Kristan yang membopong Bella seperti karung beras keluar dari ruang kantornya sampai ke parkiran dimana mobilnya di letakkan di sana. Sesampainya di parkiran mobil. Kristan membuka pintu penumpang dan menurunkan Bella dari gendongannya. Ia menyuruh Bella untuk masuk ke dalam mobil.
"Masuk Bella," kata Kristan dengan ketus
"Aku tidak mau!" kata Bella dengan kesal sambil melemparkan pandangan ke arah lain. Lihat saja bagaimana orang-orang yang memandang ke arah kami. Mereka pasti berpikir kalau Bella dan Kristan sedang melakukan lelucon. Padahal yang terjadi sebaliknya, Bella dilanda dilema. Kristan sangat menyebalkan, ia selalu saja menekan Bella dengan segala aturan yang telah Kristan buat. Apakah Kristan tidak tahu, Bella juga manusia, memiliki perasaan yang tidak bisa ditekan terus menerus. Ia akan berontak jika ada yang tidak sesuai dengan harapannya.
Nafasnya terdengar kesal ketika melihat Bella yang tidak mau diatur sama sekali olehnya. Dengan sekali dor
"Hei ... hei ... apa yang kamu lakukan Kristan." Kristan tiba-tiba saja menggendong Bella tanpa persetujuan Bella lebih dulu lalu melangkah pergi entah kemana. Keluar dari kamarnya, refleks, tangan Bella langsung melingkar ke lehernya. Tatapannya langsung terarah pada mata Kristan. Kristan membalasnya dengan menatap sebentar lalu melihat lurus ke depan dimana ia sedang berjalan. "Kita mau kemana sih? Kenapa kamu nggak mau kasih tahu aku? Aku nggak terbiasa buat suatu kejutan Kristan." "Diam dan nikmatilah. Nanti kamu juga tahu kemana kita akan pergi." Kami sampai di teras rumah di lantai atas dan Kristan mendudukkan Bella pada sebuah kursi. Terlihat sangat jelas dari Bella duduk saat itu, bagaimana pemandangan malam yang sangat cerah menyambutnya beserta dengan kesejukan yang menerpa tubuhnya. Angin sepoi-sepoi berhembus membuat rasa nyaman hinggap ke sanubarinya. Tak lama pelayan yang di suruh tadi datang dengan sebuah kembang api
Bella mengucapkan dengan lantang bagaimana rasa sakit hatinya ketika ia mengetahui apa yang telah Kristan lakukan barusan. Bella tidak percaya ini, ada ya laki-laki seperti Kristan yang bisa membuatnya hampir saja gila. Bella mengira bahwa ia bisa berbaik hati sama Bella malam ini dimulai dari caranya yang romantis sampai memberikannya sebuah barang berharga. Ia telah memberikan sebuah kejutan yang sangat membuat Bella senang. Sampai detik itu, Bella mengganggap Kristan termasuk laki-laki yang perhatian dan tak lagi mengganggapnya laki-laki yang dingin dan di bencinya. Namun saat Kristan menghancurkan barang yang sudah ia beri seperti barang tidak berharga sama sekali, Bella jadi tersadar. Sepertinya dugaan yang Bella rasakan ternyata salah. Kristan bukan laki-laki romantis melainkan laki-laki brengsek yang ia ketahui sampai detik ini. Bella berbalik, ingin pergi menjauh biar mengurangi rasa sakitnya. Tapi tidak bagi Kristan. Ia tidak mau membiarkan Bella pergi
