Home / Romansa / The Secret Of Love / BAB 4_ Senandika

Share

BAB 4_ Senandika

Author: Nur Khasanah
last update Last Updated: 2021-09-14 10:36:58

Sebuah video berdurasi tiga menit empat puluh lima detik berhasil Liana tonton sampai selesai. Ekspresi wajahnya seketika berubah. Liana menunduk malu atas apa yang telah terjadi dengan dirinya.

"Kok Elo diam aja liat Gue kayak gini?" tanyanya dengan nada lemah. Gadis itu mengalihkan pandangannya ke arah pohon mangga dengan tatapan kosong. "Kenapa Elo enggak berusaha buat Gue sadar dan—"

Rifa memotong ucapan Liana yang belum selesai. "Mungkin Elo pikir Gue emang diam enggak melakukan apa-apa di situ. Tapi satu hal yang harus Elo tau alasan kenapa Gue membiarkan Elo seperti dalam video itu."

Liana langsung menoleh. "Apa?" Sahutnya dengan raut wajah penasaran. 

"Gue cuma enggak mau ngerusak mimpi-mimpi Elo, Li?" ucap Rifa serius. Setelahnya tertawa sambil menutup mulutnya dengan tangan kirinya.

"Sumpah ini enggak lucu, Pok?" Liana mendengus kesal. Ia langsung pergi meninggalkan Rifa begitu saja sendirian di taman. Gadis itu melirik jam tangan yang masih menempel di pergelangan tangannya. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah satu siang. Itu artinya, setengah jam lagi dia bisa pulang.

Akhirnya ia memutuskan untuk mengurungkan diri di toilet. Merenungi nasibnya yang tak pernah sesuai harapan dan keinginannya. Liana berdiri di depan cermin, menatap wajahnya sendiri dengan penuh iba.

"Apa sih yang kurang dari Elo, Li?" tanya gadis itu berbicara sendiri. "Elo cantik? Iya." Menurutnya begitu. "Baik? Iya juga." Imbuhnya lagi.

"Bahkan kepintaran? Elo juga punya itu." Liana terus mencari sisi terbaik dalam dirinya. Tak bisa dipungkiri, bahwa apa yang diucapkan gadis itu barusan memanglah benar.

Di bidang akademis, ia selalu menduduki peringkat pertama di kelasnya. Kesombongan? Sama sekali bukan sifat Liana. Dia adalah gadis baik yang selalu menolong orang lain saat membutuhkan. Bahkan ia juga sering mencontekkan jawabannya sendiri untuk teman-teman yang memang perlu diberi bantuan.

Kenapa dia seperti itu? "Because of you, Ar?" ucapnya sambil terus menatap cermin di depannya.

"Kurang apa lagi coba? Semua usaha sudah Gue lakukan untuk menakhlukkan hati pria dingin itu, tapi...."

Liana menangis di dalam toilet. Dia terduduk lemah di lantai sambil menenggelamkan wajahnya di atas lutut. "Kapan Elo bisa tau perasaan Gue, Ar? Kalau dari awal kita ketemu, Gue udah jatuh cinta sama Elo," lirihnya sambil terisak dalam tangisnya.

Di sisi lain, Rifa sedang berusaha mencari keberadaan Liana. Dia berjalan menuju kelasnya, namun tak ada siapapun di sana kecuali Reski. "Elo liat Liana, Enggak?" tanyanya.

Cowok itu menggeleng. Setelahnya bertanya, "Ngapain Elo masih cari dia? Dia bukan anak kecil, kan? Yang ke mana-mana harus ditemenin."

"Elo kalau enggak tau apa-apa mendingan diem, deh!" Perintah Rifa kesal. Gadis itu lantas keluar meninggalkan kelas dan kembali mencari Liana.

"Ada yang Liat Liana enggak?" tanya Rifa ke beberapa teman yang melintas.

"Liana? Enggak tuh."

"Oke, thanks."

"Yeah."

Rifa meremas wajahnya sendiri sambil terduduk di teras depan kelasnya. "Aduh, Li? Elo ke mana, sih?" ucapnya sambil mengacak rambutnya frustrasi. Berulang kali dia mencoba menghubungi sahabatnya melalui telepon, tapi tidak diangkat sama sekali.

Dalam diam, dia berpikir keras. Ada tiga kemungkinan tempat di sekolah yang biasa Liana datangi. Taman belakang sekolah, rooftop, dan toilet. Satu diantaranya sudah dipastikan kalau Liana tak berada di taman.

