Home / Romansa / Titipan Cinta Bentara / Jaga Dia Baik-baik

Share

Jaga Dia Baik-baik

Author: Arunika Clara
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Kamu yakin, Ra?” Tanya ibunya.

“Iya, Bu. Lara yakin.” Jawab Lara.

“Terus gimana program relawannya?”

“Cuma ditunda kok, Bu. Dua minggu lagi Lara di tes lanjutan. Kalau udah negatif bisa nyusul.”

“Oh gitu.” Gumam ibunya, “Tapi kalau Lara belum sembuh gimana, ya?” Tanyanya.

“Lara bakalan sembuh kok, bu. Ini aja Lara sehat.” Jawab Lara untuk menenangkan.

“Enggak gitu maksud Ibu, bisa nggak tempat Lara dipindah aja, jangan di daerah pelosok gitu?”

“Terus dipindah ke mana dong?”

“Di sini aja, Ra. Ya, nak? Kan Lara lagi nggak sehat.”

“Mungkin bisa sih, Bu. Tapi Lara maunya di pelosok. Kurang srek kalau di kota, Bu.” Tolak Lara dengan halus.

“Ya sudah, tapi Lara janji harus sembuh dan jaga kesehatan di sana nanti.”

“Siap, Bu.” Jawab Lara dengan nada cerita.

Setelah telepon itu terputus, Lara kembali lemas. Ternyata suaranya cerianya hanya dibuat-buta saja agar ibunya tidak khawatir.

Arrrgghh, dengusnya seraya menjenggut rambut. Aria seketika menoleh padanya dan melihat wajah t
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Titipan Cinta Bentara   Perbincangan Terlama

    Meski sangat kuat sekali dugaan bahwa dirinya jadi bahan perbincangan Aria dan Bentara dichat, tetapi Lara tidak mau buru-buru terlihat kegeeran. Lagi puladia juga tidak mau kalau sampai, Aria tahu bahwa dia sudah lancang membaca pesan di ponsel Aria. Jadi dia memilih bungkam dan tak memerotes apapun kepada Aria. Meski tiba-tiba perasaan bencinya pada Bentara kembali menguat.BRAK!!Terdengar suara dentuman dari dalam kamar mandi yang membuat Lara sektika terlonjak kaget, dia kemudian memanggil-manggil Aria untuk menanyakan apakah yang sedang dilakukan Aria di dalam sana, meski sebenarnya Lara sangat khawatir pada Aria.“Suara apa tuh, Ar!”Tak ada jawaban.“Ar kamu ngapain sih?”Maih tak ada jawaban apapun dari Aria. Lara mulai panik dan mendekat ke arah kamar mandi, lalu menggedor-gedor pintunya.Tok tok tok“Ar, buka, Ar!” Teriaknya.Tetapi semua itu hasilnya nihil, Aria tak menjawab apapun. Hal itu semakin memperkuat dugaan Lara bahwa Aria jatuh dan pingsan di dalam sana

  • Titipan Cinta Bentara   Aria yang Berjasa

    “Ar, Aria?” Ucap Lara seraya mengusap-usap lengan Aria.Aria yang belum sepenuhnya sadar dari pingsan nampak masih linglung, ia memandang Bentara dan Lara secara bersamaan. Lalu melihat kesekeliling dan meraba-raba badannya, ia melihat ke dalam selimut dan terperanjat mendapati dirinya tak mengenakan pakaian sama sekali. Aria segera mencoba untuk duduk namun ditahan oleh Lara.“Aku kenapa sih?” Tanya Aria dengan wajah kebingungan.“Nggak tahu deh, kamu tiba-tiba pingsan di kamar mandi.” Jawab Lara.“Tapi kok nggak pakai baju sih,” Protes Aria, “Bentara nggak habis perkosa aku kan?” Lanjutnya lalu melotot ke arah Bentara.Lara tertawa terbahak-bahak mendengar pertanyaan konyol itu, sementara Bentaralangsung protes karena tidak terima dituduh.“Enak aja, nggak nafsu ya, aku sama kamu!” Ujarnya. “Ya, gimana kamu nggak telanj*ng, orang sementara mandi pingsannya.” Jelas Bentara.“Oh gitu, ya.” Aria manggut-manggut.“Ya udah jangan pecicilan dulu, Ar.” Pinta Lara.“Si bawel kan u

