“Aku tidak pantas menjadi Raja jika aku hanya akan menjadi permainan menteri Kerajaan. Harusnya kamu tahu itu Panthea.”
Panthea menarik napas dalam-dalam.
“Harry, aku mengenal kamu sejak kita kecil. Kamu adalah seorang yang pemberani. Seseorang yang selalu berlaku adil untuk semua orang. Jika kamu tidak menjadi Raja. Siapa lagi yang bisa?”
“Tentu saja suamimu Panthea.”
“Tidak Harry. Pangeran Dalmacio adalah Pangeran kedua dan ia terlalu ambisius. Seperti yang kamu tahu bukan?”
“Ya. Dan pada akhirnya kamu lebih memilih dia daripada aku.”
“Harry!”
“Baik. Baik. Aku tetap akan berpikiran sama. Aku hanya menyukai alam bebas. Mengarungi dunia.”
“Lantas dengan egomu yang ingin mengelilingi dunia. Pada saat kamu pulang, saat itu juga dunia akan hancur di belakangmu.”
“Kamu memang selalu saja seperti ini. Keras kepala.” Harry mengangkat gelas tehnya, menghirupnya, lantas meminumnya pelan.
“Aku akan menjaga kalian dari luar. Kabari aku jika perlu bantuan,” lanjutnya.
Ia pergi keluar. Duduk di balkon dengan kaki bergelantungan di bawah. Merasakan angin sepoi-sepoi yang membelai dirinya. Mungkin itu bisa meredakan rasa sesak dan rindu yang kian memuncak.
Wahai gadis cantik, bolehkah aku bertemu denganmu lagi?
***
Pangeran Dalmacio beserta pasukannya memacukan kudanya secepat mungkin. Pastinya mereka akan sampai saat mentari sedang tinggi-tingginya. Namun, daripada menjadi mata-mata yang mencolok. Mereka berpencar sesuai dengan instruksi Pangeran Dalmacio.
“Tim A berpencar dengan bekerja di pertambangan emas dan timah. Lihatlah cara para peri melakukan transaksi disana. Sapalah satu atau dua peri disana, dekatin dan cari informasi dari sana. Walau sehari tak cukup, lanjutkan terus-menerus. Kalian mengerti?”
“Baik. Laksanakan.”
“Tim B ikut para penambang pohon. Awasi dari jarak dekat. Kalau-kalau para peri sedang lengah, cepat-cepat nyelinap ke tempat mereka dan lakukan apa yang sudah kuperintah. Kalian mengerti?”
“Baik. Laksanakan.”
***
Hari begitu berlalu cepat. Mentari berganti menjadi rembulan. Cahayanya berpendar memantulkannya pada lautan.
“Lapor Pangeran. Para peri tidak menaruh curiga sama sekali pada kita. Transaksi tadi siang berjalan seperti biasa. Mereka tidak menaruh curiga apapun.”
“Bagus. Lantas bagaimana dengan Tim A dan Tim B tadi pagi?”
“Mereka tetap menjalani tugas sesuai instruksi Pangeran. Tidak ada yang tahu keberadaan kami.”
“Baguslah. Sebentar lagi tentu saja Raja akan memilihku sebagai penerus dibandingkan dengan kakakku yang terlalu polos.”
“Namun Pangeran. Maaf jika saya lancang.” Seorang menteri datang mendekat. “Sebaiknya Pangeran harus tetap menjaga relasi yang kuat dengan Pangeran Harry. Walaupun beliau tetap tidak mau jadi Raja, tetapi jika ia memiliki saudara yang tidak akur dengannya, saya takut akan mengancam kedudukan Pangeran di masa depan.”
“Jadi apa saran darimu?”
“Pangeran Harry suka berpetualang ke dunia luar. Menurut saya, Pangeran bisa mendukungnya untuk yakin dengan jiwa petualangnya daripada harus terus terkungkung di istana yang menurut dia seperti sangkar ini. Dan juga dukunglah beberapa pemikirannya. Sekali dayung, dua pulau terlampaui. Pangeran Harry dijauhkan dari istana. Tentu saja kedudukan Pangeran Dalmacio akan tetap aman.”
