Setelah Adam om dari suaminya Arkan yang mengantar Aisyah sampai di depan ruangan kelas, setelah itu Adam langsung pamit kepada Aisyah untuk kembali pergi ke ruangannya. Perempuan itu langsung masuk ke dalam ruangan yang lumayan luas bisa menampung tiga puluh lebih mahasiswa di dalam ruangan kelas itu. Ketika ia sudah berada di samping seorang dosen perempuan yang akan mengajar di kelas itu, Aisyah tidak berani dan malu untuk mengangkat kepalanya untuk melihat orang di depannya." Nak, silahkan perkenalan diri kamu." ujar Mela yang sebagai seorang dosen mengajar tentang psikologi sosial.Kepala Aisyah terangkat menatap wajah dosennya dengan tersenyum tipis. Setelah itu ia menarik napas sebelum berbicara untuk perkenalan dirinya di depan banyak orang di dalam ruangan itu. Dengan mengumpulkan kepercayaan diri Aisyah memberikan senyuman kepada orang di depannya." Assalamualaikum semuanya, nama saya Siti Aisyah. Bisa di panggil Aisyah, saya berasal dari Aceh Tamiang. Mohon pengertian dan
Arkan menghela napas panjang ketika melihat teleponnya sudah di matikan oleh Aisyah beberapa menit yang lalu. Pria itu sudah tidak sabar untuk pulang ke rumahnya bertemu dengan Aisyah." Kusut banget tuh wajah." celetuk Reza yang tiba-tiba sudah berada di depan meja kerja Arkan.Kepala Arkan terangkat melihat Reza dengan ekspresi bingung akan kedatangan Reza ke ruangannya. " Apa!? gak punya pekerjaan kamu!?" " Ya Allah, pak. Ini kan saya lagi kerja. Mau mengambil berkas tadi pagi yang saya berikan kepada anda. Yang mengenai hasil laporan keuangan perusahaan." balas Reza yang tidak takut menjawab pertanyaan Arkan.Arkan memberikan berkas laporan keuangan perusahaan kepada Reza yang berada di depan meja kerjanya. " Sudah kan?" Reza mengambil berkas yang di berikan Arkan, pria itu mengangguk setelah menerima berkas di tangannya. " Dari tadi pagi saya lihat wajah anda tidak ada berubah-berubahnya kusut aja. Ada masalah pak, sini cerita sama saya mana tahu bisa membantu." " Memangnya wa
Setelah selesai melakukan shalat isya bersama, Arkan dan Aisyah langsung bersiap-siap untuk makan malam di luar. " Sayang sudah siap?" Arkan yang memakai kemeja hitam dengan celana panjang hitam, tengah berjalan mendekat ke arah Aisyah yang berada di meja rias.Aisyah sedang memakai lip tint di bibirnya itu menoleh ke arah Arkan dengan mengangguk. Arkan tersenyum dengan mengusap kepala Aisyah yang tertutup oleh hijab." Ayok, aku sudah siap." Aisyah bangkit dari tempat duduknya, dengan menatap wajah Arkan yang terlihat tambah tampan dengan kemeja hitamnya.Arkan mengangguk dengan lembut meraih tangan Aisyah dan keluar bersama dari tempat tinggal mereka. Di dalam mobil Arkan tampak serius membawa mobilnya dengan satu tangan, dengan tangan kirinya menggenggam tangan Aisyah.Setelah beberapa menit mereka sampai di restoran Korean yang merupakan rekomendasi dari Aisyah. Dengan sedikit tergesa Arkan berlari kecil keluar dari mobil untuk membuka pintu mobil istrinya. " Pelan-pelan sayang
