Share

Pakaian Baru

Penulis: ZooPisha
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-27 23:49:59
Bayu terbangun. Tubuhnya terasa sakit semua, terutama di bagian belakang kepala. Saat ia memegangnya ada benjolan yang cukup besar.

“Apa yang terjadi?”

Ingatannya melayang saat ia mengantar Tiara hingga depan kamar gadis itu. Lalu karena muak dengan kepercayaan diri Tiara mengenai Bayu yang mulai menyukainya, berakhir ia membentak Tiara untuk tidak lagi mengganggu. Kejadian begitu cepat, ada seseorang yang memukul kepalanya dari belakang hingga jatuh pingsan.

Melihat ke sekitar, Bayu mengernyitkan keningnya bingung. Sekarang ia berada di kamarnya. Menoleh pada nakas untuk mencari ponsel, ia juga menemukan kunci mobil dan ponselnya terletak persis seperti yang biasa ia taruh.

“Apa Tiara yang bawa gue pulang?”

Bayu memastikan semua keadaan, tidak ada kehilangan atau sesuatu yang aneh, kecuali rasa sakit. “Gue tanya Tiara lain kali aja. Sekarang kompres kepala dulu.”

***

Tidak banyak yang Tiara lakukan saat tidak ada ide yang muncul. Karena dari pengalaman di season kedua ini ia ba
ZooPisha

Zoo nggak janji lagi bisa update kapan. Maaf jika updatenya lama, karena setiap karya dan penulis memiliki kesulitannya sendiri. Terima kasih sudah membaca novel ini dan dukungan semuanya Jaga kesehatan dan selalu bahagia. Happy Reading~

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • The Second Season   Mengekor Terus

    Tiara bisa melihat Ilham dari kejahuan, ia sudah membulatkan tekatnya untuk meminta maaf. Sudah beberapa hari perang dingin dengan manajer sekaligus bank berjalannya itu menyulitkan. Apa lagi setelah ada Astro, Tiara butuh uang lebih banyak. “Kenapa harus bersembunyi seperti ini?” Astro seharian ini mengikuti Tiara dari dekat. Tidak seperti sebelumnya. Astro hanya berdiam menunggu di kamar kost saat Tiara lupa ingatan, pergerakannya terbatas. Saat Tiara mengingat dan melihat wujudnya, Astro bisa keluar dari kamar kost. Ya, yang membuat angin saat Tiara mencari Sisca, lalu bertemu Bayu di kawasan gedung falkutas kedokteran, tidak lain adalah Astro. Saat itu Astro reflek tidak bisa mengendalikan kekuatannya saat melihat Bayu sedang mencekal tangan Tiara. Dan untuk fakta ini Astro simpan sendiri. “Diam! Aku harus konsentrasi.” Di balik tiang-tiang gedung yang besar. Tiara mengawasi Ilham yang sedang berbincang dengan rombongan teman laki-lakinya. Tiara sudah meminta bantuan salah satu

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-02
  • The Second Season   Mimpi?

    Selesai kelas Sisca berencana ke ruang kemahasiswaan untuk konsultasi semesternya yang diperpanjang. Namun sebelum itu, ia pergi ke toilet untuk merapikan penampilan dan polesan di wajahnya yang sedikit memudar. Tap! Lampu di toilet seketika mati. Meraba ingin mengambil ponsel di tasnya, ia malah menyenggol hingga tas terjatuh. Terdengar sepertinya isi tas yang keluar dengan berantakan, Sisca berdecak kesal. “Aish, ada orang? Please senternya.” Hening .... Karena tidak ingin ambil pusing Sisca terpaksa berjongkok dan mencoba mencari ponselnya. Tiba-tiba terdengar suara jentikan jari. Sisca berdiri dan memastika apa yang didengarnya. Lalu, muncul satu persatu, titik pertitik cahaya kuning yang bergerak bebas. Kunang-kunang? Fokus dengan cahaya-cahaya itu, seketika udara dingin merambat di kulitnya seperti angin malam. Betapa terkejutnya Sisca hanya dengan kedipan mata, dirinya sudah berada di tengah-tengah hutan yang penuh dengan kunang-kunang. “Gue mimpi ya?” tanyanya pada diri s