Pangeran Dalmacio tidak menjawab lagi. Lebih memilih memutar badannya pergi menjauh. Melewati lorong, sampai ke kediamannya.
“Dalmacio! Bagaimana proses pengintaianmu?” Harry berdiri tepat di samping Dalmacio.
“Berjalan dengan lancar.”
“Tentu saja lancar. Semua orang sudah tahu bagaimana cara dirimu bekerja. Tidak ada yang tak bisa dilakukan oleh seorang Pangeran Dalmacio.”
“Akankah ada hal yang ingin kamu sampaikan, Putra Mahkota?”
“Tidak.”
“Baiklah. Giliran saya yang berbicara. Namun saya ingin berbicara sebagai seorang ... adik.”
Harry menatap bingung ke Dalmacio.
“Sebenarnya aku bukan orang yang biasa mengutarakan isi hatiku, tapi sudah saatnya aku jujur pada kakak. Aku tidak menyukai rencana Ayahanda.”
“Apakah aku bisa mempercayaimu?”
“Tentu saja. Aku terlalu muak dengan rencana untuk menyerang Kerajaan Aphrodite. Tapi, aku juga harus mematuhi apa yang menjadi perintah Ayahanda.”
“Begitukah pemikiranmu?” Harry bertanya. Setidaknya ia harus meyakinkan dirinya apakah adiknya berkata jujur.
“Iya. Beberapa hal aku mengintai ke Kerajaan Aphrodite untuk mencari tahu siapa warga Kerajaan yang bisa aku berikan info mengenai penyerangan ini. Karena sangat tidak mungkin aku bisa menemui Kerajaan Aphrodite. Hanya Ayahanda yang boleh berhubungan langsung dengannya.”
“Aku bangga denganmu adikku. Aku kira kamu akan terus mengikuti perintah Ayahanda yang tak masuk akal itu. Mengenai warga Kerajaan yang ingin kamu cari, aku bisa membantumu,” jawabnya. “Tetapi awas saja jika kamu membohongiku, adikku. Belum tentu aku akan tetap menganggapmu sebagai adikku.”
“Terima kasih atas belas kasihmu kakak. Terima kasih juga telah menggantikan diriku menjaga Panthea dan Hans.”
“Baiklah. Tentu tidak menjadi masalah. Selamat beristirahat adikku. Engkau sudah lelah seharian.”
Harry menepuk pelan pundak Dalmacio. Tersenyum sesaat. Kemudian melangkah ke koridor. Menuju kediamannya kembali.
“Wah, lihat siapa yang baru pulang. Putra Mahkota Harry.” Cakra duduk di atas kediaman Harry. Lantas terbang turun saat Harry memicingkan mata padanya.
“Aku ada permintaan untukmu. Besok temani aku mencari gadis itu. Aku harus menemuinya segera,” ujar Harry.
“Sudah kubilang kau tidak perlu mencarinya. Kamu dan dia akan segera bertemu.”
“Mengapa kau begitu yakin?”
“Yang kamu cari adalah Putri Harmonie. Ia seorang putri yang berpikiran luas dan seorang yang berani. Jika bukan dirimu yang mencarinya, ia yang akan mencarimu.”
“Putri Harmonie. Nama yang begitu cantik.”
“Jika boleh aku bertanya, mengapa kau sangat ingin sekali bertemu dengannya dalam waktu cepat?”
“Aku harus memberitahu rencana Ayahanda padanya. Setidaknya aku bisa memperingatkan mereka terlebih dahulu. Sebelum semuanya terlambat.”
“Baiklah. Aku yakin besok kalian akan segera bertemu.”
Cakra terbang menjauh. Menghilang dalam kegelapan dengan kepakan sayap besar berwarna hitamnya.
Harry duduk di kursi kediamannya. Untuk sekedar memejamkan matanya merupakan tugas berat bagi dirinya teruntuk malam ini. Bulan sabit tergantung disana sedang bintang bertebaran di atas sana, sungguh pemandangan begitu tenang. Ia mengeluarkan sebuah sapu tangan berwarna merah muda dengan setiap pinggirannya dijahit begitu rapi dengan daun Reveihan, sedang di sudut kiri terdapat huruf H.
