Angin berhembus kencang membuat rambut Kaluna yang tadinya tertata rapih menjadi sedikit berantakan dan berterbangan. Kedua kakinya melangkah keluar dari area pemakaman ke arah barat.
Lima menit berjalan, Kaluna sudah sampai di sebuah rumah bercat biru dengan sebuah warung kecil di depannya. Ia mampir sebentar untuk membeli minum di sana guna beristirahat dan melepaskan dahaga sejenak.
"Loh, Kaluna?" pekik seorang ibu-ibu yang datang dari rumah sebelah.
Kaluna segera berdiri dan menghampiri ibu tersebut dengan sopan.
"Beneran Kaluna toh?" ucap ibu itu tak percaya.
Kaluna mengangguk dan menyalami ibu itu dengan sopan.
"Ini bener Kaluna Bu Dwi, Ibu gimana kabarnya?" tanya Kaluna.
"Alhamdulillah nak baik, kamu sama Evan gimana kabarnya?" jawab Bu Dwi sambil menuntun Kaluna untuk duduk di teras rumahnya.
"Kami baik Ibu," ucap Kaluna.
Kaluna memperhatikan halaman rumah Bu Dwi. Tak ada yang berbed
“Iya Van, mbak habis ini pulang kok,” ucap Kaluna dalam sambungan telfonnya.Kaluna masih ada di panti asuhan menunggu Bu Ridha, namun ternyata rombongan panti pulang lebih lambat dari biasanya dan hal itu membuat Ia harus pulang sebentar lagi tanpa bertemu dengan yang lain karena tak mau ketinggalan bis terakhir.“Mbak mau mampir dulu di cafe, kamu tutup pintunya, mbak bawa kunci,” jelas Kaluna.Kaluna menghembuskan nafas geli melihat kekhawatiran adiknya yang berlebihan itu. Adiknya seakan tak percaya jika Ia bisa menjaga diri.“Kamu makin bawel, udah ya mbak tutup. Jangan lupa makan,” tutur Kaluna lalu mematikan sambungan telfon tersebut secara sepihak.Kaluna memutuskan untuk berpamitan dengan Pak Daman dan menitipkan pesan serta sebuah amplop berisi uang untuk Bu Ridha. Uang tersebut adalah rejeki yang Kaluna sisihkan setiap gajian untuk anak-anak panti.Bagaimanapun Kaluna juga pernah merasakan sebag
Kaluna pulang dengan perasaan lebih ringan dari pada tadi pagi. Ia pulang sedikit lebih malam dari pada perkiraannya karena harus menunggu Delvin yang ingin mengantarnya pulang.Awalnya Kaluna menolak tapi laki-laki itu terus memaksa dengan wajah datarnya yang tak bisa ditolak sama sekali, sangat keras kepala tapi juga lembut. Hal itu semakin membuat Kaluna lemah terhadap sosok Delvin.Kaluna melihat adiknya masih duduk di teras dengan laptop Kaluna yang ada di pangkuannya.“Kan mbak udah bilang buat tidur duluan dan kunci pintunya,” ujar Kaluna begitu berdiri dihadapan adiknya itu.“Kan mbak udah tau kalau aku gak bakal tenang sebelum mbak pulang kecuali kalau nginep di rumah Mbak Lila,” balas Evan membuat Kaluna mendengus.Keduanya pun masuk ke dalam rumah dan berpencar ke kamar masing-masing. Namun belum sempat Kaluna menutup pintu kamarnya tiba-tiba Evan kembali muncul di depan pintunya.“Mbak diantar sama s
Kaluna duduk di pelataran rumah Delvin menghadap ke arah taman. Ia meninggalkan Evan bersama Nenek, keduanya sedang asik belajar cara merajut. Kaluna yang pada dasarnya sangat tidak telaten akhirnya memilih menyerah dan keluar sebelum memperburuk suasana.Sedari tadi Kaluna menatap pohon bunga akasia yang ada di dekat kolam. Suasana rumah Delvin sangat tenang karena letaknya di daerah pemukiman yang jauh dari pusat jalanan sibuk sehingga wilayahnya masih terjaga.“Ngapain di luar?” tanya Delvin.“Saya nyerah kalau disuruh merajut,” jawab Kaluna membuat Delvin terkekeh.Kaluna terdiam seperkian detik lalu tersenyum manis dan berujar, “Kamu terlihat jauh lebih baik saat tersenyum.”Perkataan Kaluna yang tiba-tiba berhasil membuat Delvin terdiam di tempatnya.“Saya dulu juga pernah sedingin itu Vin, tanpa ada senyum dan tawa, semuanya abu-abu,” ucap Kaluna.Delvin masih terdiam dan tidak me
Kaluna menatap pesan yang dikirimkan oleh Anna beberapa menit lalu. Sepertinya perkataan Kaluna memang tak pernah didengarkan oleh temannya itu. Buktinya sekarang Anna telah mengirimkan berkas tentang kasus penggelapan dana dibalik runtuhnya jembatan di kota lamanya.Semua media sedang menyorot kasus itu besar-besaran karena jembatan tersebut adalah penghubung antar dua pulau wisata yang memang dibangun untuk keperluan pariwisata nasional. Banyak para pejabat yang ikut berpartisipasi dibalik rancangan jembatan tersebut.Dan yang terakhir kali Kaluna tahu ada penggelapan dana yang menyebabkan semua bahan bangunan digantikan dengan kualitas yang buruk termasuk baja penompang jembatan. Kaluna terkejut bukan main saat melihat berkas kasus ayahnya muncul di antara rekomendasi artikel tersebut.Kaluna segera menghubungi Anna dan menanyakan apa yang terjadi. Bukannya menjelaskan, Anna meminta untuk keduanya bertemu supaya semuanya dapat dijelaskan dengan se
