Share

Bab 6: Masih Masa Lalu

Penulis: Faver
last update Terakhir Diperbarui: 2021-10-20 11:44:16

“Percuma aku bilang ke Ayahanda tentang rencanaku.” Harry mengembuskan napas berat. Matanya kosong menatap ke rimbunan pepohonan. Hutan terlarang.

“Manusia keras kepala seperti itu mana peduli akan rencanamu. Jika iya, tentu saja aku pun bisa berkeliaran dengan sangat bebas di Kerajaanmu.”

“Hei, cuman kau yang berani bilang dia keras kepala. Kalau Pangeran lain mana berani. Hahaha... ”

 “Coba ceritakan padaku bagaimana kamu bisa bertemu dengan wanita yang kau ceritakan waktu itu.” Cakra menatap lekat-lekat Harry.

“Random sekali Anda. Tadi membicarakan tentang Ayahanda, sekarang kau sangat ingin tahu wanita itu. Mencurigakan.”

“Apanya mencurigakan? Aku malas membicarakan si keras kepala itu. Dan tentu saja aku sangat ingin tahu wanita itu, mana tahu aku pernah lihat saat aku main kesana kemarin.”

“Wah, kau sudah berani bolak-balik kesana ya? Apakah Ayahanda dan Ibundamu sudah tahu?”

“Kalau itu...sudahlah abaikan itu. Fokus ke masalahmu dong. Cepetan.”

“Ok, ok Pangeran Cakra yang terhormat.” Harry membetulkan posisi duduknya. Duduk di atas bebatuan besar, melipatkan kakinya.

Sambil menatap perbatasan hutan. Ia menerawang dengan kejadian seminggu yang lalu.

“Waktu itu aku merasakan duduk sekedar santai di istana sangat membosankan. Dan hari itu aku memutuskan untuk membantu para penebang pohon. Daripada mereka harus lembur karena permintaan ayahanda yang tak masuk akal.”

“Hei, cepatlan langsung ke inti cerita. Janganlah bertele-tele.”

“Baiklah, wahai Pangeran Cakra terhormat. Saat asyiknya menebang pohon. Samar-samar aku mendengar teriakan seorang wanita. Kukira aku sedang masuk ke dunia lain, karena tidak masuk akal di dalam hutan ada teriakan seorang wanita. Namun, ya sudahlah sudah kepalang basah, aku mengikuti arah suara tersebut. Ternyata, ada seorang wanita yang terduduk di area pertambangan. Lebih tepatnya, terjatuh ke dalam area pertambangan. Tentu saja aku menolongnya. Dan kau tahu apa jawabannya setelah aku menolongnya, Aku ingin buang air kecil dulu. Bolehkah kau berjalan agak jauh kesana!

“Tentu saja aku berdiri agak jauh dan tidak memandanginya. Namun, setelah kira-kira sepuluh menit. Waktu yang cukup lama untuk sekedar buang kecil, aku segera berlari mengeceknya. Kalau-kalau ia jatuh pingsan atau mungkin sedang kesakitan. Namun, aku tidak mendapatinya sama sekali. Lalu, aku temukan ini di terjatuh di tanah.”

Sebuah sapu tangan berwarna merah muda dengan setiap pinggirannya dijahit begitu rapi dengan daun Reveihan. Sedang di sudut kiri terdapat huruf H.

“Nggak salah lagi dia adalah warga Kerajaan Aphrodite.”

“Apakah kau benar-benar tidak berbohong?” Harry mengerutkan wajahnya. Saat itu semburat cahaya matahari dari ufuk timur samar-samar mulai nampak. Memantulkan bayangan sapu tangan Harmonie.

“Lihat saja begitu indahnya sapu tangan ini. Bahkan bayangan sapu tangan saja begitu cantik. Inikah wanita yang kau temui waktu itu?” Cakra membentang sapu tangan tersebut ke arah terbitnya matahari. Semburat bayangan yang dihasilkan oleh sapu tangan terukir di tanah daerah pertambangan. Bayangan wajah seseorang.