Langkah selanjutnya adalah.... "Rooftop."

Gadis itu segera berjalan sambil setengah berlari menaiki anak tangga yang menghubungkan antara lantai satu menuju lantai tiga. Tak peduli seberapa lelahnya berlari, dia akan terus mencari sahabatnya itu.

Dan saat sampai di sana....

"Sialan!" Umpatnya kesal. Dia tak menemukan Liana di sana. Melainkan....

"Elo ngapain di sini?" tanyanya kepada seseorang yang sejak tadi terlihat melamun menikmati suasana di sana.

Pria itu menoleh sekilas ke arah Rifa tanpa menjawab pertanyaannya sama sekali. Karena merasa diabaikan, Rifa mendekat dan memaki-maki pria itu.

"Elo punya kuping yang bisa buat dengar, kan? Elo juga mulut yang bisa Elo pakai buat ngomong. Bisa enggak? Menghargai sedikit aja orang yang lagi ngajak Elo ngomong?" Rifa berbicara dengan nada yang terdengar emosi. Sudah cukup selama ini ia diam melihat sikapnya yang terus cuek kepada siapa pun tanpa alasan.

Alih-alih menjawab, Ari justru memalingkan wajahnya dari tatapan Rifa.

"Hellow!!! Gue dari tadi lagi ngomong sama Elo, Ar?" Teriaknya yang sengaja ingin membuat pria itu buka suara. 

But....

"Gue benar-benar enggak ngerti kenapa ada orang kayak Elo terlahir ke dunia ini. Elo punya totalitas? Oke! Tapi Elo enggak punya nyali untuk hidup di dunia ini, Ar?"

Dan ternyata, kalimat itu berhasil memancing emosinya Ari. Terlihat pria itu bangkit dari duduknya dan menatap Rifa dengan tatapan tajam.

"Hidup Gue biar Gue yang atur. Dan Elo..., (menunjuk ke wajah Rifa) urusin saja hidup Elo sendiri." Tandasnya sambil berlalu pergi meninggalkan Rifa seorang diri.

"Nyebelin banget sih tuh orang. Apa dia pikir dia bisa hidup sendiri tanpa orang lain, hah?" Gerutu Rifa sambil mengacak rambutnya frustrasi. "Bisa-bisanya Liana jatuh cinta sama cowok macam Ari. Kek ada cowok lain aja di dunia ini."

Huft.

***

Kringggg!!! Bel pulang sekolah terdengar nyaring di seluruh penjuru sekolah Tunas Bangsa. Seluruh siswa berhamburan keluar untuk segera pulang. Ada pula sebagian murid yang masih tetap stay di kelas sekedar untuk ngerumpi dengan teman-temannya.

Seperti yang dilakukan oleh Jesika, Sheryl dan Sasha. Mereka masih sibuk membicarakan soal rencana datang ke pesta ulang tahun Alea - teman sekelasnya.

"Gue mau kita bertiga datang ke sana pakai baju couple." Usul Jesika sambil memainkan rambut dengan jemarinya.

"Tapi, Jes? Gue lagi enggak ada duit lagi buat beli bajunya."

"Iya, Jes? Elo tau sendiri kan ini udah masuk akhir bulan. Udah menipis, Jes?" Sheryl ikut menimpali.

"Kalian enggak usah pikirin itu. Semuanya, gue yang tanggung?"

"Seriously?" Tanya Sasha sambil mengerling indah. Senyuman itu terpancar indah di sudut bibirnya. Tak lama kemudian, Rifa masuk dengan nafas yang terengah-engah untuk mengambil tasnya.

Jesika dan kawan-kawan yang melihatnya tak tinggal diam. "Kenapa, Elo?" tanya mereka kompak.

Rifa yang mendengarnya hanya terkekeh. "Ya elah, kompak bener." Rifa mencibir sambil mengambil botol tupperware miliknya. Lalu meneguk minuman itu hingga habis tak tersisa.

"Eh, adek Elo ke mana tuh? Tumben enggak bareng. Biasanya udah kayak amplop sama perangko aja," sinis Jesika sambil memutar kedua bola matanya malas.

"Bukan urusan Elo!" Jawab Rifa kemudian berlalu pergi.

Bersambung.