"Jadi sampai mana aku tadi bicara?" tanya Kaluna pada Anna."Kamu belum ngomong apa-apa Lun," tegur Anna.Kaluna terkekeh kecil lalu menyesap matcha latte kesukaannya sebelum mengutarakan keinginannya."Ayo selesaikan semuanya," ujar Kaluna."Serius Lun?" tanya Anna memastikan bahwa perempuan di hadapannya tidak sedang bercanda."Aku udah lama gak seserius ini Ann," balas Kaluna.Kaluna segera membuka berkas yang kemarin Anna berikan padanya. Matanya mempelajari satu persatu artikel berita yang Anna kumpulkan. Semuanya seketika membuat emosi Kaluna naik saat melihat nama Ayahnya dibawa-bawa untuk menutupi kebusukan orang lain.Kaluna percaya sepandai-pandainya seseorang menyimpan bangkai, pasti akan tercium juga baunya. Sekecil apapun kesempatan yang Kaluna punya pasti ada satu kelemahan yang bisa membalikkan keadaan.Kaluna tak akan pernah membiarkan orang lain membunuh Ayahnya u
Kaluna disambut oleh anak-anak panti yang kebetulan sedang bermain di teras depan. Semuanya tersenyum menyambut Kaluna dan Delvin yang ternyata senyum tersebut dapat menular secepat itu. Keduanya langsung ikut bermain dengan anak-anak itu. Delvin awalnya sangat kaku hingga Kaluna berkali-kali menegurnya agar bisa sedikit santai seperti sedang bermain dengan anak-anak sudirman. Setelah kurang lebih setengah jam berlalu, akhirnya Kaluna dan Delvin menemui Bu Ridha yang sedari tadi menunggu keduanya di ruang bayi. Kaluna terkejut karena terakhir kali Ia kesini tidak ada bayi di sana. Bayi ini baru ditemukan di depan panti asuhan tiga hari lalu. Baik Kaluna maupun Delvin menatap si bayi iba. Anak sekecil itu ditinggalkan kedinginan di luar sana, sungguh tidak bertanggung jawab. “Terakhir kali ke sini kenapa gak ikut nyusul ke bukit aja?” tanya Bu Ridha. “Kaluna gak bawa kendaraan Bu, jadi nunggu di sini saja sama Pak Daman tapi ternyata pulangnya
Kaluna terbangun di sebuah ruangan asing. Di sampingya ada Delvin yang sedang menutup matanya. Ia segera mendudukkan diri, namun gerakannya ditahan oleh Delvin yang tiba-tiba ikut terbangun. “Kamu mau ngapain?” tanya Delvin. “Papa,” sebut Kaluna lirih. “Papa kamu udah sama Evan, keadaannya udah mulai stabil,” jelas Delvin. Kaluna merasa lega mendengar hal itu, namun sekarang Ia ingin melihat Papanya. Akhirnya Delvin hanya bisa mengalah dan mengantar Kaluna dengan infus yang masih terpasang di tangannya. Delvin menuntun Kaluna dengan telaten. “Pelan-pelan Na,” ucap Delvin. Mereka sampai di depan kamar VIP, keduanya saling bertatapan sebelum masuk ke dalam. Ini sudah malam, jadi lorong bangsal tersebut cukup sepi. Kaluna melihat adiknya yang sedang bermain ponsel sedangkan Papanya masih menutup mata dengan banyak alat medis yang terpasang di tubuh. “Mbak udah bangun?” tanya Evan. Kaluna mengangguk sebagai jawaban.
Ruangan VIP siang itu terlihat lebih ramai dari biasanya. Banyak kolega bisnis yang datang menjenguk Pak Bos yang masih belum membuka matanya. Karena terakhir kali Kaluna bertemu dengan kenalan Ayahnya dulu, akhirnya Ia memutuskan untuk tidak menemui kolega Papanya.Kaluna takut jika dirinya bertemu dengan orang-orang yang mengenalnya di masa lalu. Kini Ia menikmati angin sepoi-sepoi di taman rumah sakit.Yama memberitahukan bahwa ijin cuti yang Kaluna ajukan sudah di setujui oleh Bu Dian. Kaluna ingin merawat Papanya sampai sembuh, Ia ingin menebus kesalahannya dengan selalu ada di samping orang yang disayanginya itu.Kaluna memeriksa ponselnya dan banyak panggilan tak terjawab serta pesan masuk dari Anna.Kaluna menepuk keningnya, Ia lupa jika hari ini punya janji dengan Anna dan Papanya. Akhirnya Kaluna memutuskan untuk pergi ke cafe Naluna guna menemui keduanya. Kaluna tak enak pada Papa Anna karena sudah jauh-jauh datang ke kota ini.Sesampain