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-04
  • The Second Season   Makan Bakso

    “Nona, bisakah kita makan di kamar saja?” Tiara melirik sekilas. “Kamu sudah menganggap kamarku seperti kamar sendiri ya? Kamarku jadi bau makanan. Malas, ah.” Kursi di depan Tiara kosong, mengambil kesempatan itu Astro berpindah tempat. Memperhatikan Tiara yang makan dengan lahap membuatnya penasaran. “Apa itu sangat enak, Nona?” “Berhenti ajak bicara, bisa dikira gila aku.” Tiara berbicara seperti kumur-kumur, itu saja masih dilihat orang. “Bicara saja di dalam pikiran, saya bisa membacanya.” Mata Tiara membulat menatap Astro. Tapi karena langsung sadar Tiara kembali normal, kalau Astro tidak terlihat artinya di depannya tidak ada siapapun. Akan sangat aneh kalau Tiara menatap seperti itu. “Selama ini kamu bisa membaca pikiranku?” Akhirnya Tiara mengikuti perkataan Astro, bicara dalam pikirannya. “Iya, tapi tidak semua. Saya juga tidak tahu seperti apa peraturannya, tapi lebih banyak saya tidak bisa membaca pikiran Nona.” “Kamu begitu yakin kali ini bisa membaca pikiranku, ba

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-07
  • The Second Season   Uang Bulanan

    Astro tidak habis pikir dengan keseharian Tiara. Semuanya tidak ada yang berguna, kecuali saat gadis itu kuliah. Astro mengamati peradaban Manusia yang unik. Berjalan cepat dan singkat. Mungkin itulah kenapa teknologi dipergunakan untuk mempermudah pekerjaan, bukan lagi sebagai pelengkap. Dengan waktu hidup manusia yang sangat pendek itu menjadi sangat jelas. “Ih! Kamu malah diam saja. Memang nggak kelihatan sih, tapi bantu sedikit dong. Pinjamkan aku sihirmu.” Satu alis Astro terangkat setengah. Tiara kalau tidak mengoceh dengan segala pemikirannya yang rumit, ia akan merengek seperti anak kecil. “Oy! Kok diam aja sih?” “Apa yang harus saya lakukan, Nona?” “Apa kek, tarik itu orang ke sini juga nggak papa.” “Baikla-“ “Tunggu!” Tiara berteriak menghalangi Astro yang akan menjentikkan jarinya. “Nggak, nggak usah. Aku sendiri yang akan ke sana. Huh!” Dengan kaki menghentak Tiara mendatangi Ilham. Entah ulah apa lagi yang akan Tiara lakukan. “Selamat pagi para lelaki tampan.” Ti

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-11
  • The Second Season   Apa Yang Ditulis

    “Astro, kamu tahu Ammon menyayangimu, kan?” tanya Tiara. “Kenapa menanyakan hal itu?” Tiara memutar tubuhnya dengan kursi kerja kebanggannya. “Aku sedang menganalisa sesuatu. Akan lebih akurat kalau aku menanyakannya langsung padamu.” “Ya, kami cukup akur,” jawab Astro sesingkat itu. Bagi Tiara saat Astro bersikap dingin seperti karakter yang ia tulis, membuatnya bangga. Seperti merasa benar-benar bicara dengan Astro. “Tapi saat kamu izin ke dunia manusia ... tidak, selain itu kalian bertengkar bukan pura-pura, kan?” “Jangan mengimajinasikan hal yang aneh-aneh Nona. Itu membahayakan alur ceritanya.” Astro menurunkan buku yang ada di depan wajahnya dan menatap langsung pada Tiara. “Nona tahu konflik yang terjadi, kan? Banyak faktor, dan salah satunya idealis kami berbeda. Tapi bukan berarti kami membenci, walau terlihat tidak saling menyukai.” “Hubungan yang unik, aku tidak memikirkannya sama sekali. Saat aku menulis, aku begitu iri dengan Ammon dan-“ “Itu juga tidak salah.” Astr