“Anehnya, aku tidak bisa melupakanmu sejak hari itu. Seperti takdir yang sudah digariskan, pikiranku selalu terjebak memikirkanmu. Siapa dirimu sebenarnya, wahai Putri Harmonie?”
***
Kerajaan Aphrodite
“Aku kehilangan sapu tanganku. Apakah manusia itu yang mengambilnya?” Harmonie berdiri di balkon istana. Matanya menerawang jauh ke bawah, menembus kerumunan peri, keluar dari gerbang Kerajaan, berhenti di area pertambangan Kerajaan Theligonia.
“Tak ada sapu tanganku disana. Pasti dia mengambilnya.”
Sepuluh tahun berlalu sejak Hans dan Rhea bertemu.“Hei, cepatlah berlari. Nanti buruan kita bisa hilang.” Hans berteriak cukup kuat, tatapannya tetap fokus ke arah mangsanya tersebut. Di belakangnya, disusul seorang anak laki-laki berbadan cukup besar seperti anak remaja. Namun, ia seumuran dengan Hans yaitu berumur dua puluh tahun. Ia terus berlari mengejar tuannya tersebut.Peluh bercucuran seiring dua orang laki-laki itu berlari. Mereka berlari dari dalam istana, melewati lapangan hijau, bahkan hampir membuat pasar menjadi lintang-pukang akibat ulahnya. Tetap saja seekor kijang berbadan gempal tersebut berlari tanpa tersentuh oleh tombak yang digenggam Hans dan Steve.Selalu saja tombak yang hendak mereka acungkan ke arah badan kijang berhasil dihindari. Sungguh gesit jika dibandingkan dengan binatang yang biasa mereka tangkap. Tatkala mereka terus berlari semakin lama semakin jauh menjauhi istana. Kini yang berada di samping kiri kanan mereka bu
Pagi-pagi buta. Matahari belum nampak dari peraduannya. Namun, Kerajaan Theligonia telah dibuat ribut. Seorang pengawal memberitahu kepada Raja Harry bahwa Steve, pengawal Pangeran Hans ditemukan sedang terluka di kediaman tabib. Luka di pergelangan tangannya masih basah, tanda baru saja terluka dengan sebuah benda tajam. “Panggilkan Pangeran Hans, segera!” ujar Raja Harry di singgasananya. Masih dengan mata sembab. Tentu saja saat-saat sedang asyiknya terbuai mimpi, terpaksa memenuhi permintaan Raja. Ia telah mengganti pakaian tidurnya dengan pakaian kebangsaannya. Merapikan rambutnya lantas segera menuju ke ruang utama istana. “Saya datang menghadap, Ayahanda!” ujarnya berlutut dengan telapak kaki kiri menyentuh lantai sedang lutut kanan menyentuh lantai. “Apa yang terjadi dengan Steve? Kalian kemana saja semalam?” Hans bergidik ngeri. Mimpi buruknya datang terlalu pagi. Datang terlalu cepat. Ruang kerja Raja lengang. Hanya a
Pukul lima sore, latihan telah usai. Ditambah dua jam latihan menciptakan rasa kantuk dan capek yang luar biasa. Namun, Hans tetap harus melakukan ritual untuk mendapatkan kekuatannya.Disanalah, tepatnya di gua selatan. Ia segera memacukan kudanya, berangsek pergi ke arah selatan. Entah apa yang menarik dirinya untuk harus segera kesana, walau sepatutnya ritual tersebut terjadi saat mendekati tengah malam.Satu jam berlalu. Ia tiba di sebuah gua selatan Kerajaan Theligonia. Gua itu terlindungi rimbunan pohon yang rindang. Hutan buatan. Hutan yang sengaja dibuat oleh klan manusia untuk melindungi apa yang di dalam gua. Bahkan gua juga merupakan buatan tangan manusia dari batu pertambangan.Langit berubah menjadi warna menjadi abu-abu. Perlahan rintik hujan mulai menghujam tanah saat kuda telah diikatkan pada sebatang pohon dekat dengan mulut gua.“Semoga saja Steve segera menemukan jalan yang paling aman ke hutan terlarang.”Hans segera
