"Pedang Pemburu!"Teriak sekuat tenaga, Shiji Wungsu dalam rengkuhan peluk Gadis Merah. Kilat menyala merah berbaur asap api dari wujud Pedang Pemburu, melesat lurus dari atas kegelapan langit-langit dan menyambar Gadis Merah tanpa waspada sebelumnya.Tubuh Gadis Merah tertembus Pedang Pemburu dan hilang seketika. Muncul di sisi lain, gadis itu terjungkal diiringi jerit kesakitan selama tubuhnya terguling-guling ke tanah. Mengepul asap api dan kilat di tubuhnya.Shiji Wungsu terlepas dari kungkungan pelukan Gadis Merah. Namun nafasnya masih terasa panas seperti menghirup udara membakar paru-parunya."Gadis Merah tak mempan dibakar api," Shiji Wungsu menyadari itu. Seberapa kali kilat merah dan api membakar tubuh Gadis Merah, sempat terjatuh, namun kembali bangkit dengan utuh."Pedangmu loyo, Shiji Wungsu! Sama seperti dirimu!" teriakan memekakkan telinga, seiring kalimat itu terdengar menggema. Lagi-lagi Gadis Merah menjerit lantang. Sesekali tertawa dan terkekeh."Tubuhku gatal terken
Hinakan kaum Penghisap Jiwa dengan anggota tubuh yang mampu kau lepas dan laknatlah!_________Woooarghh ...!Jerit malam memekakkan kesunyian. Taja dan Lorr En mendengar suara yang sama berasal dari gelapnya pepohonan di perbatasan antara taman istana dan jalur menuju hutan."Ke sana!" seru Taja."Suara apa itu?!" Lorr En terkejut, terus mengikuti Taja berlari. Mereka berdua sesegera menuju ke sumber jeritan."Shiji Wungsu!" pekik Taja, menduga-duga jika Lelaki Mayapadhi mungkin sedang dalam keadaan darurat.Benar saja. Shiji Wungsu tampak terseok-seok langkah kakinya. Bertahan setengah tegak. Di hadapannya, menggeliat seekor makhluk bercakar dan meraung-raung seperti macan."Apa itu?!" Lorr En menyongsong ke posisi Shiji Wungsu."Hati-hati!" Shiji Wungsu melihat Taja dan Lorr En datang, segera memperingatkan mereka."Makhluk itu jadi-jadian!" lanjut Shiji Wungsu.Disaksikan mereka bertiga, makhluk jadi-jadian itu merangkak, lalu berdiri setelah menggeliat dan meronta kesakitan."Dia
Makhluk-makhluk menggumpal. Induk dan ratusan belalai keluar dari retak tanah.______'Anggota tubuh yang mampu kau lepas dan laknatlah ....'Semakin menyita kecerdasan masing-masing orang, dalam waktu dan keadaan terdesak."Apa artinya?" Taja pun bingung. Terlebih Lorr En dalam keadaan panik menghindari serangan belalai yang terus mengejar.Shiji Wungsu tak mau mengulur waktu. Dipanggilnya Pedang Pemburu sekali lagi. Suaranya memerintah."Bunuh makhluk itu!"Pedang Pemburu melesat dari atas tubuh Shiji Wungsu menggerakkan jemarinya."Heaaaagh ...!" sekali teriak, Shiji Wungsu mengerahkan kekuatan kendali jemarinya ke arah makhluk Penghisap Jiwa.Kraaaagh...!Sekali sabetan Pedang Pemburu menembus kepala makhluk itu. Jerit menyayat panjang."Aaagh ...!"Shiji Wungsu, Taja dan Lorr En menutup erat telinga masing-masing. Jeritan makhluk itu kesakitan, sangat menekankan telinga siapapun yang mendengar.Makhluk penuh belalai duri menggelepar, menggeliat, meronta, lalu menyusut di tanah. Me