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-14
  • The Second Season   Pertanyaan Terduga

    Sisca meneguk salivanya melihat porsi makan Tiara. Kalau ada Bayu pasti sudah dimarahi, sedangkan Ilham pasti tidak mau ambil pusing, jadi tidak ada yang menegurnya. Sisca pun tidak bertanya langsung dan hanya mengira-ngira selapar apa gadis itu setelah menulis 6 lembar polio seorang diri. Selain itu ... sampai saat ini Sisca seperti dihantui dengan pikirannya sendiri mengenai mimpi? Entah, rasanya begitu nyata untuk Sisca anggap hanya sebuah mimpi. Mengenai suara hutan yang mengungkit seseorang dan mengaitkannya dengan Tiara. Semakin Sisca berusaha melupakan ingatan itu, semakin membuatnya penasaran. Setidaknya jika itu benar-benar mimpi, tidak mungkin Sisca mengingatnya dengan detail tanpa melupakan satu hal pun. Bahkan skenario saat dirinya di dalam toilet, jelas-jelas ia sudah selesai kelas dan ingin konsultasi. Tapi saat terbangun ia masih di dalam kelas itu. Setelah Sisca bertanya pada temannya materi yang dipelajari hari itu, sama dengan ingatannya di dalam mimpinya. Dan yang

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-18
  • The Second Season   Cerita Pohon Kehidupan

    Tiara yang baru berdiri merasakan seperti menginjak sesuatu. Melihat ke bawah, ia menemukan dompet yang dikanalinya. “Eh, inikan punya Sisca.” Tiara memberiunjuk pada Ilham setelah memungutnya. “Loh, lo nemu di mana? Bahaya banget dompet yang ketinggalan.” “Gue nemu di bawah.” “Hm ... apa mungkin jatuh pas gue ngambil tas dia?” Tiara mengangkat bahunya. “Telepon Sisca gih, bilang dompetnya ketinggalan.” “Iya gue hubungin dulu, ayok sambil jalan. Ramai banget di sini.” Tiara dan Ilham pergi ke parkiran untuk sekalian pulang. Lebih tepatnya mereka harus ke kantor T&J Publishing lebih dulu, untuk bekerja sebagai penulis dan manager. “Gimana? Apa kata Sisca?” tanya Tiara setelah melihat Ilham selesai berbicara di telepon. “Dia juga baru sadar dompetnya nggak ada. Bisa-bisanya dia ceroboh, tidak seperti dirinya. Gue jadi khawatir habis lihat dia bengong kayak tadi.” “Iya, kan? Kok gue deja vu ya?” “Maksud lo?” Tiara tidak bisa mengatakan pemikirannya lebih lanjut. Karena itu tida

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-22
  • The Second Season   Foto Dalam Dompet

    Hanya jalan kaki sampai kampus sekitar 15 menit. Estimasi keterlambatan 10 menit setiap mata kuliah, dan Tiara baru ingin berangkat 10 menit sebelum mata pelajaran dimulai, itu sebabnya gadis itu kebingungan sendiri memasukkan apa yang dibutuhkannya ke dalam tas. “Udah semua, ayo berangkat!” Baru memegang knop pintu Tiara teringat dengan dompet Sisca yang harus dibawanya. “Astaga ... untung ingat.” Ia balik lagi mencari tas yang kemarin dipakainya. Karena terburu-buru Tiara mengeluarkan semua isi tasnya. Dompet Sisca yang keluar pun sampai jatuh sembarang dengan terbuka. “Ini aja, kan? Apa lagi gue yang lupa ya?” Tuk~ Sebuah kertas keluar dari dompet Sisca. Karena buru-buru Tiara menyelipkannya asal di dompet dan berlari untuk berangkat kuliah. *** Di depan kelas Tiara mengatur napasnya dulu. Setelah itu, ia masuk dan duduk di paling belakang karena memang dekat dengan pintu masuk dan juga bagian depan sudah penuh. Dengan jarak yang jauh, untuk menjangkau layar presentasi Tiara me

