Cahaya Hijau, aura paling langka. Pasangan Sejati Tiga Manusia.__________"Gadis tak tahu diri!"Shiji Wungsu tak tahan melontarkan kalimat umpatan. Sambil menghentak langkahnya, ia menuju Sekar Wening seperti hendak menarik gadis itu, namun Lorr En terlebih dahulu menghadang.Di belakang Shiji Wungsu, beberapa pengikutnya ikut berdatangan."Tuan-tuan sekalian, tanpa mengurangi rasa hormat kami. Acara malam ini hanya untuk kalangan para gadis, kecuali orang yang aku undang secara langsung," Putri Alingga merasa tak enak hati mengucapkan itu kepada para laki-laki yang mulai berdatangan."Maafkan kami, Putri! Kami hanya menjemput Tuanku, bukan ingin ikutan dalam acara ini," rupanya Braja Setta yang datang."Lagipula, aku sebenarnya perempuan," Karitta di sampingnya juga berkata.Keterkejutan Putri Alingga mendengar pernyataan Karitta, selama ini disangka lelaki. Namun rasa kagetnya tidak seberapa jika dibanding keadaan lebih gawat lagi. Shiji Wungsu dikendalikan sisi dirinya yang lain.
Nuansa damai dari bola-bola pelita bermunculan. Menenggelamkan kesadaran. Terbuai suara-suara merasuk kedalaman jiwa_________Nee ....Ra ....Va ....Dha ....Jentik jemari bergerak lembut."Nee-ra-va-dha.""Serangga Kedamaian."Shaninka memutar-mutar telunjuk kanan dan kiri, merapal kalimat itu beberapa kali. Lalu melempar seuntai energi ke arah tiga orang berseteru sengit di pelataran sana.Sesuatu dilempar Shaninka membentuk bola-bola pelita seukuran kepala tangan, muncul di sisi kanan kiri Shiji Wungsu, Lorr En dan Sekar Wening berada saat itu. Diiringi suara berbisik indah, memanggil nama masing-masing ketiga orang yang sedang jadi pusat keributan.'Shiji Wungsu Sabha ....''Shiji ... Wungsu ....'Bola-bola pelita terbang lambat, melayang di sekitar Shiji Wungsu. Menarik perhatian dan kesadaran lelaki itu. Amukan dirinya berangsur memudar. Cengkeraman tangan semula menahan lengan Sekar Wening, seketika terlepas begitu saja."Ayah ...?"Shiji Wungsu terbuai heran, mendengar suara
Energi tidak pernah mati, tidak juga musnah. Energi beralih menjadi energi lain.Energi Jiwa Ratu tak pernah musnah. Ada di dalam dirimu.________"Dia ....""Gadis Graha Tabib," jawab Taja sebelum mengucap namanya."Apa aku mengenal dia?" tanya Lorr En. Taja mengangguk saja."Dia, Shaninka."Akhirnya, Taja menyebutkan nama gadis itu."Dia?!" Lorr En terkejut. Sungguh tak percaya bahwa gadis itu yang telah mewarisi Energi Jiwa Shachini."Bagaimana bisa?!" agak terpekik, Lorr En terheran bercampur bingung."Aku juga tidak tahu, Lorr ...," Taja pun menggeleng tak mengerti. Sekalian mengangkat bahunya tanda heran sama sekali tak mengerti."Akhirnya ... kita memiliki harapan ...," kata Taja sambil mengeluarkan sebuah kristal dari dalam dadanya secara ajaib. Lalu menggenggam kristal itu dan mengamatinya dengan seksama.Sejak Taja meninggalkan Gunggali sampai berada di Tanapura, kristal itu selalu tersemat di dalam dada. Tak pernah luput. Satu-satunya warisan berharga dari Gunggali. Taja san