Gadis Merah berkelebat di udara. Selendang dan rambutnya tergerai, melayang ringan di antara orang-orang berkumpul siaga dengan senjata masing-masing.________"Makhluk apa itu?!"Sama seperti Braja Setta dan Karitta, orang-orang Sangkanaya dan Adhiwangsa pun semua ternganga, melihat makhluk-makhluk gumpalan kepala dengan belalai-belalai yang sudah putus hancur. Menyisakan kepalanya meronta kesakitan."Penghisap Jiwa!" jawab Shiji Wungsu. Tak lepas memperhatikan makhluk-makhluk itu berdarah-darah. Perlahan menyusut, meresap dan raib ke tanah."Penghisap Jiwa ...?!" semua orang terbelalak kaget. Tak percaya makhluk aneh dan sebelumnya tidak pernah dilihat seumur hidup."Tiba-tiba muncul makhluk itu?!" kaget Karitta.Derai tawa membahana sekitar tempat itu, mulai ramai oleh kehadiran orang-orang Persekutuan Lima Pedang. Semua telinga mendengar tawa panjang seorang wanita."Tawa siapa itu?!"Dalam gelap malam tengah purnama, tawa seorang wanita tentu bukan hal yang lumrah."Hati-hati, dia
Seberapapun makhluk-makhluk itu dibunuh dan dihancurkan, tetap akan pulih dan muncul lagi._____Karitta dan Braja Setta memimpin formasi, membentuk dua lapis barisan lingkaran. Barisan lingkar pertama, anak buah Sangkanaya dan Adhiwangsa. Barisan lingkar kedua, orang-orang terluka, termasuk Shiji Wungsu, Taja dan Lorr En bersama anak buah lainnya dari Karitta dan Braja Setta.Braja Setta terlebih dahulu bersiap siaga dengan Pedang Asih di tangannya. Disusul Karitta pun menghunus Pedang Welas, muncul secara ajaib dari kedua tangan mereka masing-masing."Pedang Welas ...!" sembari menyebut pedang di tangannya, Karitta menghentakkan kaki dan lengan mengayunkan pedang."Welas Asih Bersatu ...!" seru Braja dan Karitta bersamaan. Keduanya berdampingan, saling berpaling punggung.Sepasang Pedang Kembar Welas Asih siap menyerang makhluk-makhluk belalai mengepung dari berbagai arah. Masing-masing anak buahnya pun menghadapi makhluk-makhluk itu bergerak semakin dekat.Sementara itu, Shiji Wungs
Ternyata, sebuah laknat dan liur manusia mampu memusnahkan makhluk-makhluk itu.________Karitta dan Braja Setta mundur pelan-pelan. Tak sempat membentuk formasi pertahanan dalam keadaan seperti itu. Di hadapan mereka, Praja Kakilangit berjalan tegap, derap langkah kakinya menapak tanah perlahan pasti.Sementara yang lain mundur, Taja justru maju. Gilirannya menghadapi Raghil berdiri kaku, tak ubahnya mayat berjalan. Kedua tangan Taja meregang, lalu mencuat akar-akar tajam runcing. Semakin diregangkan, semakin panjang bercabang. Setiap ujung bercabang runcing setajam mata panah."Shaa ... zaakh ...!" desis Taja melepas Tapak Akar, melesat tepat ke satu sasaran di hadapannya."Enyahlah, kau makhluk laknat!" kalimat lantang Taja seiring akar-akar runcing tajam menembus tubuh Raghil. Tubuh Praja Kakilangit itu menggeliat kesakitan."Heaaah ...!" teriak Taja, berikutnya tak henti-henti, melemparkan Tapak Akar. Jari-jemari runcing tajam meluncur dan menghujam tubuh Raghil kelabakan diserang
Istana Kitab yang sunyi.Raojhin menyendiri. Tak juga mengantuk, padahal sudah larut malam. Ia duduk di depan meja kecil, menghabiskan waktu dengan membaca gulungan lontar kitab-kitab tua.Dari balik jendela ruangan lantai dua, tampak purnama terselinap di antara awan pekat. Kemerahan gelap di atas langit."Aku mendengar ... jerit melengking. Seperti suara serangga berukuran raksasa," ujar Raojhin sendiri. Padahal sebenarnya ia sedang berkomunikasi dengan dadu-dadu yang berserak di mejanya. Begitu cara Radhittama berkomunikasi dengan Taja. Begitu pula Radhit berkomunikasi dengan Raojhin. Pertama kali Raojhin tahu cara itu, rasanya aneh seolah berbicara sendiri."Radhit, apa yang kamu rasakan malam ini?" tanya Raojhin, sedikit melihat angkasa gelap melalui jendela terdekat, tampak sesekali kilat tanpa suara menyambar dari kegelapan awan.Dadu-dadu bergerak, tersusun kalimat jawaban'Ha-wa se-tan.'"Setan?!" heran Raojhin, melirik ke kanan kiri sambil mengusap tengkuknya tiba-tiba bergid
