Suara teriakan tersebut berasal dari Maria, dia muncul tepat di depan mereka semua. Luna tersenyum melihat siluman ular muncul di depan mereka."Aduh, aduh, you coba lihat itu, dia muncul dan dia sepertinya ingin menjadi Ibu you sesungguhnya, sungguh terlalu sekali siluman ular ini ya, banyak pria tapi suami orang yang dikejar," sindir Luna menatap sinis ke arah Maria yang berjalan mendekati mereka. Alex yang mengetahui Ibunya datang langsung berubah wajahnya menjadi masam, dia tidak percaya kalau Ibunya datang ke sini. Alex berbalik memandang ke arah Maria yang saat ini sudah berada di sampingnya. Maria menatap tajam ke arah musuh-musuhnya, ia pura-pura-pura marah tapi sesungguhnya dia mencari keberadaan dari Cakra dan ternyata Cakra tidak ada di sana. Maria terlihat tenang walaupun hatinya bertanya kemana pria yang selama ini dia, incar. Alex yang melihat perubahan wajah Maria sudah menduga kalau wanita ini pasti mencari mafia itu. Alex semakin marah dan kesal karena Maria tidak
Asisten Alex yang sudah membawa korban dari kecelakaan yang tuannya lakukan segera membawa korban tersebut ke rumah sakit terdekat. Sesampainya di rumah sakit, asisten Alex memanggil suster dan segera suster membawa korban ke IGD. Asisten Alex menunggu sampai selesai dokter merawat korban dari tuannya dan setelah itu dia membayar semua biayanya."Tuan, pasien sudah kita obati dan dia bisa dirawat di rumah sakit satu atau dua hari, kondisinya juga cukup baik," ucap Dokter menjelaskan kepada asisten dari Alex yang mengatakan kalau korban yang ditabrak oleh Alex baik walaupun harus dirawat. "Terima kasih Dokter, bisa saya bertemu dengan dia?" tanya sang asisten. "Silahkan," jawab Dokter. Asisten Alex menganggukkan kepala dan segera pergi menemui korban tuannya itu. Dengan raut wajah datar dan dingin asisten Alex masuk ke ruangan IGD untuk saat ini belum dipindahkan oleh suster. Saat tiba di depan wanita tersebut, asisten Alex meletakkan amplop coklat. "Motormu yang rusak akan digan
"Alasan, terlalu banyak drama lain yang aku katakan lain yang kamu," jawab ucap Ryan yang kesal dengan Alex. "Sudah tidak ingin hidup lagi ya?" tanya Alex memicingkan mata dengan tajam ke arah Ryan. "Apa pernah aku katakan kalau aku tidak ingin hidup lagi kalau untuk masalah itu semua sudah beres kamu tidak perlu khawatir dan foto yang satu itu sudah kamu lihat yang ketinggalan di hotel waktu itu, sudah kamu lihat siapa dia?" tanya Ryan"Itu foto?" tanya Alex lagi. "Menurutmu apa? Tagihan gajiku ya? Iyalah, itu foto sekarang sudah sana lihat. Sepertinya kamu meninggalkan sesuatu mungkin satu mafia lagi yang belum kamu selidiki," jawab Ryan yang membuat Alex menaikkan alisnya."Maksudmu satu satu mafia lagi? Siapa yang belum aku lihat, bukannya aku sudah melihatnya?" tanya Alex karena dia belum sempat melihat foto yang terakhir. "Aku mana tahu. Kata petugas kebersihan itu foto cewek. Apa itu foto cewek ini atau foto cewekmu yang kamu simpan takut ketahuan olehku, dasar munafik, tid
