Surya berkata sambil terkekeh, "Bukankah aku sedang menunggu? Ayo."Eko terlihat sangat kesal. Bagaimanapun juga, dia tidak mau kehilangan muka. Kalau tidak, kelak bagaimana dia bisa terus berkuasa di tempat ini? Namun, kekuatan Surya membuatnya merasa takut.Akan tetapi, dia juga tidak percaya Surya yang sendirian itu tidak terkalahkan.Kemudian, Eko mengeluarkan ponselnya untuk memanggil pasukan. Setelah menelepon, dia mengajak kedua rekannya duduk di bangku lain dan menunggu.Melihat situasi tegang antara kedua belah pihak, pemilik toko terlihat sangat panik. Namun, dia tidak bisa membujuk siapa pun, jadi dia hanya bisa menunggu dengan panik.Sepuluh menit kemudian, sebuah kendaraan off-road melaju kemari. Lalu, lima orang bertubuh kekar turun dari mobil.Pemimpin mereka bergegas ke hadapan Eko, lalu berkata, "Kak, ada apa?"Setelah melihat mereka tiba, Eko langsung merasa sangat percaya diri.Di hari biasa, Eko adalah seorang preman yang memiliki banyak teman berkelakuan buruk. Kem
Dia berjalan ke hadapan Surya, lalu berbisik, "Dik, jangan mencari masalah lagi. Dia memiliki koneksi, kamu akan rugi besar.""Jangan takut, hari ini aku akan menangani mereka. Aku jamin kelak tidak akan ada seorang pun yang akan mengganggumu," kata Surya dengan acuh tak acuh.Mendengar ucapan Surya, pemilik toko terlihat sangat kewalahan. Dia hanya menghela napas, lalu berjalan pergi dalam diam.Saat ini, dia telah mengetahui bahwa Surya bukanlah orang biasa.Meskipun keduanya berkelahi karena dirinya, pemilik toko tidak bisa ikut campur lagi.Pada saat ini, Surya yang memiliki indra sensitif telah mendengar semua percakapan Eko di telepon.Namun, Surya tidak memedulikannya. Dia sedang menunggu pamannya Eko datang kemari. Hari ini, Surya harus memberi mereka pelajaran yang setimpal agar Eko dan pamannya tidak memiliki kesempatan untuk menyombongkan dirinya lagi.Memikirkan hal ini, Surya mengeluarkan ponselnya dan bersiap untuk menelepon Linda. Dia ingin meminta Linda membawa penanggu
Pada saat ini, Eko buru-buru maju dan berkata, "Paman. Oh, bukan, Pak Theo. Restoran ini nggak higienis. Aku pergi periksa dan suruh mereka berhenti beroperasi untuk memperbaiki masalahnya, tapi bosnya nggak menurut, masih ingin melukai kami. Coba lihat, gigiku patah karenanya."Theo memelototi Eko dengan keji. Dia tentu saja tahu seberapa buruknya moral Eko, keponakan luarnya ini.Akan tetapi, dia tidak bisa diam saja melihat keponakannya dipukul orang. Jika tidak, saat dia pulang ibunya pasti akan memarahinya habis-habisan.Oleh karena itu, dia berbicara dengan nada kaku, "Siapa yang memukulmu?"Eko segera menunjuk Surya sambil berkata, "Dia orangnya."Theo melangkah dengan langkah santai menghampiri Surya, lalu bertanya dengan nada dingin, "Kamu yang memukulnya?""Betul," jawab Surya dengan nada datar.Saat Theo melihat ekspresi acuh tak acuh Surya, sontak emosinya tersulut."Hei, menyerang aparat penegak hukum adalah kejahatan besar. Apa kamu tahu sekarang aku bisa menyuruh orang m
Ini masih hal kecil. Andaikan Pak Diki sungguh serius dan bahkan ikut menyelidikinya, hal-hal jahat yang dia lakukan itu apa masih bisa disembunyikan?Begitu memikirkan sampai di sini, kedua kaki Theo sudah gemetar hebat.Sedangkan anak buahnya melihat Theo seperti itu juga serbasalah dan terpana di sana.Hanya Eko yang tidak tahu parahnya masalah dan berkata, "Pak Theo, cepat bereskan dia."Theo ingin sekali menghabisi keponakan pecundangnya ini.Namun, sekarang yang harus dia pertimbangkan adalah bagaimana melindungi dirinya sendiri.Sesaat kemudian, dia tiba-tiba memikirkan caranya dan berteriak, "Eko, ada apa ini sebenarnya?"Eko pun terpana. Sambil memandang Theo, dia berkata, "Paman, bukankah semuanya sudah kukatakan di telepon?""Katakan apanya? Bos, kemari sebentar," kata Theo memanggil bos restoran tadi.Pemilik restoran itu datang dengan wajah bingung, lalu dengan takut-takut berdiri di hadapan Theo.Theo berkata dengan lembut, "Bos, katakanlah sejujurnya apa dia makan tanpa