'Kemana dia pergi?'Taja kehilangan jejak Lorr En. Sejenak ia menoleh segala arah. Cepat sekali Lorr En menghilang dari pandangan mata.Tak mau peduli lagi. Akhirnya Taja berniat kembali saja. Tetapi tanpa sengaja, pandangan matanya jatuh pada seseorang di satu sisi pagar taman istana. Seseorang yang dikenal Taja."Shiji Wungsu?" Taja jelas-jelas melihat seseorang itu tengah duduk mematung, bersandar di satu sisi sudut pagar taman istana. Di antara rerimbunan tanaman pagar. Tidak salah lagi, yang dilihatnya itu benar-benar Shiji Wungsu.'Malam begini, sedang apa dia?' heran Taja, bertanya-tanya dalam benaknya."Tuan Shiji ...," pelan-pelan, Taja mendekati Lelaki Mayapadhi itu duduk bersandar di satu sudut pagar koridor taman.Shiji Wungsu menoleh sebentar. Melihat Taja yang datang, sayup kedua mata dan menggelayut suaranya membalas."Ah, kamu Taja," tak menampakkan sisi galak Shiji Wungsu, seperti kejadian belum lama berlangsung di Istana Wejangan."Tuan Shiji, apa yang sedang kau laku
Sama sepertimu, aku pun memiliki sisi buruk. Memakan mentah-mentah makhluk yang pernah aku bunuh.________"Tuan Shiji, ternyata itu perasaan berkecamuk dalam dirimu," kata Taja mendengarkan semua pengakuan Shiji Wungsu. Ia melihat sekeliling tempat sepi sunyi. Cemas kalau-kalau ada orang lain yang mendengar semua ucapan Shiji Wungsu."Jangan sebut aku salih lagi ...," ucap Shiji Wungsu lirih."Dalam diriku ... mengalir darah pembunuh berhati dingin ....""Dia seorang wanita ... ibuku sendiri," racau Shiji Wungsu, tergolek lemah di rerumputan taman. Tak peduli siapapun yang mengetahui aib diri dan keluarganya.Taja ingin sekali menghentikan semua pengakuan Shiji Wungsu yang getir."Itu yang membuatku ... tidak percaya pada semua wanita," Shiji Wungsu menggeleng pelan. Sesekali menutupi wajahnya sendiri."Sejak saat itu ... aku sendiri ... yang menyiapkan makanan ... minuman untuk diriku ...," lanjut Shiji Wungsu. Setengah ngantuk Shiji terus bercerita."Tak pernah makan ... atau minum
Dia berlari lalu sekejap menghilang, muncul sekelebat saja sebelum memukul tepat di depanku. Jurus apa itu?________"Aku ... menyukai seorang gadis yang sudah menjadi milik orang lain," lanjut Taja tak berdaya dan ambruk rebahan di sisi Shiji Wungsu."Kita senasib?" tanya heran Shiji Wungsu."Itukah sebabnya kita bertemu di tempat yang sama seperti ini?" Shiji Wungsu terkekeh, begitu pun Taja. Sama-sama merasa bertemu teman curahan hati dalam kondisi yang sama."Aku ingin mencoba arak milikmu, Tuan Shiji," Taja meraba-raba kendi, tidak jauh tergeletak di sisi Lelaki Mayapadhi dalam kondisi setengah sadar dan setengah mabuk.Namun Shiji Wungsu segera menepis tangan Taja dari jangkauan kendi arak."Kamu masih di bawah umur," kata Shiji Wungsu, lalu sembarangan melempar kendi itu sampai pecah. Sisa arak di dalamnya terbuang di tanah begitu saja."Aku 15 tahun," balas Taja, tak ingin disebut di bawah umur. Teringat Raojhin sangat tersinggung setiap kali dikatakan anak kecil. Ternyata sepe
Bisik kalimat berbaur angin, datang dari sosok yang sedang tak kasat mata wujudnya. Tubuh Lelaki Mayapadhi menyatu dengan angin.________'Dia ... memiliki jurus apa?' pikir Shiji Wungsu, kembali memasang kuda-kuda lebih membungkuk dari sebelumnya.'Dia bisa membaca jurus Langkah Tanpa Jejak milikku,' lagi-lagi Shiji Wungsu mengheningkan diri, seluruh perhatian terpusat pada lawannya.Taja bergeming, tak menyerang, hanya mengandalkan pertahanan."Heah!" sekali teriak Shiji Wungsu, berlari gesit ke kanan dan ke kiri.Langkah-langkah kecil secara zig zag secepat bayangan. Sekali tarikan nafas, sosok Shiji Wungsu berada sejengkal di depan Taja."Heah!"Sekilas bayangan tapak dan bogem dari serangan Shiji Wungsu, menusuk sekaligus meninju dada Taja beruntun."Ugh!" Taja terbanting ke belakang. Jatuh punggungnya ke rerumputan. Kali itu, serangan tapak bogem bersamaan jurus Langkah Tanpa Jejak dari Shiji Wungsu berhasil menembus pertahanan Taja.Sesak dan sensasi panas di dada akibat pukulan
