"Jangan khawatir, Kak. Serahkan saja masalah ini padaku," balas Raka.Setelah makan, Rio berkata, "Akhir-akhir ini aku punya banyak waktu luang, jadi aku melatih keterampilan mengemudiku. Aku pikir aku sudah mencapai tingkatan puncak dalam kemampuan mengemudi."Surya tersenyum simpul, menepuk bahu Rio, lalu berujar, "Kamu bukannya berlatih kultivasi dengan keras, tapi malah berlatih keterampilan mengemudi. Sepertinya sikap kekanak-kanakanmu nggak pernah hilang, ya?"Rio membalas sambil tersenyum, "Tentu saja. Bagi seorang kultivator, berlatih kultivasi memang adalah hal yang penting, tapi sedikit hiburan juga diperlukan."Raka berkata, "Baiklah, aku akan bersaing denganmu untuk melihat siapa yang lebih cepat.""Raka," panggil Surya.Rio menjawab, "Baiklah, ayo kita balapan dengan dua mobil."Raka melirik Surya, mengangkat satu jari sembari berkata, "Satu mobil."Rio bertanya dengan ekspresi bingung di wajahnya, "Bagaimana kita bisa bersaing hanya dengan satu mobil?"Raka menjawab, "Kam
Rosa melihat sesuatu yang aneh dalam ekspresi Surya. Dia mengerutkan kening sembari bertanya, "Kenapa? Apa ada sesuatu yang terjadi?"Surya menatap Rosa, menjawab pertanyaannya, "Apakah Organisasi Tongin tahu sesuatu tentang kondisi Kamber?"Rosa adalah anggota Organisasi Tongin, jadi dia pasti mengetahui beberapa informasi internal Organisasi Tongin. Rosa mengangguk, lalu menjawab, "Kamber dikendalikan oleh orang-orang dari dua faksi utama, Faksi Daun Merah dan Faksi Daun Hijau. Awalnya, Organisasi Tongin juga berspekulasi tentang apa yang terjadi kali ini. Konferensi internasional nggak akan mengajukan keberatan secara terbuka. Pada akhirnya, semua ini akan diserahkan pada pihak Kamber untuk menyelesaikan masalah secara internal.""Pada akhirnya, hasilnya sesuai dengan apa yang kami duga, ternyata memang demikian.""Lalu ... seberapa banyak yang kamu ketahui tentang Faksi Daun Merah dan Faksi Daun Hijau?" Surya bertanya lagi, ingin mengetahui lebih banyak dari Rosa, melihat apakah Or
"Apa kamu tahu betapa sombongnya bocah itu tadi?"Rio keluar dari mobil dengan wajah muram, lalu berkata, "Pak Raka, orang itu nggak mau hidup. Kita nggak perlu bersaing dengannya. Cepat atau lambat, orang seperti itu akan bertemu dengan seseorang yang lebih kejam darinya.""Sialan, sebaiknya jangan sampai aku melihatnya lagi lain kali!" Raka menendang botol air mineral yang tergeletak di tanah. Surya melangkah mendekat, lalu bertanya, "Rio, ada apa dengan kalian? Apa yang terjadi?"Rio menjawab dengan wajah muram, "Aku dan Pak Raka sedang balapan mobil di luar. Di tengah jalan kami bertemu dengan seseorang yang nggak takut mati. Orang itu mengendarai McLaren. Dia mengira kami sedang menantangnya, jadi dia mengejar kami. Dia bahkan menghalangi jalan di tengah perjalanan. Pak Raka merasa nggak terima, jadi dia mau menantangnya, tapi aku menghentikannya.""Jadi, dia sangat marah saat ini."Surya menenangkan Raka dengan mengatakan, "Sudahlah. Raka, jangan marah lagi. Kalian hanya berkenda
"Ya, berdasarkan informasi yang aku dapatkan, malam ini Wirdo akan membawa koleksinya untuk dijual di sebuah lelang bawah tanah. Katanya, koleksi Wirdo bernilai sekitar 20 miliar. Berdasarkan kondisi Wirdo, dia nggak mungkin bisa membeli koleksi senilai 20 miliar.""Aku mengerti.""Kakak, bagaimana menurutmu kita harus bertindak dalam hal ini?""Jangan membuat ular waspada. Kamu atur saja semuanya. Kita akan pergi ke acara lelang bersama-sama nanti malam.""Baiklah."Sore harinya, Surya mengubah penampilannya menjadi Aksha, lalu membawa Raka ke sebuah bar bawah tanah di Juwana. Raka mengeluarkan surat undangan, lalu membawa Surya ke tempat lelang bawah tanah.Keduanya duduk di tempat yang agak terpencil. Setelah menunggu sebentar, mereka akhirnya melihat Wirdo masuk ke sebuah ruangan bersama seorang pemuda. "Sialan, itu dia!" Raka hampir bangkit berdiri, tapi Surya segera menahannya, "Jangan gegabah. Apa kamu mengenalnya?"Raka menahan amarah di dalam hatinya sambil menjelaskan, "Orang
