Share

25. Takdir yang Kejam

Penulis: Pramesti GC
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-17 23:41:50
Zelinda ikut masuk ke dalam ruang kerja kakeknya, wanita itu masih berdiri di sisi pintu hingga kakeknya berbalik dan memintanya menutup ruangan.

"Kuci pintu itu!" Perintah kakek Hans pada Zelinda.

Zelinda mengunci pintu ruang kerja kakeknya, lantas mendekat dengan perasaan tak menentu, berharap keinginannya kali ini bisa di dengar kakek Hans.

"Katakan apa yang ingin kamu katakan sekarang!" Suara kakek Hans terdengar begitu dingin, Zelinda tau dia tak punya banyak waktu untuk bertele-tele sekarang.

"Aku ingin berpisah dari Saka Gunawan kakek." Ucap Zelinda dengan suara sedikit gemetar, tangannya saling meremas karena kecemasan yang tak bisa dia gambarkan.

Mendengar hal itu, suasana mejadi hening seketika, kakek Hans tak melihat ke arah Zelinda, namun lelaki itu mengarahkan kursi rodanya ke dekat meja kerja dan....

Prak!

Vas bunga peony putih terbanting, pecah dengan tangkai2 bunga peony berhambur di lantai ruangan, membuat tak hanya tangan Zelinda yang gemetar, bahkan kini
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   26. kedatangan

    Mobil kakek Zelinda masuk ke pekarangan rumah Saka, lelaki itu sudah berdiri di depan rumah saat kakek datang bersama Zelinda. Zelin yakin, ada yang sudah memberi tahu saka bahwa dirinya akan datang bersama sang kakek.. Hans melihat tubuh cucunya gemetar, dia lantas mrngengam tangan Zelinda dengan erat sembari menatap manik mata cucunya dengan hangat. "Tenanglah Zelin, kakek tak akan membiarkan kamu mati di sini. Percayalah pada kekekmu ini." Ucapnya seperti menjamin bahwa apa yang di lakukan Saka tak akan terulang lagi. Zelinda hanya terdiam dengan mata yang lekat menatap sang kekek. Meski terlihat kasar dan begitu keras akan pilihannya, jauh di lubuk hati Hans dia begitu menyayangi Zelinda. "Keluarlah dengan nama besar keluargamu Zelin, pastikan hal itu tak terjadi lagi. Arden Wijqya bukan hanya sekedar nama Zelinda, melainkan harga dirimu juga!" Ucap kakek Hans lalu keluar dari dalam mobilnya dengan bantuan supirnya duduk di kursi Roda. "Kakek." Saka menyambut dengan hagat

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-19
  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   27. Teguran dan pilihan.

    "Mama dan papa ingin bicara dengan mu Saka!" Suara dingin Jodi memecah hening di rumah Saka Gunawan. Setelah kepulangan Tuan Hans, Jodi mengajak putranya bicara serius. Kali ini wajahnya tak menunjukkan sebuah keramahan, bahkan Saka berharap tak bertemu papanya dalam keadaan seperti sekarang ini. "Pergilah ke depan dulu, aku akan menyusul." Sintia meminta anak dan suaminya ke depan lebih dulu, sementara dia memastikan Zelinda tenang. "Istirahat lah di kamar sayang. Mama pastikan ini tak akan terjadi lagi." Ucap Sintia dengan lebut membelai rambut Zelinda. "Apa kita perlu ke dokter?" Sintia bertanya dengan cemas. "Tidak ma, ini sudah lebih baik, aku tidak apa-apa." "Kamu yakin sayang?" "Iya, Zelin yakin ma." Ucapnya halus "Baiklah, jika begitu sebaiknya kamu segera istirahalah di kamar atas." Ucap Sintia lalu memapah Zelinda. Wanita itu mengantarkan Zelinda naik menuju ke kamar atas, tapi belum sampai Zelinda naik, ia lantas berbalik dan menatap mertuanya. "Ada apa s

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-20
  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   28. Bergabung di perusahaan