Berapi-api di bawah gemuruh Arak Seroja. Tiga jurus bersatu. Langkah Tanpa Jejak, ditambah Tinju Bayangan Empat Penjuru dan Badai Amarah dalam sekali serangan penuh.________Ini bukan latih tanding. Suara-suara tertelan hening. Sekawanan tikus terusik pertarungan dua orang di tengah taman istana yang sunyi berselimut udara semakin kencang berhembus. Energi keduanya menghisap angin dari berbagai arah tertuju ke tempat itu.Ciit ... ciit ...!Riuh tikus di keheningan suasana taman di bawah purnama malam itu. Makhluk-makhluk mungil penghuni taman, berlarian di antara tetumbuhan dan cepat-cepat menyusup ke akar-akar pohon. Mengaburkan pusat pendengaran Taja. Saat itu pula, Shiji Wungsu muncul dengan serangan beruntun.Sebuah derap langkah disertai kemunculan tak terduga, sekelebat gerak Shiji Wungsu menghantamkan tinju dengan sekuat tenaga. Suara pukulan terhadap tubuh manusia hingga terjatuh keras ke tanah."Aagh ...!"Taja terjerembab di perbatasan antara rerumputan taman dan akar-akar
Jantungku adalah jantungmu! Jika aku menusuk jantungku. Itu pula yang terjadi pada jantungmu!" ________ "Aku menyerah!" Suara lantang memecah ketegangan. Samar-samar Ketua Sujinsha berjalan selangkah demi selangkah, memasuki area perkumpulan musuh. Jumlah mereka ratusan orang-orang pembantai, termasuk belasan pimpinan Lowak Ruyo. Senyum sungging Puan Ra menyambut lelaki itu datang. Ketua Sujinsha berhenti tepat di hadapan Puan Ra. Orang-orang pembantai mengelilingi dengan wajah-wajah beringas. Puan Ra berdiri di hadapan Ketua Sujinsha mengangkat kedua lengan pertanda menyerah. "Lepaskan praja itu! Sebagai gantinya kalian mendapatkan aku!" seru Ketua Sujinsha. Kedua tangan bersilang di belakang tengkuk. "Cuih! Akal bulus apa kiranya strategimu, Pengelana jalanan! Kau sama sekali tidak berguna!" Puan Ra menjawab sengit. "Tentu aku berguna jika menjadi tawananmu! Lepaskan praja itu!" seru Ketua Sujinsha lagi. Mata berbalas mata. Permusuhan lama antara pemimpin Para Pembant
Pagi menyingsing bersama embun menyelimuti. Sang Surya bersemu jingga, mengintip dari balik ufuk timur. Wajahnya malu-malu perlahan mulai tampak."Jangan libatkan mereka."Seseorang menyampaikan pesan itu dari mulut Lorr En, dan sekarang diucapkan kembali oleh seorang pemantau. Ia menuturkan laporannya pada Ketua Sujinsha."Dia bertekuk lutut. Kedua kaki dan tangan terikat. Kedua matanya tertutup kain. Ia mengatakan itu kepada pimpinan musuh sehingga melepaskan kami untuk menyampaikan hal ini kepada Tuan."Pemantau dari sekumpulan Pasukan Bayangan. Sekembalinya dari penyisiran sekitar perbatasan, sempat bertemu musuh. Ia ditangkap, kemudian sengaja dilepaskan untuk menyampaikan pesan itu kepada Ketua Sujinsha. Tujuannya agar Pasukan Bayangan menyerahkan diri dan mengembalikan Raojhin kepada pihak musuh.Pemantau itu melaporkan informasi sepenuhnya kepada Ketua Sujinsha tentang tertangkapnya Lorr En, tentu membuat cemas Pasukan Bayangan.Ketua Sujinsha tertegun sebentar. Tegang dalam p