"Apa yang terbakar, Ryan?" tanya Alex dengan suara datar."Yang pasti markasmu yang menyimpan barang-barang semuanya terbakar dan mereka sepertinya sudah mengetahui kalau kita mencoba untuk menipunya," jawab Ryan. "Cari markasnya dan bakar kembali jangan ada sisakan satupun barang mereka, aku tidak ingin sampai mereka merasakan kebahagiaan karena sudah membakar markasku, lakukan sekarang cari semua markas milik Kenzi dan segera habisi semuanya," sahut Alex memerintahkan kepada Ryan untuk segera menghabisi markas yang menyimpan barang-barang milik Kenzi dan timnya. Mendengar perintah dari Alex, Ryan menganggukkan kepala, dia segera menghubungi anak buahnya untuk melakukan apa yang diperintahkan oleh tuannya. Ryan segera keluar, dia akan pergi ke markas yang ada di Barat karena dia takut jika markas tersebut dibakar. Alex mengepalkan tangannya, dia sangat marah karena dia tidak habis pikir di saat hatinya terluka menerima kenyataan bahwa Mika gadis yang dia incar ternyata musuhnya d
Keduanya segera bersembunyi takut jika ada yang menembak lagi. Alex dan Mika tidak sedikitpun bersuara dan mereka mengamati dari tempat mereka bersembunyi. Orang yang menembak mereka terlihat lari mengejar mereka. "Mereka tadi di sini, aku yakin. Sial, kenapa bisa kabur. Apa kita katakan pada bos kalau mereka kabur?" tanya orang bertubuh besar dan mengatakan kepada rekannya kalau mereka kehilangan target. "Kita cari saja mereka ke sana. Siapa tau ada di sana. Ayo cepat kita pergi sekarang, sebelum ada yang melihat kita!" ajak pria satunya kepada temannya untuk pergi mencari Mika dan Alex. Alex melihat siapa yang sudah berani melakukan ini. Dia memperhatikan tato di tangannya. Alex mengepalkan tangannya dengan cukup erat, dia tidak menyangka ada yang mau menyerang Mika. "Sial, kenapa ada yang menyerang aku. Apa salah aku? Hei, kenapa kamu mengikuti aku? Apa kamu salah satu dari mereka?" tanya Mika kepada Alex. Alex menyentil keningnya dan menarik kuping Mika hingga Mika meringis
Ryan yang mendapatkan telepon dari Alex segera pergi ke tempat yang Alex katakan. Dia tidak menyangka kalau Alex lagi-lagi menabrak orang dengan cepat dia pergi ke tempat tersebut. Sesampainya di tempat tujuan, terlihat Alex tidak melakukan apa-apa dengan korban. Sedangkan korban sudah mengeluarkan darah dan pingsan. Melihat hal itu, Ryan semakin kesal dengan Alex dan ingin rasanya Alex menembak sahabatnya ini. "Sialan kamu Alex, kamu ini benar-benar gila, lihat apa yang kamu lakukan, hah! Kamu membiarkan dia seperti ini, bukannya membawa dia ke rumah sakit, kemana akal sehatmu, hahh! Kalian cepat bawa dia ke rumah sakit. Kenapa denganmu, Alex. Dua kali kamu menabrak dia, kamu tidak ingat dia siapa?" tanya Ryan yang kesal karena Alex lagi-lagi menabrak wanita yang sama dan dengan motor yang sudah dia beli sebagai ganti motor yang Alex tabrak. "Aku tidak tahu dan tidak lihat juga. Itu semua salah sendiri. Siapa suruh dia menyeberang begitu saja," jawab Alex dengan tenang."Kali ini,
"Tuan Cakra, anda di sini? Wah, tidak menyangka Anda ada di depan saya dan kalau boleh tau Anda sedang apa di sini?" tanya orang yang memanggik Cakra dan dia adalah Maria. Maria benar-benar membuat Cakra naik darah, dia baru saja mendapatkan hasil kesehatan Alena yang buruk sekarang dia dipertemukan oleh Maria yang menjadi musuhnya. Cakra tahu siapa dia, untuk itu Cakra tidak lagi memperdulikan wanita ini. Cakra berdiri dan berjalan menjauhi Maria. Dia tidak mau masuk ke dalam kamar takut jika Alena di sakiti. Cakra memberikan kode kepada anak buahnya dengan lirikan matanya. Anak buah Cakra yang mengetahui hal itu hanya diam dan memberikan kode dengan kedipan mata. "Tuan Cakra, saya belum selesai bicara, kenapa Anda pergi begitu saja. Itu tidak sopan namanya. Tuan, saya mau katakan kepada Anda untuk bekerja sama dengan Anda, tolong mengertilah sedikit," pinta Maria.Mendengar perkataan dari Maria, Cakra hanya senyum sinis. Dia tidak mau bekerja sama dengan Maria apapun itu kondis
