Bisik kalimat berbaur angin, datang dari sosok yang sedang tak kasat mata wujudnya. Tubuh Lelaki Mayapadhi menyatu dengan angin.________'Dia ... memiliki jurus apa?' pikir Shiji Wungsu, kembali memasang kuda-kuda lebih membungkuk dari sebelumnya.'Dia bisa membaca jurus Langkah Tanpa Jejak milikku,' lagi-lagi Shiji Wungsu mengheningkan diri, seluruh perhatian terpusat pada lawannya.Taja bergeming, tak menyerang, hanya mengandalkan pertahanan."Heah!" sekali teriak Shiji Wungsu, berlari gesit ke kanan dan ke kiri.Langkah-langkah kecil secara zig zag secepat bayangan. Sekali tarikan nafas, sosok Shiji Wungsu berada sejengkal di depan Taja."Heah!"Sekilas bayangan tapak dan bogem dari serangan Shiji Wungsu, menusuk sekaligus meninju dada Taja beruntun."Ugh!" Taja terbanting ke belakang. Jatuh punggungnya ke rerumputan. Kali itu, serangan tapak bogem bersamaan jurus Langkah Tanpa Jejak dari Shiji Wungsu berhasil menembus pertahanan Taja.Sesak dan sensasi panas di dada akibat pukulan
Berapi-api di bawah gemuruh Arak Seroja. Tiga jurus bersatu. Langkah Tanpa Jejak, ditambah Tinju Bayangan Empat Penjuru dan Badai Amarah dalam sekali serangan penuh.________Ini bukan latih tanding. Suara-suara tertelan hening. Sekawanan tikus terusik pertarungan dua orang di tengah taman istana yang sunyi berselimut udara semakin kencang berhembus. Energi keduanya menghisap angin dari berbagai arah tertuju ke tempat itu.Ciit ... ciit ...!Riuh tikus di keheningan suasana taman di bawah purnama malam itu. Makhluk-makhluk mungil penghuni taman, berlarian di antara tetumbuhan dan cepat-cepat menyusup ke akar-akar pohon. Mengaburkan pusat pendengaran Taja. Saat itu pula, Shiji Wungsu muncul dengan serangan beruntun.Sebuah derap langkah disertai kemunculan tak terduga, sekelebat gerak Shiji Wungsu menghantamkan tinju dengan sekuat tenaga. Suara pukulan terhadap tubuh manusia hingga terjatuh keras ke tanah."Aagh ...!"Taja terjerembab di perbatasan antara rerumputan taman dan akar-akar
Jika aku membunuh manusia dengan jurus Mata Pembinasa, maka aku akan menjadi kaum serigala Pemangsa Jiwa.________"Rakhayatma!"Taja memanggil wujud lain Shiji Wungsu, "Baiklah, aku tidak akan segan!"Bersamaan dengan itu, amarah berselimut pusaran angin, wujud kekuatan jurus Shiji Wungsu dari empat penjuru, memukul telak tepat ke arah Taja.Taja menahan serangan yang muncul tiba-tiba, tapak bersatu di depan dada. Namun tak cukup menahan kekuatan lawan."Agh ...!"Tubuh Taja terbanting, melewati batas taman istana. Suara tubuh manusia terperosok dan tenggelam di antara rerimbunan pepohonan.Sejenak hening. Shiji Wungsu berdiri tegap. Sadar akan aksinya, menunggu kemunculan Taja setelah terakhir kali terbanting ke sana.Semakin sunyi. Tak terdengar tanda-tanda pergerakan apapun."Segitu kehebatan Praja Emas?" tanya Shiji Wungsu disambut angin semilir menghembuskan dedaunan pohon. Memandang satu arah, Taja terpental dan menghilang di balik rerimbunan sana."Seharusnya aku mengurangi kek