    Satu tahun kemudian. "Apa tidurmu nyenyak?" Saka bertanya pada Zelinda dan wanita itu mengangguk dengan pelan. Banyak hal sudah mereka laui setelah hari itu, tak ada lagi drama pertengkaran terdengar. Zelinda menjadi istri yang sangat patuh pada suaminya. Setidaknya itu yang mereka semua pikirkan sekarang. "Baguslah, jadi kamu bisa ikut aku ke kantor hari ini." Ucapan Saka terdengar datar tapi membuat ke dua manik mata Zelinda membulat dengan sempurna. "Aku? Ke kantormu? Kenapa, ah maksudnya untuk apa aku ke sana?." "Mama memintamu datang. Lagi pula ada baiknya juga kamu bekerja kan, jadi pikiranmu bisa terbebas dari hal-hal buruk.". Zelinda mengerutkan alisnya. "Hal buruk apa yang kamu maksud?" "Ya apa lagi, seperti kabur dari rumah misalnya." Zelin membuang wajahnya dengan malas. Dia tak pernah melakukan itu lagi kan, tapi Saka masih suka membahasnya tanpa alasan. "Mama memberikanmu posisi di kantor, kamu bisa belajar banyak hal di sana bukan?" Zelinda masih terd

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-21
  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   29. Tahun berganti.

    Pov Zelinda 2 tahun setelah hari itu. Sejak hari di mana aku kembali di antarkan ke rumah keluarga Gunawan, maka hari itu hatiku sebenarnya sudah mati. Aku hanya tau bahwa menurut sebagai seorang istri adalah cara terbaikku untuk tetap hidup. Tak ada lagi kabar yang ingin ku dengar dari rumah Arden Wijaya, bahkan aku tak pernah mau menerima panggilan masuk dari kakek yang entah sudah berapa puluh kali ku tolak. Hari ini adalah pesta peresmian perusahaan baru Saka, setelah beberaa minggu lalu aku bekerja di hotel pionex, aku memutuskan untuk menyerahkan segala aset yang di berikan mama Sintia padanya, salah satu hal yang meyelamatkan hidupku hingga sekarang. amarahnya masih sering ku terima meski tak sekasar dulu. Tamparan bahkan hinaan masih sering juga dia lontarkan meski aku tak ragu untuk melawan. Bukakah menggadu juga tak akan membuat posisiku berubah lebih baik, jadi aku menerima segalanya sebagai takdirku sendiri. "Apa kamu tak bisa lebih cepat!" Saka datang dengan w

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-22
  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   30. Pertemuan dengan Erlando

    Pov Zelinda "Kau bisa pulang sendiri?" Saka bertanya padaku setelah acara kantor selesai. Tentu saja aku masih terpaku menatapnya dengan tajam. Kami pergi bersama hari ini, tapi Saka tak bisa mengantarkanku pulang? Ada apa dengan lelaki menyebalkan ini. "Ada apa?" Tanyaku akhirnya, aku jelas terus melihatnya selalu menatap ke arah jam di tangan. "Aku ada janji bertemu dengan orang, jadi kau bisa pulang sendiri?" Dia memintaku pulang sendiri? Yang benar saja. "Jika kamu sibuk biar aku yang antar Zelinda pulang." Tiba-tiba saja Erlando mendekat dan mengatakan akan mengantarkan aku pulang. "Kamu tak keberatan?" Saka bertanya pada Erlando. "Tidak, aku tak keberatan. Tapi tanya dulu pada Zelinda, apakah dia mau ikut bersamaku." Mereka berdua menatapku dengan tatapan menanti jawaban. "Bagaimana, kamu mau ikut Erlando pulang?" Sejujurnya, aku tak keberatan. Erlando dan aku cukup dekat sejak dua tahun ini, meski aku dan dia memang masih menjaga jarak di depan banyak or

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-24
  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   31. Bertemu kekasih gelap

    Pov Saka Aku membiarkan Zelinda pulang dengan Erlando, mau bagaimana lagi, aku sudah berjanji pada Clara untuk bertemu hari ini. Ya, sampai detik ini aku masih menjalin hubungan dengannya, sudah aku katakan sejak awal aku tak bisa jauh dari wanita itu. Clara selalu bisa membuat aku merasa bahagia, dia sedikit manja, tapi aku suka caranya meperlakukan aku selama ini. Aku tiba di mall tempat kami janjian, memakai topi dan kacamata hitam, aku keluar untuk bertemu dengan kekasihku. Clara meminta untuk menonton bioskop hari ini dan karena kesibukan ku yang padat kami memang lama tak bertemu, aku kasihan padanya jika tak mengabulkan permintaanya. Aku berjalan masuk ke dalam lif, Clara sudah menunggu di dalam bioskop sekarang dan aku masuk mendekat ke tempat duduknya. "Hay... "Hay sayang, kau terlambat." Clara menyapa dengan hangat, dia mendekat dan mencium pipiku dengan lembut. Wanginya selalu membuat aku merasa rindu, terlebih jika dia memakai pakaian terbuka seperti sekarang,

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-25
  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   32. Nyaman

