"Hadiah apa?" Rasa penasaran Linda pun memuncak. Dia melihat beberapa lembar kertas yang sudah ditulis oleh Surya, tetapi dia tidak paham isinya.Surya berkata, "Nggak usah lihat, kamu juga nggak akan mengerti. Malam ini aku nggak makan di rumah, jadi kamu makan sendiri. Aku harus pergi ke rumah Pak Hendra.""Rumah." Saat mendengar kata ini, hati Linda terasa hangat, jadi dia tersenyum.Lalu, Surya masih belum menyadari kalimat ini pada Linda tentang betapa beratnya akibat yang dia akibatkan. Setelah itu, sambil membawa beberapa lembar kertas itu, dia pun buru-buru pergi.Di saat bersamaan.Saat ini, di rumah Hendra, juru masak sudah menyiapkan semeja penuh hidangan. Hendra juga mengeluarkan anggur simpanannya dan meletakkannya di meja makan.Hendra, Dalin dan Indah duduk menunggu di sofa.Pada saat ini, bel pintu berbunyi. Indah pun langsung berdiri membuka pintu."Bapak sudah datang. Silakan masuk." Saat ini, sikap Indah pada Surya sudah berubah drastis. Bisa dibilang sangat sopan. B
Dengan adanya jaminan dari Hendra masuk ke sistem negara, dia bisa naik pangkat secara cepat.Namun, Surya tersenyum simpul sambil menjawab, "Pak Hendra, aku sudah terbiasa nggak terikat. Apalagi, ada urusanku sendiri yang harus dilakukan. Bapak jangan persulit aku lagi."Hendra mengela napas dan berkata, "Tiap orang punya ambisinya sendiri, aku tentu nggak akan memaksamu. Aku hanya berharap kamu bisa terus punya hati cinta tanah air."Setelah mengerutkan keningnya, Surya yang mengerti maksud Hendra pun berkata perlahan-lahan, "Pak Hendra tenang saja. Aku nggak pernah punya niat lainnya."Seusai berkata demikian, Surya berbalik dan pergi. Hendra terus memandangi bayangan punggung Surya sampai sudah tidak terlihat lagi, dia baru pelan-pelan berbalik badan dan masuk ke dalam rumahnya.Setelah Surya sampai di rumah, dia melihat Linda yang mengenakan pakaian tidur minim bersandar miring di sofa, tampaknya Linda sudah tertidur.Tubuh indah berkulit putih terbaring di situ sungguh mencolok.
Rania buru-buru berkata, "Apa maksud kata-katamu ini?"Mira berkata dengan lugas, "Ada apa? Apa kata-kataku salah? Dia hanya seorang pekerja biasa dan sampai sekarang belum punya pekerjaan tetap. Kamu jangan sampai tertipu olehnya."Rania menggelengkan kepalanya dengan tidak berdaya. Sepertinya Mira masih belum tahu Surya yang sekarang sebenarnya merupakan keberadaan yang betapa hebat sampai mengatakannya seperti itu."Bohongi aku apanya? Dasar." Rania hanya bisa berkata demikian.Mira malah duduk di sampingnya lalu berkata, "Kabarnya kamu menjadi manajer umum Lintang Harapan?""Aku hanya jadi manajer umum satu departemen saja," ungkap Rania, mengoreksi kata-kata Mira.Mira tertawa, lalu berkata, "Ini sudah bagus. Sekarang kamu sudah jadi manajer umum. Bocah seperti Surya itu nggak punya pekerjaan jadi kebetulan memanfaatkan hubungan teman sekolah untuk mendekatimu, lalu menipu uang dan dirimu. Bukankah ini sudah jelas?"Sontak, Rania terkejut. Dia sungguh tidak mengerti cara pikir mac
Maksudnya sudah jelas, yaitu mereka sebaiknya segera pergi.Namun, Mira tampaknya tidak mengerti arti sorot mata Rania dan malah menyuruh pacarnya duduk sambil berkata, "Jarang-jarang kita bisa bertemu. Ayo makan bersama.""Ini sepertinya nggak pantas, 'kan? Bisa mengganggumu dan temanmu," bisik Rania pada Mira.Mira menjawab sambil tertawa, "Nggak akan ganggu. Kalau bersama lebih ramai."Rania sangat tidak berdaya dan hanya bisa menundukkan kepalanya diam-diam.Sejujurnya, dia sangat tidak ingin bertemu Mira di sini, apalagi makan bersama dengannya.Namun, bagaimana mungkin bisa dia katakan kata-kata ini?Sementara Surya hanya berkata dengan nada datar, "Daripada diundang bertemu, lebih baik kebetulan bertemu."Akan tetapi, di saat ini Mira malah berkata, "Surya, kabarnya Rania yang mentraktir kali ini?""Betul," jawab Surya.Mira menjawab dengan nada mengejek, "Apakah kamu tahu berapa harga sekali makan di sini?""Aku sungguh nggak tahu, aku jarang makan di tempat seperti ini."Ini m