"Apa maumu?!"Tak gentar sedikitpun, Raojhin menghadapi Sekar Wening dalam wujud gadis bergaun serba merah. Ia belum mengetahui sejatinya gadis Kakilangit itu sedang menjelma makhluk dalam kendali jiwa setan, dan betapa bahayanya makhluk betina itu.Berganti melirik ke arah dua Praja Kakilangit mendekat, Raojhin menyeringai."Kalian pikir mudah mendapatkan aku?!" Raojhin sama sekali tak menunjukkan rasa takut. Sejauh ini, ia menghadapi musuh seperti apapun tanpa perkiraan."Macanku ... menyerahlah," kata Gadis Merah sambil melangkah maju, penuh percaya diri. Sementara Raojhin tersudut oleh seorang Praja Kakilangit di belakangnya."Sekar Wening. Akhirnya kau menampakkan wujud asli siapa dirimu!" tegas Raojhin terhadap gadis Kakilangit itu."Raojhin ...."Gadis Merah berbisik memanggil nama Raojhin. Setiap ucapannya sangat meluluhkan. Ia terus melangkah semakin dekat ke posisi Raojhin tak berkutik lagi. Nafas Gadis Merah semakin terasa dekat dan tatapan matanya menghipnotis siapapun."Ra
Jantungku adalah jantungmu! Jika aku menusuk jantungku. Itu pula yang terjadi pada jantungmu!" ________ "Aku menyerah!" Suara lantang memecah ketegangan. Samar-samar Ketua Sujinsha berjalan selangkah demi selangkah, memasuki area perkumpulan musuh. Jumlah mereka ratusan orang-orang pembantai, termasuk belasan pimpinan Lowak Ruyo. Senyum sungging Puan Ra menyambut lelaki itu datang. Ketua Sujinsha berhenti tepat di hadapan Puan Ra. Orang-orang pembantai mengelilingi dengan wajah-wajah beringas. Puan Ra berdiri di hadapan Ketua Sujinsha mengangkat kedua lengan pertanda menyerah. "Lepaskan praja itu! Sebagai gantinya kalian mendapatkan aku!" seru Ketua Sujinsha. Kedua tangan bersilang di belakang tengkuk. "Cuih! Akal bulus apa kiranya strategimu, Pengelana jalanan! Kau sama sekali tidak berguna!" Puan Ra menjawab sengit. "Tentu aku berguna jika menjadi tawananmu! Lepaskan praja itu!" seru Ketua Sujinsha lagi. Mata berbalas mata. Permusuhan lama antara pemimpin Para Pembant
Pagi menyingsing bersama embun menyelimuti. Sang Surya bersemu jingga, mengintip dari balik ufuk timur. Wajahnya malu-malu perlahan mulai tampak."Jangan libatkan mereka."Seseorang menyampaikan pesan itu dari mulut Lorr En, dan sekarang diucapkan kembali oleh seorang pemantau. Ia menuturkan laporannya pada Ketua Sujinsha."Dia bertekuk lutut. Kedua kaki dan tangan terikat. Kedua matanya tertutup kain. Ia mengatakan itu kepada pimpinan musuh sehingga melepaskan kami untuk menyampaikan hal ini kepada Tuan."Pemantau dari sekumpulan Pasukan Bayangan. Sekembalinya dari penyisiran sekitar perbatasan, sempat bertemu musuh. Ia ditangkap, kemudian sengaja dilepaskan untuk menyampaikan pesan itu kepada Ketua Sujinsha. Tujuannya agar Pasukan Bayangan menyerahkan diri dan mengembalikan Raojhin kepada pihak musuh.Pemantau itu melaporkan informasi sepenuhnya kepada Ketua Sujinsha tentang tertangkapnya Lorr En, tentu membuat cemas Pasukan Bayangan.Ketua Sujinsha tertegun sebentar. Tegang dalam p