“Apakah kau benar mengenai ini? Ini seperti jalan jebakan. Tak ada yang mau lewat sini,”ujar Steve pada Sylas. “Tentu saja para peri tidak bodoh. Tak mungkin mereka akan memasang sebuah gerbang emas supaya manusia bisa masuk ke dalamnya dengan gampang, yang menampakkan jalan setapak di dalamnya.” “Yah memang tidak mungkin juga.” “Apa kau tahu? Hutan terlarang dibuat seperti labirin rumit. Konon, katanya tidak ada seorang pun yang bisa keluar hidup-hidup dari sana, kecuali jika ia memiliki hati yang baik dan tidak bermaksud jahat.” “Apa? Astaga. Bagaimana kalau kita terjebak di dalam sana dan tak akan pernah kembali? Aku tidak mau mati muda, Sylas.” “Aku sudah menunjukkan jalannya padamu. Sekarang pergilah, beritahu Pangeran Hans apa yang kau temukan. Jangan bilang kalau aku yang membantumu.” “Kau tidak ikut dalam misi kan? Karena Pangeran melarangmu.” “Memangnya aku akan gentar dengan pernyataan tolakan dari Pangeran. Tentu saja tidak. Tapi aku akan mengawasi kalian dari jauh. K
Sepuluh tahun berlalu sejak Hans dan Rhea bertemu.Putri Rhea tumbuh besar menjadi seorang Putri Rusa yang anggun dan cantik. Berita tentang kecantikannya menyebar luas ke seluruh penjuru Kerajaan Peri. Ia memiliki kulit seputih salju, bibir semerah buah delima, dan rambut abu-abu yang terurai panjang sepinggang. Ialah Rhea Liseira Mhenta, cucu kelima dari putri ketiga Raja Perseus.Siang hari yang terik menyinari Kerajaan Aphrodite, Kerajaan Peri. Hanya hutan belantara yang terasa sejuk bagi Putri Rhea. Sejuk untuk bisa merasakan nikmatnya siang hari dan lebih tepatnya bersandar pada dahan pohon tertinggi, pohon favoritnya. Dari sana ia bisa mengamati kegiatan manusia yang sedang berada di hutan manusia tentunya. Terlihat beberapa penebang kayu sibuk menebang kayu. “Manusia tidak bisa melakukan apapun tanpa alat. Sama sekali lemah dan tidak memiliki kekuatan. Bagaimana mereka bisa menjadi seorang pengkhianat di Kerajaan Peri?” gumam Rhea.“Put
“Pangeran, apa yang harus kita lakukan? Aku tidak mau mati disini.” Steve telah bangun. Mendapati dirinya terikat di batang pohon saja bisa membuatnya histeris bukan kepalang.“Steve, janganlah cengeng. Bagaimana seorang pengawal bisa secengek ini? Aku juga sedang berpikir. Yang penting kau jangan bergerak atau ular itu akan menerkammu.”Ikatan akar pohon yang melilit mereka sangat kuat. Bahkan setiap kali mereka bergerak, akar itu akan semakin kuat melilit mereka, sedang mata ular terus menatap tajam ke mereka. Satu ular di Hans dan satu ular di Steve.“Ayolah! Kami tidak bermaksud jahat wahai pohon. Kami berjanji tidak akan mengganggu siapapun disini.”“Pangeran, Pangeran sedang mengobrol dengan pohon?” tanya Steve.Tanpa ada hasil, Hans memanggil Sylas.“Sylas, aku tahu kamu sedang bersembunyi. Keluarlah dari tempat persembunyianmu.”“Oho..Ternyata Pangeran tahu aku
