Penampilan dan perawakan pramugari pada dasarnya memang tidak ada masalah, ditambah dengan pakaiannya, Melina juga tampak cukup menarik.Setelah Surya duduk, dia tersenyum dan menyapa, "Halo.""Halo, Pak Surya," sapa Melina sambil tersenyum.Surya menjawab, "Jangan terlalu sopan, panggil saja aku Surya.""Aku nggak berani. Atasan kami takut padamu, mana mungkin aku berani memanggilmu seperti itu," sahut Melina dengan nada genit.Surya tersenyum, kemudian membalas, "Mereka adalah mereka, kamu adalah kamu, kalian berbeda. Katakan padaku, kenapa kamu mencariku?""Nggak ada apa-apa, aku cuma ingin mentraktirmu makan," jawab Melina sambil tersenyum.Surya tertegun, lalu bertanya, "Cuma untuk makan?""Bukankah begitu? Kamu sudah banyak membantuku. Kamu tahu, sejak kejadian itu, aku dipromosikan menjadi kepala kru. Ini semua berkat kamu."Setelah insiden bandara, Melina dengan cepat dipromosikan menjadi kepala kru oleh manajer umum Grup Bandara Kota Juwana. Melina dijanjikan bahwa selama dia
Mendengar itu, Surya tanpa bisa ditahan tertawa. Dia juga tidak tahan lagi dengan sikap sombong keduanya, jadi berkata, "Bahkan anak Leonard juga memanggilku 'kakak', tapi aku saja nggak sesombong kamu."Mendengar itu, Steven tersentak. Saat ini, Widya berdecak, lalu berkata, "Oh, menakutkan sekali. Jangan-jangan yang kamu bilang adalah putranya penanggung jawab Provinsi Andaru? Kamu benar-benar berani membual apa saja, ya."Widya tanpa bisa ditahan menggelengkan kepalanya dengan tidak sudi.Saat ini, Steven baru tersadar. Lelucon macam apa itu? Putranya Leonard mana mungkin kenal dengan sampah seperti pria ini, apalagi memanggil pria ini dengan panggilan 'kakak'? Dia saja tidak punya kesempatan untuk kenal dengan putranya Leonard, memang siapa pria ini?Kemudian, Widya berkata dengan muram, "Bocah, kalau kamu berani sembarangan bicara lagi, hati-hati aku menangkapmu.""Dia adalah penipu yang ahli. Nona, buka matamu lebar-lebar. Lihat, dia bilang dia kenal dengan putranya Leonard, apa
Wanita itu melirik Surya, lalu berkata sambil menarik tangan Surya, "Bocah, kamu sudah menabrakku, antar aku ke rumah sakit."Surya pun seketika mengerutkan keningnya. Dia bisa juga mengalami masalah seperti ini?Hal ini tidak ada hubungannya dengan dia. Dia bahkan tidak menyetir mobil. Namun, wanita tua ini bilang dia yang menabraknya. Bukankah ini sama saja dengan penipuan?Namun, Surya tetap berkata, "Nggak apa-apa kalau mau aku mengantarmu ke rumah sakit. Tapi kita perjelas dulu, bukan aku yang menabrakmu.""Bocah, jadi orang harus punya hati nurani. Menabrak orang, tapi nggak mau mengakuinya. Bagaimana bisa seperti itu?"Wanita itu menarik baju Surya erat-erat sambil berkata seperti itu, terlihat tidak mau menyelesaikan masalah ini begitu saja.Surya juga tidak berdaya. Wanita tua ini terjatuh karena terpeleset, mungkin mengalami sedikit patah tulang.Namun, hal ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan dirinya.Oleh karena itu, Surya pun berkata, "Nek, masalah ini benar-benar
Steven berpikir sebentar, lalu tersenyum sambil berkata, "Tenang saja, biar aku yang mengurus masalah ini. Dia bukan hanya akan membayar biaya obat, membayar kompensasi kepada nenek ini, tapi juga akan dipenjara.""Aku tentu saja tenang dengan pengaturan Tuan Muda Steven. Kalau begitu, aku pergi dulu. Nek, ada Tuan Muda Steven di sini, kamu tenang saja. Dia pasti akan mendapat hukuman. Aku sudah mau kembali ke kampus, jadi aku pergi dulu," kata Widya.Wanita tua itu melambaikan tangannya sembari berkata, "Nak, kamu benar-benar sangat baik. Terima kasih, ya. Aku benar-benar sangat berterima kasih.""Nggak apa-apa, ini adalah hal yang seharusnya kami lakukan," kata Widya sambil tersenyum.Saat ini, seorang pria tua dan muda berlari kemari dengan tergesa-gesa ke sisi wanita tua itu. Mereka menanyakan keadaan dengan cemas. Kelihatannya, itu adalah putra dan suami wanita tua itu. Mereka seharusnya tinggal di dekat sini.Saat ini, Widya melihat ke arah Surya, lalu berkata sambil menggelengka