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-23

Bab terbaru

  • The Second Season   Pelayan Astro

    Setelah membawa Tiara pergi dari perkenalan resmi, Astro memerintahkan Omili untuk melayani dan mengawasinya gadis itu. Astro yakin kerubutan tidak hanya pada Bangsawan Suku Iblis, Dewa Petinggi pun pasti tidak akan tinggal diam. Hingga situasinya saat ini Tiara menjadi tidak aman karena dianggap sebagai objek yang tidak biasa. “Hormat saya Tuan Astro.” Ograien datang ke kamar Astro, namun ia tidak sendiri. Sosok dengan energi Dewa ikut hadir. “Salam hormat kepada Dewa kami, Dewa Kematian.” “Golden?” Sosok yang sudah lama tidak Astro temui. Bukannya tidak sama sekali, dalam beberapa kesempatan Dewa Golden memang hadir saat lima Dewa Petinggi berkumpul, namun itu hanyalah bayangannya. Bayangan adalah salah satu kekuatan Dewa Golden yang dapat memecah diri dalam bentuk bayangan. Dan setiap bayangan dengan memiliki sekian persen dari kesadaran aslinya. Dewa Golden yang disapa santai oleh Astro tersenyum. “Saya pikir Anda tidak menyadarinya, terima kasih sudah mengenali saya.” Astro

  • The Second Season   Salam Resmi

    “Ini bukan pertemuan pertama kami dengan Sang Dewi. Salam hormat dan kemuliaan tertinggi untuk Dewi Pencipta Tiran. Saya Dewa Hati, Gefsi, salah satu Dewa Petinggi. Senang dapat memperkenalkan diri secara resmi kepada Dewi Pencipta Tiran dengan keadaan sehat.” Sebenarnya Tiara gugup dengan penghormatan seperti itu. Masih terasa tidak nyata, apa lagi dirinya menjadi orang yang tidak biasa menyandang peran Dewi Pencipta. “Okey, terima kasih Dewa Gefsi. Salam kenal.” Astro bernapas lega dengan Tiara yang tidak mengacau dan hanya menjawab seadanya saat diberikan salam penghormatan. Untuk penilaian awal, jawaban seperlunya menunjukkan dominasi dan harga diri dalam posisi yang tinggi. Walau Astro tahu jika Tiara menjawab seperti itu pun, karena tidak tahu harus menjawab seperti apa. Dan alasan itu tidak penting saat ini. Sedangkan Ammon, tubuhnya gemetar berusaha keras menahan tawa. Kegugupan Tiara sangat terlihat dari ekspresinya, ya ... tidak ada bawahan yang berani memandang ke atas,

  • The Second Season   Kesurupan Masal

    Ukh, Tiara benci pakaian formal dunia Suku Iblis. Harus seberapa terbuka lagi untuk mengekspos bagian tubuhnya? “Ini namanya pelecehan, bagaimana caranya gue minta pertanggung jawaban Astro sialan!” Tidak henti-hentinya Tiara menggerutu sebelum ada yang menjemput. Kerudung yang katanya sebagai penutup diri jika Tiara malu, tidak membantu sama sekali karena transparan. Kini gadis itu hanya memeluk dirinya sendiri berjaga-jaga siapapun yang masuk ke kamarnya nanti. Tolong jangan tanyakan kenapa Tiara mau saja menggunakan pakaian seperti itu, hal itu bisa terjadi jika memang ia bisa menolak. Apa lagi pakaiannya yang dari rumah sudah dibuang. “Tiara! Tidakkah ini keterlaluan jika membuat semua menunggu-“ “KYAAAA!” Tiara tidak merasakan kehadiran seseorang, kemunculan Astro yang tiba-tiba membuatnya terkejut. Apa lagi suara dalam Astro yang terdengar halus hingga pikiran horor tidak dapat dihindari. Mendengar teriakan Astro langsung bersiaga. “Ada masalah?” “Aish~” Tiara bangkit dar