"Siluman?!""Ada siluman di Tanapura?!" tidak dapat menyembunyikan kagetnya. Shiji Wungsu seketika mengangkat pisau, tepat di depan dada.Sosok manusia akar, tampaknya tidak membahayakan. Melenggang keluar dari rerimbunan tanaman, lalu menuju rerumputan taman. Cahaya purnama semakin memperjelas wujud sosok aneh menakutkan itu. Ia melangkah ringan seolah tanpa beban.Sementara Shiji Wungsu penuh siaga, mengikuti dari belakang dengan hati-hati."Siapa kamu sebenarnya?!" Shiji Wungsu waspada dengan pisau tajam mengarah pada sosok itu duduk bersila di rerumputan."Sisi diriku yang lain," jawab makhluk itu serak berat suaranya terdengar jelas mampu berbicara bahasa manusia."Tidak mengenaliku, Kakak ipar?" kata makhluk itu.Tikus melintas di dekatnya. Seketika ditangkap. Sekali remas, tubuh mungil si tikus meronta di dalam cengkeraman tangan makhluk itu berbentuk akar-akar mencuat.Shiji Wungsu mengamati dengan terbelalak kedua matanya.Makhluk di depan matanya sedang menatap tikus yang kua
Tak percaya wanita. Jatuh juga perasaannya kepada gadis dengan kelakuan tidak baik itu.________"Aku belajar darimu, Tuan Shiji!""Belajar lebih jujur," ujar Taja. Melihat kelebihan sifat dari Shiji Wungsu justru ketika dia mabuk."Sisi buruk dirimu, berterus terang dan terbuka," Lanjut Taja, tersenyum ringan. Tak membekas rasa sakit di tubuhnya akibat pertarungan dengan Shiji Wungsu. Padahal sampai berdarah-darah."Ah, Taja ...," Shiji Wungsu menepis anggapan jujur menurut Taja.Shiji Wungsu lebih tertarik membicarakan topik lain, "Kekuatan apa dalam dirimu? Aku juga ingin memilikinya ...," tanya Shiji Wungsu, takjub akan kemampuan yang dimiliki Taja."Kultivasi atau ilmu apa itu?" tanya Shiji Wungsu sedikit penasaran."Aku harus bagaimana untuk mempelajari ilmu itu?" tanya Shiji Wungsu beruntun, tampaknya sangat tertarik.Sekian banyak ilmu pedang, beladiri, kultivasi dan berbagai kesaktian yang pernah dipelajari Shiji Wungsu, belum seharga nilainya dengan kultivasi yang dimiliki Ta
Aku mendapat penglihatan aneh. Tentang takdir kehidupan kalian bertiga di masa depan.______"Sallava Sabha."Nama itu disebut. Shiji Wungsu tersentak ketika Taja mengucapkannya."Kamu percaya bahwa ... Sallava ... benar-benar ada?" kaget Shiji Wungsu, pembicaraan mereka beralih tentang Sallava. Shiji Wungsu sendiri menganggap kehadiran sosok dengan nama itu, angan-angan belaka. Nama hanya tinggal nama, tertinggal di kedalaman penglihatan mata batin Shiji Wungsu, sekarang tak ubahnya khayalan.Shiji Wungsu merasa konyol di hadapan Taja yang lebih muda darinya. Bahkan ingin melupakan bahwa ia pernah mengatakan tentang Sallava pada Taja."Bayi laki-laki itu ... kelak akan menjadi Raja Agung Jawata," satu kalimat Taja membuat Shiji Wungsu terbatuk-batuk. Memerah rona wajahnya."Sallava. Raja yang hidup dalam tiga masa. Harapan dan impian banyak orang," lanjut Taja penuh yakin. Satu senyuman mewakili ketulusannya mengatakan itu.Di saat Shiji Wungsu sudah tidak berharap lagi tentang Sallav
Biarkan aku menggantikan dia.Hukum saja aku.________"Aku juga perlu mengungkapkan hal lain kepada Tuan," kata Taja tegas."Tidak menyampaikan kejujuran, jika terlalu lama disimpan, akan membuat otot peri dalam diriku menjadi sangat gatal. Aku tidak terbiasa menyimpan lama-lama," kata Taja ingin sekali mengatakan sesuatu."Itu sebabnya, aku membiarkan Tuan memukul aku berkali-kali, dan membiarkan amarahmu terlampiaskan padaku. Setelah itu, aku akan mengatakan semuanya," kata Taja. Tenyata itu alasannya.Shiji Wungsu mengernyitkan dahi. Kerut tipis di kening terbentuk di raut wajahnya yang mulus."Katakan. Tentang apa itu?" pinta Shiji Wungsu mulai mendengarkan."Tentang Tajura ....""Tentang Wening ....""Dan aku ...."Agak terpatah-patah, Taja mengatakan satu persatu. Shiji Wungsu terkaget, mendengar satu nama tidak asing di telinga."Tajura?! Katakan saja. Ada apa?" tanya Shiji Wungsu, tak sabar ingin mendengar lebih banyak.Taja terdiam sesaat. Selain Radhit yang tahu latar belaka
