Keesokan paginya, dua pria berjas ditelanjangi dan dilempar ke gerbang markas laboratorium. Paolo menggebrak meja sambil berkata, "Orang ini sangat nggak tahu malu, aku akan menyelesaikan masalah dengannya sekarang!""Berhenti, Paolo. Beruntung mereka baik-baik saja. Sekarang, kita nggak tahu bagaimana sikap Dimon. Sebaiknya kita dengarkan apa yang mereka bilang dulu."Ralph menatap kedua pria itu, lalu berkata, "Katakan padaku apa yang terjadi sebenarnya."Mereka berdua berlutut di tanah dengan ekspresi malu di wajah mereka. Setelah menceritakan keseluruhan cerita, pria berjas itu berkata, "Pak, Dimon bilang kalau sekarang, Faksi Daun Merah dan Faksi Daun Hijau belum terpecah belah dan konferensi internasional yang akan datang bisa memberikan pukulan keras bagi Negara Kamber, jadi ...."Ralph menyela, "Jadi, apa yang dia katakan?""Dimon berharap dendam terakhir terhadap Pak Paolo hanyalah dendam pribadi dan masalah kali ini akan berakhir seperti ini. Kalau nggak, kalau kedua faksi be
"Ibu!"Saat ini, ibu Tina datang ke atap seraya membawa tongkat, menatap Surya dan Tina dengan ramah sambil berkata, "Surya adalah pria yang bisa kamu andalkan seumur hidup. Ibu nggak bisa membiarkanmu kehilangan kebahagiaanmu demi Ibu. Ibu nggak bisa begitu egois.""Ibu."Mata Tina memerah. Setelah berhubungan dengan Surya selama ini, Tina sangat jatuh cinta pada Surya. Akan tetapi, ibunya selalu menjadi simpul di hati Tina. Kini, ibunya berinisiatif mengucapkan kata-kata tersebut dan hati Tina sangat terharu, tetapi dia juga menggelengkan kepalanya."Kenapa, kamu nggak setuju?"Dengan berlinang air mata, Tina menjawab dengan tercekat, "Ibu adalah ibuku dan Ibu sudah melahirkan aku. Aku nggak bisa meninggalkan Ibu sendiri demi diriku sendiri. Kalau Ibu benar-benar ingin aku mengikuti Surya untuk tinggal di Negara Aerovia, aku harap Ibu bisa pergi ke Negara Aerovia bersamaku ....""Bu, bagaimana kalau kita pergi ke Negara Aerovia bersama?"Ibu Tina menatapi matahari terbenam, matanya m
Tina mengatakan dalam suratnya bahwa dia tahu ibunya tidak akan berubah pikiran. Kematian ayahnya merupakan pukulan besar bagi ibunya, jadi Tina berharap Surya berhenti memaksanya. Karena ibunya memutuskan untuk tetap tinggal, Tina pun juga memutuskan untuk tetap tinggal.Oleh karena itu, Tina tidak akan pergi ke Negara Aerovia untuk tinggal bersama Surya.Untuk menghindari rasa canggung dari keduanya, Tina memutuskan untuk pergi sementara dan kembali setelah masalah Grup Greenergy selesai."Sial."Setelah membaca surat itu, Surya menyadari ada yang tidak beres dan bergegas turun untuk mencari Tina di jalan."Tina! ....""Tina, kamu di mana? ....""Pulanglah, aku nggak akan memaksamu lagi! ....""Keluarlah!"...Saat Surya berteriak, Shakira muncul di jalan dan berjalan ke arahnya. Wanita itu berkata sambil tersenyum, "Surya, tolong berhenti teriak. Karena Tina sudah memutuskan untuk pergi dan nggak bertemu denganmu untuk saat ini, kamu harus menghormati pilihannya, 'kan?"Surya menjaw
"Carmen?" ulang Surya. Dia berpikir sejenak, lalu berkata, "Membuatnya berubah pikiran?""Benar. Ingat, kamu nggak bisa membunuhnya. Nggak peduli cara apa yang kamu gunakan, aku ingin dia berubah pikiran. Beri aku waktu satu hari lagi. Selama suatu hari, aku bisa membuat mereka tutup mulut.""Baiklah, aku akan mencobanya, tapi bisakah kamu mengizinkan aku bicara sedikit dengan Tina? Aku ingin memastikan keselamatannya.""Tentu saja boleh"Kali ini, suara isak tangis Tina terdengar dari telepon. Tina berkata, "Surya, maafkan aku. Aku sudah merepotkanmu.""Nggak apa-apa. Tina, dengarkan aku, masalah ini nggak ada hubungannya denganmu, aku akan datang untuk menyelamatkanmu secepatnya. Jangan takut, ya?""Hmm."Surya ingin menghibur Tina lagi, tetapi orang sebelumnya sudah menyambar ponsel, lalu berkata, "Baiklah, Surya, ingat namaku Barney. Sebaiknya kamu ingat namaku. Grup Greenergy akan menyambutmu untuk bergabung. Sudah, saatnya kamu bertindak."Setelah berkata demikian, Barney langsun