Cakra berbalik dan ternyata Mika. Dirinya yang baru saja hendak ke kantin melihat Cakra ayah mertuanya sedang berdua dengan asisten pribadinya yang tidak lain ayah dari Dio. Muka mendengar semuanya. Untuk itu, dia muncul dan mengatakan kalau dia tau siapa yang membunuh Edo. "Apa maksud kamu, nak? Apa kamu tau siapa yang membunuh Edo?" tanya Cakra menatap menantunya Mika.Mika berjalan ke arah keduanya dan menganggukkan kepala. Dia tau betul siapa yang sudah membunuh Edo. Walaupun dia berada di rumah sakit dia bisa menyelidiki semuanya. Cakra menatap ke arah Mika dan berharap Mika memberitahukan dia agar lebih memastikan kalau dia bukanlah pembunuhnya. "Wanita itu yang melakukannya," jawab Mika. "Wanita mana?" tanya Arvin. "Wanita yang tadi kalian berdua temui, itu pelakunya. Apa kalian tidak diberitahu oleh yang lainnya?" tanya Mika kepada keduanya. Mereka berdua menggelengkan kepala karena tidak ada yang mengatakannya. "Mungkin mereka lupa, Tuan kasih tau kepada kita. Mika kamu
Sejak meninggalnya Alena membuat Cakra lebih banyak menghabiskan waktu ke pemakaman Alena dan dia hampir setiap hari ke sana membawakan bunga kesukaan Alena, perusahaan sudah diserahkannya semua kepada ketiga anaknya Kenzo, Kenzi dan Kiano. Mereka benar-benar menumpahkan semua rasa sayang mereka kepada Cakra dan mereka juga mengurus perusahaan yang diserahkan kepada mereka seluruhnya. Cakra sudah tidak lagi memikirkan perusahaan setiap hari dia selalu pulang pergi ke rumah dan pemakaman. Hari berlalu dengan cepat. Cakra sudah lebih menua. Tuan Rosario dan ibu Fatimah juga sudah pergi meninggalkan mereka keduanya yang sudah sepuh dan mereka mengikuti Alena. Ibu Fatimah dimakamkan di sebelah Alena. Sedangkan Tuan Rosario dimakamkan di samping istrinya. Saat ini, hari-hari Cakra hanya bisa bermain dengan 3 cucu kembarnya yang semuanya laki-laki anak dari Kenzi sedangkan Kenzo memiliki tiga kembar dan semuanya laki-laki juga sedangkan Kiano dua laki-laki dan 1 wanita dan saat ini cucu C
Cakra mendekati Ibu Fatimah, dia memeluk ibunya Alena dengan cukup erat. Wajah Ibu Fatimah itu mirip dengan Alena jadi dia merasa kalau Alena ada di dalam diri Ibu Fatimah. "Ibu sudah jangan menangis, Alena sudah pergi, dia tidak sakit lagi. Dia sekarang bahagia di sana bersama Mommyku. Ibu masih punya aku dan si kembar. Lagipula, cicit Ibu juga akan lahir. Aku harap Ibu bisa menjaga mereka menggantikan Alena ya, aku mohon jangan menangis. Kita harus ikhlas, Ibu," ucap Cakra yang membuat Ibu Fatimah terisak di pelukkan Cakra dan tentu saja itu membuat Cakra ikut menangis. Para menantu Alena memeluk nenek mereka, Ibu dari mertua mereka. Mika yang dekat dengan Ibu Fatimah menghapus air mata Ibu Fatimah. "Nenek cantik, jangan sedih ya, aku akan sedih jika nenek cantik sedih, Mommy akan sedih jika nenek cantik sedih, kita harus kuat dan selalu doakan Mommy ya, Nenek cantik," ujar Mika mencoba menenangkan Ibu dari mertuanya tersebut. Ibu Fatimah yang dipeluk oleh cucu menantunya menang