“Iya, benar. Dialah wanita itu. Kau kenal dia?”

“Tentu saja. Tentu saja tidak.”

“Yah, percuma sekali aku bertanya denganmu.”

“Tapi tenang saja. Dengan petunjuk sapu tangan ini, pasti kita akan segera bertemu dengan dia. Sapu tangan yang indah ini hanya dimiliki sekelompok orang.”

“Siapa mereka?”

“Anggota Kerajaan Aphrodite.”

Harry memandangi Cakra. Apa?

“Mengapa kau kaget seperti itu? Seperti kau habis saja menyentuhnya atau bahkan lebih dari itu. Merangkulnya mungkin?”

“Ya! Aku merangkulnya bahkan hampir saja aku ingin menciumnya kalau aku tidak mengendalikan diriku,” jawabnya tegang.

“Dasar mesum!” Cakra memicingkan matanya. Menatap tajam ke arah sahabatnya.

“Hei, kan sudah kubilang aku mengendalikan diriku. Bagaimanapun juga kalau aku tidak merangkulnya bisa saja dia akan terjatuh kembali ke jurang.” Kali ini ia berkeringat dingin. Perlahan ia merasakan butiran air menuruni punggungnya dan telapak kakinya mulai basah kepanasan.

“Iya. Iya. Aku percaya padamu kawan. Nih, aku kembalikan sapu tangannya. Sebentar lagi kamu akan bertemu dengannya kembali. Jangan sampai kamu tidak bisa mengembalikannya.”

Cakra berdiri. Lantas meregangkan tubuhnya. Matahari telah hampir keluar sepertiga. Langit biru perlahan mulai nampak. Suasana remang-remang kian nampak jelas.

“Hei, jangan pergi dulu. Apa maksudmu dengan-“

“Bye, kawan!” Cakra terbang melewati Harry. Menghempaskan beberapa daun kering yang tergeletak asal di tanah. Terbang bebas ke sekujur wajah dan badan Harry yang masih duduk bersila di atas batu besar.

“Sial, dasar pangeran itu!”

***

“Kak Harry, kakak darimana saja?” Seorang laki-laki berperawakan besar menghampirinya. Sesaat ia tiba di istana.

“Hanya sedang berjalan-jalan saja. Mengapa? Kau rindu padaku.”

“Untuk apa aku merindukanmu. Aku hanya ingin meminta bantuanmu. Tolong jaga Putri Panthea dan Hans untukku. Aku harus pergi ke suatu tempat.”

Raut wajah Harry seketika berubah. Menjadi lebih serius.

“Apakah karena misi Raja?”

“Iya. Saya harus ke perbatasan. Setidaknya mengawasi gerak-gerik para peri itu. Sampai kita hafal semua gerakan mereka, saat itu juga kita menyerang mereka.”

“Dalmacio, apa kau yakin harus menyerang mereka? Bukannya selama ini kedua kerajaan saling menguntungkan? Kerajaan kita, Theligonia, memberikan mereka hasil tambang dan emas untuk membantu kehidupan mereka. Begitu juga dengan mereka, Aphrodite, kita menerima rempah-rempah dan parfum yang menguntungkan bagi kita.”

“Kak Harry, aku tahu apa maksudmu. Tapi, kekuatan kita tidaklah seimbang dengan mereka. Lihatlah mereka. Mereka bisa melakukan pekerjaan dengan mudah, terbang dan tentu saja memiliki kekuatan magic. Sedangkan kita hanya bisa mengandalkan otak dan otot.”

“Hanya karena itu kita manusia tega menyerang mereka? Jika memang kita mau menyerang, bukannya kita akan pasti kalah. Karena dirimu tahu bahwa mereka jauh lebih hebat dibandingkan klan manusia.”

“Stop untuk mempertanyakan banyak hal kak. Ayahanda telah mempersiapkan rencana yang matang untuk ini. Aku titip Panthea dan Hans.”