Grasak grusuk grasakSepanjang perjalanan tak terhindar dari semak belukar. Semakin lama semak itu akan terus meninggi. Setiap kali diinjak. Lagi dan lagi. Hans terus berusaha jalan lurus-esok lusa untuk kemudian ia menyesalinya.“Shera, manusia itu bebal sekali. Teman-temannya saja sudah pulang. Mengapa ia malah cari mati?” Si kelinci dan si angsa memantau dari balik semak-semak. Mengawasi Hans dari jarak jauh.“Hmm. Sekarang itu bukan menjadi buah pikiranku. Yang sekarang aku pikirkan adalah tadi Putri Rhea melepas ikatan untuk para manusia itu. Lalu, ia bersedih kembali.”“Biasa lah. Kamu kayak nggak tahu Putri aja. Pasti Putri tak tega mereka diikat kayak gitu. Apalagi coba kamu lihat, mereka hampir saja mau memotong pohon. Bayangkan coba?”Hans menoleh sesaat.“Pearl, pelankan suaramu! Kamu mau kita ketahuan sama dia.”“Tenang. Tadi pagi saja ia pingsan karena melihat
“Rhea, benarkah itu? Bisakah kamu jelaskan lebih detail?” Marsha bertanya penuh antusias. Peluh dingin telah membasahi bawah hidungnya.Aargh...Rhea mengeram. Dengan telapak tangan kirinya ia menekan tengah-tengah dadanya agak sedikit ke kiri. Jantungnya sakit kembali. Kali ini lebih parah, seperti jarum pentul sedang menusuk-nusuknya disana.“Putri Rhea? Putri Rhea kenapa? Putri sakit?” Shera bertanya cemas. Dengan sigap ia berlutut.“Putri, Putri. Janganlah meninggalkan kami. Apa yang sakit? Bisakah kita ke tabib sekarang?” Pearl ikut menimpali.“Ayo, aku temani ke tabib, Rhea!” Marsha menawari.Marsha hampir saja sudah akan mengangkat salah satu lengan Rhea sebelum Rhea mengatakan sesuatu.“Aku tidak apa-apa. Sakit ini hanya sementara. Mungkin hanya karena aku syok. Sekarang kita urus manusia itu. Shera dan Pearl temani aku.” Rhea berdiri. Kemudian menoleh pada M
Pukul 11.35.25 menit sebelum waktu menunjukkan tengah malam. Tanda Putri Rhea sudah meninggalkan Kerajaan selama satu malam.Bulan purnama bercahaya penuh di langit. Nampak jelas dari gedung pencakar langit Kerajaan Aphrodite.Raja Perseus berjalan perlahan di bawah sinar rembulan. Ia berhenti dan memandang ke langit."Bahkan awan saja tak berani menghalangi cahaya rembulan ini. Iya kan, Pangeran Philip?"Philip yang sedari tadi mengikuti dan sesekali bersembunyi, akhirnya ketahuan."Ayahanda, maafkan jika saya telah lancang mengikuti Anda!" Philip mengatupkan kedua tangannya. Berlutut dengan lutut kanannya.Raja tertawa terbahak-bahak."Ternyata saya masih pintar dan masih peka,""Ayah, bisa kah menanggapi dengan serius?""Pangeran, seharusnya kamu harus lebih santai. Jangan terus mengerutkan wajahmu. Coba lihat ayahmu ini. Masih awet muda karena tidak menekuk wajah terus-menerus,""Ayah, kita tidak lah sama. Ayo, kita segera temui Putri Harmonie,""Siapa bilang kamu boleh ikut?""Ke
"Putra Mahkota datang menghadap Raja," Hans membungkuk ke depan sembari mengatupkan kedua tangannya.Ia menemui Raja di kediaman Raja, yang berarti apapun yang akan dibicarakan Raja pastilah bersifat pribadi yang menyangkut dirinya."Aku memanggilmu kesini untuk segera enyahkan Putri Helen," Tanpa berbasa-basi dan tanpa melihat raut wajah Hans yang kaget Raja mengeluarkan perintah dengan santai."Maaf, Yang Mulia. Kenapa Putri Helena harus dilenyapkan?""Semakin lama dia disini, semakin cinta kalian akan lebih dalam padanya,""Kalian? Apa maksud Ayahanda,""Janganlah pura-pura bodoh dan polos. Selain kau, Pangeran Bladwin juga mencintainya. Apalagi Ratu malah mendukung. Pokoknya saya tidak mau tahu, enyahkanlah dia,""Yang Mulia, maaf jika lancang. Jika Yang Mulia bermaksud enyahkan Putri, enyahkan lah saya terlebih dahulu,""Kau?"***"Dasar brengsek! Apa-apaan Raja ini. Bahkan meminta seluruh