Tepat hari ini, Cakra menghadapi cobaan yang luar biasa, dia harus merasakan sakit yang teramat dalam. Wanita kesayangannya pergi dalam pelukkannya. "Katanya kamu nggak akan pergi, kenapa pergi juga, kenapa tinggalkan aku. Bukannya kita akan menua bersama, kamu kenapa berbohong kepadaku?" tanya Cakra yang masih memeluk Alena dan dia tidak mau membawa Alena pergi dari tempat tersebut. Kenzi, Kenzo, Kiano tidak tahan melihat separuh jiwa daddynya pergi dan belahan jiwa mereka pergi. Kiano menangis histeris dan tubuhnya bergetar saat ini. "Mommy, kenapa tega meninggalkan aku. Apa salah Mommyku Tuhan, aku tidak mau Mommyku pergi, kembalikan dia. Kembalikan dia aku mohon, kembalikan dia, Mommy kembali, jangan tinggalkan aku!" tangis Kiano membuat mereka semuanya menangis melihat keluarga Cakra mendapatkan cobaan yang cukup besar. "Bawa Ibu Fatimah ke mobil, sadarkan dia ya, tolong bantu dia kuat," ucap Tuan Rosario meminta kepada Hana dan Hani untuk membangunkan bibi mereka. "Baik, P
"Baiklah, Dokter. Saya permisi dulu. Saya harap semuanya akan lancar dan tidak ada kanker yang menyebar di seluruh tubuh istri saya, tapi rambut istri saya sudah gugur. Apakah itu berpengaruh karena sakitnya?" tanya Cakra yang akhirnya mengatakan kalau rambut Alena gugur.Mendengar pertanyaan dari Cakra, Dokter tersebut menganggukkan kepala. "Iya benar, itu adalah efeknya dan juga efek kemoterapi yang waktu itu tapi Anda jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja, semoga istri Anda bisa kuat dan dia bisa dioperasi dan juga kankernya tidak menyebar ke seluruh tubuhnya," jawab Dokter. Mendengar perkataan dari Dokter, Cakra menganggukkan kepala, itulah yang dia harapkan Alena sembuh. Apapun akan dia lakukan untuk sembuh. "Ya sudah, Dokter, terima kasih. Saya pergi dulu, saya ingin bertemu dengan istri saya," jawab Cakra yang dianggukan oleh dokter. Keduanya bersalaman dan tersenyum. Cakra keluar dari ruangan Dokter. Tubuhnya lemas kakinya bergetar dia merasakan ada sesuatu yang hi
Tuan Rosario tidak tau pasti dengan jawabannya. "Apakah Anda yakin besan?" tanya Ibu Fatimah."Aku tidak yakin dan tidak tahu kapan anak perempuanku itu akan bangun karena saat ini dia sepertinya masih enggan untuk melihat kita, dia masih betah dengan dunianya yang di alam mimpi. Aku tidak tahu apa yang dia inginkan, aku sudah melarangnya untuk tidak tertidur. Saat itu, tapi nyatanya dia tidur juga. Apakah aku bisa melarangnya jika anakku ingin tidur?" tanya Tuan Rosario yang akhirnya menumpahkan semua rasa kesedihannya dengan air matanya. Dia yang kuat dan dia yang menasehati semuanya untuk tidak menangis. Tapi, saat melihat anak perempuannya tidak juga bangun membuat dirinya sedih terlebih lagi sejak Alena muncul dalam kehidupan anaknya Cakra. Cakra sudah berubah menjadi pria yang dia inginkan dan sekarang jika Alena tidak ada, apakah Cakra akan kembali ke mode yang dulu. Luna dan ketiga sahabat Cakra juga dua sahabat Alena serta dua sepupu masing-masing memeluk suami mereka. Merr
Setiap hari Cakra terus membuat obrolan yang kalau orang mendengar pasti akan membosankan tapi tidak dengan Cakra, dia terus mengatakan semuanya hingga Cakra perlahan putus asa karena setiap hari obrolannya tidak direspon malah Alena semakin menutup matanya. "Sayang, Kiano ingin menikah, dia ingin kamu menyaksikannya. Apakah kamu tidak kasihan dengan Kiano. Dia menunggumu, Sayang, bangunlah aku ingin melihat kamu menyaksikan, anak semata wayangmu itu mau menikah. Ayo bangunlah, tidak maukah kamu melihatnya. Dia sangat membutuhkanmu, Sayang. Dia menunggumu, bangunlah, sudah sebulan lebih kamu tidak bangun dan kamu juga tidak meresponku, aku tidak masalah kamu tidak meresponku tapi mereka yang di luar menunggu kamu. Ibu, Dadddy, sahabatmu, sepupumu keponakanmu dan juga menantu serta anakmu. Dan aku menunggumu, bangunlah. Tidak maukah kamu bangun, Sayang. Apakah sesulit itu untuk membuka matamu, apa yang dokter berikan kepadamu sehingga kamu menutup mata, coba katakan biar aku menghabis