  • The Second Season   Sesampai di Istana

    Ternyata tidak butuh berjalan lebih lama, Ograien dengan kereta kadal yang dibawanya datang sengaja menjemput Tiara. Banar, kadal bukan kuda sebagai kendaraan pengangkut barang. Terlihat seperti buaya dengan sisik yang tajam, tetapi sebesar Komodo. Apapun itu sekarang Tiara sudah berada di kamar Astro dan berguling-guling ria diawasi oleh Omili. Tiara disuruh istirahat dan itulah yang dilakukan, entah sudah berapa lama ia terjebak di lapang rumput tanpa batas itu hingga membuatnya begitu lelah. “Hormat Yang Mulia Raja Iblis Astro.” Salam Omili dengan suara kecil, agar Tiara tidak terbangun. Namun Tiara langsung duduk memperlihatkan dirinya sudah tidak tidur lagi. Ia melihat kedatangan Astro bersama Ograien di belakangnya membawa sesuatu. “Kamu tidak tidur?” tanya Astro yang mengira Tiara sedang tidur. “Aku sudah bangun.” Mungkin sudah terbiasa berbagi kamar dengan Astro sampai Tiara tidak memperdulikan penampilannya yang berantakan saat ini. “Aku akan memanggilkan pelayan untuk

  • The Second Season   Hukum Dewa

    Angin bertiup bagai badai bersama cahaya kehidupan yang menyoroti Tiara, dua kekuatan bertolak belakang yang saling berpadu tanpa perlawanan. Dua Dewa yang menjegal Tiara seketika menegang tak dapat berkutik pada tekanan intimidasi yang dahsyat dari kedua kekuatan besar tersebut. Senjata mereka jatuh, kaki mereka menjadi lemas, sampai bersujud tanpa mampu mengangkat kepala. Ammon yang merasa bertanggung jawab menghampiri Tiara lebih dulu untuk melihat bawahannya lebih dekat. Ia tidak percaya jika para Dewa bisa se-tidak sopan itu bahkan dalam menghakimi seseorang dengan kecurigaan semata. “Huaaa Ammon!” Tiara yang ketakutan menerjang sang Dewa Agung, memeluknya. Tangisannya pecah setelah merasa lega, akibat terguncang dengan apa yang dialaminya saat ini. Ammon mengerti lemahnya Dewi Pencipta Tiran sebagai manusia. Selain itu ia mengernyitkan kening, saat merasakan presensi besar dalam diri Tiara. Sesuatu yang tidak ia rasakan di pertemuan terakhir mereka. “Tidak apa Dewi, mereka b

  • The Second Season   Gerbang Perbatasan

    Tiara menganga melihat gerbang besar entah dari mana. Dua jam yang lalu, Tiara sudah putus asa berjalan tanpa ujung dan tidak menemukan apapun. Hanya hamparan rumput yang luas dan awan kelabu yang tinggi dengan kilat sesekali membelah langit. Perutnya sudah lapar, tidak tahu berapa lama ia berjalan tapi cahaya sekitar masih sama. Tidak lebih terang bertanda siang, ataupun lebih gelap waktunya malam. Dengan ingatan yang penuh Tiara tahu jika tidak memiliki makanan, tapi ia tetap merogoh saku berharap masih ada sesuatu yang bisa ia kunyah. Nyatanya tetap memang tidak ada, hanya sisa uang dari pemberian Ovid saja. Bisa dibilang kaki Tiara yang terus berjalan sudah mati rasa, karena rasa sakit telah ia abaikan. Pikirannya membayangkan jika berhenti sejenak mungkin tidak masalah, tapi Tiara takut. Kecemasan menyusup hatinya. Jika Tiara berhenti berjalan, maka semakin lama ia bertemu dengan Astro dan semakin lama untuknya pulang. Tiara ingin pulang. Keberadaanya di dunia asing itu, se