Teriakan Bella menggema di seluruh kamar yang Bella tempati saat ini. Begitu menyedihkan sekali. Bagaimana mungkin Bella bisa terperangkap di dalam kamarnya sendiri. Bella harus mencari cara agar Bella bisa keluar dari kamar dan pergi ke kantor. Banyak yang harus ia kerjakan, ia tidak mau membuang-buang waktu secara percuma. Tak hanya itu, berada di dalam kamarnya membuat Bella tak bisa bernafas. Aku berjalan ke arah jendela kamar dan ku buka jendela itu dengan cepat. Pertama kali terlihat sinar matahari yang sangat cerah langsung bersinar. Karna kamar ini ada di lantai dua, aku melihat lebih dulu, seberapa tinggi aku bisa turun sampai ke bawah sana. Aku rasa aku bisa menuruninya dengan menggunakan sprei. Aku pernah berlatih turun dari ketinggian menggunakan tali waktu itu. Aku rasa aku bisa kalau hanya menuruni satu lantai saja. Ku tarik sprei yang menutupi kasur dan selimut yang ada di atas kasur lalu bergegas mengikatnya pada sebu
Dengan malas-malasan aku melangkah mendekati Kristan yang berdiri di depan mobilnya lalu tanpa aba-aba ku cium pipinya dengan acuh. Dia mengenyit merasa ada yang kurang di sana setelah aku menciumnya. Dia menunggu reaksiku yang datar-datar saja setelah menciumnya. Aku yang melihat dia diam dan menunggu entah apa. Langsung bertanya dengan intonasi yang juga menyebalkan."Sudah kan. Ada apa? Bukannya kamu bilang ingin di cium? Aku sudah melakukannya dan kurasa kamu sudah cukup puas melihat apa yang aku lakukan.""Belum.""Hah! Apa maksud kamu?" tanyaku mengamati sekitar kami. Perasaanku makin tidak tenang. Bukannya apa, asistennya menunggu di seberang mobil dan juga sopir yang akan mengendarai mobil sudah ada di dalamnya. Apa maksudnya dengan kata belum di sana? Aku tidak nyaman kalau harus menciumnya lagi. Aku pun berbisik biar orang-orang itu tidak mendengar obrolan kami. "Kamu cukup gila kalau kita harus saling bercumbu di sini. Ini tempat umum Kris
Aku melangkah memasuki Resto yang berdiri di samping kantorku. Masuk ke dalamnya lalu berdiri di depan kasir demi mencari menu yang pas untuk ku makan pagi ini.Di Resto ini enaknya menu yang tersedia nggak cuma makanan yang berat saja seperti nasi dan mie. Tapi juga tersedia makanan ringan seperti kebab dan crepe dengan aneka rasa ada di sini. Aku memilih makan crepe untuk sarapan pagi ini karna memang aku tidak terbiasa makan-makanan yang berat. Biasanya aku selalu menyediakan roti tawar di unitku karna aku tau aku lebih suka makan roti ketimbang nasi kalau pagi hari."Aku memesan satu crepe coklat dan segelas teh hangat ya. Oh tunggu, aku juga memesan dua kebab isi daging dan satu gelas kopi mocacino."Kurasa Firly akan menyukainya jika aku membeli kebab untuknya. Ide bagus. Dia suka kebab. Tapi dia selalu menolak jika aku pergi ke sini dan ingin menaktirnya. Padahal aku bilang sama dia kalau di Resto ini ada kebab yang dia sukai. Tapi dia selalu
Aku memulai kembali aktifitasku setelah beberapa hari ini libur karna penyakitku yang kambuh dan juga karna pernikahanku.Semua kerjaan yang belum di atasi oleh Kakek akan aku kerjakan hari ini. Aku mulai satu persatu agar semuanya bisa dengan mudah teratasi.Pintu ruanganku di ketuk dan tak lama Firly datang dengan dokumen di tangan satunya dan di tangan satunya lagi sedang memegang ponsel yang dia dengarkan. Aku yang sedang memeriksa kerjaanku hari ini. Jadi tidak bisa fokus mendengar dia yang berbicara entah dengan siapa."Oke gue akan periksa nanti," ucapnya menyelesaikan pembicaraan."Duh bagian marketing bikin gue pusing. Ada aja masalah di bagian itu."Firly menaruh dokumen itu sembari menghela nafas lelah."Mending lo makan dulu deh kebab yang gue bawa sama kopi moccacino. Spesial gue bawain buat lo.""Thanks. Lo emang tau apa yang gue butuhin saat ini."Dengan semangat dia mengambil yang aku bilang dan memakannya pelan