Related chapters

  • The Secret Of Love   BAB 5_ Bertemu Denganmu Adalah Takdir

    Jesika mengerutkan kening mendengar jawaban Rifa. "Elo bilang apa tadi?" tanyanya. Seketika membuat langkah Rifa terhenti dan menoleh ke arah cewek itu."Bukan urusan Elo." Rifa mengulang kalimatnya dengan wajah masam. "Lagian Elo tuh siapa, sih?Kepobanget sama urusan orang?"Jesika tertawa kecil. "Jangan ke-GR an deh, Elo!""Oh,yeah?" Rifa tersenyum kecil sambil mendekat ke arah mereka. "Kalau bukan ingin tau namanya apa? Dan satu lagi, untungnya apa sih buat Elo tau urusan orang?""Orang dengan pemikiran kolot kayak Elo enggak akan ngerti urusan beginian. Iya enggak,guys?" ucapnya sambil tersenyum kecut ke arah Sheryl dan Sasha.Gadis itu memutar kedua bola matanya malas. "Ngladenin orang kayak mereka enggak akan ada habisnya," ujarnya dalam hati. Lantas beranjak pergi tanpa pamit.Jesika tersenyum kecil. "Liat aja! Permainan akan segera dimulai." Katanya sambil memainkan ujung ra

    Last Updated : 2021-09-14
  • The Secret Of Love   Bab 6 _ Makan Siang

    Kening Liana berkerut, dia mencoba menerka-nerka atas kejadian yang menimpanya barusan.Sesaat setelahnya, dia memutar badan menghadap pria yang masih berdiri di tempat sambil tersenyum kecil."Gimana? Apa udah berubah pikiran?" tanyanya. Liana tak menggubris, melainkan langsung berjalan ke arahnya dan mendekat."Elo tau nama Gue dari siapa?" tanya gadis itu penasaran."Heheh," Alan terkekeh pelan. "Enggak usah ke-GR an dulu, lagian Gue tadi cuma nebak doang, eh ternyata bener nama Elo Liana," ujarnya.Namun Liana masih tak yakin dengan jawaban itu. Dia memandang Alan sekilas dari ujung rambut hingga ujung kuku. Setelahnya membuang muka ke arah jalanan aspal yang cukup lengang. Tak satu pun kendaraan melintas di sana."Aneh! Enggak kayak biasanya," batin Liana heran."Hei?" panggilan Alan seketika membuyarkan lamunan Liana. "Malah bengong.""Jawab Gue! Apa kita pernah kenal sebelumnya?" tebak Liana ragu. Namun cuma ini

    Last Updated : 2021-10-15
  • The Secret Of Love   Bab 7_ Desakan Liana

    "Permisi? Mau pesan apa?" suara seorang pelayan resto yang tiba-tiba datang ke arah mereka sambil membawakan buku menu yang tersedia di sana."Ah. Kebetulan banget, Gue udah laper. Dari jam istirahat di sekolah Gue kan belum makan," batin Liana kemudian langsung mengambil buku tersebut dan mulai memilih makanan yang akan di pesan.Hal serupa juga dilakukan Alan. Pria itu mulai mencari menu yang cocok untuk dinikmati saat siang terik begini. "Spagheti aja, mbak?" jawab Liana dan Alan kompak.Keduanya saling menatap satu sama lain. Sementara sang pelayan hanya menahan senyum sambil menuliskan pesanan mereka. "Untuk minumnya?""Orange jus aja, Mbak?" sahut Liana cepat."Kalau masnya?""Samain aja, Mbak?""Baiklah. Mohon ditunggu sebentar ya?" Mereka mengangguk, setelahnya membiarkan pelayan itu pergi. Suasana mendadak canggung seketika, keduanya sibuk dengan pikirannya masing-masing.Alan melirik arlojinya

    Last Updated : 2021-10-21
  • The Secret Of Love   Bab 8_Gagal Bicara

    Alan menghela nafas panjang, dia sudah tak bisa lagi mencari alasan untuk menghindar. “Mungkin emang udah saatnya Gue jujur sama dia,” batinnya. Tak lama kemudian, pria itu berbicara.“Apa susahnya sih tinggal ngomong? Gue enggak mau salah paham sama Elo apalagi salah nuduh. Entar yang ada—.”Belum selesai bicara, Alan buru-buru memotong ucapannya. “Gue Alan, kakak kelas Elo dulu sewaktu masih di SMK Tunas Bangsa,” sahut pria itu cepat.Seketika membuat kedua bola mata Liana membulat sempurna.“Apa?” pekiknya lagi. “Elo kakak kelas Gue?” ulang kalimat Alan barusan. “Jangan ngaku-ngaku, deh!”“Kok Elo enggak percaya, sih?” heran Alan melihat sikap Liana. “Apa perlu Gue tunjukin kartu pelajar Gue dulu waktu masih sekolah?”Kedua sudut bibir Liana terangkat, ia tersenyum kecil dengan menampakkan raut wajah bersalahnya. “Enggak perlu, kok! Gue percaya sama Elo,” ucapnya kemudian dan langsung meneguk minumannya

