ํ™ˆ / Fantasi / Tiga Mayat Satu Takdir / Bab 50: Pelarian dari Bangunan Kuno

๊ณต์œ 

Bab 50: Pelarian dari Bangunan Kuno

์ž‘๊ฐ€: Pok Jang
last update ์ตœ์‹  ์—…๋ฐ์ดํŠธ: 2025-03-25 12:35:41

Udara di ruang terpelihara terasa dingin dan tebal, membawa aroma kayu tua yang lapuk dan logam kuno, sementara dentuman keras rantai raksasa mengguncang pintu kayu yang kini penuh celah kecil. Cahaya redup dari permata di langit-langit berkilau samar, memantulkan bayang-bayang boneka kecil yang bergerak agresif di luar, mata merah mereka menyala seperti bara haus darah.

Kael berdiri di dekat luncur lendir Sophia, tangannya mengepal erat, matanya biru menyipit penuh tekad saat menatap pintu yang hampir jebol, jantungnya berdebar oleh ancaman yang menanti.

Sophia melangkah maju, tangan mungilnya terangkat, dan lendir bening mengalir dari tubuhnya, memperkuat luncur di bawah mereka. โ€œPegang eratโ€”kita keluar sekarang!โ€ katanya, suaranya halus namun tegas, lalu menembakkan bola lendir besar dari tangannya, menghantam pintu seperti batu raksasa hingga kayu itu berderit keras dan terbuka lebar. Luncur lendir melaju cepat, mencengkeram kaki Kael dan kelompoknya dengan lembut namun kuat, m
์ด ์ฑ…์„ ๊ณ„์† ๋ฌด๋ฃŒ๋กœ ์ฝ์–ด๋ณด์„ธ์š”.
QR ์ฝ”๋“œ๋ฅผ ์Šค์บ”ํ•˜์—ฌ ์•ฑ์„ ๋‹ค์šด๋กœ๋“œํ•˜์„ธ์š”
์ž ๊ธด ์ฑ•ํ„ฐ

๊ด€๋ จ ์ฑ•ํ„ฐ

  • Tiga Mayat Satu Takdir ย ย ย Bab 51: Pelarian Melalui Sungai dan Misteri Portal

    Udara di lereng gunung terasa dingin dan basah, angin kencang membawa aroma tanah lembap dan rerumputan liar yang bergoyang liar di sisi tebing berbatu. Luncur lendir Sophia melaju cepat menuruni gunung, permukaannya licin namun kuat mencengkeram kaki Kael dan kelompoknya, meski getaran keras dari batu-batu kecil yang terlepas membuat mereka bergoyang hebat. Kael mengepalkan tangan, matanya biru menyipit penuh fokus, jantungnya berdebar oleh urgensi waktuโ€”monster serigala jadian dan parasit gelap yang mereka bunuh sebelumnya bisa bangkit kapan saja. Laila mengeluarkan frekuensi sonik rendah, suara berdengung halus menggema di udara, menghancurkan batu-batu kecil yang menghalangi jalur luncur dengan pecahan tajam yang beterbangan. Sarah menunjuk arah dengan Mata Sihir, mata ungunya menyala terang, โ€œKe bawahโ€”sungai di sana!โ€ serunya, suaranya tegas meski napasnya tersengal, sementara Murphy mengaktifkan perisai emas tipis, melindungi mereka dari serpihan batu yang menyengat kulit. L

    ์ตœ์‹  ์—…๋ฐ์ดํŠธ : 2025-03-25
  • Tiga Mayat Satu Takdir ย ย ย Bab 52: Hutan Misterius dan Gua Madu