Abian Baskara Bwijaya merupakan seorang dosen dan pengusaha muda sukses di umurnya 25 tahun. Di kampus Abian terkenal dengan sebutan dosen killer, dingin, ketus, kalau kasih tugas tidak pernah sedikit.Selain itu di kampus di juluki sebagai seorang gay. Karena tidak pernah dekat dengan perempuan mana pun. Seminggu kemarin Abian tidak mengajar di kampus, karena izin untuk urusan bisnisnya. Pagi ini Abian sedang berjalan menuju gedung 1 yang terletak di lantai 2 tempat dia mengajar sebagai seorang dosen psikologi yang mengajar tentang kognitif." Assalamualaikum warahmatullahi ." Abian melangkah kakinya masuk ke dalam ruangan dengan langkah tegap dan tatapan dingin menuju mejanya." Wa'alaikumsalam, pak Abian." para mahasiswi menyambut dosen yang paling mereka suka dengan sangat ramah dan senyuman yang tidak pernah luntur.Abian mengangguk dengan membuka buku yang di bawahnya tadi untuk memulai mengajar. Matanya dengan sangat teliti melihat satu-persatu anak didiknya, ketika melihat sa
Langit yang cerah dengan adanya matahari di siang ini yang menyinari bumi. Seorang perempuan baru saja selesai dengan kelasnya hari ini. Iya berniat akan segera pulang ke rumahnya. Ketika hendak memesan taksi online tiba-tiba ada telepon masuk yang membuat perempuan itu berjalan ke arah parkiran kampus. Ia melihat mobil yang tampak tidak asing dilihatnya langsung saja ia masuk ke dalam mobil tersebut.Brakk!" Kamu kenapa jemput aku?" tanyanya yang sudah masuk ke dalam mobil.Arkan sempat terlonjak kaget akibat suara dari pintu mobil yang ditutup lumayan cukup keras. Tidak lama ia memberikan senyuman kepada perempuannya yang sudah berada dalam mobil bersamanya." Sayang ucap salam dulu, baru kamu tanya aku kenapa jemput kamu?." Huffft...Suara helaan nafas itu dari Aisyah yang terdengar sedikit kesal. Tapi tetap menuruti perintah Arkan untuk mengucapkan salam terlebih dahulu baru berbicara." Assalamualaikum."" Wa'alaikumsalam. Kamu mau tanya apa, hm?"" Kenapa jemput aku?"" Tidak
Muhammad Arkan Abelard, siapa yang tidak mengenalnya, di usianya 25 tahun sudah menjadi seorang CEO muda sukses dengan wajahnya tampan. Mampu memikat banyak wanita tergila-gila karenanya, walaupun dirinya tidak suka berinteraksi dengan wanita selain mamahnya. Karena sebuah mimpi Arkan menjadi seorang suami dari istrinya yang lebih muda 7 tahun. Dirinya yang dulu tidak suka berbaur dengan wanita, tapi hu setelah menikah ia berubah menjadi sosok pria yang hangat, banyak bicara, suka senyum, dan masih banyak lagi. Tapi kalau di luar rumah ia tetap seperti dirinya dulu yang dingin dengan tatapan tajamnya, ia akan berbeda jika bersama istrinya.Setelah mengantar istrinya ke kampus Arkan langsung pergi ke kantor tempat biasa ia bekerja. Di kantor ia selalu terkenal dingin, tatapan tajam, beribawa, cuek, irit bicara, dan wajah tampan. Dengan langkah tegap dan tatapan tajam arkan berjalan memasuki kantornya. Ketika para karyawannya menyapa ia akan menyapa kembali dengan mengangguk atau senyu
" Kamu duluan yang mandi atau aku?" " Gimana kalau mandi berdua?" bisik Arkan dengan suara terdengar menggoda.Sontak Aisyah kaget mendengarnya dengan spontan tangannya menampar pipi Arkan dan langsung berlari masuk ke dalam kamar mandi.Arkan ikut terkejut dengan tamparan dari Aisyah yang lumayan kuat di pipinya. Pria itu menggelengkan kepalanya dengan mengusap pipinya yang terkena tamparan barusan.Beberapa menit berlalu Aisyah baru saja keluar dari kamar mandi dengan langkah malu-malu ia berjalan menuju tempat tidur. Arkan tersenyum ketika melihat Aisyah sudah keluar dari kamar mandi dan sedang berjalan ke arahnya." Kamu sudah selesai mandi?" " Belum!!" " Mau aku mandiin?" goda Arkan dengan menaik turunkan alisnya." Dasar mesum!! sana pergi mandi sendiri!" usir Aisyah dengan mendorong punggung Arkan sampai di depan pintu kamar mandi.Arkan pasrah dengan Aisyah yang mendorong punggungnya sampai mengantar ke depan pintu kamar mandi. Beberapa menit kemudian Arkan keluar dari kamar