Satu orang kembali. Justru satu lagi menghilang. Seakan hanya bertukar saja.________"Jaga gudang mayat!"Teriakan penjaga menjadi petunjuk tempat Raojhin disembunyikan. Orang-orang saling melempar tugas. Hiruk pikuk situasi di kawasan pangkalan Pasukan Pembantai. Masing-masing pemimpin sibuk mengumpulkan sejumlah pasukan untuk dikerahkan ke luar pangkalan.Sesosok makhluk dari tanah, tersembul ke permukaan dan meluncur dalam pusaran pasir. Kemudian gesit wujudnya menjelma gumpalan tanah pasir menggelinding."Hup!" tubuh itu menggelinding sampai ke sisi bayang-bayang tenda dan terhenti.Rupanya manusia yang meringkuk dari gumpalan tanah pasir. Tak lain adalah Taja. Selimut tanah pasir, luruh dari tubuhnya. Sembari kebas seluruh baju, Taja memasang waspada, tatap matanya sekeliling arah. Tampak lenggang keadaan sekitar.Di tengah-tengah situasi tak menentu, akibat makhluk pasir bekerja secara efektif. Berhasil mengalihkan seisi pangkalan pembantai dan mengacaukan suasana. Taja berhasi
Hantu Pasir. Penghuni gaib Perbatasan Tengkorak. Makhluk penghisap siapapun yang hidup di permukaan tanah.________Deru pasir debu menyatu.Langit malam kian larut. Kantuk mengendap dalam penat orang-orang sedang berjaga-jaga di setiap titik kawasan pangkalan. Sejengkal pun tidak ada yang luput dari pengawasan mata regu pemantau, sibuk mengawasi penjuru arah dari tiang-tiang tinggi.Pangkalan pembantai tak pernah mengenal tidur. Kawasan merah dengan rona kobaran api. Sejauh mata menangkap kegelapan, titik-titik bara bersumber api unggun. Udara menerbangkan abu pijar dari bara meredup.Barisan regu giliran jaga malam bertukar tugas. Pasukan Pembantai dalam naungan gelap malam, tampak lebih waspada dan sangar wajah mereka.Pemimpin-pemimpinnya memasang erat penutup kepala bertanduk. Gading-gading gajah dipasang tegak lurus ujung lancipnya menghadap ke atas. Pertanda pemimpin baling berkuasa sedang berada di antara pasukan berkumpul.Beberapa orang tampak lalu lalang, tergesa-gesa dalam
Makhluk pasir dan tanah? Apa sungguhan itu makhluk yang terbentuk dari pasir dan tanah?________"Lorr."Taja menepuk pundak Lorr En. Ia pun siap menyambut Taja memberikan perintah."Kerahkan Pasukan Tawon! Alihkan musuh!" Taja berapi-api, tersulut ambisi bersiap-siap penuh."Aku akan mengobrak-abrik sarang pembantai," kata Taja sembari bangkit tegap, menyingsingkan kepalan tangan erat-erat.Ketua Sujinsha ternganga. Kiranya manusia seperti apa yang memiliki keyakinan sebesar itu untuk menyerbu pangkalan musuh sekelas Pasukan Pembantai. Ia sendiri bahkan tidak terpikir strategi sejauh itu. Butuh keberanian dan kekuatan pasukan besar dan persiapan matang."Tuan, serahkan padaku! Malam ini, aku akan menyerbu Pangkalan Pasukan Pembantai," tegas dan penuh percaya diri, Taja mengatakannya."Malam ini?!" ujar Ketua Sujinsha terkaget-kaget. Tak segera mengambil keputusan. Ia dan semua orang bawahannya banyak terluka dan belum pulih dari letih kesakitan. Pertarungan sebelumnya, melawan Pasuka
"Tempat ini seperti tersembunyi? Seolah musuh tidak menyadari keberadaan kita?"________Malam berlarut.Tampak langit gelap dari celah-celah rongga bebatuan tempat persembunyian. Pertahanan magis energi Taja dan Lorr En bersatu, diperkirakan dapat bertahan sampai fajar menyingsing untuk melindungi diri bersama Pasukan Bayangan.Sementara itu, terdengar suara-suara meraung dari luar, pertanda banyak sekali orang-orang pembantai berdatangan sekitar tempat itu, melalui udara dan darat. Gonggongan anjing-anjing pelacak, menelusuri jalur lereng dan rongga-rongga sekitar. Kuat tajam penciuman anjing-anjing itu mengendus-endus setiap jengkal permukaan tanah dan batu. Mencari jejak Pasukan Bayangan yang sedang bersembunyi bersama Taja. Untuk sementara, mereka aman dari deteksi musuh."Perisai Alhirri hanya bertahan sebelum pagi menyingsing," kata Taja meresahkan hal itu. Kiranya sampai fajar, tetapi musuh masih patroli sekitar lokasi persembunyian."Aku akan mengalihkan perhatian mereka," uj