Ternyata dia!Dalin Wijaya, putra dari orang yang berjasa mendirikan negara, Hendra Wijaya, Jenderal Dalin yang sekarang menjabat jadi penanggung jawab utama area militer di Provinsi Andaru!Di mata orang-orang, Dalin sudah dianggap sebagai tokoh yang kelak akan menjadi salah satu tokoh besar di Kota Senara, Negara Aerovia. Dia adalah orang tingkat atas dari pihak militer, kelak akan menjadi pilar negara.Saat ini, Theo sudah mulai berpikir untuk mengakhiri nyawanya. Karena kakinya sudah lemas, dia langsung terjatuh di lantai.Sementara itu, Eko jelas masih tidak tahu seberapa parahnya kejadian ini. Begitu melihat pamannya terjatuh di lantai, dia buru-buru memapah sambil berkata, "Paman kenapa?"Di lain sisi, Dalin berjabat tangan sambil tersenyum pada Diki, lalu berkata, "Kebetulan hari ini agak senggang, lalu bertemu anak buahmu yang sedang menindas orang dan membuatku nggak tahan. Jadi, aku meneleponmu."Sontak, ekspresi Diki berubah drastis.Di antara tokoh besar seperti mereka, be
"Betul ...." Theo mana berani menyangkal lagi, dia hanya bisa menerima kenyataan ini dengan penuh penderitaan.Saat ini, Diki berkata dengan ekspresi muram, "Sekarang jabatanmu ditangguhkan. Bawa keponakanmu pergi ke tempat yang seharusnya untuk menerima penyelidikan. Aku akan mengawasimu menyelidiki kasus ini secara pribadi, jangan harap bisa menyembunyikan apa pun."Begitu mendengar kata-kata ini, Theo hampir saja pingsan.Diki akan mengawasinya sendiri, apa mungkin dia masih bisa selamat? Begitu memikirkan begitu banyak hal buruk yang dia lakukan, lalu memikirkan akibat yang akan dia hadapi, Theo pun tidak mampu bertahan lagi dan langsung pingsan di tempat.Saat ini, Eko juga sudah tahu ada masalah besar sampai kedua kakinya gemetaran.Meskipun Diki hanya membawa satu orang, aura pemimpin kelas atas di tubuhnya tidak dimiliki oleh orang biasa.Ditambah dengan kondisi pamannya yang seperti itu, Eko sudah tahu Diki adalah atasan tingkat tinggi. Kali ini dia sudah tamat.Saat ini, sekr
"Hadiah apa?" Rasa penasaran Linda pun memuncak. Dia melihat beberapa lembar kertas yang sudah ditulis oleh Surya, tetapi dia tidak paham isinya.Surya berkata, "Nggak usah lihat, kamu juga nggak akan mengerti. Malam ini aku nggak makan di rumah, jadi kamu makan sendiri. Aku harus pergi ke rumah Pak Hendra.""Rumah." Saat mendengar kata ini, hati Linda terasa hangat, jadi dia tersenyum.Lalu, Surya masih belum menyadari kalimat ini pada Linda tentang betapa beratnya akibat yang dia akibatkan. Setelah itu, sambil membawa beberapa lembar kertas itu, dia pun buru-buru pergi.Di saat bersamaan.Saat ini, di rumah Hendra, juru masak sudah menyiapkan semeja penuh hidangan. Hendra juga mengeluarkan anggur simpanannya dan meletakkannya di meja makan.Hendra, Dalin dan Indah duduk menunggu di sofa.Pada saat ini, bel pintu berbunyi. Indah pun langsung berdiri membuka pintu."Bapak sudah datang. Silakan masuk." Saat ini, sikap Indah pada Surya sudah berubah drastis. Bisa dibilang sangat sopan. B
Dengan adanya jaminan dari Hendra masuk ke sistem negara, dia bisa naik pangkat secara cepat.Namun, Surya tersenyum simpul sambil menjawab, "Pak Hendra, aku sudah terbiasa nggak terikat. Apalagi, ada urusanku sendiri yang harus dilakukan. Bapak jangan persulit aku lagi."Hendra mengela napas dan berkata, "Tiap orang punya ambisinya sendiri, aku tentu nggak akan memaksamu. Aku hanya berharap kamu bisa terus punya hati cinta tanah air."Setelah mengerutkan keningnya, Surya yang mengerti maksud Hendra pun berkata perlahan-lahan, "Pak Hendra tenang saja. Aku nggak pernah punya niat lainnya."Seusai berkata demikian, Surya berbalik dan pergi. Hendra terus memandangi bayangan punggung Surya sampai sudah tidak terlihat lagi, dia baru pelan-pelan berbalik badan dan masuk ke dalam rumahnya.Setelah Surya sampai di rumah, dia melihat Linda yang mengenakan pakaian tidur minim bersandar miring di sofa, tampaknya Linda sudah tertidur.Tubuh indah berkulit putih terbaring di situ sungguh mencolok.