    Cahaya hijau kehitaman dari portal Perpustakaan Tersegel melingkupi Kael dan kelompoknya. Udara dingin lorong berganti dengan hembusan hangat yang membawa aroma daun basah, kayu tua, dan tanah lembap. Pusaran energi menarik mereka ke dalam kegelapan berputar, membuat jantung Kael berdegup kencang. Matanya yang biru menyipit, mencoba menembus bayang-bayang yang bergerak cepat di sekitarnya. Tiba-tiba, kaki mereka mendarat di tanah empuk. Rumput basah menyentuh kulit dengan dingin yang menusuk, sementara pepohonan raksasa menjulang di sekitar mereka. Daun-daunnya bergoyang pelan ditiup angin lembut, menciptakan bisikan samar di tengah keheningan hutan asing ini. Kael bangkit dengan cepat, tangannya meraba bola lendir Sophia yang licin dan dingin di dalam saku mantelnya. Matanya memindai sekelilingโ€”Sarah, Laila, Murphy, dan Sophia berdiri tak jauh darinya, utuh di bawah kanopi hijau tebal yang hampir menutupi langit. โ€œKita keluar bersama,โ€ gumamnya lega, meski alisnya berkerut menatap

    ์ตœ์‹  ์—…๋ฐ์ดํŠธ : 2025-03-26
  • Tiga Mayat Satu Takdir ย ย ย Bab 53: Penyergapan Beruang Magis

    Udara di dalam gua terasa dingin dan lembap, aroma tanah basah Aethel bercampur dengan manisnya madu dari genangan keemasan. Namun, auman beruang magis mengguncang dinding gua, membuat Kael dan kelompoknya menegang, keringat dingin membasahi kulit mereka. Kael menarik napas dalam-dalam, matanya biru menyipit penuh tekad. Tangannya menyala tipis dengan kabut hijau kehitamanโ€”Racun Melemahkan dari Teknik Racun Tiga Mayat yang ia kuasai. โ€œKita sergap beruang ituโ€”dagingnya bisa jadi bekal dan memulihkan Sophia,โ€ katanya, suaranya rendah namun tegas. Ia melirik kelompoknya, โ€œAku akan jadi umpan; kalian sembunyi di balik batu dan serang saat aku beri isyarat.โ€ Sarah mengangguk cepat, mata ungunya menyala dengan Mata Sihir. Tangannya menciptakan ilusi samar yang menyamarkan Murphy, Laila, dan Sophia di balik batu besar. Bayang-bayang mereka lenyap dalam dinding berlumut. โ€œAku akan sembunyikan kalianโ€”beruang itu pasti tahu ada penyusup,โ€ katanya, suaranya tegang namun fokus, napasnya terse

    ์ตœ์‹  ์—…๋ฐ์ดํŠธ : 2025-03-26
  • Tiga Mayat Satu Takdir ย ย ย Bab 54: Bayang di Dalam Gua

    Dalam gua kecil di hutan Aethel, malam menyelimuti dunia luar dengan kegelapan pekat. Cahaya api unggun kecil berkedip lemah, memantulkan bayangan di dinding batu yang kasar. Angin malam bersiul pelan melalui celah-celah gua, membawa aroma daun basah bercampur ketegangan samarโ€”sesuatu mengintai di hutan, namun belum menampakkan diri. Kael duduk bersandar di dinding gua, napasnya sedikit berat sambil memegang lengan kanannya yang terluka. Luka ituโ€”goresan dalam akibat serangan beruang magis sebelumnyaโ€”masih terasa nyeri, meski darahnya sudah mulai mengering di permukaan kulitnya. Rasa sakit itu mengingatkannya pada pertarungan sengit yang meninggalkan bekas ini, dan kini dia harus menahan rasa sakit demi kelompoknya. โ€œKita belum tahu apa yang ada di luar sana,โ€ katanya, suaranya rendah namun penuh kewaspadaan, โ€œSemua harus tetap siaga. Tetapi untuk sekarang, kita istirahatโ€”aku perlu mengatasi lukaku ini.โ€ Sarah berlutut di sisinya, membuka tas kain kecil yang berisikan perban dan