Gemuruh angin hitam mengiringi dua sosok berjalan. Kedatangannya disertai kerumunan angin hitam, ternyata koloni serangga. ________ "Siapa kalian?!" Orang-orang Pasukan Bayangan menghunus kembali pedang masing-masing. Mengantisipasi serangan yang mungkin datang dari dua sosok itu. "Apakah kalian baik-baik saja?!" suara lantang pemuda, seiring kemunculan dua sosok berjalan dari balik kabut malam di bawah cahaya purnama. Semua terdiam, menyambut penasaran siapa gerangan yang datang. Tampak samar-samar, dua sosok pemuda. Gemuruh angin hitam mereda, mengiringi dua sosok itu mendekat. Mundur penuh hati-hati, orang-orang Pasukan Bayangan, berkumpul dalam formasi barisan, memasang pagar diri seraya menghunuskan pedang masing-masing. Tampaklah dua wajah pemuda yang datang itu. Pasukan Bayangan, seketika menurunkan senjata dan bernafas lega. Dua pemuda yang datang itu, ternyata sangat dikenal dengan baik. Suara-suara riuh mendengung, rupanya berasal dari kerumunan serangga menyertai ked
Amukan badai angin hitam, ternyata koloni serangga tak terkira banyaknya. Menyerang sekelompok manusia jubah hitam beserta elang-elang tunggangannya.________Jerit raung manusia-manusia berjubah hitam, bersamaan elang-elang hitam meronta terbakar di tanah, bergumul debu kerikil. Teriakan manusia jubah mengamuk, namun masih hidup dalam kobaran api melahap tubuh.Tahu jenis apa elang Pembantai tak mati dalam api, harus dipenggal kepala, maka tak menyia-nyiakan kesempatan, segera regu Tameng Cakra dan Jerat Laba-laba, menebas kepala manusia berjubah dari tubuhnya. Juga elang tunggangannya. Hujan mulai berjatuhan ke tanah. Semakin deras membasahi tak terhitung tubuh-tubuh bergelimpangan. Regu Tameng Cakra dan Jerat Laba-laba tanpa henti mengayunkan jurus-jurus pedang, menghabisi siapapun musuh yang masih bergerak, elang hitam dan manusia berjubah hitam bersimbah darah bergelimpangan.Krrroaaagh!!!Tiba-tiba dari awan gelap, seekor elang hitam sangat besar, melintas sekejap mata dan meny
Batu menjerit dan bergerak. Wujud semula bongkahan, ternyata jubah kamuflase menyerupai batu, menyingkap sesuatu tersembunyi di baliknya.________Elang Pembantai.Jenis pasukan terbang pembantai. Semakin banyak jumlahnya, berdatangan ke tempat itu. Menggantikan pasukan pembantai berkuda yang sudah kalah telak.Hujan rantai besi sambar menyambar dari langit-langit gelap. Kemunculan Elang Pembantai memaksa Pasukan Bayangan sesegera mungkin bergerak mundur."Sembunyi!" pekik Ketua Sujinsha, diikuti sekawanan orang-orangnya bergerak cepat, menepi di antara celah-celah bebatuan. Namun belum semuanya bersembunyi, beberapa orang Tameng Cakra terkena sambaran rantai besi, tubuhnya ditarik dan terpelanting ke udara. "Aargh!!!" terbanting di sisi lereng berbatu. Anggota lainnya tak sempat memberikan pertolongan.Para pembantai dengan tunggangan elang hitam raksasa, beterbangan seiring riuh suara Terompet Raung mengangkasa. Tangan-tangan mereka sibuk melempar rantai-rantai besi. Penglihatan ta