"Aku akan membelinya dengan harga 700 juta!""Tujuh ratus enam puluh juta!""Aku bayar 1 miliar!"Setelah seorang pria paruh baya menyebut harga 1 miliar, suasana di ruangan menjadi hening. Pada akhirnya, tidak ada yang berpikir bahwa nilai kaldron perunggu ini akan melebihi 1 miliar. Bagaimanapun juga, ini hanya sebuah kaldron perunggu seukuran teko teh. Meski dulunya digunakan oleh keluarga kerajaan, tidak mungkin memiliki nilai yang begitu tinggi."Satu miliar, satu kali!""Satu miliar, dua kali!"Saat ini, melihat pembawa acara berteriak dua kali, Surya langsung mengangkat tanda di tangannya sambil berkata, "Aku menawar 2 miliar!""Dua miliar! Pria ini menawar 2 miliar. Apakah ada yang ingin menawar lebih tinggi dari 2 miliar?""Kita benar-benar melihat keajaiban!""Dua miliar, satu kali!""Dua miliar, dua kali!""Dua miliar, tiga kali, terjual!"Pembawa acara memberikan pukulan tanda jadi ke meja. Pada akhirnya, kaldron perunggu ini dibeli oleh Surya dengan harga 2 miliar. Awalnya
"Terakhir kali kamu sudah kalah, apa kamu nggak mau membalas kekalahan?"Ketika Raka menatapnya dengan ekspresi kesal. Dia tiba-tiba menjadi marah, lalu berkata dengan nada dingin, "Masuk ke dalam mobil."Surya dan Raka masuk ke dalam mobil. Begitu Raka mengemudikan mobilnya keluar dari tempat parkir, pria bertopi itu juga mengemudikan mobilnya ke samping. Dia membuka jendela mobil, memberi isyarat pada Raka untuk bicara.Raka menurunkan kaca jendela mobil, lalu bertanya, "Bagaimana kita akan bertanding?"Pada saat ini, pria bertopi itu meludahkan permen karet langsung ke wajah Raka. Dia tersenyum dingin, menginjak pedal gas, lalu mobil McLaren langsung melaju. Pria bertopi itu mengolok dengan berkata, "Kamu akan menang kalau kamu bisa mengejarku.""Sialan, bajingan ini!" Raka melepas permen karet dari wajahnya, lalu melemparkannya ke tanah. Surya berkata, "Sekarang aku akhirnya mengerti kenapa kamu begitu marah. Jalanlah, aku akan mendukungmu tanpa syarat.""Terima kasih, Kak. Ini ada
Melihat Raka yang mengendalikan mobilnya terus mendekat, kali ini pria bertopi itu sudah tidak bisa meningkatkan kecepatan lagi karena McLaren sudah hampir mencapai batasnya."Sial, bagaimana aku bisa kalah?"Pria bertopi itu melirik ke kaca spion, lalu mengeluarkan pistol dari kantong belakang kursi penumpang, sebelum tersenyum dan berkata, "Kalau begitu, kalian semua mati saja!"Di jalur berkecepatan tinggi, pria bertopi itu tiba-tiba menjulurkan kepalanya, lalu melepaskan tembakan ke arah mobil Raka. Peluru tersebut langsung mengenai ban depan kanan Ferrari dan dengan suara dentuman yang keras, ban tersebut mengeluarkan udara sehingga menyebabkan Ferrari mulai bergetar hebat.Sudut mulut pria bertopi itu melengkung, kemudian dia berkata, "Huh, cara lama adalah memecahkan ban dengan satu tembakan, kemudian meledakkan tangki bahan bakar dengan satu tembakan lain. Mobil akan meledak dan berguling-guling, kemudian api akan melahap semua barang bukti."Memikirkan hal ini, pria bertopi it
Surya mengangguk dan berkata, "Ya, itu benar."Saat ini, Raka sedang duduk di sana, badannya terus gemetar. Yenny melirik ke arah Raka, kemudian Raka bertanya, "Kenapa kamu melihatku? Pikiranku masih sangat kacau, jangan tanya aku."Surya menyela, "Apa kami boleh pergi?"Yenny berkata, "Karena masalah ini cukup penting, berdasarkan situasi yang sudah diketahui sekarang, khawatirnya kalian masih perlu menunggu lebih lama lagi.""Baiklah, kalau begitu tunggu saja."Setelah subuh, anggota investigasi kriminal kembali. Setelah dilakukan penyelidikan, mereka menemukan memang ada pistol di dalam mobil McLaren yang terbakar. Berdasarkan analisa balistik, kedua peluru tersebut memang berasal dari pistol tersebut.Meskipun anggota tim investigasi tidak mengetahui kenapa pria bertopi itu menembak ban mobilnya sendiri dengan tembakan kedua, setelah dia menembaki kendaraan di belakangnya, mereka sudah bisa menyimpulkan bahwa hal itu adalah fakta.Pria bertopi itu menerima akibatnya dari perilaku b