"Apa yang terjadi, Gabriel?""Aku juga tidak tahu, Michael. Tiba-tiba saja dia menangis saat melihatku."Saat ini, Gabriel sedang berdiri sambil bersender di mobilnya. Ia menunggu Catherine yang tampak berlari-lari kecil memasuki kampus di depannya. Gadis itu sangat terlambat untuk menemui dosennya."Ingatan masa lalunya sudah tidak ada kan, Michael?"Kepala pirang Michael mengangguk. Pria itu segera datang menemui Gabriel ketika merasakan sesuatu yang aneh dari bola jiwa Kat. "Semuanya sudah terhapus, Gabriel. Karenanya aku cukup panik saat melihatnya berputar sedikit kencang tadi, seperti ada yang telah mengusik ingatannya lagi. Kau tidak melakukan apapun yang aneh-aneh padanya kan?"Salah satu alis mata Gabriel terangkat dan pandangannya sinis. "Aneh-aneh seperti apa, maksudmu?"Senyuman miring terbentuk di bibir Michael. dan tatapan birunya menajam "Kejadian beberapa bulan lalu, memangnya tidak aneh menurutmu? Kau Gabriel the supreme, hampir saja menyerah pada godaan dan mengambil
"Jangan lakukan itu lagi, Gabe!""Maaf, Kat. Tadi-""Kamu selalu mengatakan maaf dan maaf! Tapi kamu selalu mengulanginya lagi! Aku ini bukan barang, Gabe! Yang bisa seenaknya kamu pegang-pegang atau kamu cium! Aku ini bukan milikmu! Jangan hanya karena papa itu bawahan ayahmu, kamu mengira bisa seenaknya saja padaku! Aku masih menghargaimu dengan tidak menamparmu tadi tapi kalau sampai itu terjadi lagi, aku benar-benar akan mempermalukanmu di muka umum, Gabriel!? Dan aku tidak akan peduli lagi dengan status keluargamu!"Saat ini, mereka berdua berada di dalam mobil Gabriel yang terparkir di jalanan dekat rumah Zimmerman. Tapi keduanya belum keluar dan malah bertengkar.Catherine sangat tidak suka Gabriel mengambil kesempatan dalam kesempitan seperti tadi. Ia tidak suka pria itu menyentuhnya dengan seenaknya lagi dan kata-kata gadis itu barusan, membuat pria itu terdiam. Kedua tangannya yang masih memegang kemudi terlihat mengerat sampai buku-buku jarinya memutih. Tidak hanya telah g
"Kenapa kau melakukan itu, Apollyon?"Sorot mata Michael yang biru tampak menghunus pria yang saat saat ini sedang duduk di depannya. Pria yang ditatap hanya menundukkan pandangannya ke arah papan catur yang ada di depannya. Terlihat kedua keningnya berkerut dalam dan mukanya serius.Tangannya yang berkutek hitam tampak menggerakan pion kudanya ke salah satu petak catur dan secara ajaib pion itu hidup. Kuda yang bermata merah itu segera menginjak-injak dan meremukkan prajurit kecil di depannya yang ketakutan, menyisakan remahan yang pada akhirnya segera menghilang. Setelah itu barulah Apollyon mengangkat wajahnya dan memandang Michael."Karena aku tidak pernah suka padanya."Pria berambut pirang itu menghela nafasnya dan ia menggerakkan pionnya di papan dengan muram. "Kau tidak pernah menyukai siapapun di sini, kecuali dirimu sendiri."Tersenyum, Apollyon mengibaskan rambut panjangnya dengan cara yang seksi dan membiarkan geraiannya berada di salah satu bahunya yang tertutup jubah co
Makan malam yang tenang tengah berlangsung di kediaman Hamilton. Tampak Tatiana dan anaknya sedang menikmati makan malam mereka bersama Sharon, sang Nyonya rumah. Rasa masakan yang sangat lezat membuat Tatiana mend*sah dan menyesap gelas anggurnya."Kau memang jagonya memasak steak, Sharon. Masakanmu tidak ada duanya."Kekehan pelan terdengar dari bibir Sharon dan mereka saling mendentingkan gelas. "Terima kasih, Tati."Suasana yang hening, dipecahkan oleh suara Tatiana kembali. "Kemana Thunder malam ini, Shar? Dia tidak ikut dengan Tuan Hamilton dan suamiku ke Perancis kan?"Menggeleng sedih, Sharon meletakkan gelas tingginya. "Anak itu sangat sibuk dan sekarang jadi lebih sering menginap di apartemennya. Kasihan sekali dia karena tidak ada yang mengurusnya di sana."Kepala Tatiana mengangguk mengerti. "Pasti tanggungjawab yang diembannya akan lebih besar nanti, Shar. Tentu memang lebih praktis kalau dia lebih sering menginap di sana dibanding harus pulang ke rumah ini tiap malam. Ap
Barulah sekitar 20 menit dari kejadian itu, Gabriel akhirnya dapat menggerakkan tubuhnya. Dengan gemetar, pria itu berdiri dari duduknya dan hampir terjatuh bila Catherine tidak menyangganya."Gabe. Lebih baik kita memanggil dokter perusahaan. Kamu harus diperiksa dulu, takutnya ada efek lain dari obat yang dikonsumsimu."Kepala pria menggeleng. "Tidak. Aku hanya ingin pulang Kat, dan membersihkan diri. Aku sudah tidak tahan lagi mengenakan pakaian ini. Oh ya, tadi kamu sudah menyimpan semua barangnya kan?""Ya. Aku sudah membawanya. Kamu benar mau ke apartemen sekarang?"Kali ini, kepala pria itu mengangguk. "Ya. Aku mau pulang sekarang. Aku harus merendam badanku untuk meredakan efeknya. Untungnya sepertinya dosisnya tidak terlalu banyak tadi.""Biar aku mengantarmu."Kedua mata Gabriel membesar dan ia menatap intens pada Catherine. "Kamu yakin?""Ya. Aku tidak tenang kalau tidak mengantarmu. Biar aku mengantarmu dan memastikan kamu baik-baik saja di apartemen nanti. Tidak apa kan?