Dalmacio berlalu pergi. Menaiki kuda yang sebelumnya sudah disiapkan oleh pengawal. Diikuti beberapa kuda pengawal lainnya. Melewati gerbang istana, keluar istana.

Keadaan semakin gawat. Aku harus segera menemui wanita itu. Bagaimanapun caranya.

Segera ia berjalan menyelesaikan lorong yang dilewatinya. Lantas keluar ke taman hijau. Untuk kemudian menaiki tangga menuju kediaman seseorang dengan plang nama di atas daun pintu “Kediaman Pangeran Dalmacio”.

“Adik ipar. Saya, Pangeran Harry meminta izin untuk masuk.”

“Silakan masuk Pangeran!” Butuh sekitar lima detik sebelum Panthea menjawab.

Harry menggeser pintu. Melihat ke dalam kediaman adiknya. Tidaklah lagi sama baginya. Posisi pojok baca yang biasa terisi beraneka judul buku, sekarang telah menjadi tempat tidurnya seorang bayi kerajaan. Tempat tidur sebelah kanan di balik pintu besar pun telah berganti dari warna dominan hitam, sekarang telah berganti dengan warna-warna cerah. Sungguh Dalmacio mencintai istrinya. Mungkin ia sudah bertobat daripada menjadi play boy semata yang tidak ada gunanya.

“Hormat kepada Putra Mahkota!” Putri Panthea membungkukkan badannya ke depan. Ia berdiri tak jauh dari tempat kerja Pangeran Dalmacio. Berdiri menyamping. Seraya Harry berjalan masuk, mendahuluinya, lantas menduduki kursi Pangeran Dalmacio.

“Duduklah Putri!”

“Baik Putra Mahkota!” Segera Panthea duduk di kursi berhadapan dengan Pangeran Harry. Lantas menuangkan teh hangat ke dalam gelas keramik. Menaruhnya dengan pelan di hadapannya dan Pangeran Harry.

“Tidak perlu sungkan dengan saya dan stop memanggilku dengan sebutan Putra Mahkota. Sudah kubilang aku tidak pantas menyandang gelar tersebut. Lihat, disana ada seorang bayi mungil yang sedang tertidur. Kelak ia yang akan menjadi Raja sejati.”

“Maaf Putra Mahkota, jika saya lancang. Namun, Putra Mahkota Harry adalah kakaknya suami saya. Sudah pasti Anda yang akan menjadi Putra Mahkota untuk kemudian menjadi Raja.”

Bab terkait

  • The Tales of Deer's Princess   Bab 7: Sebenarnya Siapa Dirimu?

    “Aku tidak pantas menjadi Raja jika aku hanya akan menjadi permainan menteri Kerajaan. Harusnya kamu tahu itu Panthea.”Panthea menarik napas dalam-dalam.“Harry, aku mengenal kamu sejak kita kecil. Kamu adalah seorang yang pemberani. Seseorang yang selalu berlaku adil untuk semua orang. Jika kamu tidak menjadi Raja. Siapa lagi yang bisa?”“Tentu saja suamimu Panthea.”“Tidak Harry. Pangeran Dalmacio adalah Pangeran kedua dan ia terlalu ambisius. Seperti yang kamu tahu bukan?”“Ya. Dan pada akhirnya kamu lebih memilih dia daripada aku.”“Harry!”“Baik. Baik. Aku tetap akan berpikiran sama. Aku hanya menyukai alam bebas. Mengarungi dunia.”“Lantas dengan egomu yang ingin mengelilingi dunia. Pada saat kamu pulang, saat itu juga dunia akan hancur di belakangmu.”“Kamu memang selalu saja seperti ini. Keras kepala.” Har

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-29
  • The Tales of Deer's Princess   Bab 8: Masa Kini