  • Titipan Cinta Bentara   Bagaimana Gerangan Lelaki yang Beruntung Itu

    Mereka berlima kembali disuruh mengantri pada ruangan laboratorium untuk mengikuti test ulang lanjutan. Kelima mahasiswa itu terlihat sehat meski mereka tak bisa menutupi ekspresi cemas diwajahnya. Terlihat sehat saja tidak cukup untuk menganggap bahwa seseorang tidak terjangkit virus ini. Virus ini unik dan mematikan, gejala tak nampak namun serangannya sangat mematikan. Seperti saat pertama kali mereka divonis positif terjangkit, mereka berlima juga terlihat sehat dan segar bugar.Mereka akan di tes secara acak, tanpa urutan nomor induk mahasiswa seperti sebelumya. Mungkin karena mereka hanya sedikit, tak seperti test sebelumnya yang diikuti ribuan mahasiswa. Siapapun yang bersedia untuk dites duluan maka dia yang akan pertama dilayani. Mengetahui itu, Aria buru-buru mendekatkan diri seraya mengangkat-angkat tangannya.“Saya mau duluan, Pak. Saya aja.” Teriaknya dengan percaya diri kepada petugas.“Eh, yakin kamu?” Bisik Lara.“Yakinlah.” Jawab Aria lalu maju untuk dites.Tak l

  • Titipan Cinta Bentara   Desa Setelah Longsoran

    “Aku juga kuliah di sini bayar kali.” Ucap Lara seraya menepuk dahi Aria menggunakan punggung tangan. Aria mengaduh“Ya, udah guys, aku duluan, ya.” Ujar Bentara kemudian beranjak. Hatinya patah entah untuk kali yang ke berapa.Setelah dari kampus Lara langsung pulang ke rumahnya, dengan perasaan riang di dalam bus itu dia kembali memutar Fine Today dari Ardhito Pramono. Lara segera mengetik sesuatu di ponselnya, tentu saja untuk dikirimkan kepada Mas Gala.“Mas Gala, Lara negatif!” Isi Pesan itu.Mas Gala membalasnya beberapa detik kemudian.“Syukurlah, Mas seneng. jadi udah bisa berangkat dong?” Balas Mas Gala.“Udah bisa, Mas. Besok.”“Lara sekarang di mana sayang? Udah pulang?” tanya Mas Gala.“Lagi di bus, Mas. Jalan mau pulang.” Jawab Mas Gala.“Ya sudah, Lara hati-hati, ya. nanti kalau mau berangkat kabarin, Mas.”“Baik Mas.”Malam harinya, Lara tak memilki waktu lagi untuk berbalas pesan dengan Mas Gala melalui ponselnya. Dia sibuk dengan semua perlengkapan yang ha

  • Titipan Cinta Bentara   Orang yang Tak Percaya Virus

    Lara disambut lima anak laki-laki berumur kisaran tujuh sampai sembilan tahun. Mereka semua berwajah riang dan berebut membawakan koper Lara. Meskipun Lara sudah melarangnya karena itu sangat berat, tetapi mereka tetap bersihkeras untuk membawakan koper itu. Akhirnya, Lara mengalah dan memperbolehkan mereka membawakan kopernya dengan syarat mereka berlima harus membawanya secara bersama-sama. Kelimanya saling memegang sisi-sisi koper dan berjalan tidak beraturan, ada yang ke arah barat dan ada yang ke timur. Lara tertawa melihat kelakuan lucu bocah-bocah itu.Kelima anak laki-laki itu membawa koper Lara ke salah satu rumah yang ada di desa ktu. Rumah itu cukup sederhana, dindingnya kayu dengan beratapkan pelepah sagu di atasnya. Terlihat sejuk jika tinggal di dalam rumah itu. Dari dalam rumah itu muncul seorang pria yang sudah cukup tua, badannya sudah mulai membungkuk rambutnya hanya tersisa sejumput dan berwarna putih secara keseluruhan. Pria itu segera tersenyum melihat kehadiran