Mobil sport berhenti di belakang mobilku. Aku belum melihat bagaimana kondisi mobilku. Tapi mata ini malah ingin tau siapa yang memberhentikan mobilnya. Seorang laki-laki turun tidak begitu jelas. Siapa dia?Tak begitu jelas siapa yang mengendarai mobil itu karna memang aku berhenti di tempat yang remang-remang. Hanya ada lampu pinggir jalan yang menyala menyinari jalanan seadanya.Langkah kakinya mendekat dan dia pun berdiri di depanku. Dia yang memakai kacamata. Dia lepaskan memperlihatkan siapa pemilik mobil itu. Dan aku pun tau siapa dia. Nama yang tak ingin di sebut berada di sini. Dia di depanku. Refleks aku pun mengepalkan tanganku saat netra ini melihat laki-laki yang membuatku kecewa saat aku sekolah dulu. Tak kukira, dia datang di waktu yang salah dan kini aku mau tau apa yang dia mau."Mobil kamu kenapa?"'Cih. Dia sedang berbasa basi? Nggak banget deh.'"Mobil aku mogok. Aku baru mau panggil bengkel langganan aku buat
Begitu aku menyalakan kontak yang terjadi berikutnya di luar dugaan. Mobil itu menyala, aku jadi terkejut di buatnya. Tak kukira Xavier bisa membetulkan mesin mobil. Aku harus mengucapkan terima kasih kalau begitu.Aku kembali mendekati dia lalu mengucapkan terima kasih padanya."Aku ucapkan terima kasih padamu karna telah menyalakan kembali mobilku. Kalau begitu aku pergi.""Tidak. Kamu tidak bisa pergi begitu saja. Mana ada di dunia ini yang gratis Bella.""Jangan panggil aku Bella. Aku tidak tau siapa dia. Aku ini Bianca. Kamu ingat dengan benar namaku yang sebenarnya. Bi-an-ca."Dia memiringkan bibirnya mendengar namaku sembari melipat tangannya di dada."Baiklah Nona Bianca. Aku ingin meminta nomermu. Berikan nomermu itu padaku sebagai bukti kamu tidak akan melarikan diri.""Apa! Apa yang kamu bilang? Hei aku ini wanita berkelas ya. Mana ada aku ingkar janji sama kamu. Nggak ada! Aku akan mentraktirmu kalau begitu. Kita akan berju
Bella menyesap cappucino latte yang sudah Firly belikan untuknya tadi pagi saat Bella masuk ke dalam ruangannya. Firly bergegas menghampiri setelah tahu Bella datang pagi itu. Karna Bella ingin meminum cappucino itu, ia pun menyuruh Firly untuk membelikannya. Rasa pahit dan manis bercampir menjadi satu membuat kenikmatan tersendiri.Sembari meminum cappucino, matanya melihat laporan perusahaan yang sudah sedari tadi ada di depannya. Meja kerjanya sudah berantakan sejak tadi karna sudah terlalu fokus dengan laporan yang menyita waktu. Makanya ia biarkan saja semuanya berantakan. Tak peduli dengan tatapan orang lain yang melihat betapa buruknya ruang kerjanya. Laptop menyala, berkas dimana-mana dan kertas-kertas yang sudah dicoret-coret berhamburan sampai ke lantai. Ia memang gila kerja. Terserah saja orang lain bilang apa, ia tidak pernah mau peduli.