    Sepuluh tahun berlalu sejak Hans dan Rhea bertemu.“Hei, cepatlah berlari. Nanti buruan kita bisa hilang.” Hans berteriak cukup kuat, tatapannya tetap fokus ke arah mangsanya tersebut. Di belakangnya, disusul seorang anak laki-laki berbadan cukup besar seperti anak remaja. Namun, ia seumuran dengan Hans yaitu berumur dua puluh tahun. Ia terus berlari mengejar tuannya tersebut.Peluh bercucuran seiring dua orang laki-laki itu berlari. Mereka berlari dari dalam istana, melewati lapangan hijau, bahkan hampir membuat pasar menjadi lintang-pukang akibat ulahnya. Tetap saja seekor kijang berbadan gempal tersebut berlari tanpa tersentuh oleh tombak yang digenggam Hans dan Steve.Selalu saja tombak yang hendak mereka acungkan ke arah badan kijang berhasil dihindari. Sungguh gesit jika dibandingkan dengan binatang yang biasa mereka tangkap. Tatkala mereka terus berlari semakin lama semakin jauh menjauhi istana. Kini yang berada di samping kiri kanan mereka bu

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-31
  • The Tales of Deer's Princess   Bab 9: Prahara Semalam

    Pagi-pagi buta. Matahari belum nampak dari peraduannya. Namun, Kerajaan Theligonia telah dibuat ribut. Seorang pengawal memberitahu kepada Raja Harry bahwa Steve, pengawal Pangeran Hans ditemukan sedang terluka di kediaman tabib. Luka di pergelangan tangannya masih basah, tanda baru saja terluka dengan sebuah benda tajam. “Panggilkan Pangeran Hans, segera!” ujar Raja Harry di singgasananya. Masih dengan mata sembab. Tentu saja saat-saat sedang asyiknya terbuai mimpi, terpaksa memenuhi permintaan Raja. Ia telah mengganti pakaian tidurnya dengan pakaian kebangsaannya. Merapikan rambutnya lantas segera menuju ke ruang utama istana. “Saya datang menghadap, Ayahanda!” ujarnya berlutut dengan telapak kaki kiri menyentuh lantai sedang lutut kanan menyentuh lantai. “Apa yang terjadi dengan Steve? Kalian kemana saja semalam?” Hans bergidik ngeri. Mimpi buruknya datang terlalu pagi. Datang terlalu cepat. Ruang kerja Raja lengang. Hanya a

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-04
  • The Tales of Deer's Princess   Bab 10: Ritual Kekuatan Magis

    Pukul lima sore, latihan telah usai. Ditambah dua jam latihan menciptakan rasa kantuk dan capek yang luar biasa. Namun, Hans tetap harus melakukan ritual untuk mendapatkan kekuatannya.Disanalah, tepatnya di gua selatan. Ia segera memacukan kudanya, berangsek pergi ke arah selatan. Entah apa yang menarik dirinya untuk harus segera kesana, walau sepatutnya ritual tersebut terjadi saat mendekati tengah malam.Satu jam berlalu. Ia tiba di sebuah gua selatan Kerajaan Theligonia. Gua itu terlindungi rimbunan pohon yang rindang. Hutan buatan. Hutan yang sengaja dibuat oleh klan manusia untuk melindungi apa yang di dalam gua. Bahkan gua juga merupakan buatan tangan manusia dari batu pertambangan.Langit berubah menjadi warna menjadi abu-abu. Perlahan rintik hujan mulai menghujam tanah saat kuda telah diikatkan pada sebatang pohon dekat dengan mulut gua.“Semoga saja Steve segera menemukan jalan yang paling aman ke hutan terlarang.”Hans segera

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-07
  • The Tales of Deer's Princess   Bab 11: Menuju Hutan Terlarang