    Berbicara dengan Erlndo ternyata membuat Zelinda merasa nyaman. Mereka lantas mengobrol lama, bahkan dia membantu wanita itu menyelesaikan semua pekerjaan kantor dengan mudah, dia selalu mendengarkan apa yang Zelinda katakan, bertukar pikiran dengannya dalam banyak cerita, bahkan tertawa lepas. Hal yang tak pernah Zelinda lakukan dengan siapapun selama ini. Zelinda menggagumi sikap dan cara Erlando menghargai orang lain. Kopi buatannya juga sangat enak, Zelinda tak tau dia juga seorang barista yang handal. Dia membuat Zelinda merasa punya harga diri sekarang. "Aku tak tau kau pandai membuat kopi." Zelin memuji dengan santun saudara suaminya itu. Niatnya membuatkan kopi untuk Erlando terganti karena Erlando memutuskan membuat kopinya sendiri. "Aku pernah belajar kopi saat berkunjung ke Italia beberapa tahun lalu." Ucapnya memjelaskan, bahkan suaranya saja membuat Zelinda merasa damai dan aman. "Kau suka bepergian?" Zelin bertanya dengan sangat antusias. "Ya, ke beberapa negara

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-27
  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   33. Berdusta

    Saka berjalan pelan ke arah mamanya, wajahnya berusaha setenang mungkin agar tak menimbulkan pikiran buruk padanya. "Apa kamu tak dengar saka, mama bertanya dari mana saja kamu?" "Ah, ada urusan mendadak ma, em... Sebaiknya kita masuk ke ruanganku saja." Ucap Saka setengah berbisik, ia tak mau Zelinda dan Erlando mendengarnya di marahi. "Kenapa harus di ruang kerjamu? Mama mau di sini saja." Sintia tak beranjak dari tempatnya duduk. "Ayolah ma, sebentar saja." Ucap Saka memohon dengan manja. Zelinda dan Erlando saling pandang dengan wajah datar, Zelin juga baru kali ini melihat Saka benar-benar maja pada mamaya. Sintia tak dapat menolak ajakan Saka, wanita itu berjalan masuk ke runag kerja putranya dan duduk di kursi utama ruangan itu. Wajahnya tajam menatap anak lelaki satu-satunya itu. "Kenapa mama harus ke ruangan ini untuk bicara padamu, kenapa? Ada yang kamu sembunyikan?" Saka mendekat perlahan dan duduk di depan ibunya. "Sebenarnya ini rahasia ma." Ucapnya mulai

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-04

Bab terbaru

  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   40. Makan malam romantis

    Malam begitu cerah, bintang banyak bertaburan di langit dan angin pantai seolah menambah kesan romantis pada malam itu. "Pelan-pelan." Ucap Saka menggandeng tangan Zelinda yanv sengaja dia minta untuk menutup mata. "Kita mau kemana?" Tanya Zelinda dengan perasaan tak menentu. "sabar dulu, kita hampir sampai." Ucap Saka dan terus menuntun Zelinda ke arah tampat mereka akan makan malam bersama. Sampi di sebuah gazebo dekat pantas, Saka membuka penutup mata Zelinda. Dengan mata yang sedikut kabur, Zelin berusaha meluhat apa yang kini ada di depannya. Sebuah meja makan bulay dengan taplak putih bersih sudah ada di depannya. lilin merah menyala di tengah meja dengan makanan pembuka yang mencuri perhatian karena bentuknya yang cantik. "Apa ini?" Zelinda bertanya dengan jantung berdegup kencang, diamerasa binggung sejaligus bahagia melihat apa yang saka usahakan untuknya malam ini. Saka menarik kursi makan dan mempersilahkan Zelinda duduk, merapikan gaun wanita itu dan barulah dia d

  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   39. Cinta yang mulai tumbuh

    Saka berjalan cepat ke arah hotelnya, melewati hamparan rumput yang cukup luas, dia masuk dari area kolam renang yang tak terlalu ramai. Sebelum sampai ke dalam hotel, dirinya sudah melihat Zelinda berdiri dengan tatapan binggung seolah sedang mencari seserang. "Apa yang kamu lakaukan di sini?" Ucap Saka megejutkan Zelin. lelaki itu tiba-tiba saja berdiri di belakang Zelinda. "kenapa kamu ada di sini?" Zelin bertanya lebih dulu, dia baru saja ingin mencari Saka di area pantai namun lelaki itu sudah berada di sini. "Aku, aku sudah bilang ingin jalan-jalan. kenapa?" "kamu di sini sejak tadi?" "ya, hanya di sekitar sini. Ada apa?" Tanya saka mulai merasa cemas jika Zelinda melihatnya bersama Clara. "kamu yakin?" Zelinda bertanya lagi, ia yakin betul melihat seseorang yng mirip dengan Saka berpelukan tadi. "Apa sih, aku sedang tak ingin bercanda. Ayo masuk!" Saka berjalan meninggalkan Zelinda dan masuk lebih dulu ke area dalam hotel. Dia berharap Zelinda percaya dan tak memba

  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   38. Perselingkuhan yang terlihat.