"Sakit?" tanya Alex yang menatap ke arah Nilam. "Iya, sakit. Apakah kamu sakit?" tanyanya kembali. Menurutmu, apakah aku sakit setelah semua yang terjadi kepadaku, Nilam? Aku sakit karena baru tahu selama ini Ibuku menderita, dia terlihat bahagia tapi nyatanya dia malah sedih apakah pantas jika aku tidak mengatakan aku sakit?" tanya Alex.Nilam menggelengkan kepala, dia tahu kalau saat ini pasti Alex sangat sakit dan dia juga mengerti kalau saat ini Alex merasakan sakit yang teramat dalam, kehilangan orang yang dicintai yang dia sayangi sedari dulu dan orang itu meninggal di tangannya. "Jika kamu sakit maka datangi dia, minta maaf lah kepadanya seperti apapun ibumu, dia tetaplah ibumu, dia tahu kamu tidak akan mau melakukan itu dan aku yakin dia pasti sudah memaafkanmu. Jauh sebelum kamu meminta maaf karena kamu tahu seorang ibu memaafkan anaknya walaupun anaknya sudah melakukan kesalahan sebesar apapun itu, dia pasti memaafkannya," ucap Nilam.Alex yang mendengar perkataan dari Ni
Orang yang membuat Alex kesal siapa lagi kalau bukan Kahfi. Kahfi datang menemui Alex dan dia bersama sepupunya untuk menjenguk Alex dan tentu saja itu membuat Alex kesal, bukan tidak suka jika mereka menjenguknya tapi dia menyindirnya bukankah itu menyebalkan? Ya, sangat menyebalkan. "Mau apa, kamu ke sini, hahh? Berani-beraninya kamu ke sini, pergi sana. Aku tidak membutuhkanmu," usir Alex kepada Kahfi. Namun, Kahfi tidak peduli dia masuk bersama dengan yang lainnya.Mereka duduk dan meletakkan buah-buahan yang sudah mereka bawa. "jangan terlalu perasaan, ingat semua sudah berakhi, lebih baik kamu tenang dan jangan memikirkan siapapun. Oh, ya bagaimana kondisimu. Apa sudah baikan?" tanya Mike kepada Alex. "Menurutmu, apakah aku sudah baik-baik saja? Jawabannya tentu tidak. Lihatlah, aku masih terbaring di sini. Kalian mau apa ke tempatku dan kalian bawa apa untukku? Hanya buah-buahan, ya? Aku tidak butuh buah-buahan yang aku butuhkan nuklir, mana dia serahkan cepat," jawab Alex ya
Alex mendengar suara Nilam yang terdengar khawatir ada perasaan hangat di hatinya karena saat ini ada yang mengkhawatirkan dirinya."Sudah jangan nangis aku tidak apa-apa, aku baik-baik saja kamu bisa datang ke rumah sakit ya minta sopir ke sini dan satu lagi bisa tidak kamu masakin aku makanan karena aku sangat menginginkan makanan darimu, makanan di sini tidak enak," pinta Alex yang bertingkah seperti anak kecil dan dia merengek kepada Nilam untuk membawakannya makanan.Nilam yang saat ini tengah mendengar rengekan dari Alex hanya tersenyum dia pun mengiyakan apa yang diminta oleh Alex. Keduanya saling bercanda satu sama lain sedangkan Rian saat ini tengah mengurus pemakaman dari Maria, dia menunggu di ruang kamar mayat karena saat ini pihak rumah sakit sedang memandikan Maria.Rian pun harus bolak-balik ke kamar mayat dan ke kasit untuk membayar semua administrasi yang dibutuhkan termasuk biaya pemakaman dan yang lainnya. Rian sudah mencari pemakaman yang benar-benar terbaik untuk