    ์ตœ์‹  ์—…๋ฐ์ดํŠธ : 2025-03-27
  • Tiga Mayat Satu Takdir ย ย ย Bab 55: Pertarungan di Tengah Bayang Hutan

    Malam di hutan Aethel terasa semakin gelap, angin dingin bersiul melalui celah-celah pepohonan raksasa, membawa aroma daun basah dan tanah lembap yang bercampur dengan ketegangan samar. Di dalam gua kecil, cahaya api unggun yang berkelap-kelip memantulkan bayangan Kael dan kelompoknya di dinding batu yang kasar. Kael berdiri di ambang pintu gua, matanya yang biru menyipit menatap kegelapan di luar, sementara tangannya yang terluka berdenyut pelan di bawah perban ketat yang baru dibalut oleh Sarah. โ€œSarah, Laila, Murphy, Sophiaโ€”tetap di dalam dan lindungi satu sama lain,โ€ katanya, suaranya rendah namun tegas, penuh kewaspadaan. โ€œAku perlu tahu apa yang terjadi di luar sana. Jika itu bukan ancaman buat kita, aku akan segera kembali.โ€ Ia melirik ke arah mereka, memastikan posisi mereka aman di balik batu besar dekat api unggun. Sarah mengerutkan dahi, tangannya mencengkeram lengan Kael sejenak. โ€œKael, lukamu belum sembuhโ€”โ€ protesnya terpotong saat Kael menggeleng cepat. โ€œAku baik-bai

    ์ตœ์‹  ์—…๋ฐ์ดํŠธ : 2025-03-27
  • Tiga Mayat Satu Takdir ย ย ย Bab 56: Kabut dan Ilusi di Hutan Aethel

    Malam di hutan Aethel terasa semakin mencekam. Angin dingin berdesir melalui pepohonan raksasa, membawakan aroma darah segar dan bulu basah yang samar tercium di udara. Cahaya bulan yang redup tersaring oleh kanopi tebal, menciptakan bayang-bayang yang bergoyang liar di tanah berlumut. Kael berdiri di tepi lapangan kecil, matanya yang biru menyipit menatap pertempuran sengit di depannya. Jantungnya berdegup kencang saat raungan monyet raksasa setinggi tiga meter mengguncang udara. Luka di lengannya berdenyut tajam di bawah perban, namun ia menahan rasa sakitnya, berfokus pada ancaman yang kini tak bisa dihindari lagi. Ia menoleh ke belakang, melihat Sarah, Laila, Murphy, dan Sophia mendekatinya dengan wajah penuh kekhawatiran. Kael menghela napas pasrahโ€”kelompoknya berkumpul kembali, dan pertempuran yang ia coba hindari sejak awal kini menatap mereka langsung. โ€œKita tak punya pilihan,โ€ gumamnya, suaranya rendah namun tegas. โ€œTapi kita tak akan bertarung langsungโ€”kita bantu mereka da

    ์ตœ์‹  ์—…๋ฐ์ดํŠธ : 2025-03-28
  • Tiga Mayat Satu Takdir ย ย ย Bab 57: Pelarian di Atas Lendir

    Udara malam di hutan Aethel bergemuruh dengan jeritan monyet. Aroma logam samar dari sisa-sisa Racun Halusinasi Kael masih bercampur dengan bau tanah basah dan aroma anyir darah. Sebagian besar monyet kecil terhuyung-huyung, mata mereka sayu, terperangkap dalam bayangan ilusi yang tak nyata. Namun beberapa mulai tersadar, sayap-sayap kurus mereka bergetar, berusaha membuang sisa-sisa racun yang melekat. Di atas kekacauan itu, pemimpin merekaโ€”monyet raksasa setinggi tiga meterโ€”berdiri tegak, matanya menyala-nyala seperti bara api, penuh dendam. Sayapnya yang robek berkibar ganas, setiap gerakannya memicu gelombang udara yang mengguncang daun-daun di sekitarnya. Raungan kerasnya menggema di antara pepohonan, sebuah tantangan yang jelas bagi siapapun yang berani menghalangi jalannya. Kael, napasnya tersengal, menopang lengan kanannya yang masih nyeri. Di sampingnya, seorang wanita berjubah hijau berdiri tegak, wajahnya tenang namun matanya tajam mengamati setiap gerakan monyet raksa