    “Apakah kau benar mengenai ini? Ini seperti jalan jebakan. Tak ada yang mau lewat sini,”ujar Steve pada Sylas. “Tentu saja para peri tidak bodoh. Tak mungkin mereka akan memasang sebuah gerbang emas supaya manusia bisa masuk ke dalamnya dengan gampang, yang menampakkan jalan setapak di dalamnya.” “Yah memang tidak mungkin juga.” “Apa kau tahu? Hutan terlarang dibuat seperti labirin rumit. Konon, katanya tidak ada seorang pun yang bisa keluar hidup-hidup dari sana, kecuali jika ia memiliki hati yang baik dan tidak bermaksud jahat.” “Apa? Astaga. Bagaimana kalau kita terjebak di dalam sana dan tak akan pernah kembali? Aku tidak mau mati muda, Sylas.” “Aku sudah menunjukkan jalannya padamu. Sekarang pergilah, beritahu Pangeran Hans apa yang kau temukan. Jangan bilang kalau aku yang membantumu.” “Kau tidak ikut dalam misi kan? Karena Pangeran melarangmu.” “Memangnya aku akan gentar dengan pernyataan tolakan dari Pangeran. Tentu saja tidak. Tapi aku akan mengawasi kalian dari jauh. K

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-09
  • The Tales of Deer's Princess   Bab 12: Masuk Hutan Terlarang

    Sepuluh tahun berlalu sejak Hans dan Rhea bertemu.Putri Rhea tumbuh besar menjadi seorang Putri Rusa yang anggun dan cantik. Berita tentang kecantikannya menyebar luas ke seluruh penjuru Kerajaan Peri. Ia memiliki kulit seputih salju, bibir semerah buah delima, dan rambut abu-abu yang terurai panjang sepinggang. Ialah Rhea Liseira Mhenta, cucu kelima dari putri ketiga Raja Perseus.Siang hari yang terik menyinari Kerajaan Aphrodite, Kerajaan Peri. Hanya hutan belantara yang terasa sejuk bagi Putri Rhea. Sejuk untuk bisa merasakan nikmatnya siang hari dan lebih tepatnya bersandar pada dahan pohon tertinggi, pohon favoritnya. Dari sana ia bisa mengamati kegiatan manusia yang sedang berada di hutan manusia tentunya. Terlihat beberapa penebang kayu sibuk menebang kayu. “Manusia tidak bisa melakukan apapun tanpa alat. Sama sekali lemah dan tidak memiliki kekuatan. Bagaimana mereka bisa menjadi seorang pengkhianat di Kerajaan Peri?” gumam Rhea.“Put

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-10
  • The Tales of Deer's Princess   Bab 13: Biarkan Saya Membantu?

    “Pangeran, apa yang harus kita lakukan? Aku tidak mau mati disini.” Steve telah bangun. Mendapati dirinya terikat di batang pohon saja bisa membuatnya histeris bukan kepalang.“Steve, janganlah cengeng. Bagaimana seorang pengawal bisa secengek ini? Aku juga sedang berpikir. Yang penting kau jangan bergerak atau ular itu akan menerkammu.”Ikatan akar pohon yang melilit mereka sangat kuat. Bahkan setiap kali mereka bergerak, akar itu akan semakin kuat melilit mereka, sedang mata ular terus menatap tajam ke mereka. Satu ular di Hans dan satu ular di Steve.“Ayolah! Kami tidak bermaksud jahat wahai pohon. Kami berjanji tidak akan mengganggu siapapun disini.”“Pangeran, Pangeran sedang mengobrol dengan pohon?” tanya Steve.Tanpa ada hasil, Hans memanggil Sylas.“Sylas, aku tahu kamu sedang bersembunyi. Keluarlah dari tempat persembunyianmu.”“Oho..Ternyata Pangeran tahu aku

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-15
  • The Tales of Deer's Princess   Bab 14: Grasak Grusuk

    Grasak grusuk grasakSepanjang perjalanan tak terhindar dari semak belukar. Semakin lama semak itu akan terus meninggi. Setiap kali diinjak. Lagi dan lagi. Hans terus berusaha jalan lurus-esok lusa untuk kemudian ia menyesalinya.“Shera, manusia itu bebal sekali. Teman-temannya saja sudah pulang. Mengapa ia malah cari mati?” Si kelinci dan si angsa memantau dari balik semak-semak. Mengawasi Hans dari jarak jauh.“Hmm. Sekarang itu bukan menjadi buah pikiranku. Yang sekarang aku pikirkan adalah tadi Putri Rhea melepas ikatan untuk para manusia itu. Lalu, ia bersedih kembali.”“Biasa lah. Kamu kayak nggak tahu Putri aja. Pasti Putri tak tega mereka diikat kayak gitu. Apalagi coba kamu lihat, mereka hampir saja mau memotong pohon. Bayangkan coba?”Hans menoleh sesaat.“Pearl, pelankan suaramu! Kamu mau kita ketahuan sama dia.”“Tenang. Tadi pagi saja ia pingsan karena melihat