  • Titipan Cinta Bentara   Ujian Cinta LDR

    Para bocah itu kemudian menghambur pada Jul, saling bergelendotan pada mahasiswa berperawakan jangkung dengan kumis tipis dan mata kecil. Sangat terlihat bahwa dia adalah laki-laki yang menyayangi anak kecil. Karena anak kecil akan mudah akrab kepada orang dewasa yang lembut dan suka anak-anak. Bocah-bocah itu kemudian terlibat permaian yang seru sehingga dia sedikit melupakan Lara. Lara tersenyum melihat tingkah kelima anak itu dan kemudian masuk ke dalam kamar, setelah salah seorang mahasiswi yang saat itu dia belum tahu namanya, memanggil Lara masuk.Bentara juga terlihat lebih banyak diam, sedikit tersenyum dan sesekali meyahut percakapan kawan-kawannya. Dia juga terlihat masih kurang nyaman. Namun tak butuh waktu yang lama untuk Bentara kemudian bisa berbaur menjadi sangat akrab dengan yang lain. Bahkan Bentara mulai ikut usil menjahili para mahasiswi, dia ikut-ikutan keusilan Adrian dan Baham, baham adalah ketua regu relawan di sesa itu yang tingkahnya sangat meresahkan. Usil da

  • Titipan Cinta Bentara   Fotografi

    Pagi itu Lara bangun paling awal. Belum ada pekerjaan yang bisa dikerjakannya, masak di wakru yang sepagi itu konon tidak terlalu baik, atau pamali, orang Mandala bisa menyebutnya. Saat Lara bertanya Bu Marta, apa gerangan pamali itu, tapi Bu Marta hanya mnggeleng.“Sudah ikuti saja apa yang mereka katakan.” Ucap Bu Marta.Jarum pendek di jam dinding baru bergerak ke angka lima, Lara turun ke bawah rumah. Dia hendak merebus air untuk menyeduh cokelat bubuk yang dibawanya dari rumah. Embus langsung menyerbunya, dingin sontak menggelitik pipinya yang memerah. Dia memandang ke sekeliling, rumah-rumah warga tak lagi nampak. Hanya ada putih embun yang mengusai desa itu. Lara seperti sedang berada di atas nirwana. Sudah beberapa pagi Lara melihat pemandangan itu, tetapi dia masih takjub saja, pemandangan pagi yang tidak akan mungkin pernah didapatkan di kota tempatnya tinggal.Lara duduk di teras lantai atas rumah itu, pandangannya lurus ke depan, tepat ke arah jalan. Beberapa pucuk gunung

  • Titipan Cinta Bentara   Dadanya Sesak

    Tetapi rasanya kali ini dia sangat ini marah. Mungkin rindu itu tak bisa lagi terbendung olehnya. Lara melengkupkan kepalanya, dia meringkuk di dalam kasur dan mulai menangis tanpa mengeluarkan suara sama sekali, dia menakan suaranya agar tak keluar hingga dadanya sesak. Lebih baik dadanya sejak dari pada teman-temannya yang tengah tidur itu bangun karena mendengar suaranya menangis, batinnya. Lara kemudian kembali mengirimkan sesuatu pada Mas Gala.“Lara capek.” Ketiknya lalu dia kembali melanjutkan tangisannya.Ternyata Lara kembali jatuh tertidur saat menangis, matanya sangat sembab ketika dia bangun dan tentunya karena itulah dia jadi bahan bulan-bulanan Adrian dan Baham. Pagi itu mereka memilki agenda sebelum rapat perumusan program kerja, yaitu membersihkan tempat ibadah. Di kamar sebelum berangkat Lara sempat ditegur oleh Aulia karena matanya yang sangat sembat.“Eh, Ra. Mata kamu kayaknya bengkak banget deh, nggak kayak kemarin-kemarin.” Ujar Aulia.Lara seketika meraba matany

