"Maafkan aku, Thunder."Tampak Stephen tengah berada di ruangan kerja baru Gabriel. Pria baya itu duduk di depan anaknya dan rautnya sangat merasa bersalah."Pap. Apa papa tidak mau mempertimbangkan lagi keputusan ini? Ini baru satu orang, pap. Kita tidak tahu apakah akan muncul model-model orang seperti Gwen dan juga anaknya yang jelas-jelas liar itu. Belum ada 5 menit kita berkenalan, aku sudah dicecar banyak pertanyaan pribadi seperti itu. Kalau tidak ingat dia itu investor, mungkin aku sudah meninju hidung palsunya itu!""Thunder..."Mend*sah lelah, Gabriel memegang keningnya. "Pap. Aku sangat tahu alasan papa untuk menyembunyikan statusku, karena papa takut malu kalau aku tidak perform, kan?""Bukan seperti itu, Thunder!" Stephen terlihat sangat terkejut dengan tuduhan anaknya meski sebagian dari tuduhan itu diakuinya dalam hati, memang benar adanya.Kekehan pelan dari anaknya membuat Stephen cemberut. "Kamu menggodaku!""Apapun alasannya aku tidak masalah pap, karena mungkin aku
Catherine tidak bisa menghindar saat mulut pria itu meringsek padanya dan lidahnya menyerbu memasuki rongganya. Gadis itu hanya membeku dan akhirnya berusaha mendorong bahu Gabriel yang terasa sangat keras di balik pakaian mahalnya. Nafasnya mulai terasa sesak dan barulah mulut pria itu berpindah, serta mulai menciumi bagian wajahnya yang lain.Ia juga hanya bisa pasrah saat tangan kuat pria itu memangkunya dan mendudukkannya di meja kerjanya. Tubuh besarnya berada di tengah, tepat di antara kedua kakinya yang dipaksa membuka. Kedua pahanya dipegang dengan cukup kencang oleh telapak tangan pria itu yang terasa panas menembus roknya. Wajahnya masih diciumi oleh pria yang sepertinya sedang tidak sadar itu."Ga- Gabe...!"Mata hitam Gabriel terlihat memejam dan pria itu menindih Catherine hingga berbaring di meja besarnya. Pria itu mulai menggerayangi d*danya dari balik kemejanya dan kedua mata amber gadis itu berair, saat ia tidak bisa melakukan apapun untuk melawan pria yang jauh lebih
Chapter 44 - Shattered heart= Sekitar enam bulan kemudian ="Selamat ulang tahun, Thunder.""Terima kasih, paman.""Berapa usiamu sekarang?""Masuk 32 tahun, paman. Sudah tua.""Kalau dirimu sudah tua, bagaimana kabar diriku, Thunder?"Mendengar itu, Gabriel terkekeh pelan. Ia kembali meminum kopinya dan keduanya sejenak terdiam."Catherine masih menolakmu?"Gabriel menatap Zimmerman sambil tersenyum. Ia mengangguk. "Alasannya?"Meletakkan cangkir kopinya di meja kopi di depannya, Gabriel menarik nafas. "Dia masih muda. Masih ingin melakukan hal-hal yang diimpikannya. Ia memang belum terfikir untuk menikah, Paman Claude.""Tapi kalian kan tidak harus buru-buru menikah, mungkin bisa tunangan dulu baru setelah dia lebih siap, kalian menikah dan juga memiliki anak."Kepala Gabriel menggeleng pelan dan pria itu masih tersenyum. "Sepertinya, dia memang tidak menyukaiku, paman. Mungkin kalau aku adalah pria yang disukainya, ia tidak akan ragu untuk menikahiku. Dan sepertinya, saat ini pun
= Kembali ke masa sekarang ="Jadi? Bagaimana, Thunder? Kau mau mencobanya lagi?"Pertanyaan itu menyadarkan Gabriel dari lamunan masa lalunya. Ia menggeleng. "Aku rasa sudah cukup, Paman Claude. Kita tidak bisa memaksa seseorang untuk menyukai kita, jika memang tidak bisa. Dan aku tidak mau Kat sampai membenciku, hanya karena aku terus-terusan memaksanya untuk menerimaku."Kedua orang itu kembali terdiam, sibuk dengan pikiran masing-masing. Mengamati raut Gabriel yang tampak tenang, hati-hati Zimmerman bertanya. "Kau tidak apa-apa?"Pria yang lebih muda darinya itu sejenak termenung dan tatapannya menerawang. "Aku tidak apa, paman. Mungkin memang Kat bukan untukku. Lagipula, putus cinta bukan akhir segalanya. Masih ada kesempatan untuk bertemu dengan cinta baru, terutama karena Catherine pun masih muda. Akan banyak pria-pria yang dapat ia temui dan pilih nantinya. Dan mungkin salah satu dari mereka adalah jodohnya."Kedua alis Zimmerman berkerut. Tadi, ia bermaksud bertanya mengenai
"Apa yang terjadi, Gabriel?""Aku juga tidak tahu, Michael. Tiba-tiba saja dia menangis saat melihatku."Saat ini, Gabriel sedang berdiri sambil bersender di mobilnya. Ia menunggu Catherine yang tampak berlari-lari kecil memasuki kampus di depannya. Gadis itu sangat terlambat untuk menemui dosennya."Ingatan masa lalunya sudah tidak ada kan, Michael?"Kepala pirang Michael mengangguk. Pria itu segera datang menemui Gabriel ketika merasakan sesuatu yang aneh dari bola jiwa Kat. "Semuanya sudah terhapus, Gabriel. Karenanya aku cukup panik saat melihatnya berputar sedikit kencang tadi, seperti ada yang telah mengusik ingatannya lagi. Kau tidak melakukan apapun yang aneh-aneh padanya kan?"Salah satu alis mata Gabriel terangkat dan pandangannya sinis. "Aneh-aneh seperti apa, maksudmu?"Senyuman miring terbentuk di bibir Michael. dan tatapan birunya menajam "Kejadian beberapa bulan lalu, memangnya tidak aneh menurutmu? Kau Gabriel the supreme, hampir saja menyerah pada godaan dan mengambil
"Jangan lakukan itu lagi, Gabe!""Maaf, Kat. Tadi-""Kamu selalu mengatakan maaf dan maaf! Tapi kamu selalu mengulanginya lagi! Aku ini bukan barang, Gabe! Yang bisa seenaknya kamu pegang-pegang atau kamu cium! Aku ini bukan milikmu! Jangan hanya karena papa itu bawahan ayahmu, kamu mengira bisa seenaknya saja padaku! Aku masih menghargaimu dengan tidak menamparmu tadi tapi kalau sampai itu terjadi lagi, aku benar-benar akan mempermalukanmu di muka umum, Gabriel!? Dan aku tidak akan peduli lagi dengan status keluargamu!"Saat ini, mereka berdua berada di dalam mobil Gabriel yang terparkir di jalanan dekat rumah Zimmerman. Tapi keduanya belum keluar dan malah bertengkar.Catherine sangat tidak suka Gabriel mengambil kesempatan dalam kesempitan seperti tadi. Ia tidak suka pria itu menyentuhnya dengan seenaknya lagi dan kata-kata gadis itu barusan, membuat pria itu terdiam. Kedua tangannya yang masih memegang kemudi terlihat mengerat sampai buku-buku jarinya memutih. Tidak hanya telah g