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-25

Bab terbaru

  • The Tales of Deer's Princess   Bab 55. Kita harus Terus Berlari

    Pukul 11.35.25 menit sebelum waktu menunjukkan tengah malam. Tanda Putri Rhea sudah meninggalkan Kerajaan selama satu malam.Bulan purnama bercahaya penuh di langit. Nampak jelas dari gedung pencakar langit Kerajaan Aphrodite.Raja Perseus berjalan perlahan di bawah sinar rembulan. Ia berhenti dan memandang ke langit."Bahkan awan saja tak berani menghalangi cahaya rembulan ini. Iya kan, Pangeran Philip?"Philip yang sedari tadi mengikuti dan sesekali bersembunyi, akhirnya ketahuan."Ayahanda, maafkan jika saya telah lancang mengikuti Anda!" Philip mengatupkan kedua tangannya. Berlutut dengan lutut kanannya.Raja tertawa terbahak-bahak."Ternyata saya masih pintar dan masih peka,""Ayah, bisa kah menanggapi dengan serius?""Pangeran, seharusnya kamu harus lebih santai. Jangan terus mengerutkan wajahmu. Coba lihat ayahmu ini. Masih awet muda karena tidak menekuk wajah terus-menerus,""Ayah, kita tidak lah sama. Ayo, kita segera temui Putri Harmonie,""Siapa bilang kamu boleh ikut?""Ke

  • The Tales of Deer's Princess   Bab 54. Putri Harmonie & Pangeran Hans Bertemu

    "Putra Mahkota datang menghadap Raja," Hans membungkuk ke depan sembari mengatupkan kedua tangannya.Ia menemui Raja di kediaman Raja, yang berarti apapun yang akan dibicarakan Raja pastilah bersifat pribadi yang menyangkut dirinya."Aku memanggilmu kesini untuk segera enyahkan Putri Helen," Tanpa berbasa-basi dan tanpa melihat raut wajah Hans yang kaget Raja mengeluarkan perintah dengan santai."Maaf, Yang Mulia. Kenapa Putri Helena harus dilenyapkan?""Semakin lama dia disini, semakin cinta kalian akan lebih dalam padanya,""Kalian? Apa maksud Ayahanda,""Janganlah pura-pura bodoh dan polos. Selain kau, Pangeran Bladwin juga mencintainya. Apalagi Ratu malah mendukung. Pokoknya saya tidak mau tahu, enyahkanlah dia,""Yang Mulia, maaf jika lancang. Jika Yang Mulia bermaksud enyahkan Putri, enyahkan lah saya terlebih dahulu,""Kau?"***"Dasar brengsek! Apa-apaan Raja ini. Bahkan meminta seluruh

  • The Tales of Deer's Princess   Bab 53. Pengemis Tua Sombong, Namun Sebenarnya?

    "Enak sekali dia ngomong aku dengan sebutan bodoh." gerutu Rhea.Rhea terus mengikuti mereka sampai ke luar pasar. Orang-orang semakin sedikit yang berlalu lalang.Mentari sudah ada di atas kepala. Peluh mulai mengucuri wajah Rhea."Dunia manusia panas sekali. Gersang." Ia mengusap peluh yang menetes dengan lengan bajunya. Sesekali ia mengibas-ngibaskan telapak tangannya untuk menghasilkan embusan angin.Rhea terus berlari. Sesekali berjalan. Berhenti. Bersembunyi."Orang-orang ini apa tidak tahu aku sedang mengikuti? Mengapa mereka tidak berhenti ataupun balik memaki?"Dari arah belakang tanpa Rhea sadar, seorang gadis melemparnya dengan batu kecil. Batu itu mengenai betis kirinya.Rhea memutar wajahnya ke belakang."Hei, kau. Nona bodoh! Kenapa kau mengikuti kami? Apa maumu?"Anak ini, apa nggak diajari sopan santun oleh orang tuanya? Kenapa bicara dengan yang lebih tua dengan nada seperti itu. Apalag