Latest chapter

  • Titipan Cinta Bentara   Please Be My Girl

    Mungkin hanya Lara yang bisa merasakan patah hati dan jatuh cinta sekaligus. Sekali waktu dia bisa menangis sejadi-jadinya, bahkan di tempat umum sekalipun saat mengingat kembali Mas Gala. Mereka tidak pernah lagi saling mengirim pesan setelah memutuskan untuk berpisah, rasanya seperti hampir gila menjalani hari-hari tanpa orang yang bahkan sebelumnya pun keberadaannya seperti tak ada. Entah jenis cinta macam apa yang melanda Lara ini.Namun di waktu lain, Lara merasakan sangat dimabuk cinta dengan Bentara. Hampir setiap hari mereka menghabiskan malam-malam panjang dengan saling menc*mbu. Lara tak pernah merasakan kenikmatan seperti yang Bentara suguhkan pada tubuhnya, pada hatinya. Bahkan jika dibandingkan dengan Gaga, yang merupakan orang pertama yang menyentuh Lara, Bentara jauh lebih baik dari segi apapun."Ra?" Gumam Bentara, di atas dada Lara."Ya?""Udah bisa sayang aku?" Tanyanya."Aku udah sayang kamu sejak kita makan cookies." Jawab Lara lalu tergelak."Kenapa nggak kentara

  • Titipan Cinta Bentara   Apa yang Lebih Penting dari Masa Sekarang?

    "Mau pakai baju?" Tanya Bentara, namun beberapa detik setelah kalimat itu terucap Bentara mengutuk dirinya sendiri karena mengajukan pertanyaan bodoh semacam itu."Iya." Jawab Lara. Lalu hendak memakai bajunya namun Bentara menyadari hal yang janggal."Sorry." Ucap Bentara lalu menyentuh br* yang Lara gunakan, "Ini basah, Ra, nggak dicopot aja?" Lanjutnya.Lara sama sekali tak terlihat keberatan saat Bentara menyentuh bagian itu."Tapi aku nggak ada gantinya." Jawab Lara, saat ini gadis itu tanpa malu-malu menatap wajah Bentara."Nggak apa-apa, dilepas aja nanti bajunya di download pakai sweater jeans aku yang tebal jadi nggak kentara." Ucap Bentara, meski nampak salah tingkah dia berusaha menatap kembali wajah Lara yang merona merah. "Dilepas, ya?" Ucapnya dengan lembut lalu mengusap-usap permukaan kulit di sekitar br* itu."Iya." Jawab Lara sambil mengangguk, napasnya sudah tidak beraturan.Tangan Bentara bergerak, membuka kait br* di punggung Lara. Sesuatu yang tadinya merekat kenc

  • Titipan Cinta Bentara   Insiden Tokek

    "Apakah aku sudah benar-benar jatuh cinta pada Bentara?""Tidak, tidak! Tidak mungkin!""Tapi kenapa aku membiarkannya mencium tanganku?"Semua pertanyaan-pertanyaan itu dikeluarkan Lara untuk dirinya sendiri. Dia membanting tubuhnya di atas kasur, pikirannya melayang ke saat di mana Bentara mencium tangannya. Jantungnya kembali berdegup kencang, rasa bahagia terasa meluap-luap di dadanya. Itu pasti karena dia sudah jatuh cinta, kenyataan itu tidak mungkin lagi terbantahkan."Oh, apa yang aku lakukan, apakah ini sudah termasuk berkhianat?" Gumamnya.Lara langsung meraih ponselnya, dia segera mengetikkan sesuatu untuk dikirim pada Mas Gala, tak peduli pesan-pesan lamanya tak dibalas."I miss you, Mas. Kamu sebenarnya di mana?" Pesan itu terkirim ke nomor Mas Gala, dengan perasaan yang tak menentu Lara tetap menunggu balasan pesan itu. Lalu dia bertanya pada dirinya apakah isi pesan itu memang benar karena dia rindu, ataukah hanya rasa bersalahnya pada Mas Gala karena Lara telah berken

  • Titipan Cinta Bentara   Can I Kiss Your Hand?