Setan Merah, musuh bebuyutan paling diburu Pedang Pemburu. Julukan lain dari Pedang Jantung Hati milik Shiji Wungsu.__________"Bodohnya aku!"Shiji Wungsu memaki diri sendiri. Di saat-saat genting, ia lalai. Tak disangka, Pedang Jantung Hati tanpa kendali dirinya, muncul begitu saja karena mendeteksi makhluk yang selama ini diburu para pendahulu Mayapadhi.Bahkan sebelum Shiji Wungsu lahir, Pedang Jantung Hati sangat memburu makhluk itu. Antara sadar dan mabuk, rasa sesal mulai menyelimuti Shiji Wungsu."Kenapa aku minum arak?" kata Shiji Wungsu di tengah-tengah rasa bersalah. Menyadari kesalahan dan ceroboh.Pedang Jantung Hati, melesat ke satu arah, pertanda ia sedang membutuhkan tuannya untuk bertindak. Tetapi sial, kondisi mabuk tak memungkinkan Shiji Wungsu mengendalikan pedang itu."Persekutuan Lima Pedang!" panggil Shiji Wungsu. Sekali lagi meniup serumpit pemanggil sekutunya."Pedang Pemburu ...!"Shiji Wungsu mengikuti pedang merah menyala dan menyisakan jejak kilat api dan
Jantungku adalah jantungmu! Jika aku menusuk jantungku. Itu pula yang terjadi pada jantungmu!" ________ "Aku menyerah!" Suara lantang memecah ketegangan. Samar-samar Ketua Sujinsha berjalan selangkah demi selangkah, memasuki area perkumpulan musuh. Jumlah mereka ratusan orang-orang pembantai, termasuk belasan pimpinan Lowak Ruyo. Senyum sungging Puan Ra menyambut lelaki itu datang. Ketua Sujinsha berhenti tepat di hadapan Puan Ra. Orang-orang pembantai mengelilingi dengan wajah-wajah beringas. Puan Ra berdiri di hadapan Ketua Sujinsha mengangkat kedua lengan pertanda menyerah. "Lepaskan praja itu! Sebagai gantinya kalian mendapatkan aku!" seru Ketua Sujinsha. Kedua tangan bersilang di belakang tengkuk. "Cuih! Akal bulus apa kiranya strategimu, Pengelana jalanan! Kau sama sekali tidak berguna!" Puan Ra menjawab sengit. "Tentu aku berguna jika menjadi tawananmu! Lepaskan praja itu!" seru Ketua Sujinsha lagi. Mata berbalas mata. Permusuhan lama antara pemimpin Para Pembant
Pagi menyingsing bersama embun menyelimuti. Sang Surya bersemu jingga, mengintip dari balik ufuk timur. Wajahnya malu-malu perlahan mulai tampak."Jangan libatkan mereka."Seseorang menyampaikan pesan itu dari mulut Lorr En, dan sekarang diucapkan kembali oleh seorang pemantau. Ia menuturkan laporannya pada Ketua Sujinsha."Dia bertekuk lutut. Kedua kaki dan tangan terikat. Kedua matanya tertutup kain. Ia mengatakan itu kepada pimpinan musuh sehingga melepaskan kami untuk menyampaikan hal ini kepada Tuan."Pemantau dari sekumpulan Pasukan Bayangan. Sekembalinya dari penyisiran sekitar perbatasan, sempat bertemu musuh. Ia ditangkap, kemudian sengaja dilepaskan untuk menyampaikan pesan itu kepada Ketua Sujinsha. Tujuannya agar Pasukan Bayangan menyerahkan diri dan mengembalikan Raojhin kepada pihak musuh.Pemantau itu melaporkan informasi sepenuhnya kepada Ketua Sujinsha tentang tertangkapnya Lorr En, tentu membuat cemas Pasukan Bayangan.Ketua Sujinsha tertegun sebentar. Tegang dalam p