"Kita mau kemana Kristan?" tanya Bella yang saat ini matanya di tutup dengan sehelai kain. Bella jadi tidak bisa melihat kemana-mana karna matanya sudah berubah menjadi gelap. Kristan mengajaknya entah kemana tanpa memberitahu dan Bella terpaksa mengikutinya. Habisnya laki-laki itu merengek tanpa batas seperti anak kecil yang tidak mau di tolak begitu saja. Alhasil Bella harus mengalah dan menerima permintaannya. Dari mulai masuk ke dalam mobil sampai keluar mobil, matanya sudah tertutup oleh kain. Ingin sekali Bella bertanya kemana mereka akan pergi karna pikirannya selalu dihantui rasa penasaran tapi Kristan hanya bilang tunggu saja, sebentar lagi atau kita akan mendapatkan waktu yang berharga. Makanya Bella tidak tahu apa-apa sampai sekarang. "Tunggu sebentar lagi ya, kita akan tiba sesuai keinginanku." Sepulangnya dari pulau Bangka itu Kristan jadi berubah lebih romantis. Ia tidak lagi berkata ketus atau dingin kepada Bella. Malah sekarang ucapannya
Bella membuka mata begitu terasa hari sudah pagi. Seperti biasanya, jika hari sudah menjelang pagi tanpa pemberitahuan apa pun, mata Bella pasti langsung terbuka. Instingnya mengatakan begitu, begitu mata itu terbuka, matanya menatap satu arah yang ia lihat pertama kali adalah seorang laki-laki tampan yang Bella ketahui adalah suaminya yaitu Kristan yang saat ini sedang tertidur di hadapannya. Matanya terpejam dengan hembusan nafas yang teratur. Bella ingin bergerak bangun namun saat mengetahui tempat yang Bella tempati saat itu begitu sempit. Hal itu tidak akan mudah untuknya bisa melewati hal itu. Ia harus bergerak lebih keras agar ia bisa keluar dari sova ini. Apalagi sekarang Kristan sedang memeluknya. Jadi ia tidak akan bisa melewati dengan tenang. Bella heran, kenapa ia bisa tertidur dengan Kristan di sova sesempit ini dan itu berlangsung sampai pagi. Keinginan untuk pergi cepat-cepat dari pelukan Kristan lebih dari apa yang ia pikirkan. Tak ingin
Kebersamaan Bella bersama Xavier di pantai itu tidak berlangsung lama karna sebuah panggilan nama Bella yang terdengar begitu lantang. Suara khas dari seseorang membuat keduanya serempak untuk melihat laki-laki yang Bella tau bahwa dia adalah suami sahnya.Bella bertanya dalam hati mengapa dia mendatangi Bella sampai ke sini, apakah tidak cukup puas kemarin sudah menyakitinya sampai begitu dalam. Tidak cukupkah surat gugatan cerai yang di berikan padanya. Dia hanya cukup menunggu dan semuanya selesai. Kenapa harus melihatnya di sini?Kristan mendekat lalu menggenggam tangan Bella untuk pergi dari sana. Ketidaksukaan Kristan terlihat begitu jelas ketika melihat Bella bersama dengan laki-laki lain di sini. Namun tidak bisa menyurutkan tekad Bella untuk menepis tangan itu dan memberikan peringatan bahwa Bella memang istrinya tapi bukan begini perlakuannya pada seorang istri dan mungkin sebentar lagi mereka akan berpisah."Ikut aku!" bentak Kristan pada Bella. Sorot
Bella menyusuri pantai yang dibilang banyak orang sangatlah indah. Kaki telanjangnya melangkah di atas pasir selangkah demi selangkah sampai Bella merasa lelah lalu Bella memilih untuk duduk di tepi pantai yang kering tanpa alas apa-apa. Matanya memandang ke lautan lepas dengan angin sepoi-sepoi yang berhembus saat itu. Membuat rambut yang tergerai itu berterbangan dan gaun pantai yang dia gunakan juga bergerak terkena angin pantai. Betapa Bella merindukan saat ini dimana tidak ada orang mengganggu dan juga hanya di temani sepi yang bisa membuat Bella lebih tenang dan damai. Tak lama kemudian seseorang mendekati Bella dan duduk di sampingnya tanpa menghiraukan keterkejutan Bella. Dia terlihat santai dan menikmati suasana yang terasa saat itu. "Kamu tau sulit sekali mencari jadwal penerbangan supaya bisa bertemu kamu di sini." "Kamu kenapa ke sini? Bukannya kamu masih bekerja di perusahaanku dan juga mengurus gugatan ceraiku?" "Aku sudah di putus kerja