Satu orang kembali. Justru satu lagi menghilang. Seakan hanya bertukar saja.________"Jaga gudang mayat!"Teriakan penjaga menjadi petunjuk tempat Raojhin disembunyikan. Orang-orang saling melempar tugas. Hiruk pikuk situasi di kawasan pangkalan Pasukan Pembantai. Masing-masing pemimpin sibuk mengumpulkan sejumlah pasukan untuk dikerahkan ke luar pangkalan.Sesosok makhluk dari tanah, tersembul ke permukaan dan meluncur dalam pusaran pasir. Kemudian gesit wujudnya menjelma gumpalan tanah pasir menggelinding."Hup!" tubuh itu menggelinding sampai ke sisi bayang-bayang tenda dan terhenti.Rupanya manusia yang meringkuk dari gumpalan tanah pasir. Tak lain adalah Taja. Selimut tanah pasir, luruh dari tubuhnya. Sembari kebas seluruh baju, Taja memasang waspada, tatap matanya sekeliling arah. Tampak lenggang keadaan sekitar.Di tengah-tengah situasi tak menentu, akibat makhluk pasir bekerja secara efektif. Berhasil mengalihkan seisi pangkalan pembantai dan mengacaukan suasana. Taja berhasi
Hantu Pasir. Penghuni gaib Perbatasan Tengkorak. Makhluk penghisap siapapun yang hidup di permukaan tanah.________Deru pasir debu menyatu.Langit malam kian larut. Kantuk mengendap dalam penat orang-orang sedang berjaga-jaga di setiap titik kawasan pangkalan. Sejengkal pun tidak ada yang luput dari pengawasan mata regu pemantau, sibuk mengawasi penjuru arah dari tiang-tiang tinggi.Pangkalan pembantai tak pernah mengenal tidur. Kawasan merah dengan rona kobaran api. Sejauh mata menangkap kegelapan, titik-titik bara bersumber api unggun. Udara menerbangkan abu pijar dari bara meredup.Barisan regu giliran jaga malam bertukar tugas. Pasukan Pembantai dalam naungan gelap malam, tampak lebih waspada dan sangar wajah mereka.Pemimpin-pemimpinnya memasang erat penutup kepala bertanduk. Gading-gading gajah dipasang tegak lurus ujung lancipnya menghadap ke atas. Pertanda pemimpin baling berkuasa sedang berada di antara pasukan berkumpul.Beberapa orang tampak lalu lalang, tergesa-gesa dalam
Makhluk pasir dan tanah? Apa sungguhan itu makhluk yang terbentuk dari pasir dan tanah?________"Lorr."Taja menepuk pundak Lorr En. Ia pun siap menyambut Taja memberikan perintah."Kerahkan Pasukan Tawon! Alihkan musuh!" Taja berapi-api, tersulut ambisi bersiap-siap penuh."Aku akan mengobrak-abrik sarang pembantai," kata Taja sembari bangkit tegap, menyingsingkan kepalan tangan erat-erat.Ketua Sujinsha ternganga. Kiranya manusia seperti apa yang memiliki keyakinan sebesar itu untuk menyerbu pangkalan musuh sekelas Pasukan Pembantai. Ia sendiri bahkan tidak terpikir strategi sejauh itu. Butuh keberanian dan kekuatan pasukan besar dan persiapan matang."Tuan, serahkan padaku! Malam ini, aku akan menyerbu Pangkalan Pasukan Pembantai," tegas dan penuh percaya diri, Taja mengatakannya."Malam ini?!" ujar Ketua Sujinsha terkaget-kaget. Tak segera mengambil keputusan. Ia dan semua orang bawahannya banyak terluka dan belum pulih dari letih kesakitan. Pertarungan sebelumnya, melawan Pasuka
"Tempat ini seperti tersembunyi? Seolah musuh tidak menyadari keberadaan kita?"________Malam berlarut.Tampak langit gelap dari celah-celah rongga bebatuan tempat persembunyian. Pertahanan magis energi Taja dan Lorr En bersatu, diperkirakan dapat bertahan sampai fajar menyingsing untuk melindungi diri bersama Pasukan Bayangan.Sementara itu, terdengar suara-suara meraung dari luar, pertanda banyak sekali orang-orang pembantai berdatangan sekitar tempat itu, melalui udara dan darat. Gonggongan anjing-anjing pelacak, menelusuri jalur lereng dan rongga-rongga sekitar. Kuat tajam penciuman anjing-anjing itu mengendus-endus setiap jengkal permukaan tanah dan batu. Mencari jejak Pasukan Bayangan yang sedang bersembunyi bersama Taja. Untuk sementara, mereka aman dari deteksi musuh."Perisai Alhirri hanya bertahan sebelum pagi menyingsing," kata Taja meresahkan hal itu. Kiranya sampai fajar, tetapi musuh masih patroli sekitar lokasi persembunyian."Aku akan mengalihkan perhatian mereka," uj