" Sayang kenapa tidak makan steaknya?" tanya Arkan yang melirik ke piring Aisyah yang belum ada di sentuh itu.Aisyah melirik tajam kepada Arkan dengan menggeser piring menjauh darinya. Ia bahkan sampai menghela napas kesal cuman karena gak bisa makan steak pakai pisau." Ribet banget makan steak! mana harus pakai pisau untuk potong-potong dagingnya!!" Arkan menggeleng dengan tangannya sibuk memotong kecil-kecil steak di piringnya, lalu setelah selesai ia memberikan steak yang sudah di potong kepada Aisyah." Sayang sekarang kamu bisa makan steaknya. Sudah jangan ngambek, ayo makan." Aisyah manggut-manggut dengan memakan steak yang sudah di potong kecil-kecil oleh Arkan. Wajahnya pun berubah yang tadinya kesal menjadi senang karena steaknya sudah di potong kecil-kecil oleh Arkan." Sayang gimana kamu suka sama makanannya?" " Enak, tapi saosnya kurang pedas." komentar Aisyah mengenai steak dan saosnya." Jangan sering makan pedas-pedas sayang. Tidak baik buat usus kamu." " Cintai u
Kantor Sampai di kantor Arkan langsung masuk ke dalam ruangan kerjanya. Secangkir kopi bersama tumpukan berkas di atas meja, setia menunggu kedatangannya. Lembar- lembaran kertas belum tersentuh, seolah memanggil- mangilnya untuk meminta segera di kerjakan. Sesekali Arkan menyesap kopinya, tak lupa memperbaiki letak kacamata yang sempat merosot ke bawah. Matanya menatap serius pada layar di depannya, begitu pula dengan tangannya. Bergerak lincah ke sana ke mari di atas papan ketik komputer itu. Hening dan tenang gambaran suasana di dalam ruangan kerja Arkan. Hanya terdengar suara ketikan keyboard komputer saja. Tok! Tok! " Masuk!" titah Arkan, matanya tetap fokus pada layar komputer. Tanpa tau jika seseorang sedang melangkah masuk. Setelah mendapatkan izin dari dalam, seorang wanita dengan membawa berkas di tangan kanannya. Melangkah masuk ke dalam ruangan, seketika tubuh wanita itu menegang di tempat. Tak berselang lama ekspresi wajahnya langsung berubah, senyum tipis ters
" Hm, boleh deh." " Serius sayang?" Aisyah mengangguk sambil tersenyum pada Arkan. " Iyaa. Tapi..." Arkan yang sudah senang mendengar itu, langsung menyahut cepat. " Tapi apa sayang?" tanyanya yang terdengar tidak sabaran. " Tidur di luar!!" Setelah mengatakan itu, Aisyah langsung keluar dari mobil dengan keadaan kesal. Wajah cantiknya berubah jadi jutek dengan sorot mata tajam. Mendengar ucapan Aisyah, Arkan berpikir sesaat. " Sayang. Loh ke mana?" seketika Arkan tersadar jika istrinya sudah keluar dari mobil. Bergegas Arkan keluar dari mobil, dengan langkah lebar dia berusaha mengejar Aisyah. Beberapa tatapan dan pekikan terdengar, satu pun tidak ada di tanggapi olehnya. Di pikirannya hanya satu, istrinya. Apapun menyangkut tentang istrinya akan Arkan lakukan tanpa ada terkecuali. " Sayang tunggu." " Berhenti sebentar, sayang." Mendengar ucapan Arkan, seketika langkah kakinya berhenti. Aisyah menghela napas sebelum berbalik tubuhnya, kini dia bisa melihat suaminya sedang
