Home / Fantasi / The Sad Angel Geana / BAB 2 Dewa Kematian

Share

BAB 2 Dewa Kematian

Author: Crazytata24
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Aku sudah mencarimu berpuluh tahun." Suara di belakangku begitu mengejutkanku, aku segera memutarkan tubuhku. Makhluk itu sungguh mengejutkanku, raut wajahnya seperti monster berwarna hitam, dia memakai pakaian serba hitam dan memiliki sepasang sayap lebar berwarna hitam pekat.

"Siapa kau?" tanyaku berusaha mundur dan menjauh darinya.

"Kamu melupakanku?" Senyumannya begitu mengerikan, dia mengingatkanku dengan karakter dewa kematian di sebuah komik.

Aku berusaha mencari cela di belakangku untuk kabur, tetapi tidak bisa, dia sepertinya tahu apa yang kuingin lakukan, dia segera menarik tanganku.

"Dewi kesedihan, sampai kapan kau terpuruk dengan duniawi ini?"

Apa maksud dia? Dewi kesedihan? Apakah dia sedang memanggilku? Apakah dia salah orang?

"Apa yang ingin kau lakukan?" tanyaku.

"Membangunkanmu, masih banyak yang harus kita lakukan partner kerjaku."

Aku tidak mengerti apa yang dimaksud dia? Apakah aku sedang bermimpi?

Di saat aku masih melamun sebuah sinar terang mengejutkanku, aku terasa jatuh ke dalam jurang, berbagai gambaran melintas di benakku, tetapi samar-samar. Tangisan-tangisan yang muncul, kesedihan-sedihan sebelum kematian, begitu banyak adegan menyedihkan, tetapi seluruh gambaran itu segera menghilang dalam sekejab.

"Kenapa..aku tidak dapat membukanya?" Begitulah makhluk aneh itu bergumam.

"Siapa kau?" tanyaku. Di dunia yang begitu modern kenapa bisa muncul makhluk seperti dia? Apakah dia alien? Dan sihir apa yang dia miliki, kenapa dia dapat memberiku berbagai perasaan menyedihkan seperti tadi?

"Sepertinya kita harus pulang dulu." Dia kembali menarikku melewati sebuah lingkaran sinar. Aku belum sempat menanyakan kemanakah kita pergi, namun ruang sudah berganti. Kini kami sampai di sebuah bangunan menyerupai kastel, makhluk jelek hitam yang menarikku juga telah berubah menjadi laki-laki tinggi tampan.

"Kau?!" Aku begitu terkejut, apakah aku masuk ke dalam cerita Beauty and the Beast?

"Beauty and the Beast?" Dia menatapku dengan penuh pertanyaan, dia sungguh mengejutkanku, apakah dia sedang membaca pikiranku? "Aku sarankan untuk berhenti berpikir aneh-aneh."

"Kau membaca pikiranku?"

"Seorang manusia." Senyuman dia begitu meremehkan. "Tunggu kekuatanmu kembali mungkin aku tidak bisa mendengarkannya lagi."

"Kekuatan apa? Sebenarnya siapa kau? Kenapa membawaku ke sini? Apa yang ingin kau lakukan?"

"Tunggu aku berhasil membuka segelmu, kamu akan berterima kasih denganku, Geana."

"Geana?"

Sebuah sinar menyilaukan lagi-lagi muncul, orang itu sedang mencoba memasukkan berbagai gambaran ke dalam otakku, tetapi tidak lama kemudian semua itu menghilang seperti tadi.

"Kenapa.., masih tidak bisa?"

"Segel ini hanya dapat dibuka oleh orang yang menyegelnya, Amor," ucap seorang laki-laki berjalan menghampiri kami.

Amor nama makhluk jelek yang berubah menjadi laki-laki tampan tersebut.

"Dewa kebahagian?"

"Hanya dia yang dapat membuka segel Geana." Laki-laki itu terlihat tampan, aku dapat melihat roti-roti sobek di perutnya dengan jelas, sekujur tubuhnya hanya di lapisi sehelai kain hitam, layaknya dewa-dewa di dalam cerita.

"Ke mana aku harus mencari bocah sialan itu? Dia selalu menambah kerjaanku saja."

Amor makhluk aneh itu, dia terlihat kesal ketika membahas dewa kebahagiaan, sebenarnya apa yang terjadi? Aku dewi kesedihan, dewa kebahagian menyegelku? Lalu siapa mereka? Apa aku telah terjatuh ke dalam sebuah novel? Komik? Menjadi peran utama? Kedua? Atau tumbal?

"Waktu peperangan terjadi, dewa kebahagian ikut terjatuh ke bumi bersama Geana."