Mira berkata sambil mengangkat dagunya, "Seorang eksekutif senior dari sebuah grup investasi internasional dan CEO cabang Aerovia yang akan segera didirikan. Pria yang begitu muda dan tampan baru pantas disandingkan dengan kecantikan dan penampilan muda kami, bukan orang rendahan sepertimu yang nggak punya apa-apa."Surya sungguh kehabisan kata-kata, kenapa sekarang dia menjadi pria rendahan yang tidak punya apa-apa?Apalagi, dia ingat saat Mira sekolah adalah seorang gadis idaman yang arogan. Semua pria tidak bisa mendekatinya dan menjulukinya si cantik yang dingin.Namun, sekarang kenapa dia bisa berganti-ganti pacar semudah itu? Perubahannya sungguh besar.Saat melihat Surya tidak bicara lagi, Mira makin merasa bangga dan berkata dengan nada dingin, "Sekarang kamu sudah tahu perbedaan kalian, 'kan? Ingat kata-kataku, jangan mengincar Rania. Sudah dengar belum?"Kali ini, Rania tidak tahan lagi dan buru-buru menyela, "Mira, kamu sudah salah paham. Sungguh bukan seperti yang kamu piki
Pada saat ini, Surya makan sambil menatap pria asing itu.Dia selalu merasa ada yang aneh dari kata-kata Mira.Kenapa tiba-tiba Mira bisa kenal pria asing yang berposisi begitu tinggi?Sesaat kemudian, sambil pura-pura menelepon, Surya mengambil foto pria asing itu. Dia mengirimkannya ke petugas intelijennya, Elsa, seorang peretas genius dan penembak jitu di kantor pusat luar negeri Pelita di Walla. Surya juga melampirkan nama pria asing tersebut, Richard Tyson.Setelah mengirimkannya, Surya tersenyum simpul karena nama pria ini sepertinya agak aneh.Sekitar belasan menit kemudian, dia menerima balasan dari Elsa.Di Walla memang ada Konsorsium Kapita, tapi tidak ada orang bernama Richard Tyson. Nama asli orang ini adalah Robert Saxon, seorang dalang yang dicurigai melakukan berbagai kasus penipuan dan telah menjadi buronan Negara Hesos selama lebih dari setahun.Setelah Surya selesai melihatnya, diam-diam dia menggelengkan kepalanya. Tampaknya, Mira sudah diincar.Begitu memikirkan Mir
Surya tertawa.Pria asing ini takutnya tidak pernah menyangka Surya punya sebuah jaringan intelijen tingkat internasional dan seorang peretas top sedunia.Jika tidak memiliki kemampuan ini, Surya juga tidak akan begitu tak terbendung saat memimpin Korps Tentara Maut bertahun-tahun.Pada saat ini, Surya tersenyum simpul dan berkata, "Robert Saxon, kamu melakukan banyak kasus penipuan di Negara Hesos dan sudah jadi buronan jadi kamu kabur ke Aerovia. Sekarang kamu mau mengulangi perbuatan burukmu dulu lagi. Katakanlah, kamu ingin mendapatkan apa dari Mira?"Begitu mendengar kata-kata ini, sontak wajah Robert berubah, dahinya juga mulai berkeringat.Dia sungguh tidak menyangka di negara ini masih bisa ada orang yang tahu kejahatannya. Bagaimana ini mungkin?Namun, dia juga seorang penipu kelas atas. Jadi, dia tidak panik dan tetap diam, langsung memikirkan cara melawan Surya.Akan tetapi, di saat ini Mira sudah merasa sangat emosional.Terlihat dia bangkit dengan tiba-tiba dan menunjuk Su
Namun, Mira mana mau mendengarkan kata-kata ini? Sambil memandang Rania dan Surya dengan kesal, dia menggelengkan kepala dengan emosional."Sungguh dua orang yang sangat bodoh. Aku nggak mau berdebat dengan kalian lagi. Terserah kalian saja mau bagaimana. Nanti jangan sampai menyesal ya, Rania."Seusai mengatakan kalimat ini, Mira pun bersiap pergi.Namun, pada saat ini ponselnya berdering. Setelah melihat peneleponnya, dia langsung menjawabnya."Halo, Bu Linda, Anda mencari saya?" Nada bicara Mira terdengar senang.Sekarang semua orang di Sukajaya tahu Konsorsium Pelita adalah bos dari Grup Sukajaya yang sesungguhnya. Sedangkan Linda ini adalah bos terbesar di baliknya.Bagi Mira, bisa menerima telepon dari Linda secara langsung sungguh kehormatan tak terhingga.Namun, dari dalam ponsel malah terdengar suara Linda yang dingin berkata, "Mira Wesley, kamu dipecat. Segera pergi ke Grup Sukajaya untuk mengurus prosedur pengunduran diri.""Apa?" Mira sungguh tidak berani memercayai apa yan