    Last Updated : 2022-04-12
  • The Secret Of Love   Bab 9_Aku Ingin Bebas

    Liana mendengus kesal saat dirinya sudah sampai di rumah. Dia masuk ke kamarnya setelah melepas sepatu sekolah dan meletakannya di atas rak."Gue kakak kelas elo dulu sewaktu SMK." Kalimat Alan terus terngiang-ngiang di telinganya. Jika benar ucapannya, lantas kenapa Liana merasa asing dengannya? Batin gadis itu penasaran.Liana membanting tubuhnya di atas kasur sambil menatap langit-langit kamar yang bernuansa kebiruan. Tak hanya itu, dia juga menyalakan AC di ruangan tersebut untuk mendinginkan suasana."Liana?????"Teriakan mama Adila terdengar riuh memecah kesunyian rumah itu. Liana yang baru saja memejamkan mata berniat untuk tidur, seketika langsung terbangun sambil beranjak dari tempat tidur."Pasti bentar lagi mami gedor-gedor pintu," Liana membatin dalam hati.Tok-tok!Nah kan, "Gue bilang juga apa," sungutnya dengan wajah kesal lalu berjalan mendekat ke arah pintu kamarnya.Ceklek!"Ya ampun, Liana? Kamu ke mana aja, sih? Mami khawatir dari tadi nyariin kamu tadi enggak kete

    Last Updated : 2022-05-10
  • The Secret Of Love   Bab 10_Membujuk Kevin Agar Menolongnya

    Kevin menghela napas setelah memutuskan panggilannya dengan seorang perempuan asing yang tidak dikenalnya. Pandangannya mengedar menatap ke segala arah."Siapa yang menelponmu?" tanya Alan penasaran. Tapi bukannya menjawab, Kevin hanya mendengus kesal. Dia tidak kenal siapa perempuan yang sudah menghubunginya baru saja. dari mana dia mendapatkan nomornya? "Aku tidak tau.""Mengapa begitu?" tanya Alan dengan kedua alisnya yang terangkat karena pensaran."Dia tidak menyebutkan nama.""Sungguh?"Kevin mengangguk."Lalu bagaimana dia mengetahui nomormu?""Itulah yang membuatku bingung.""Dia bilang apa?""Dia menyuruhku untuk bertemu di kafe depan sekolah Tunas Bangsa. Dia bilang ada hal yang ingin dibicarakan denganku."Mendengar jawaban Kevin, seketika membuat Alan beranjak dari duduknya. Pria itu berjalan mendekat ke arah sahabatnya yang masih diliputi kebingungan."Sepertinya kau akan terlibat dengan masa laluku, Lan.""Menyebalkan! Dia bahkan sama sekali tidak menyebutkan kapan wak

    Last Updated : 2022-10-05
  • The Secret Of Love   Bab 11_Kedekatan Adilla dan Firman

    Seseorang membuyarkan lamunan Alan ketika Kevin terlihat memunculkan kepalanya untuk melihat ke arah sahabatnya. Sementara yang diajak bicara hanya terkekeh pelan tanpa rasa berdosanya sama sekali. Alan pun segera menemuinya di ambang pintu. "Kenapa kau kembali lagi?" "Seharusnya aku yang bertanya padamu kenapa masih di sini. Bos sudah menunggu." Ingatnya seketika membuat pria itu membulatkan mata sempurna sembari menepuk pelan jidatnya dengan tangan. "Astaga? Aku bahkan bisa melupakan hal sepenting ini." Buru-buru Alan pergi menemui bosnya di ruangan. Firasatnya berkata akan terjadi hal buruk mengenai pekerjaannya di kantor. "Oh Tuhan, lindungilah aku." *** Di sisi lain, Liana masih larut dalam kekesalannya. Dia mengurungkan diri di kamar dan tidak membiarkan seorang pun bisa masuk ke ruangannya. Tak terkecuali Adilla, wanita itu kebingungan bagaimana membujuk putrinya agar mau keluar dan makan. "Li?" panggil maminya dari balik pintu kamar Liana. "Makan dulu, gih! Dari sian