  • The Tales of Deer's Princess   Bab 52. Sekantong Koin dari Nona Bodoh

    "Jangan lah memandang wajahku seperti itu. Aku tahu jika aku ganteng. Malahan gosipnya ada belasan wanita cantik yang setiap harinya membicarakan ketampananku," Hans menyombongkan diri walaupun sedikit canggung.Bagaimana tidak? Sudah sekitar 5 menit, Rhea hanya memandanginya tanpa berkata satu kata pun. Bahkan yang lebih menakutkan, Rhea tidak mengedipkan kelopak matanya.Berbeda dengan Rhea. Sejak 5 menit yang lalu, jiwanya berinteraksi dengan Philip lewat telepati."Kamu harus pulang sekarang atau kami yang akan menyusulmu kesana!" ancam Philip."Kak Philip, kenapa kamu terus mengancamku? Apa kamu marah karena aku menolakmu?" Rhea geram. Bukannya menanyakan keadaannya atau pun memberikan informasi. Malah langsung marah tak jelas seperti ini."Tidak sama sekali. Hal itu sudah aku lupakan sejak lama. Aku hanya khawatir jika manusia-manusia itu berbuat sesuatu padamu,""Diamlah Kak Philip. Kakak tidak perlu membuang energi terlal

  • The Tales of Deer's Princess   Bab 51. Pesona Hans Bertambah, Begitulah Pendapatnya

    Kerajaan Aphrodite.Raja mengikuti saran Pangeran Philip. Mereka berdua sekarang duduk saling berhadapan di kediaman Raja."Apa info yang ingin Pangeran sampaikan?""Ternyata benar sesuai dugaan Ayahanda. Kerajaan Theligonia merencanakan perang dengan Kerajaan Aphrodite,""Hmm, lalu?""Kenapa malah lalu Ayahanda? Yah, kita harus siap-siap untuk berperang,""Perang mengakibatkan kerusuhan, perpecahan, dan kehilangan. Semuanya hanya tentang duka. Mengapa bangsa manusia tidak pernah puas?""Dari dulu manusia sudah seperti itu dan saya tidak mau Rhea terjebak juga,""Perkataan bisa menjadi doa Pangeran. Lebih baik mengatakan hal baik saja. Dan perihal hal ini, sebelum perang itu terjadi, kita harus meminta petunjuk Dewa,""Red Stone kita hanyalah serpihan, ukurannya tak lebih dari sekepal tangan pria dewasa. Sedangkan manusia-manusia itu seenaknya mengambil, membagi, dan memecah-mecahkannya,""Yah,

  • The Tales of Deer's Princess   Bab 50. Rombongan Putri Helena aka Putri Rhea

    Rhea sudah berada dalam kereta kuda. Namun, kudanya terasa lebih stabil dan cepat."Ini bukan kuda seperti tadi pagi. Apakah kuda ini juga menyerap kekuatan Red Stone?""Iya, Putri. Benar sekali," jawab Hans lewat telepati."Hei, kamu menguping?""Tidak. Aku tidak sengaja mendengarnya karena ternyata pemancar sinyalku masih dalam keadaan nyala. Maaf. Aku lancang sekali,""Kamu memang lancang sekali dan tidak beradab Pangeran. Bahkan kamu mengolok-olok aku,""Ngolok? Kapan?""Sudahlah. Aku malas menjelaskannya padamu. Energiku habis karena aku terlalu lama ada di Kerajaan Manusia""Tenang saja. Setelah kau percaya sama aku, kau boleh pulang. Dan aku harap, kau bisa menjelaskan maksudmu tentang mengolok-olok,""Persetan!""Putri, apa kau lebih mempercayai Pangeran Bladwin daripada aku?""Kenapa malah bawa-bawa Pangeran Bladwin?""Jawab saja!""Jika kamu mau tahu, iya. A