    "Oh iya, hati-hati, ya. Jangan terlalu malam diantar pulangnya." Jawab ibu Lara."Iyaa tante."."Bu, Lara jalan dulu, ya.""Iya sayang."Mereka berdua kemudian memasuki mobil Bentara, lalu beranjak pergi. Ibu Lara baru menutup pintu rumahnya saat Lara dan Bentara sudah pergi."Kenapa tiba-tiba ngajakin ke luar?" Tanya Lara."Nggak apa-apa sih, cuman belum biasa aja." Jawab Bentara dengan jawaban yang menggantung."Belum biasa?" Tanya Lara."Belum biasa lama-lama nggak ngeliat kamu."Lara tak tahu harus menjawab apa. Dia hanya diam dan memalingkan wajahnya ke luar jendela, berusaha menutupi pipinya yang memerah.Tak berselang lama akhirnya mereka tiba di kedai cookies yang dimaksud oleh Bentara."Yakin belum pernah ke sini?" Tanya Bentara saat mereka baru saja duduk di bangku pengunjung kedai itu."Belum." Lara menggelengkan kepalanya."Mau pesan apa dong?""Kamu aja yang pesenin, yang menurut kamu enak.""Siap, tunggu sini ya." Ucap Bentara lalu berdiri untuk memesan makanan.Tak lam

  • Titipan Cinta Bentara   Separuh Hati yang Tertinggal

    Bus itu mulai melaju, bergerak perlahan meninggalkan desa yang mengukir sejuta kenangan meski Lara hanya sejenak berada di sana. Lara selalu merasa bahwa ada sesuatu yang tertinggal meski sudah berkali-kali dia mengecek ulang barng-barangnya sebelum berangkat tadi, mungkin karena separuh hatinya sudah tertinggal dan menetap di desa itu selama-lamanya. Lara teringat akan seseorang yang membuatnya kemudian mengeluarkan ponsel dari sakunya dan mulai mengetik sesuatu.“Mas Gala, kamu apakabar? Hari ini Lara pulang, Mas, pengaadian Lara di desa itu sudah selesai. Lara udah maafin kamu dan maaf karena Lara udah abaikan chat kamu berhari-hari. Lara mau perbaiki semuanya. Semoga setelah Lara udah nggak program relewan lagi, masalah-masalah yang muncul di hubungan kita selama aku program bisa mereda. Lara masih sayang, sangat sayang sama Mas Gala, tak ada yang berubah seperti pertama kali Lara jatuh cinta sama kamu.” Pesan itu dikirimkan ke nomor Mas Gala.Bersamaan dengan terkirimnya pesan it

  • Titipan Cinta Bentara   Kutukan

    "Buat Rachel, menurut aku kamu nggak pernah nyebelin, selalu baik. Buat Baham, kamu juga baik dan keliatan banget peduli sama semua orang di regu ini. Kalau Adrian, aku nggak tahu hal apa yang positif di kamu, tapi itu nggak bikin aku benci sama kamu meskipun kita sering berantem. Buat Bentara, please ya, lain kali kalo negur nggak usah pakai bentak-bentak. Kalau buat Jul, kamu jangan terlalu baik sama cewek soalnya cewek itu gampang baper." Tutup Aniya."Gila ya, unek-unek terpendam banget kayaknya, semua keburukan terkuak di sini." Cibir Adrian, "Tapi nggak apa-apa sih, bagus malah, Aniya yang paling jujur. Bisa dicontoh nih " Lanjutnya."Adrian, kamu tahu nggak sih no interupsi? Ya udah kayaknya dari tadi udah mau ngomong kan, silakan sekarang giliran kamu." Ujar Lara."Kalau aku sih nggak akan banyak ngomong, cuma mau berterima kasih sama memohon maaf sebanyak-banyaknya sama kalian semua." Ujar Adrian."Yee sekali nggak disuruh ngomong nyerocos terus sekali di suruh ngomong pelit