"Nggak! Dia udah kabur.""Apa?! Wah serius kamu? Demi apa? Jangan bercanda Kristan? Dia kabur kemana? Jangan bilang sama laki-laki brengsek itu."Sialan.Kristan akui saat ini dia merasa sedang patah hati dan hal itu membuat sisi kewarasannya hilang untuk sementara. Otaknya tidak bisa berpikir dan mencerna dengan baik. Semuanya blank begitu saja. Terasa begitu buntu. Biasanya Kristan bisa langsung bertindak secepat mungkin jika ada suatu masalah yang sedang terjadi. Ini malah tidak bisa bertindak sama sekali yang membuat emosi memenuhi hati dan kepalanya.Seharusnya Kristan mencari Bella dan bicara berdua layaknya orang dewasa lalu menemukan solusi terbaik agar pernikahan mereka baik-baik saja dan kembali berjalan normal tapi mengapa dia hanya berdiri di dalam ruangannya tanpa bergerak mencari Bella saat ini?ini sangatlah aneh.Kristan memandang pemandangan kota pagi itu dengan tatapan kosong. Matanya melihat ke depan namun bayang-bayang akan Bella
Biantara duduk di kursi ruangan Bella dengan pandangan mata lurus ke depan dimana Kristan berdiri di depannya. Mereka sama-sama memandang dengan pemikiran masing-masing tapi Kristan tidak setajam Biantara, Kristan memilih untuk memandang biasa saja dan terlihat acuh. Kristan tidak ingin menguasai pembicaraan ini karna Kristan tau bahwa dia yang salah.Biantara belum mau mengatakan apa-apa sebelum Kristan berkata lebih dahulu sampai Kristan akhirnya menyerah dengan situasi kikuk yang terjadi. Kristan memulai percakapan lebih dulu dengan memandang datar Biantara lalu memulai dengan sebuah senyum kaku. Ini dia lakukan agar Biantara tidak terlalu cemas. Tanpa sadar Biantara sebenarnya terlihat begitu cemas. Ketara sekali dari guratan di dahi laki-laki tua itu namun Biantara samarkan dengan mata tajam yang tidak beralih pada Kristan."Maaf Kakek, permasalahan rumah tanggaku tidak seharusnya membuat Kakek terbebani, aku sudah meminimalisir supaya permasalahan ini tidak
Dengan kaki jenjangnya Bella melangkah ke pintu jendela lalu menyibak tirai yang menutupi kamar dimana nanti Bella akan tinggali untuk sementara waktu sampai perceraian yang diinginkan Bella tiba. Bella sudah memberitahu Xavier untuk segera mengurus perceraiannya. Semoga kasus perceraian ini tidak memakan proses yang lama.Ponselnya tak lama berdering kemudian, Bella merogoh ke dalam saku jas yang Bella pakai hari itu supaya Bella merasa hangat setelah berpergian kurang lebih beberapa jam yang lalu.Setelah berhubungan suami istri dengan Kristan, Bella sudah merasa yakin untuk meninggalkan Kristan detik itu juga. Bella memutuskan untuk menghindarinya dan menjauh untuk beberapa waktu sembari menunggu keputusan persidangan cerai nantinya."Lo udah sampai belum? Gimana perjalanan lo? Lo nggak apa-apa kan?" Firly bertanya dengan suara berbisik supaya ucapannya tidak terdengar oleh orang lain."Gue udah sampai tujuan Ly, lo tenang aja. Vila yang lo maksu
Tepat di bulan Mei dan saat ini pukul 7 malam. Bella mencatat dengan jelas waktu terpahit dimana kehidupannya akan berubah. Jelas saja statusnya akan berubah sebentar lagi jika Kristan menyetujui permintaannya. Permintaan yang tidak pernah Bella bayangkan sebelumnya. Bella akan berakhir dengan status janda.Bella berdiri di tengah-tengah kamar untuk menjelaskan maksud yang Bella rasakan pada Kristan. Kristan yang sudah berdiri tak jauh di depannya sedang menunggu apa yang akan Bella katakan malam ini. Tidak pernah Bella merasakan kesulitan untuk memulai pembicaraan, entah apa yang akan dikatakan Kristan nanti. Meskipun sulit untuk Bella tapi mau tidak mau Bella harus melakukannya."Aku mau bercerai," ucap Bella dengan tegas.Kristan tidak menjawab, mungkin belum, Kristan masih menunggu ucapan Bella yang lainnya sebelum dia menjawab ucapannya dengan tegas. Kristan menyipitkan matanya memperlihatkan betapa aura menakutkan begitu terpancar dari wajah Kristan saat i