"Enak sekali dia ngomong aku dengan sebutan bodoh." gerutu Rhea.Rhea terus mengikuti mereka sampai ke luar pasar. Orang-orang semakin sedikit yang berlalu lalang.Mentari sudah ada di atas kepala. Peluh mulai mengucuri wajah Rhea."Dunia manusia panas sekali. Gersang." Ia mengusap peluh yang menetes dengan lengan bajunya. Sesekali ia mengibas-ngibaskan telapak tangannya untuk menghasilkan embusan angin.Rhea terus berlari. Sesekali berjalan. Berhenti. Bersembunyi."Orang-orang ini apa tidak tahu aku sedang mengikuti? Mengapa mereka tidak berhenti ataupun balik memaki?"Dari arah belakang tanpa Rhea sadar, seorang gadis melemparnya dengan batu kecil. Batu itu mengenai betis kirinya.Rhea memutar wajahnya ke belakang."Hei, kau. Nona bodoh! Kenapa kau mengikuti kami? Apa maumu?"Anak ini, apa nggak diajari sopan santun oleh orang tuanya? Kenapa bicara dengan yang lebih tua dengan nada seperti itu. Apalag
"Jangan lah memandang wajahku seperti itu. Aku tahu jika aku ganteng. Malahan gosipnya ada belasan wanita cantik yang setiap harinya membicarakan ketampananku," Hans menyombongkan diri walaupun sedikit canggung.Bagaimana tidak? Sudah sekitar 5 menit, Rhea hanya memandanginya tanpa berkata satu kata pun. Bahkan yang lebih menakutkan, Rhea tidak mengedipkan kelopak matanya.Berbeda dengan Rhea. Sejak 5 menit yang lalu, jiwanya berinteraksi dengan Philip lewat telepati."Kamu harus pulang sekarang atau kami yang akan menyusulmu kesana!" ancam Philip."Kak Philip, kenapa kamu terus mengancamku? Apa kamu marah karena aku menolakmu?" Rhea geram. Bukannya menanyakan keadaannya atau pun memberikan informasi. Malah langsung marah tak jelas seperti ini."Tidak sama sekali. Hal itu sudah aku lupakan sejak lama. Aku hanya khawatir jika manusia-manusia itu berbuat sesuatu padamu,""Diamlah Kak Philip. Kakak tidak perlu membuang energi terlal
Kerajaan Aphrodite.Raja mengikuti saran Pangeran Philip. Mereka berdua sekarang duduk saling berhadapan di kediaman Raja."Apa info yang ingin Pangeran sampaikan?""Ternyata benar sesuai dugaan Ayahanda. Kerajaan Theligonia merencanakan perang dengan Kerajaan Aphrodite,""Hmm, lalu?""Kenapa malah lalu Ayahanda? Yah, kita harus siap-siap untuk berperang,""Perang mengakibatkan kerusuhan, perpecahan, dan kehilangan. Semuanya hanya tentang duka. Mengapa bangsa manusia tidak pernah puas?""Dari dulu manusia sudah seperti itu dan saya tidak mau Rhea terjebak juga,""Perkataan bisa menjadi doa Pangeran. Lebih baik mengatakan hal baik saja. Dan perihal hal ini, sebelum perang itu terjadi, kita harus meminta petunjuk Dewa,""Red Stone kita hanyalah serpihan, ukurannya tak lebih dari sekepal tangan pria dewasa. Sedangkan manusia-manusia itu seenaknya mengambil, membagi, dan memecah-mecahkannya,""Yah,