Gemuruh angin hitam mengiringi dua sosok berjalan. Kedatangannya disertai kerumunan angin hitam, ternyata koloni serangga. ________ "Siapa kalian?!" Orang-orang Pasukan Bayangan menghunus kembali pedang masing-masing. Mengantisipasi serangan yang mungkin datang dari dua sosok itu. "Apakah kalian baik-baik saja?!" suara lantang pemuda, seiring kemunculan dua sosok berjalan dari balik kabut malam di bawah cahaya purnama. Semua terdiam, menyambut penasaran siapa gerangan yang datang. Tampak samar-samar, dua sosok pemuda. Gemuruh angin hitam mereda, mengiringi dua sosok itu mendekat. Mundur penuh hati-hati, orang-orang Pasukan Bayangan, berkumpul dalam formasi barisan, memasang pagar diri seraya menghunuskan pedang masing-masing. Tampaklah dua wajah pemuda yang datang itu. Pasukan Bayangan, seketika menurunkan senjata dan bernafas lega. Dua pemuda yang datang itu, ternyata sangat dikenal dengan baik. Suara-suara riuh mendengung, rupanya berasal dari kerumunan serangga menyertai ked
Amukan badai angin hitam, ternyata koloni serangga tak terkira banyaknya. Menyerang sekelompok manusia jubah hitam beserta elang-elang tunggangannya.________Jerit raung manusia-manusia berjubah hitam, bersamaan elang-elang hitam meronta terbakar di tanah, bergumul debu kerikil. Teriakan manusia jubah mengamuk, namun masih hidup dalam kobaran api melahap tubuh.Tahu jenis apa elang Pembantai tak mati dalam api, harus dipenggal kepala, maka tak menyia-nyiakan kesempatan, segera regu Tameng Cakra dan Jerat Laba-laba, menebas kepala manusia berjubah dari tubuhnya. Juga elang tunggangannya. Hujan mulai berjatuhan ke tanah. Semakin deras membasahi tak terhitung tubuh-tubuh bergelimpangan. Regu Tameng Cakra dan Jerat Laba-laba tanpa henti mengayunkan jurus-jurus pedang, menghabisi siapapun musuh yang masih bergerak, elang hitam dan manusia berjubah hitam bersimbah darah bergelimpangan.Krrroaaagh!!!Tiba-tiba dari awan gelap, seekor elang hitam sangat besar, melintas sekejap mata dan meny
Batu menjerit dan bergerak. Wujud semula bongkahan, ternyata jubah kamuflase menyerupai batu, menyingkap sesuatu tersembunyi di baliknya.________Elang Pembantai.Jenis pasukan terbang pembantai. Semakin banyak jumlahnya, berdatangan ke tempat itu. Menggantikan pasukan pembantai berkuda yang sudah kalah telak.Hujan rantai besi sambar menyambar dari langit-langit gelap. Kemunculan Elang Pembantai memaksa Pasukan Bayangan sesegera mungkin bergerak mundur."Sembunyi!" pekik Ketua Sujinsha, diikuti sekawanan orang-orangnya bergerak cepat, menepi di antara celah-celah bebatuan. Namun belum semuanya bersembunyi, beberapa orang Tameng Cakra terkena sambaran rantai besi, tubuhnya ditarik dan terpelanting ke udara. "Aargh!!!" terbanting di sisi lereng berbatu. Anggota lainnya tak sempat memberikan pertolongan.Para pembantai dengan tunggangan elang hitam raksasa, beterbangan seiring riuh suara Terompet Raung mengangkasa. Tangan-tangan mereka sibuk melempar rantai-rantai besi. Penglihatan ta