    Saka memutuskan keluar dari hotel tempat nya meginap dengan Zelinda, dia lantas berjalan ke arah pantai yang jaraknya hanya perlu menyeberang jalanan yang tak terlalu ramai. menikmati pemandangan pantai yang indah, membuat Saka tersenyum sendiri. Entah kapan terakhir dirinya menikmati suasana yang begitu menyenangkan seperti saat ini. "Hay!" Sebuah suara dari belakang membuat Saka terkejut. Tangan lentik dengan kuku panjang yang terawat sudah memeluknya begitu erat. Saka berbalik dengan cepat dan melihat Clara berdiri dengan bikini seksinya yang meyala terang di tengah panasnya pantai kuta sore itu. "Clara! kamu ngapain di sini?" Saka nampak tak suka melihat kedatangan pacarnya itu, entah kenapa dia merasa kali ini harusnya Clara tak berada di dekatnya. Wajah Clara nampak kesal sekarang, ia lantas melepaskan tangannya dari Saka dan melipat tangan di dada. "Aku ingin liburan ke sini, jadi aku menyusulmu. Ingat ya, aku nggak mau kamu dekat-dekat dengan si kampungan itu!" Uc

  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   37. Bulan madu.

    Zelin masih meyiapkan semua bajunya saat Saka datang dengan tergesa. wanita itu memilih diam, tak terlalu perduli dengan apa yang suaminya akan lakukan. Dia sudah menyiapkan baju Saka dalam koper, baju yang entah cocok atau tidak bagi suaminya. "Apa bajuku di sini?" Saka datang lebih siang dan tiba-tiba saja masuk ke dalam kamar. "ya, bajumu ada di dalam koper ini. Aku hanya siapkan yang menurutku terpakai, jadi kamu bisa tambahka sendiri baju mana yang ingin kaku bawa. "Nggak usah, itu saja susah cukup. Sudah aku mau bersiap." Ucap Saka lantas berjalan menuju ke kamar mandi di rumah itu. Saka bahkan tak mandi di rumah Clara karena merasa terburu-buru untuk pulang. zelinda mengangguk dengan ucapan Saka, dia lantas menarik kopernya sendiri keluar kamar dan membiarkan lelaki itu bersiap. zelinda menunggu di lantai bawah, meminum segelas jus sebelum berangkat dan meminta Rani memberinya salad sayur yang masih segar. "Ada surat untuk nyonya." Rani menaruh amplop coklat di ata

  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   36.

    "Apa, ke Bali?" Clara berdecak kesal mendengar Saka akan pergi bulan madu dengan Zelinda, istrinya. "Hadiah dari mama, aku tak bisa menolak Clara." Wanita itu berbalik dengan kesal dan menatap Saka dengan tajam. "Ya kamu kasih alasan apa gitu. Aku nggak rela ya kamu pergi berdua dengan wanita itu!" Ucapnya dengan tatapan tak mau kalah. "Jangan begitu Clara, aku juga tidak bisa menolak apa yang mama berikan. Jika aku tak pergi bulan madu dengan Zelin, mama bisa curiga pada kami." Clara melipat tangannya di depan dada. Mereka bertemu secara diam-diam hari ini, bertemu di rumah Clara. Saka menyewakan rumah itu untuk Clara tinggali. Saka memeluk wanita itu dari belakang dan berusaha merayunya agar mengizinkan dia pergi dengan Zelinda. Dia merasa sedang di puncak libidonya setelah kontak fisiknya dengan Zelinda pagi tadi. "Jika mama sampai curiga dan kami ketahuan, aku bisa kehilangan semuanya Clara. Jika aku kehilangan semuanya, bagaimana bisa aku membelikan rumah baru untukm