" Sayang pengen." " Gak ada!" " Sayang please." " No!" " Satu kali saja. Ya, ya boleh ya sayang." " Sayaaaang please." Aisyah menghela napas melihat Arkan, mendengar rengekan suaminya sudah seperti mendengar anak kecil merengek meminta permen pada mamahnya.Salahnya dia juga sih, memakai pakaian tersebut, entah kenapa malam ini Aisyah tiba-tiba kepengen memakai pakaian kurang bahan itu. Apa itu termasuk ngidam juga? Arkan sendiri tidak merasa gentar atau pun putus asa membujuk sang pujaan hati, agar rencananya bisa terlaksanakan dengan lancar dan baik. Dengan perlahan Arkan merapatkan tubuhnya pada Aisyah, tangannya menarik pinggang sang istri supaya lebih dekat lagi dengannya. Lalu kepalanya bersandar di kedua gundukan gunung istrinya, sambil mencari-cari kenyamanan di sana. " Istrikuu, sayangku boleh ya. Janji deh cuman sekali saja. Aku lagi pengen banget sayang." tatapan sayu Arkan mendongak menatap Aisyah, jujur melihat istrinya memakai pakaian seperti itu. Sangat berha
Waktu silih berganti, perasaan baru kemarin mereka merasakan berkumpul bersama dengan penuh canda tawa. Namun, kini harus berpisah kembali seperti sediakala. Minggu sore ini di bandara Soekarno-Hatta, terlihat Arkan dan Aisyah sedang mengantarkan keluarganya. Beberapa wejangan di berikan kepada pasangan suami-istri itu, tak lupa ada aksi nangis menangis terjadi. " Jaga diri kalian baik-baik, terutama untuk Aisyah. Di jaga kesehatannya, makanannya, dan jangan banyak pikiran. Walaupun sedang hamil jangan malas bergerak, bukannya hamil gak boleh gerak dan kerja. Kerja boleh, tapi jangan yang berat-berat. Misalnya angkat rumah gitu. Nah, kalau itu jangan ya dek ya." " Kalau bisa pun kalian pindah di kamar bawah aja, kasian nanti nih anak bontot satu. Udah lagi hamil, naik turun tangga setiap hari, yang ada anaknya brojol duluan sebelum waktunya." Arkan hanya mengangguk mengerti, berbanding terbalik dengan Aisyah. Bibirnya maju beberapa senti seperti bebek yang hendak nyosor saja. Mel
" Ok, fine! aku tau, aku salah. Tapi jangan seperti ini sayang, jangan diamin aku terus. Rasanya sakit. Sakit banget sayang." Arkan tidak berbohong jika diamnya Aisyah bisa se effect itu baginya, sebentar saja tidak mendengar suara istrinya. Mendadak dia kecarian dan merasa sepi seperti kehidupannya dulu. Ini salahnya, andai dia lebih bisa mengatur emosi dan cemburu. Pasti hal seperti ini tidak akan pernah terjadi.Tapi nasi sudah menjadi bubur, berandai-andai apapun itu jika sudah terjadi maka tak akan bisa di ubah kembali. Aisyah menoleh, menatap Arkan dengan pandangan sulit di artikan. Helaan napas sedari tadi terus terdengar. Punya suami pencemburu patut di syukuri, sebab suami pencemburu pasti paham akan ilmunya. Dan, Aisyah mensyukuri mempunyai suami pencemburu, tapi kadang-kadang dia merasa sedikit kesal. Seperti halnya hari ini! Kepala Arkan mendongak menatap manik mata Aisyah, bibirnya tersungging senyum. Dadanya berdebar kencang seolah dia baru saja lari marathon. " M
Di sini lah mereka berada, di sebuah taman yang indah dengan suasana sejuk dari pohonnya langsung. Terlihat Aisyah tampak begitu menikmati pemandangan taman tersebut, segala kepenatannya seketika hilang saat semilir angin menerpa wajahnya.Tanpa Aisyah sadari jika ada sepasang mata sedari tadi menatap ke arahnya, dengan langkah ringan seseorang tersebut berjalan mendekati Aisyah yang masih belum sadar akan kedatangannya.Semakin dekat seseorang tersebut semakin membuat jantungnya berdebar kencang, seketika dia refleks memegang dadanya.Huuftt.. helaan napas seseorang tersebut, terdengar sekali sedang gugup.Dia sudah sampai dan sekarang sedang berdiri tepat di depan perempuan itu. " Hai." sapa nya dengan menahan gugup.Sontak Aisyah terkejut mendengar suara seseorang yang begitu dekat dengannya, refleks dia memundurkan tubuhnya menjauh dari pria itu.Ya, seorang pria. Bahkan Aisyah tidak tau kapan pria itu datang dan tiba-tiba sudah berada di depannya, perasaannya mulai merasa gelisah