    Last Updated : 2022-10-06
  • The Secret Of Love   Bab 12_Bertengkar dengan Mami

    Wanita itu berteriak, langkahnya tergesa hanya untuk menyusul putrinya agar mau bicara. Sampai kemudian Adilla berhasil mencekal erat pergelangan Liana hingga membuat gadis itu berbalik menatap ibunya."Mami mau menjelaskan apalagi?""Mami sama Om Firman itu tidak punya hubungan apa-apa, Li. Hubungan kami tidak lebih dari seorang rekan kerja di kantor." Wanita itu berusaha menjelaskan. Namun, sayangnya Liana sudah tidak mau percaya lagi mendengar kalimat yang dilontarkan oleh maminya.Bukan tanpa alasan, selama ini dia berusaha untuk mendengarkan kata maminya meskipun itu sult. Dia berusaha menjalankan apa yang diperintahkan olehnya dan tidak melanggar larangannya. Hingga suatu pesta perayaan ulang tahun temannya yang bahkan sangat ia inginkan untuk hadir di sana. Semuanya gagal karena dia harus menuruti nasihat maminya yang melarang ia keluar malam.Namun, bukankah semua itu harus ada keseimbangan antara satu sama lain. Jika Adilla menuntut anaknya melakukan sesuatu yang menjadi kehe

    Last Updated : 2022-10-07

Latest chapter

  • The Secret Of Love   Bab 12_Bertengkar dengan Mami

    Wanita itu berteriak, langkahnya tergesa hanya untuk menyusul putrinya agar mau bicara. Sampai kemudian Adilla berhasil mencekal erat pergelangan Liana hingga membuat gadis itu berbalik menatap ibunya."Mami mau menjelaskan apalagi?""Mami sama Om Firman itu tidak punya hubungan apa-apa, Li. Hubungan kami tidak lebih dari seorang rekan kerja di kantor." Wanita itu berusaha menjelaskan. Namun, sayangnya Liana sudah tidak mau percaya lagi mendengar kalimat yang dilontarkan oleh maminya.Bukan tanpa alasan, selama ini dia berusaha untuk mendengarkan kata maminya meskipun itu sult. Dia berusaha menjalankan apa yang diperintahkan olehnya dan tidak melanggar larangannya. Hingga suatu pesta perayaan ulang tahun temannya yang bahkan sangat ia inginkan untuk hadir di sana. Semuanya gagal karena dia harus menuruti nasihat maminya yang melarang ia keluar malam.Namun, bukankah semua itu harus ada keseimbangan antara satu sama lain. Jika Adilla menuntut anaknya melakukan sesuatu yang menjadi kehe

  • The Secret Of Love   Bab 11_Kedekatan Adilla dan Firman

    Seseorang membuyarkan lamunan Alan ketika Kevin terlihat memunculkan kepalanya untuk melihat ke arah sahabatnya. Sementara yang diajak bicara hanya terkekeh pelan tanpa rasa berdosanya sama sekali. Alan pun segera menemuinya di ambang pintu. "Kenapa kau kembali lagi?" "Seharusnya aku yang bertanya padamu kenapa masih di sini. Bos sudah menunggu." Ingatnya seketika membuat pria itu membulatkan mata sempurna sembari menepuk pelan jidatnya dengan tangan. "Astaga? Aku bahkan bisa melupakan hal sepenting ini." Buru-buru Alan pergi menemui bosnya di ruangan. Firasatnya berkata akan terjadi hal buruk mengenai pekerjaannya di kantor. "Oh Tuhan, lindungilah aku." *** Di sisi lain, Liana masih larut dalam kekesalannya. Dia mengurungkan diri di kamar dan tidak membiarkan seorang pun bisa masuk ke ruangannya. Tak terkecuali Adilla, wanita itu kebingungan bagaimana membujuk putrinya agar mau keluar dan makan. "Li?" panggil maminya dari balik pintu kamar Liana. "Makan dulu, gih! Dari sian