    ์ตœ์‹  ์—…๋ฐ์ดํŠธ : 2025-03-28
  • Tiga Mayat Satu Takdir ย ย ย Bab 58: Kedatangan Phoenix dan Rahasia Tersembunyi

    Hutan Aethel membungkus mereka dalam kesunyian yang mencekam, hanya sesekali dipecah oleh desiran angin yang berbisik di antara pepohonan tua yang menjulang tinggi. Aroma anyir darah dari pertempuran sebelumnya masih menggantung di udara, bercampur dengan bau tanah basah dan sentuhan samar belerang yang menyengatโ€”tanda kehadiran sesuatu yang luar biasa dan berbahaya. Di tepi sungai luas yang gelap, Kael dan kelompoknya berdiri tegap, napas mereka tersengal, tangan mereka siaga di senjata dan mantra. Jantung mereka berdetak kencang, irama yang selaras dengan gemuruh samar yang mendekat dari langit malam. Api berkobar liar di kejauhan, menari-nari dalam pola rumit yang membentuk bayangan mengerikan di permukaan air hitam dan tanah berlumut. Panas menyelinap ke kulit mereka, membawa aroma asap dan logam cair yang semakin kuat. Kael menggenggam erat bola lendir Sophia di saku mantelnya, matanya biru menyipit ke arah sumber ancaman itu, sementara Sarah menyiapkan Mata Sihir-nya, energi

    ์ตœ์‹  ์—…๋ฐ์ดํŠธ : 2025-03-29

์ตœ์‹  ์ฑ•ํ„ฐ

  • Tiga Mayat Satu Takdir ย ย ย Bab 101 โ€” Hutan Labirin Racun

    Paman Peter kembali ke rumah persembunyian mereka dengan nafas memburu. Wajahnya yang biasanya santai kini mengeras penuh ketegangan. โ€œAku dapat kabar buruk,โ€ katanya, begitu masuk. โ€œBanyak kelompok lain yang bergerak ke area terlarang Akademi Vitrum. Lebih dari yang kita perkirakan.โ€ Kael yang sedang membentangkan peta langsung menoleh. โ€œSeberapa banyak?โ€ โ€œSedikitnya sepuluh kelompok. Dan mereka bukan kelompok biasa,โ€ jawab Paman Peter cepat. โ€œAda kelompok pemburu bayaran, kelompok murid senior, bahkan rumor tentang orang-orang yang bukan dari akademi.โ€ Kata-katanya membuat ruangan menjadi berat. Murphy bersiul pelan. โ€œWah, ini lebih parah dari waktu di area terlarang Baseus. Setidaknya waktu itu kita tahu apa yang akan kita hadapi,โ€ gumamnya. Paman Peter mengangguk. โ€œArea ini tidak pernah dieksplorasi ratusan tahun. Tidak ada peta akurat sebelumnya. Kita baru saja beruntung mendapatkan salinan peta lama. Tapi tetap saja, apa yang menunggu di dalam... siapa yang tahu?โ€ Semua o