Selesai memencet bell penthouse Nurul memainkan handphonenya sembari menunggu pemiliknya membuka pintu, terlalu asik memainkan handphone dia sampai tak sadar jika pintu sudah terbuka sama pemiliknya. " EKHEM!!" suara deheman itu sontak membuat Nurul kaget sampai handphone yang berada di tangannya melayang, dan berakhir jatuh di lantai. Nurul segera mengambil handphonenya yang mati dengan keadaan layar separuh retak, sungguh sangat menyakiti hatinya. Padahal baru saja dia menganti anti gores. Melihat seorang pria yang dia kenali membuat Nurul sedikit terkejut, tak lama dia menormalkan kembali ekspresinya. " Ada perlu apa?" tanya Mail tanpa merasa bersalah pada teman adiknya itu. Sejenak Nurul menghela napas, supaya berbicara tak pakai emosi pada pelaku yang mengejutkannya tadi. " Aisyah. Mana?" Mail tak menjawab tapi membukakan pintunya lebih lebar lagi agar teman adiknya itu bisa masuk, setelah teman adiknya itu masuk. Langsung saja Mail menutup kembali pintunya, lalu pergi meni
" Huekk.." Aisyah tertunduk lemas dengan tangannya menopang pada meja wastafel, akhir-akhir ini dia sering merasa mual dan hanya memuntahkan cairan bening saja. Setelah mencuci wajah dan tangannya, Aisyah mendongakkan kepalanya menatap ke arah kaca yang ada di depannya. Terlihat wajahnya pucat, bibir pecah-pecah, rambut acak-acakan, pakaian kusut, sungguh penampilannya sudah seperti orang yang tak terurus. Membuat Aisyah sedikit terkejut setelah sadar jika penampilannya, memang sekacau itu. Ceklek! Arkan masuk ke dalam kamar setelah itu menutup pintunya kembali, pandangannya mengedar ke seluruh ruangan kamar, keningnya mengernyit bingung dengan perasaan khawatir yang tak menemukan keberadaan Aisyah di dalam kamar. " Huekk.." Tiba-tiba dia mendengar suara yang berasal dari kamar mandi. Tanpa membuang waktu, segera Arkan melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. " Huekk.." lagi-lagi Aisyah memuntahkan isi perutnya yang hanya keluar cairan bening itu, tiba-tiba tubuhnya kurang kese
Pagi yang cerah sama seperti secerah wajah Arkan saat ini, suami Aisyah itu tengah berjalan menuju ke arah kamar. Sambil tangannya membawa nampan berisi buah-buahan dan susu hamil. Setengah jam lalu mereka tiba di kediaman penthouse, mereka di sambut dengan raut wajah bahagia dan juga pelukan. Baik dari pihak keluarga istrinya maupun juga dari pihak keluarganya. Kedua keluarga itu, begitu kompak menyambut kepulangan anak dan menantu mereka. Dan tak lupa memberikan kata selamat pada pasangan suami-istri yang sebentar lagi akan menjadi orang tua itu.Ceklek! " Taruh dulu handphone nya sayang." perintah Arkan. Setelah menutup pintu dan menguncinya, dengan langkah ringan Arkan berjalan menuju ke arah Aisyah, yang sedang duduk di atas tempat tidur itu.Tanpa bantahan Aisyah mengangguk dan menaruh handphone nya di samping dia duduk, matanya melirik kecil ke arah nampan yang berada di tangan Arkan. Dia mengira suaminya itu membawa makanan yang pedas dan gurih, oh ternyata oh ternyata buah