Rhea sudah berada dalam kereta kuda. Namun, kudanya terasa lebih stabil dan cepat."Ini bukan kuda seperti tadi pagi. Apakah kuda ini juga menyerap kekuatan Red Stone?""Iya, Putri. Benar sekali," jawab Hans lewat telepati."Hei, kamu menguping?""Tidak. Aku tidak sengaja mendengarnya karena ternyata pemancar sinyalku masih dalam keadaan nyala. Maaf. Aku lancang sekali,""Kamu memang lancang sekali dan tidak beradab Pangeran. Bahkan kamu mengolok-olok aku,""Ngolok? Kapan?""Sudahlah. Aku malas menjelaskannya padamu. Energiku habis karena aku terlalu lama ada di Kerajaan Manusia""Tenang saja. Setelah kau percaya sama aku, kau boleh pulang. Dan aku harap, kau bisa menjelaskan maksudmu tentang mengolok-olok,""Persetan!""Putri, apa kau lebih mempercayai Pangeran Bladwin daripada aku?""Kenapa malah bawa-bawa Pangeran Bladwin?""Jawab saja!""Jika kamu mau tahu, iya. A
Kerajaan Aphrodite."Yang Mulia Raja, Pangeran Philip datang menghadap!" seorang kasim memasuki Aula Kekaisaran.Raja Heros menurunkan buku hologram yang ia baca. Layar hologram otomatis padam saat Raja menaruhnya kembali ke rak buku kecil di sampingnya.Buku hologram itu sangat efisien. Peri hanya perlu memegang sebuah stik kecil dengan ukiran yang menuliskan tema bacaan yang berbeda-beda.Buku-buku hologram itu merupakan inovasi terbaru dari hasil penelitian Raja Heros dan Pangeran Philip.Selamat tinggal untuk buku Ensiklopedi super tebal, sebentar lagi Para Peri bisa menyimpan ratusan buku hanya dalam ukuran satu tempayan."Biarkan ia masuk," jawab Raja.Kasim tersebut mundur sekitar dua langkah kemudian berbalik dan berjalan keluar."Pangeran, silakan masuk!" Kasim merentangkan tangannya."Terima kasih, Kasim!""Yang Mulia Raja, saya datang menghadap," Philip memberi hormat dengan telapak
"Pearl, aku akan ikut bermeditasi disini. Aku akan menjemput Putri dari alam kekal," Shera melepaskan tangannya dari punggung Rhea.Ia duduk memunggungi Rhea. Duduk bersila."Hei, apa kamu yakin dengan cara ini? Kita hanyalah peri kecil tanpa kekuatan yang berarti. Jika kamu masuk ke alam sana, bukannya kamu yang menyelamatkan Putri, malah sebaliknya,"Benar juga kata Pearl. Mereka hanyalah peri biasa. Peri yang biasa diakui sebagai peri tingkat terendah. Walaupun Rhea tidak masalah dengan kekurangan mereka, namun tidak ada yang bisa menutupi fakta bahwa hanya pelayan Putri Rhea yang kekuatannya hanya sebesar biji wijen.Shera mengurungkan niatnya. Ia turun dari batu. Kembali membantu Pearl menahan berat tubuh Rhea."Jadi, hanya Putri yang bisa menyelamatkan diri sendiri,""Dan jika ada mukjizat,"***Hans cepat-cepat turun dari langit kira-kira jaraknya 5 meter jauh dari Istana. Ia tak mau jika ia terkena masal
Rhea terkulai lemah saat Hans membaringkannya di atas batu besar di dalam gua. Napasnya tersengal kadang sesak. Kekuatannya seperti lenyap seketika.Jantungnya terasa seolah-olah bisa berhenti kapan pun jantungnya mau. Terasa jantungnya akan copot saat ini juga.Rhea berusaha membuka kedua kelopak matanya setelah ia sadar dari jatuh pingsan. Ia mengerjap-ngerjap matanya. Gua yang tidak terlalu terang membuat penglihatannya pulih lebih cepat."Aku ada di gua Red Stone?" Rhea tanya memastikan."Iya Putri. Saat Putri jatuh pingsan, Pangeran Hans juga yang menggendong Putri masuk ke dalam gua," jawab Shera. Ia telah kembali ke ukuran normal. Begitu juga dengan Pearl.Shera berdiri tak jauh dari tempat Rhea terbaring, sedangkan Pearl lebih memilih mengitari gua. Sesekali berjongkok karena kakinya terasa pegal."Apa pecahan Red Stone ini bisa membantuku pulih?""Sedari tadi kami mencoba untuk mempelajari Red Stone ini Putri. R