  • Tiga Mayat Satu Takdir ย ย ย Bab 100 โ€” Awan Gelap di Atas Vitrum

    Sambil menunggu waktu malam untuk beraksi, Kael memanggil Paman Peter ke sudut ruang, jauh dari pendengaran yang lain. Dengan suara rendah, ia meminta bantuan sang paman untuk bergerak lebih awalโ€”mengamati situasi di sekitar Akademi Vitrum. Kekhawatiran menekan dada Kael. Ia butuh lebih dari sekadar kesiapan; ia butuh informasi. Terutama tentang kelompok-kelompok bayangan yang mungkin muncul saat Ordo Cahaya membuka pintu area terlarang yang selama ini tersembunyi dari dunia. Akademi Vitrum menyimpan lebih dari sekadar reruntuhan tua. Adanya keterlibatan penyihir kuno dalam sejarahnya telah menarik perhatian banyak pihak. Ordo Cahayaโ€”seperti biasaโ€”bergerak atas nama 'pencerahan', namun Kael tahu lebih baik. Di balik topeng suci mereka, tersembunyi ambisi rakus terhadap Batu Sihir, artefak kuno yang diyakini mampu mengubah nasib siapa pun yang memilikinya. Tak hanya Ordo Cahaya. Organisasi bayangan, para pemburu artefak, bahkan keluarga-keluarga bangsawan yang haus kekuasaan, semua

  • Tiga Mayat Satu Takdir ย ย ย Bab 99 โ€” Bayangan di Kota

    Suasana mencekam membebat udara di ruangan kecil itu. Hanya bunyi detak jarum jam tua dan napas yang tertahan memenuhi kesunyian. Setiap detik berlalu terasa seperti tarikan waktu yang tak berujung, menekan dada mereka dengan rasa waswas yang makin berat. Kael duduk bersandar di dinding, matanya tajam menatap pintu, seolah berusaha menembusnya dengan pandangan. Sarah merapatkan jubahnya, telapak tangannya mengepal di atas lutut. Laila menggenggam erat tangan Sophia yang duduk di sebelahnya, sementara Murphy berulang kali mengetuk lantai dengan ujung sepatunya tanpa sadar. Setengah jam berlalu, penuh ketegangan membeku. Akhirnya, langkah kaki berat mendekat dari kejauhan. Mereka semua menahan napas. Ketukan tiga kali di pintuโ€”kode yang sudah mereka sepakati. Pintu dibuka perlahan, memperlihatkan sosok Paman Peter dengan wajah tegas. Matanya menyapu seluruh ruangan, memastikan tidak ada yang terluka atau panik. "Rumah itu aman," katanya, suaranya berat namun membawa kelegaan. "Tapi

  • Tiga Mayat Satu Takdir ย ย ย Bab 98 โ€“ Harta Tersembunyi dan Bahaya di Balik Lorong

    Begitu pintu tersembunyi itu terbuka, pandangan mereka langsung disambut oleh pemandangan yang membuat napas tercekat. Di balik dinding batu yang tampak polos itu tersembunyi sebuah ruangan rahasiaโ€”penuh dengan bekalan yang ditumpuk tinggi, seolah-olah gudang ini sengaja dipersiapkan untuk menghadapi bencana besar. Murphy melangkah lebih dulu, matanya berbinar seperti anak kecil yang menemukan harta karun. "Apa... semua ini... bekalan?" gumamnya penuh kekaguman, hampir tidak percaya dengan apa yang dilihat. Rak demi rak dipenuhi makanan kering, roti keras, daging asap, buah-buahan awet. Lebih dalam ke ruangan itu, barisan peti kayu besar tersusun rapi, masing-masing terisi potion beraneka warna, senjata dari logam berkualitas, serta perlengkapan perangโ€”baju zirah, busur, anak panah, bahkan beberapa gulungan mantra. "Apakah ini milik Ordo Umbra?" bisik Murphy, suaranya bergetar antara takjub dan girang. "Kenapa mereka menyembunyikannya di tempat seperti ini?" Suaranya menggantung