"Ya Ricard. Kau bisa mengaturnya dengan Kluztmann, kan? Aku sudah mengirimkannya ke apartemenmu, seharusnya jam 07.00 nanti sudah sampai. Tolong langsung kau bawa untuk diperiksa. Ambil bukti DNA dan apapun yang ada di benda itu, karena aku ingin agar wanita itu dipenjara!"Tampak Gabriel memejamkan matanya. Pria itu sedang duduk di ruang keluarga. Pagi ini setelah mandi dan berhasil menenangkan diri karena kejadian kemarin, ia langsung menghubungi asistennya."Aku minta maaf buru-buru meminta bantuanmu, tapi ibumu tidak apa-apa kan? Beliau hanya terserang maag-nya saja tadi malam? Sudah kau pastikan semuanya ke dokter?"Kepala Gabriel mengangguk dan ia terlihat lega dengan jawaban yang didengarnya. "Baguslah kalau begitu. Mengenai yang tadi, siapkan semuanya Ricard. Dia sendiri yang telah memaksaku melakukan ini dan apa yang telah diperbuatnya tadi malam, sangat tidak bisa aku maafkan. Sudah cukup lama keluargaku bersabar dan membiarkannya. Paman Theodore bahkan cukup berbaik hati m
"Kenapa kamu baru pulang sekarang, Catherine!? Kamu berjanji untuk pulang tadi malam dan sekarang setelah jam 12 siang, baru kamu menongolkan diri di rumah! Apa saja yang telah kamu lakukan bersama Thunder di apartemennya, hah!?"Tampak Gabriel dan juga Kat sedang di sidang di hadapan Tatiana dan juga Sharon."Bibi. Catherine-""Aku bertanya pada Catherine, Thunder! Bukan dirimu! Kau akan mendapatkan kesempatan berbicara, saat memang sudah giliranmu!"Kata-kata Tatiana yang sangat keras langsung membungkam mulut Gabriel. Dia tidak berani bicara lagi. Meski usianya sudah matang saat ini, tapi kemarahan Tatiana sama saja seperti ia menghadapi kemarahan ibunya. Nyalinya langsung menciut seperti balon yang dikempiskan."Mam. Aku dan Gabriel tidak melakukan apapun. Aku hanya menemaninya, karena dia sedang sakit.""Sakit? Kamu sakit apa, Thunder? Aku tidak mendengar kamu mengatakan sedang sakit sebelumnya." Kali ini Sharon yang mencecar anaknya."Aku juga baru mendengarnya dari Cat tadi mal
= Kediaman keluarga Zimmerman ="Catherine Reynolds. Sekarang katakan padaku, sebenarnya apa rencanamu?"Suara Zimmerman terdengar tegas pada anak perempuannya, yang baru kali ini didengar oleh anak dan juga isterinya. Terlihat Kat menunduk di depan ayahnya dan Tatiana, hanya dapat melihat mereka dari sofa yang ada di ruang kantor suaminya. Tidak berani untuk mengintervensi suaminya."Katakan, Cat honey. Sebenarnya, apa rencanamu saat ini? Bukannya kamu bilang ingin lulus kuliah dulu, setelah itu bekerja dan meraih karir yang kamu cita-citakan? Kamu tadinya memiliki banyak cita-cita yang ingin kamu gapai, dan dengan alasan itulah kamu menolak anak itu berkali-kali. Kamu menolaknya dengan sangat keras, membuat anak malang itu akhirnya memutuskan untuk mundur mengejarmu."Kata-kata ayahnya yang sangat benar membuat kepala Kat makin menunduk. Ia tidak melupakan apa yang telah diucapkannya dulu. Ia bahkan masih mengingat sorot sakit hati Gabriel saat ia mengatakan tidak suka sentuhannya.