Satu orang kembali. Justru satu lagi menghilang. Seakan hanya bertukar saja.________"Jaga gudang mayat!"Teriakan penjaga menjadi petunjuk tempat Raojhin disembunyikan. Orang-orang saling melempar tugas. Hiruk pikuk situasi di kawasan pangkalan Pasukan Pembantai. Masing-masing pemimpin sibuk mengumpulkan sejumlah pasukan untuk dikerahkan ke luar pangkalan.Sesosok makhluk dari tanah, tersembul ke permukaan dan meluncur dalam pusaran pasir. Kemudian gesit wujudnya menjelma gumpalan tanah pasir menggelinding."Hup!" tubuh itu menggelinding sampai ke sisi bayang-bayang tenda dan terhenti.Rupanya manusia yang meringkuk dari gumpalan tanah pasir. Tak lain adalah Taja. Selimut tanah pasir, luruh dari tubuhnya. Sembari kebas seluruh baju, Taja memasang waspada, tatap matanya sekeliling arah. Tampak lenggang keadaan sekitar.Di tengah-tengah situasi tak menentu, akibat makhluk pasir bekerja secara efektif. Berhasil mengalihkan seisi pangkalan pembantai dan mengacaukan suasana. Taja berhasi
Hantu Pasir. Penghuni gaib Perbatasan Tengkorak. Makhluk penghisap siapapun yang hidup di permukaan tanah.________Deru pasir debu menyatu.Langit malam kian larut. Kantuk mengendap dalam penat orang-orang sedang berjaga-jaga di setiap titik kawasan pangkalan. Sejengkal pun tidak ada yang luput dari pengawasan mata regu pemantau, sibuk mengawasi penjuru arah dari tiang-tiang tinggi.Pangkalan pembantai tak pernah mengenal tidur. Kawasan merah dengan rona kobaran api. Sejauh mata menangkap kegelapan, titik-titik bara bersumber api unggun. Udara menerbangkan abu pijar dari bara meredup.Barisan regu giliran jaga malam bertukar tugas. Pasukan Pembantai dalam naungan gelap malam, tampak lebih waspada dan sangar wajah mereka.Pemimpin-pemimpinnya memasang erat penutup kepala bertanduk. Gading-gading gajah dipasang tegak lurus ujung lancipnya menghadap ke atas. Pertanda pemimpin baling berkuasa sedang berada di antara pasukan berkumpul.Beberapa orang tampak lalu lalang, tergesa-gesa dalam
Makhluk pasir dan tanah? Apa sungguhan itu makhluk yang terbentuk dari pasir dan tanah?________"Lorr."Taja menepuk pundak Lorr En. Ia pun siap menyambut Taja memberikan perintah."Kerahkan Pasukan Tawon! Alihkan musuh!" Taja berapi-api, tersulut ambisi bersiap-siap penuh."Aku akan mengobrak-abrik sarang pembantai," kata Taja sembari bangkit tegap, menyingsingkan kepalan tangan erat-erat.Ketua Sujinsha ternganga. Kiranya manusia seperti apa yang memiliki keyakinan sebesar itu untuk menyerbu pangkalan musuh sekelas Pasukan Pembantai. Ia sendiri bahkan tidak terpikir strategi sejauh itu. Butuh keberanian dan kekuatan pasukan besar dan persiapan matang."Tuan, serahkan padaku! Malam ini, aku akan menyerbu Pangkalan Pasukan Pembantai," tegas dan penuh percaya diri, Taja mengatakannya."Malam ini?!" ujar Ketua Sujinsha terkaget-kaget. Tak segera mengambil keputusan. Ia dan semua orang bawahannya banyak terluka dan belum pulih dari letih kesakitan. Pertarungan sebelumnya, melawan Pasuka
"Tempat ini seperti tersembunyi? Seolah musuh tidak menyadari keberadaan kita?"________Malam berlarut.Tampak langit gelap dari celah-celah rongga bebatuan tempat persembunyian. Pertahanan magis energi Taja dan Lorr En bersatu, diperkirakan dapat bertahan sampai fajar menyingsing untuk melindungi diri bersama Pasukan Bayangan.Sementara itu, terdengar suara-suara meraung dari luar, pertanda banyak sekali orang-orang pembantai berdatangan sekitar tempat itu, melalui udara dan darat. Gonggongan anjing-anjing pelacak, menelusuri jalur lereng dan rongga-rongga sekitar. Kuat tajam penciuman anjing-anjing itu mengendus-endus setiap jengkal permukaan tanah dan batu. Mencari jejak Pasukan Bayangan yang sedang bersembunyi bersama Taja. Untuk sementara, mereka aman dari deteksi musuh."Perisai Alhirri hanya bertahan sebelum pagi menyingsing," kata Taja meresahkan hal itu. Kiranya sampai fajar, tetapi musuh masih patroli sekitar lokasi persembunyian."Aku akan mengalihkan perhatian mereka," uj