  • The Secret Of Love   Bab 10_Membujuk Kevin Agar Menolongnya

    Kevin menghela napas setelah memutuskan panggilannya dengan seorang perempuan asing yang tidak dikenalnya. Pandangannya mengedar menatap ke segala arah."Siapa yang menelponmu?" tanya Alan penasaran. Tapi bukannya menjawab, Kevin hanya mendengus kesal. Dia tidak kenal siapa perempuan yang sudah menghubunginya baru saja. dari mana dia mendapatkan nomornya? "Aku tidak tau.""Mengapa begitu?" tanya Alan dengan kedua alisnya yang terangkat karena pensaran."Dia tidak menyebutkan nama.""Sungguh?"Kevin mengangguk."Lalu bagaimana dia mengetahui nomormu?""Itulah yang membuatku bingung.""Dia bilang apa?""Dia menyuruhku untuk bertemu di kafe depan sekolah Tunas Bangsa. Dia bilang ada hal yang ingin dibicarakan denganku."Mendengar jawaban Kevin, seketika membuat Alan beranjak dari duduknya. Pria itu berjalan mendekat ke arah sahabatnya yang masih diliputi kebingungan."Sepertinya kau akan terlibat dengan masa laluku, Lan.""Menyebalkan! Dia bahkan sama sekali tidak menyebutkan kapan wak

  • The Secret Of Love   Bab 9_Aku Ingin Bebas

    Liana mendengus kesal saat dirinya sudah sampai di rumah. Dia masuk ke kamarnya setelah melepas sepatu sekolah dan meletakannya di atas rak."Gue kakak kelas elo dulu sewaktu SMK." Kalimat Alan terus terngiang-ngiang di telinganya. Jika benar ucapannya, lantas kenapa Liana merasa asing dengannya? Batin gadis itu penasaran.Liana membanting tubuhnya di atas kasur sambil menatap langit-langit kamar yang bernuansa kebiruan. Tak hanya itu, dia juga menyalakan AC di ruangan tersebut untuk mendinginkan suasana."Liana?????"Teriakan mama Adila terdengar riuh memecah kesunyian rumah itu. Liana yang baru saja memejamkan mata berniat untuk tidur, seketika langsung terbangun sambil beranjak dari tempat tidur."Pasti bentar lagi mami gedor-gedor pintu," Liana membatin dalam hati.Tok-tok!Nah kan, "Gue bilang juga apa," sungutnya dengan wajah kesal lalu berjalan mendekat ke arah pintu kamarnya.Ceklek!"Ya ampun, Liana? Kamu ke mana aja, sih? Mami khawatir dari tadi nyariin kamu tadi enggak kete

  • The Secret Of Love   Bab 8_Gagal Bicara

    Alan menghela nafas panjang, dia sudah tak bisa lagi mencari alasan untuk menghindar. “Mungkin emang udah saatnya Gue jujur sama dia,” batinnya. Tak lama kemudian, pria itu berbicara.“Apa susahnya sih tinggal ngomong? Gue enggak mau salah paham sama Elo apalagi salah nuduh. Entar yang ada—.”Belum selesai bicara, Alan buru-buru memotong ucapannya. “Gue Alan, kakak kelas Elo dulu sewaktu masih di SMK Tunas Bangsa,” sahut pria itu cepat.Seketika membuat kedua bola mata Liana membulat sempurna.“Apa?” pekiknya lagi. “Elo kakak kelas Gue?” ulang kalimat Alan barusan. “Jangan ngaku-ngaku, deh!”“Kok Elo enggak percaya, sih?” heran Alan melihat sikap Liana. “Apa perlu Gue tunjukin kartu pelajar Gue dulu waktu masih sekolah?”Kedua sudut bibir Liana terangkat, ia tersenyum kecil dengan menampakkan raut wajah bersalahnya. “Enggak perlu, kok! Gue percaya sama Elo,” ucapnya kemudian dan langsung meneguk minumannya