Wanita tua, putranya dan suaminya itu, semua mengatakan bahwa Surya yang menyebabkan kecelakaan ini, jadi dia harus bertanggung jawab penuh.Steven di samping juga berkata, "Aku bisa menjadi saksi. Semua yang mereka katakan adalah kebenarannya. Aku melihat semuanya sendiri. Selain itu, dia juga berkendara di bawah pengaruh alkohol."Polisi yang memimpin itu bernama Ciko Amaratus. Dia melihat ke arah Surya, lalu bertanya sambil mengerutkan keningnya, "Sudah minum bir?""Ya, tapi aku nggak menyetir," kata Surya.Saat ini, Steven datang ke samping Ciko, lalu berbisik sebentar di samping pria itu. Setelah itu, mereka pergi ke samping untuk berbicara sebentar baru kembali ke lokasi kejadian.Saat ini, Ciko berkata, "Kamu diduga berkendara di bawah pengaruh alkohol. Sekarang tes dulu."Sambil mengatakan itu, Ciko mengeluarkan alat pengetes. Namun, Surya berkata dengan dingin, "Aku nggak menyetir, untuk apa mengetes?""Kamu sudah membuka mobil. Selain itu, sudah ada saksi yang bilang kamu sud
Surya tersenyum simpul, lalu berkata, "Siapa yang sial masih belum pasti.""Aku jamin yang nggak beruntung pasti bukan bosku. Anak muda, tolong jangan menangis ya nanti," kata Betran dengan sinis.Steven tertegun sejenak, tiba-tiba tertawa terbahak-bahak, lalu berkata, "Bos? Apa-apaan ini? Kalau aku nggak bisa menanganinya, aku akan mengubah namaku jadi nama kalian, sialan."Betran sangat marah, wajahnya menjadi muram. Dia ingin memberi pelajaran pada Steven, tapi dihentikan oleh Surya.Steven melihatnya, lalu segera berkata, "Pak Ciko, mereka masih ingin memukuliku. Lihat betapa brutalnya mereka."Ciko mengerutkan kening, lalu berkata, "Jangan membuat masalah.""Dia yang membuat masalah, bukan kami," kata Surya dengan nada dingin.Ciko mengerutkan kening, lalu berujar, "Kendaraan kalian akan disita untuk sementara waktu. Kembalilah bersama kami dulu untuk penyelidikan.""Pikirkan dengan baik. Apa yang dilakukan Steven adalah kesaksian palsu. Kalau kamu melakukan ini, kamu mungkin ngga
Saat ini, Steven berteriak dengan marah, "Ciko, apa yang kamu lakukan? Kamu bahkan nggak bisa menangani orang nggak berguna seperti ini. Tunggu apa lagi?"Ciko tidak punya pilihan selain melambai ke arah bawahannya. Dua anak buahnya melangkah maju, lalu berdiri di samping Surya seolah-olah mereka ingin membawa Surya pergi dengan paksa."Bekerja sama saja dulu. Sekarang ikut bersama kami dulu, oke?" Ciko juga merasa sangat kesal. Dia merasa sungguh tidak beruntung menghadapi masalah semacam ini.Namun, saat ini Betran tersenyum sambil berkata, "Aku sarankan kamu untuk lebih berhati-hati. Jangan sampai kehilangan pekerjaan karena masalah ini.""Memang kamu siapa? Kamu nggak punya otoritas di sini. Percaya atau nggak, aku akan mengurusmu juga?" Steven sangat marah. Jika dia bahkan tidak bisa mengurusi Surya, dia pasti akan malu kalau Widya mengetahuinya nanti. Betran yang ikut campur dalam urusan ini, menurut pandangannya, juga layak untuk dibereskan.Betran mencibir, lalu berkata, "Kalau
Ketika melihat Yenny datang, Surya langsung berkata, "Pakai kacamata hitam di malam hari, apa kamu nggak takut tertabrak sampai mati?""Bos, apa yang kamu bicarakan? Aku peduli padamu, makanya datang ke sini secara khusus untukmu, tapi kamu malah mengutukku. Bukankah ini nggak baik?" balas Yenny sambil tersenyum.Surya menggelengkan kepalanya. Yenny datang ke sisi Raka, menatapnya, lalu bertanya, "Apakah sudah diselesaikan?""Ini sedang diselesaikan," kata Raka.Yenny menatap Raka dengan tatapan merendahkan, lalu berkata, "Ini hanya masalah kecil. Kenapa kamu butuh waktu yang lama untuk menyelesaikannya? Dasar pecundang."Raka menjadi marah, lalu berteriak, "Yenny, siapa yang kamu maki? Percaya atau nggak, aku akan memukulmu?""Aduh, kamu mau memukuliku? Hanya dengan satu pukulan saja, aku bisa membuat kamu babak belur, percaya atau nggak?" balas Yenny dengan nada menghina.Raka juga sangat marah. Wanita ini sudah menindasnya tidak hanya satu atau dua hari. Setidaknya, sekarang dia jug