Gemuruh angin hitam mengiringi dua sosok berjalan. Kedatangannya disertai kerumunan angin hitam, ternyata koloni serangga. ________ "Siapa kalian?!" Orang-orang Pasukan Bayangan menghunus kembali pedang masing-masing. Mengantisipasi serangan yang mungkin datang dari dua sosok itu. "Apakah kalian baik-baik saja?!" suara lantang pemuda, seiring kemunculan dua sosok berjalan dari balik kabut malam di bawah cahaya purnama. Semua terdiam, menyambut penasaran siapa gerangan yang datang. Tampak samar-samar, dua sosok pemuda. Gemuruh angin hitam mereda, mengiringi dua sosok itu mendekat. Mundur penuh hati-hati, orang-orang Pasukan Bayangan, berkumpul dalam formasi barisan, memasang pagar diri seraya menghunuskan pedang masing-masing. Tampaklah dua wajah pemuda yang datang itu. Pasukan Bayangan, seketika menurunkan senjata dan bernafas lega. Dua pemuda yang datang itu, ternyata sangat dikenal dengan baik. Suara-suara riuh mendengung, rupanya berasal dari kerumunan serangga menyertai ked
Amukan badai angin hitam, ternyata koloni serangga tak terkira banyaknya. Menyerang sekelompok manusia jubah hitam beserta elang-elang tunggangannya.________Jerit raung manusia-manusia berjubah hitam, bersamaan elang-elang hitam meronta terbakar di tanah, bergumul debu kerikil. Teriakan manusia jubah mengamuk, namun masih hidup dalam kobaran api melahap tubuh.Tahu jenis apa elang Pembantai tak mati dalam api, harus dipenggal kepala, maka tak menyia-nyiakan kesempatan, segera regu Tameng Cakra dan Jerat Laba-laba, menebas kepala manusia berjubah dari tubuhnya. Juga elang tunggangannya. Hujan mulai berjatuhan ke tanah. Semakin deras membasahi tak terhitung tubuh-tubuh bergelimpangan. Regu Tameng Cakra dan Jerat Laba-laba tanpa henti mengayunkan jurus-jurus pedang, menghabisi siapapun musuh yang masih bergerak, elang hitam dan manusia berjubah hitam bersimbah darah bergelimpangan.Krrroaaagh!!!Tiba-tiba dari awan gelap, seekor elang hitam sangat besar, melintas sekejap mata dan meny
Batu menjerit dan bergerak. Wujud semula bongkahan, ternyata jubah kamuflase menyerupai batu, menyingkap sesuatu tersembunyi di baliknya.________Elang Pembantai.Jenis pasukan terbang pembantai. Semakin banyak jumlahnya, berdatangan ke tempat itu. Menggantikan pasukan pembantai berkuda yang sudah kalah telak.Hujan rantai besi sambar menyambar dari langit-langit gelap. Kemunculan Elang Pembantai memaksa Pasukan Bayangan sesegera mungkin bergerak mundur."Sembunyi!" pekik Ketua Sujinsha, diikuti sekawanan orang-orangnya bergerak cepat, menepi di antara celah-celah bebatuan. Namun belum semuanya bersembunyi, beberapa orang Tameng Cakra terkena sambaran rantai besi, tubuhnya ditarik dan terpelanting ke udara. "Aargh!!!" terbanting di sisi lereng berbatu. Anggota lainnya tak sempat memberikan pertolongan.Para pembantai dengan tunggangan elang hitam raksasa, beterbangan seiring riuh suara Terompet Raung mengangkasa. Tangan-tangan mereka sibuk melempar rantai-rantai besi. Penglihatan ta