  • The Secret Of Love   Bab 7_ Desakan Liana

    "Permisi? Mau pesan apa?" suara seorang pelayan resto yang tiba-tiba datang ke arah mereka sambil membawakan buku menu yang tersedia di sana."Ah. Kebetulan banget, Gue udah laper. Dari jam istirahat di sekolah Gue kan belum makan," batin Liana kemudian langsung mengambil buku tersebut dan mulai memilih makanan yang akan di pesan.Hal serupa juga dilakukan Alan. Pria itu mulai mencari menu yang cocok untuk dinikmati saat siang terik begini. "Spagheti aja, mbak?" jawab Liana dan Alan kompak.Keduanya saling menatap satu sama lain. Sementara sang pelayan hanya menahan senyum sambil menuliskan pesanan mereka. "Untuk minumnya?""Orange jus aja, Mbak?" sahut Liana cepat."Kalau masnya?""Samain aja, Mbak?""Baiklah. Mohon ditunggu sebentar ya?" Mereka mengangguk, setelahnya membiarkan pelayan itu pergi. Suasana mendadak canggung seketika, keduanya sibuk dengan pikirannya masing-masing.Alan melirik arlojinya

  • The Secret Of Love   Bab 6 _ Makan Siang

    Kening Liana berkerut, dia mencoba menerka-nerka atas kejadian yang menimpanya barusan.Sesaat setelahnya, dia memutar badan menghadap pria yang masih berdiri di tempat sambil tersenyum kecil."Gimana? Apa udah berubah pikiran?" tanyanya. Liana tak menggubris, melainkan langsung berjalan ke arahnya dan mendekat."Elo tau nama Gue dari siapa?" tanya gadis itu penasaran."Heheh," Alan terkekeh pelan. "Enggak usah ke-GR an dulu, lagian Gue tadi cuma nebak doang, eh ternyata bener nama Elo Liana," ujarnya.Namun Liana masih tak yakin dengan jawaban itu. Dia memandang Alan sekilas dari ujung rambut hingga ujung kuku. Setelahnya membuang muka ke arah jalanan aspal yang cukup lengang. Tak satu pun kendaraan melintas di sana."Aneh! Enggak kayak biasanya," batin Liana heran."Hei?" panggilan Alan seketika membuyarkan lamunan Liana. "Malah bengong.""Jawab Gue! Apa kita pernah kenal sebelumnya?" tebak Liana ragu. Namun cuma ini

  • The Secret Of Love   BAB 5_ Bertemu Denganmu Adalah Takdir

    Jesika mengerutkan kening mendengar jawaban Rifa. "Elo bilang apa tadi?" tanyanya. Seketika membuat langkah Rifa terhenti dan menoleh ke arah cewek itu."Bukan urusan Elo." Rifa mengulang kalimatnya dengan wajah masam. "Lagian Elo tuh siapa, sih?Kepobanget sama urusan orang?"Jesika tertawa kecil. "Jangan ke-GR an deh, Elo!""Oh,yeah?" Rifa tersenyum kecil sambil mendekat ke arah mereka. "Kalau bukan ingin tau namanya apa? Dan satu lagi, untungnya apa sih buat Elo tau urusan orang?""Orang dengan pemikiran kolot kayak Elo enggak akan ngerti urusan beginian. Iya enggak,guys?" ucapnya sambil tersenyum kecut ke arah Sheryl dan Sasha.Gadis itu memutar kedua bola matanya malas. "Ngladenin orang kayak mereka enggak akan ada habisnya," ujarnya dalam hati. Lantas beranjak pergi tanpa pamit.Jesika tersenyum kecil. "Liat aja! Permainan akan segera dimulai." Katanya sambil memainkan ujung ra

  • The Secret Of Love   BAB 4_ Senandika

    Sebuah video berdurasi tiga menit empat puluh lima detik berhasil Liana tonton sampai selesai. Ekspresi wajahnya seketika berubah. Liana menunduk malu atas apa yang telah terjadi dengan dirinya."Kok Elo diam aja liat Gue kayak gini?" tanyanya dengan nada lemah. Gadis itu mengalihkan pandangannya ke arah pohon mangga dengan tatapan kosong. "Kenapa Elo enggak berusaha buat Gue sadar dan—"Rifa memotong ucapan Liana yang belum selesai. "Mungkin Elo pikir Gue emang diam enggak melakukan apa-apa di situ. Tapi satu hal yang harus Elo tau alasan kenapa Gue membiarkan Elo seperti dalam video itu."Liana langsung menoleh. "Apa?" Sahutnya dengan raut wajah penasaran."Gue cuma enggak mau ngerusak mimpi-mimpi Elo, Li?" ucap Rifa serius. Setelahnya tertawa sambil menutup mulutnya dengan tangan kirinya."Sumpah ini enggak lucu, Pok?" Liana mendengus kesal. Ia langsung pergi meninggalkan Rifa begitu saja sendirian di taman. Gadis itu m

DMCA.com Protection Status