  • Tiga Mayat Satu Takdir ย ย ย Bab 97: Serangan Senyap dan Rahasia Tersembunyi

    Lorong rahasia itu menggigil dalam kegelapan. Dinding-dinding batu kasar, dingin dan basah, memantulkan gema langkah cepat Kael, Paman Peter, dan Lyra. Bau tanah lembap bercampur amis darah baruโ€”sisa penjaga luar yang mereka tumbangkanโ€”menguar, bercampur dengan kabut ungu ilusi yang membelai ujung lorong seperti hantu lapar. Di kejauhan, kapten Ordo Umbra berdiri terhuyung. Sosoknya tinggi, berjubah hitam seperti perwujudan malam, pedangnya berkilau redup dalam cahaya sihir. Matanya liar, terperangkap dalam labirin halusinasi yang menggerogoti nalar. Tiga anak buahnya, kehilangan kendali, saling menyerang membabi buta, dentang pedang mereka memekik di ruang sempit itu. Kael mengatupkan rahangnya, menarik napas pelan, lalu mengompresi sihir Racun Melemahkan di telapak tangannya. Mata birunya menyipit, fokus memburu detik yang tepat. โ€œPaman, cek ujung lorong. Pastikan tak ada yang lain!โ€ bisiknya. Suaranya tegas, tapi ada getar kecemasan yang tak bisa ia sembunyikan. Paman Peter men

  • Tiga Mayat Satu Takdir ย ย ย Bab 96: Serangan Senyap di Lorong Rahasia

    Hutan Eldoria terbungkus kegelapan malam, hanya suara raungan monster samar dan gemerisik dedaunan yang mengisi udara. Kabut tipis menyelimuti tanah, menyembunyikan langkah Kael, Paman Peter, dan Sophia saat luncur lendir Sophia meluncur diam, membawa mereka menuju bukit utara. Luncur itu, licin namun kokoh seperti ular hidup, bergerak tanpa suara, menghindari ranting dan batu dengan presisi. Kael berjongkok di depan, tangannya meremas kantong ruang, matanya biru memindai bayang-bayang, sihir racunnya berdengung pelan di nadinya. Paman Peter, jubahnya menyala samar oleh rune kamuflase, menatap ke depan, alisnya berkerut mengingat luka pedang bayang kemarin. Sophia, matanya merah berkilat di bawah tudung, mengendalikan luncur, bibirnya melengkung tipis, seolah menikmati ketegangan. Mereka berhenti di tepi bukit, bersembunyi di balik pohon raksasa yang akarnya menjalar seperti jaring. Di depan, mulut lorong rahasiaโ€”lubang batu tersembunyi di sisi bukit, ditutupi lumut dan rune samarโ€”d

  • Tiga Mayat Satu Takdir ย ย ย Bab 95: Perburuan dan Lorong Rahasia

    Malam di hutan Eldoria berlalu dengan damai, meski raungan monster sesekali menggema di kejauhan, menggetarkan dedaunan pohon-pohon raksasa. Gua markas kelompok Kael, tersembunyi di balik akar kuno dan lumut tebal, tetap aman. Kabut lendir Sophia, yang diciptakan secara sporadis di mulut gua, menghilangkan bau mereka, menipu hidung monster yang berkeliaran. Api unggun meredup, hanya menyisakan bara hangat, dan kelompok tidur nyenyak, energi mereka pulih setelah hari penuh ketegangan. Pagi menyapa dengan sinar fajar yang menyelinap melalui celah-celah hutan, membangunkan kelompok dengan aroma sup jamur dan roti panggang yang disiapkan Paman Peter. โ€œBangun, makan dulu sebelum kerja!โ€ katanya, wajahnya kerut tapi matanya cokelat penuh semangat, mengaduk panci di unggun. Kael, yang sudah bangun, memeriksa kantong ruangnya, memastikan bekal darurat aman. โ€œKita habiskan daging kering dulu,โ€ katanya tenang, matanya biru fokus. โ€œHari ini kita akan pergi memburu monster yang bisa dimakan,