  • Titipan Cinta Bentara   Kesan dan Pesan

    Waktu ternyata benar-benar tak terasa jika kita terus bercakap-cakap sepanjang perjalanan. Akhirnya mereka semua tiba di rumah Pak Sepuh pada pukul sebelas malam. Di desa Mandala, orang-orang tidak perlu mengunci pintu rumahnya karena desa itu aman dari maling. Karena itulah mereka semua tidak perlu repot-repot harus membangunkan Pak Sepuh dan Bu Marta untuk bisa masuk ke dalam rumah.Mereka segera membersihkan diri, meskipun sudah mencoba sekuat tenaga untuk tidak berisik agar tak mengganggu Pak Sepuh dan Bu Marta tapi akhirnya mereka berisik juga apalagi saat Aniya bertemu dengan Adrian dan saling berebut untuk mendahului masuk ke kamar mandi.Semua lelah seakan sudah mencapai puncaknya saat itu, sehingga mereka semua jatuh tertidur tak lama setelah badannya tersentuh kasur.Lara yang sudah hampir tertidur melirik ke arah ponselnya yang bergetar dan itu adalah panggilan dari Mas Gala. Dalam keadaan setengah sadar Lara mengambil ponselnya dan menyentuh tombol reject, lalu jatuh terti

  • Titipan Cinta Bentara   Playboy Kelas Kakap yang Tak Pernah Pacaran

    Itu adalah destinasi terakhir dalam trip perpisahan mereka. Sebenarnya Bila sudah mengusulkan untuk menambah satu hari lagi karena masih banyak destinasi wisata lain di tempat itu yang belum mereka kunjungi. Tetapi Lara tak bisa lagi, tubuhnya sudah tidak kuat untuk menambah liburan yang melelahkan itu meskipun cuma satu hari.Akhirnya mereka memutuskan untuk pulang saat itu ke desa Mandala. Saat mereka mulai beranjak, malam baru saja jatuh sempurna di belahan bumi tempat mereka berpijak."Pelan-pelan aja, guys. Jangan ada yang ngebut ya. Yang penting kita bisa sampai tujuan dengan selamat." Baham memberi instruksi kepada teman-temannya sebelum mereka berangkat.Di perjalanan pulang itu, mereka tidak selalu berada dalam jarak berdekatan seperti saat pergi. Itu karena semuanya sudah hafal jalan pulang tidak seperti saat mereka berangkat.Performa Aniya dalam berkendara semakin menurun. Dia beberapa kali hampir celaka, untung tak ada teman-temannya yang lain yang melihat selain Lara yan

  • Titipan Cinta Bentara   Destinasi Selanjutnya

    Sesampainya di sana, nenek Adrian ternyata tidak ada di rumahnya. Beruntung waktu itu tante Adrian yang rumahnya bersebelahan dengan neneknya sedang berada di rumah. Jadi, mereka beristirahat dan memasak makan siang mereka di sana.Mereka di sambut dengan anj*ng yang terus menggonggong saat hendak masuk ke dalam rumah itu. Lara yang memiliki trauma dengan hewan itu karena pernah dikejar hingga tersungkur waktu kecil, menjadi sangat takut saat hendak masuk ke rumah tante Adrian. Lara terus-menerus meremas baju Aulia dari belakang."Ra, ambilin charger aku dong di motorku." Celetuk Bentara dengan entengnya, tentu saja Bentara tahu Lara takut dengan anj*ng dan dia ingin menggodanya."Dih, kenapa jadi aku yang disuruh." Jawab Lara."Bukan nyuruh, Ra. Aku minta tolong." Ujar Bentara."Aku takut keluar, Ben. Hp aku aja low juga tapi aku tapi nggak apa-apa dari pada aku harus ketemu anj*ng itu." Jawab Lara.Bentara tertawa terbahak-bahak dan dengan gemas dia mengacak-acak rambut Lara. Bila d

DMCA.com Protection Status