  • The Second Season   Terlepasnya Penghalang

    Seakan telah puas tertidur, Tiara bangun tanpa beban, tanpa mimpi. Banar bukan? Tidur tanpa mimpi itu adalah kualitas istirahat terbaik. Mengedarkan pandangannya, Tiara keheranan dengan alas rumput yang empuk dan hamparan hijau luas sejauh mata memandang. Di atas langit pun terlihat cerah dengan awan tebal, hingga keabu-abuan. Jika digambarkan, cuaca sama saat bumi akan hujan. “Bumi? Kayaknya ini bukan bumi. Gue ada di dunia novel, kan?” Secara langsung Tiara ingat perjalanannya, jika ia berada di dunia novel untuk mencari Astro. Entah kenapa secara bersamaan seperti ada yang terlupakan, pikirannya terasa kosong. Alasan Tiara tertidur ... Karena kelelahan? “Ini dunia Suku Dewa? Tunggu, gue urut satu-satu daerah mana aja yang sudah gue jelajahi.” Tiara mengeluarkan peta di saku jubahnya, peta yang didapatkan dari Ovid ... tapi bukan itu masalahnya. Antara ingatan, pikiran, dan kerja otaknya tidak singkron. Bukan lagi masalah hati dan pikiran, tapi satu fungsi yang sama kendalin

  • The Second Season   Berkat dengan Penuh

    Tiara kecil mendengar begitu banyak cerita yang seakan mengerti, ‘Dewa itu’ juga masih menggedongnya. Mengajak Tiara kecil berkeliling sambil memakan jajanan pasar. Tiba di sebuah ujung jurang dari sebuah bukit ‘Dewa itu’ menurunkan Tiara kecil, dengan kekuatan yang keluar dari ujung jarinya merubah wujud Tiara kembali ke semula. Kontrol kesadaran dan gerak tubuh Tiara pun berangsur pulih, yang sebelumnya bergerak dengan sendirinya. “Kamu kah Dewa? Tapi siapa? Aku tidak pernah menulis sosokmu di dalam novel?” Walau begitu Tiara tetap tidak bisa mengendalikan ucapannya (keceplosan), kali ini karena sifatnya yang impulsif. ‘Dewa itu’ tersenyum. “Sungguh? Sepertinya kamu menulis tentangku walau tidak banyak. Em, biar aku ingat perkataan Istriku mengenai ramalan itu.” “Ramalan?” Tiara bertanya seakan baru mendengarnya, padahal sepanjang ia bersama dengan ‘Dewa itu’ membicarakan banyak hal, termasuk ramalan. “Ah, di bab satu sebagai pembuka. Kamu mengisahkanku seperti seorang pahlawan

  • The Second Season   Penghalang Gurun

    Seperti bagian di dalamnya, Tiara bisa mencium aroma makanan yang sangat sedap, rasa yang menyenangkan dan tidak mengganggu sama sekali, suasana yang padat namun terasa damai. Bisa Tiara lihat orang-orang begitu ramah satu sama lain, menyambut dengan senyuman dan minim kejahatan, kecuali anak kecil yang jahil dan mencuri beberapa camilan di toko. Namun semua teratasi dengan baik oleh orang tua mereka yang akhirnya membayar, penjualnya pun berekspresi marah (bercanda) untuk anak-anak saja. Terasa hangat, kedekatan, dan toleransi yang kuat. Mengingatkan Tiara pada suasana kampung halaman, bangunan yang masih berbahan dasar kayu dan dihiasi kain warna-warni, aneka penerangan juga bagian dari karya yang kreatif. Saat matanya tanpa sadar berpapasan dengan yang lain, mereka akan tersenyum lebih dulu yang membuat Tiara sungkan dan menganggukkan kepalanya. Seperti berada di rumah. Orang-orang dengan kulit kecokelatannya berpenampilan manis dan sederhana. Tidak jarang banyak pendatang den

DMCA.com Protection Status