  • Tiga Mayat Satu Takdir ย ย ย Bab 94: Kantong Ruang dan Ancaman Identitas

    Hutan Eldoria menyelimuti malam dengan kegelapan tebal, hanya suara jangkrik dan dedaunan bergoyang yang memecah sunyi. Di celah pohon-pohon raksasa, di mana lumut tebal menutup tanah dan akar kuno menjalar, ketegangan menyelimuti kelompok Kael dan empat murid akademi Vitrum. Jubah abu-abu murid-murid itu kotor darah, potion hijau di tangan pemimpin perempuan menyala samar, matanya cokelat penuh curiga. Murphy, pedang sihirnya terangkat, mendengus marah, amarahnya membara atas โ€œpengkhianatanโ€ murid Vitrum yang kabur. Udara terasa berat, seperti menanti percikan api meledakkan pertempuran baru. Pemimpin perempuan Vitrum, rambut cokelat terikat, mengangkat tangan, suaranya goyah tapi tegas. โ€œBerhenti! Kami tahu kalian marah karena kami kabur tadi. Tapi kami tak punya pilihanโ€”potion kami habis, kami tak bisa lawan lagi. Jika tetap di sana, kami cuma jadi sasaran serangan kalian atau penyerang lain. Kami minta maaf jika membuat kalian marah.โ€ Ia menundukkan kepala, tanda tulus, diiku

  • Tiga Mayat Satu Takdir ย ย ย Bab 93: Potion dan Ketegangan Hutan

    Hutan di luar Eldoria berguncang oleh ledakan, pohon-pohon raksasa bergoyang, daun-daun berjatuhan seperti hujan. Raungan dan jeritan samar bergema, diselingi dentuman keras yang makin mendekat ke gua markas kelompok Kael. Api unggun di gua meredup, asap sup jamur Paman Peter masih menguar, tapi semua berdiri waspada, tangan mencengkeram senjata atau sihir. Molly dan Vale, kini pulih sepenuhnya pasca-evolusi, berkicau tajam, sisik zamrud dan bulu hijau mereka berkilau, cakar dan angin siap. Kael menatap kegelapan hutan, matanya biru menyipit. โ€œLedakan itu bukan sembarang pertempuran,โ€ katanya tegang. โ€œKita cari tahu apa ituโ€”dan apakah ancaman untuk kita. Molly, Vale, kalian ikut. Yang lain, formasi rapat, siap serang.โ€ Ia mengangguk ke Lyra, yang botol airnya menyala samar, dan Sophia, yang lendirnya bergetar di tangan, matanya cokelat menyala antusias. Mereka keluar dari gua, langkah hati-hati, menyusuri hutan lebat. Akar-akar kuno menjalar di tanah, lumut tebal menutup batu, ud

์ข‹์€ ์†Œ์„ค์„ ๋ฌด๋ฃŒ๋กœ ์ฐพ์•„ ์ฝ์–ด๋ณด์„ธ์š”
GoodNovel ์•ฑ์—์„œ ์ˆ˜๋งŽ์€ ์ธ๊ธฐ ์†Œ์„ค์„ ๋ฌด๋ฃŒ๋กœ ์ฆ๊ธฐ์„ธ์š”! ๋งˆ์Œ์— ๋“œ๋Š” ์ฑ…์„ ๋‹ค์šด๋กœ๋“œํ•˜๊ณ , ์–ธ์ œ ์–ด๋””์„œ๋‚˜ ํŽธํ•˜๊ฒŒ ์ฝ์„ ์ˆ˜ ์žˆ์Šต๋‹ˆ๋‹ค
์•ฑ์—์„œ ์ฑ…์„ ๋ฌด๋ฃŒ๋กœ ์ฝ์–ด๋ณด์„ธ์š”
์•ฑ์—์„œ ์ฝ์œผ๋ ค๋ฉด QR ์ฝ”๋“œ๋ฅผ ์Šค์บ”ํ•˜์„ธ์š”.
DMCA.com Protection Status