Shakira menyela, "Pak Carmen, aku mau bertanya. Bisakah membicarakan tentang saran dari perwakilan berbagai negara mengenai masalah ini dengan kita?""Oh, nggak bisa," jawab Carmen menggelengkan kepalanya. Pria itu kembali berkata dengan senyuman di wajahnya, "Aku pikir kalian harus tahu betul bahwa konferensi internasional ini sangat penting. Aku nggak bisa mengungkapkan isi pertemuan itu sebelum acaranya dimulai. Apalagi, kalau kalian cukup tulus, menurutku kalian harus menunjukkan sikap kalian ....""Aku harap kalian tahu, karena Ralph aku setuju untuk bertemu dengan kalian. Kalau kalian nggak bisa meyakinkan aku, aku pikir kita nggak perlu membuang waktu satu sama lain lagi."Wajah Shakira memanas. Dia mengira Carmen adalah orang yang baik, tetapi dia tidak menyangka Carmen adalah orang yang sangat lihai. Memang untuk bisa menjadi wakil dari Negara Hesos, Carmen jelas merupakan sosok yang dewasa dan berpengalaman.Surya kemudian berkata, "Pak Carmen, menurutku permasalahan Grup Gre
"Huh, sepertinya kamu cukup pandai dalam melakukan sesuatu. Besok, datanglah ke pusat Grup Greenergy. Aku ingin bertemu langsung denganmu.""Boleh, tapi kamu harus menunggu sampai konferensi selesai. Aku akan mengantar perwakilan dari masing-masing negara ke bandara, kemudian aku akan pergi mencarimu.""Orang-orang tua tercela ini, memangnya Negara Kamber tempat di mana mereka bisa datang dan pergi kapan pun mereka mau? Cepat atau lambat, aku akan membuat para pengganggu ini membayar harganya!"Setelah berkata demikian, Barney menutup panggilan teleponnya.Surya menghela napas lega, lalu membawa Shakira kembali ke kediamannya. Setelah ibu Tina membaca surat Tina, dia tidak bisa tidur dan berdiri di depan pintu, menunggu dengan cemas.Melihat Surya pulang, ibu Tina buru-buru menghampiri dan bertanya, "Surya, bagaimana? Apa kamu sudah menemukan Tina?""Ya, Bibi, jangan khawatir, aku sudah menemukan Tina. Ibu seharusnya tahu dengan jelas tentang tempramennya. Saat ini, Tina belum ingin pu
Tom tak kuasa menahan tawa ketika melihat Surya mengulurkan tangannya untuk bersaing dengannya. Namun, Tom juga orang yang suka bertarung. Di masa lalu, tidak peduli siapa yang datang untuk menantang, Tom akan memberikan segalanya. Kali ini, jika Surya ingin bersaing dengannya, Tom juga tidak akan menolak."Nak, biar kuberi tahu, aku nggak pernah kalah. Tunggu saja, aku akan mempertahankan kekuatanku. Kalau kamu kalah, cepat pergi dari sini!""Oke."Surya menyahut dengan tenang, "Selama kamu mengalahkanku, aku akan segera pergi dari sini, tapi kalu aku yang menang, aku ingin kamu menuruti perintahku mulai sekarang sampai kalian naik pesawat dan pergi. Bagaimana kalau begitu?""Huh, kamu nggak malu dengan perkataanmu, tapi aku hargai kesombonganmu. Baiklah, aku setuju, toh kamu juga nggak akan bisa menang. Kemari!"Tom memegang tangan Surya, lalu keduanya berdiri berhadapan dengan tenang dan saling menatap. Meski dari luar, tak satu pun dari mereka yang melakukan gerakan lebih jauh, nya
"Orang itu betulan membelikan aku teh susu?"Tom menatap pelayan itu dengan ekspresi tidak percaya, kemudian bertanya, "Apa dia menyuruhmu menyampaikan sesuatu padaku?"Pelayan wanita itu tersenyum dan menyahut, "Ya, memang ada. Pak Surya bilang kalau teh susu kopi ini rasanya enak. Dia ingin kamu mencicipinya.""Ada yang lain?""Nggak ada.""Terima kasih."Setelah pelayan pergi, Tom melihat teh susu di tangannya. Meskipun dia masih sangat menentang Surya dan mengumpat dengan suara pelan, pria itu tetap mencoba memasukkan sedotan ke dalam gelas teh susu itu dan meminumnya.Konferensi ini berlangsung selama empat jam. Menjelang berakhir, Tom menerima panggilan telepon dari Carmen."Pak Carmen, ada apa?""Tom, apa Pak Surya masih di sana?""Pak Surya? Pak Surya yang mana?""Surya Pratama.""Oh," sahut Tom melirik ke arah kedai kopi. Pria itu kemudian berkata, "Dia masih ada di sini.""Baiklah, sekarang konferensinya sudah selesai, ajak dia masuk. Bilang saja padanya kalau aku yang mengun