  • The Tales of Deer's Princess   Bab 49. Sebelum Dapur Mengepulkan Asap

    Kerajaan Aphrodite."Yang Mulia Raja, Pangeran Philip datang menghadap!" seorang kasim memasuki Aula Kekaisaran.Raja Heros menurunkan buku hologram yang ia baca. Layar hologram otomatis padam saat Raja menaruhnya kembali ke rak buku kecil di sampingnya.Buku hologram itu sangat efisien. Peri hanya perlu memegang sebuah stik kecil dengan ukiran yang menuliskan tema bacaan yang berbeda-beda.Buku-buku hologram itu merupakan inovasi terbaru dari hasil penelitian Raja Heros dan Pangeran Philip.Selamat tinggal untuk buku Ensiklopedi super tebal, sebentar lagi Para Peri bisa menyimpan ratusan buku hanya dalam ukuran satu tempayan."Biarkan ia masuk," jawab Raja.Kasim tersebut mundur sekitar dua langkah kemudian berbalik dan berjalan keluar."Pangeran, silakan masuk!" Kasim merentangkan tangannya."Terima kasih, Kasim!""Yang Mulia Raja, saya datang menghadap," Philip memberi hormat dengan telapak

  • The Tales of Deer's Princess   Bab 48. Jangan Ikut Campur!

    "Pearl, aku akan ikut bermeditasi disini. Aku akan menjemput Putri dari alam kekal," Shera melepaskan tangannya dari punggung Rhea.Ia duduk memunggungi Rhea. Duduk bersila."Hei, apa kamu yakin dengan cara ini? Kita hanyalah peri kecil tanpa kekuatan yang berarti. Jika kamu masuk ke alam sana, bukannya kamu yang menyelamatkan Putri, malah sebaliknya,"Benar juga kata Pearl. Mereka hanyalah peri biasa. Peri yang biasa diakui sebagai peri tingkat terendah. Walaupun Rhea tidak masalah dengan kekurangan mereka, namun tidak ada yang bisa menutupi fakta bahwa hanya pelayan Putri Rhea yang kekuatannya hanya sebesar biji wijen.Shera mengurungkan niatnya. Ia turun dari batu. Kembali membantu Pearl menahan berat tubuh Rhea."Jadi, hanya Putri yang bisa menyelamatkan diri sendiri,""Dan jika ada mukjizat,"***Hans cepat-cepat turun dari langit kira-kira jaraknya 5 meter jauh dari Istana. Ia tak mau jika ia terkena masal

  • The Tales of Deer's Princess   Bab 47. Segera Tarik Jiwa Putri Rhea

    Rhea terkulai lemah saat Hans membaringkannya di atas batu besar di dalam gua. Napasnya tersengal kadang sesak. Kekuatannya seperti lenyap seketika.Jantungnya terasa seolah-olah bisa berhenti kapan pun jantungnya mau. Terasa jantungnya akan copot saat ini juga.Rhea berusaha membuka kedua kelopak matanya setelah ia sadar dari jatuh pingsan. Ia mengerjap-ngerjap matanya. Gua yang tidak terlalu terang membuat penglihatannya pulih lebih cepat."Aku ada di gua Red Stone?" Rhea tanya memastikan."Iya Putri. Saat Putri jatuh pingsan, Pangeran Hans juga yang menggendong Putri masuk ke dalam gua," jawab Shera. Ia telah kembali ke ukuran normal. Begitu juga dengan Pearl.Shera berdiri tak jauh dari tempat Rhea terbaring, sedangkan Pearl lebih memilih mengitari gua. Sesekali berjongkok karena kakinya terasa pegal."Apa pecahan Red Stone ini bisa membantuku pulih?""Sedari tadi kami mencoba untuk mempelajari Red Stone ini Putri. R

DMCA.com Protection Status