  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   35. Berkuda

    Zelinda mengendarai mobil menuju ke tempat Erlando merawat kuda-kudanya. Wanita itu memarkirkan mobilnya di area luar dan berjalan masuk mencari sosok yang dia ingin temui. "Nyonya ada di sini rupanya." Seorang staf Erlando menyapa dengan hangat. Dia adalah Bella, sekertaris yang sering ikut saat Erlando memiliki urusan bisnis. Kedatangan Zelin ke tempat itu bukanlah hal baru. Zelinda cukup sering datang untuk berkuda, dia selalu senang berada di ruangan terbuka, menimati udara yang sejuk dan merasakan adrenalinya terpacu kala menguasai laju kudanya dan merasa dirinya bisa mengendalikan laju kuda adalah sesuatu yang menyenangkan baginya. Zelin menatao Bella dengan senyum, meski dia bisa melihat bahwa Bella memang tak terlalu suka padanya sejak awal mereka bertemu. "Hay Bella, apa Elando sedang ada urusan pentingnya?." Zelinda menanyai sekertaris Erlando. Wanita itu selalu ada jika Erlando sedang mengurusi bisninya. "Iya nyonya, tuan ada pertemuan. Apa nyonya akan berkuda ha

  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   34.Rasa yang menyala

    Setelah kepulangan Sintia hari itu, Saka dan Zelinda tak banyak bicara seharian. Pagi ini mereka duduk bersama di halama belakang. Mereka jarang menikmati waktu seperti ini, namun kali ini Saka meminta Zelinda menemaninya duduk di teras belakang dan menikmati suasana pagi yang damai dan tenang. "Kopimu." Zelinda meletakkan secangkir kopi di meja, wanita itu latas duduk bersebelahan dengan Saka, suaminya. "Apa kamu sangat sibuk?" Saka bertanya pada Zelinda lebih dulu, sebelum ia mengeluarkan tiket pesawat untuk bulan madu mereka pada Zelinda. "Lumayan, besok harusnya aku ada pertemuan dengan salah satu kolega Star hotel dan melihat desain villa baru Rayon grup di kantor. Tapi mau bagaimana lagi, mama tiba-tiba saja meminta kita pergi sore ini. "Apa lusa dan selama satu minggu kedepan kamu sibuk sekali?" Zelin meletakkan lagi cangkirnya di meja, menatap wajah Saka dengan heran, kedua alisnya bahkan bertaut. "Ada apa? Tidak biasanya kamu begini?" "Tentang bulan madu ini, a

  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   33. Berdusta

    Saka berjalan pelan ke arah mamanya, wajahnya berusaha setenang mungkin agar tak menimbulkan pikiran buruk padanya. "Apa kamu tak dengar saka, mama bertanya dari mana saja kamu?" "Ah, ada urusan mendadak ma, em... Sebaiknya kita masuk ke ruanganku saja." Ucap Saka setengah berbisik, ia tak mau Zelinda dan Erlando mendengarnya di marahi. "Kenapa harus di ruang kerjamu? Mama mau di sini saja." Sintia tak beranjak dari tempatnya duduk. "Ayolah ma, sebentar saja." Ucap Saka memohon dengan manja. Zelinda dan Erlando saling pandang dengan wajah datar, Zelin juga baru kali ini melihat Saka benar-benar maja pada mamaya. Sintia tak dapat menolak ajakan Saka, wanita itu berjalan masuk ke runag kerja putranya dan duduk di kursi utama ruangan itu. Wajahnya tajam menatap anak lelaki satu-satunya itu. "Kenapa mama harus ke ruangan ini untuk bicara padamu, kenapa? Ada yang kamu sembunyikan?" Saka mendekat perlahan dan duduk di depan ibunya. "Sebenarnya ini rahasia ma." Ucapnya mulai

  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   32. Nyaman

    Berbicara dengan Erlndo ternyata membuat Zelinda merasa nyaman. Mereka lantas mengobrol lama, bahkan dia membantu wanita itu menyelesaikan semua pekerjaan kantor dengan mudah, dia selalu mendengarkan apa yang Zelinda katakan, bertukar pikiran dengannya dalam banyak cerita, bahkan tertawa lepas. Hal yang tak pernah Zelinda lakukan dengan siapapun selama ini. Zelinda menggagumi sikap dan cara Erlando menghargai orang lain. Kopi buatannya juga sangat enak, Zelinda tak tau dia juga seorang barista yang handal. Dia membuat Zelinda merasa punya harga diri sekarang. "Aku tak tau kau pandai membuat kopi." Zelin memuji dengan santun saudara suaminya itu. Niatnya membuatkan kopi untuk Erlando terganti karena Erlando memutuskan membuat kopinya sendiri. "Aku pernah belajar kopi saat berkunjung ke Italia beberapa tahun lalu." Ucapnya memjelaskan, bahkan suaranya saja membuat Zelinda merasa damai dan aman. "Kau suka bepergian?" Zelin bertanya dengan sangat antusias. "Ya, ke beberapa negara

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status