"Maksudmu aku harus mencarinya dari sisi kehidupan Geana di bumi? Tetapi bocah itu jika lupa ingatan seperti Geana bagaimana?"

"Tidak mungkin, yang membuat Geana lupa segalanya adalah segel di dalam dirinya, namun dewa kebahagiaan tidak."

"Benar juga," gumam Amor mengangguk-angguk setuju. "Baiklah, besok aku akan membawa Geana kembali."

"Masih ada yang kuingin bicarakan denganmu," ucap laki-laki itu kepada Amor, Amor pun menoleh ke arahku.

"Kau kembalilah ke kamarmu untuk berisitirahat."

Aku mengangguk pelan, walau mereka sedikit aneh, namun aku dapat mencari cara untuk kabur di saat aku sendirian.

Senyuman meledek Amor mengejutkanku. "Mau kabur ke mana kamu?" tanyanya. Lagi-lagi dia membaca pikiranku, sepertinya aku tidak dapat asal memikirkan sesuatu, aku pun segera berlari kecil masuk ke dalam kamar yang dimaksud Amor tadi.

Sebuah kamar yang sangat luas nan gelap, nuasa kastel yang sangat indah, di manakah aku dapat menyalahkan lampu? Aku tidak menyukai kegelapan.

Lampu menyala seketika, seiisi ruangan menjadi terang, apakah Amor membaca pikiranku lagi? Aku menatap ke arah pintu dengan lekat, dengan jarak yang begitu jauh dia tetap dapat membaca pikiranku, sebenarnya siapakah dia?

Aku menoleh kembali ke seluruh ruangan, sangat bersih, sedikit debu pun tidak ada. Di sisi ujung sana ada sebuah jendela besar, aku berjalan mendekatinya, membukanya dan mendapatkan sebuah balkon yang sungguh besar. Dari atas balkon ini aku dapat melihat rasi bintang dan lampu-lampu kehidupan yang begitu jauh, sebenarnya di mana ini?

Luka.. aku hampir melupakan seluruh kejadian yang baru aku lalui sebelum sampai di sini. "Kenapa seluruh luka menghilang?" Apa yang telah terjadi?

"Tidak perlu merasa aneh seperti itu."

"Kau sebenarnya siapa?"

Amor berjalan ke dekatku, dia tersenyum kecil dan menyandarkan dirinya di tiang-tiang perbatasan.

"Kau begitu penasaran denganku?"

"Aku hanya ingin kembali ke duniaku," gumamku kecil. Aku bahkan tidak meyakini pilihan ini, duniaku, aku hidup di keluarga yang tidak bahagia, aku selalu berharap agar cepat pergi dari keluarga itu.

"Tanpamu, mereka akan bahagia."

Amor berhasil membuatku menatapnya dengan bingung.

"Kau dewi kesedihan, di mana ada dirimu, di situ akan ada kesedihan."

Apakah benar kata dia? Akulah yang membawa kesedihan itu? Tidak! Ibulah pelaku utama kenapa keluargaku tidak harmonis.

"Besok aku akan membawamu pergi melihatnya, ingin kembali atau tidak bergantung denganmu. Kita masih memiliki misi yang lebih penting dibanding keluarga itu." "Istirahatlah," gumam Amor berjalan meninggalkan ruang yang merupakan kamarku.

Begitu banyak pertanyaan yang muncul di benakku, ke manakah aku harus mencari jawaban? Aku memilih berjalan ke arah kasur. Ketika tidak sengaja menyentuh bantal, beberapa gambaran kembali muncul di benakku, itu sungguh membuatku terkejut. "Kenapa.. begitu banyak tangisan?" Aku memilih untuk tidak menyentuhnya lagi, aku menelungkupkan diriku di tengah kasur, memikirkan kenapa hidupku menjadi seperti ini? Apakah aku sudah tidak ada di muka bumi? Apakah ini adalah percobaan sebelum masuk neraka? Namun apa yang salah dariku? Sungguh lelah, tanpa sadar aku tertidur. Kini aku terjatuh ke dalam mimpi, Amor menujukkan sisi buruk rupanya, seorang perempuan berdiri di sampingnya, orang itu sangat mirip denganku, tetapi matanya kosong, kesedihan menyelimutinya. Tangisan dari sekelompok orang di depan mereka lagi-lagi terdengar, kematian seseorang yang begitu tragis, arwah orang itu berjalan keluar menuju arah Amor.

"Dewa kematian?!"Aku begitu terkejut dan bangun dari tidurku. Sekujur tubuhku hampir basah, aku berkeringat dingin.

"Sudah kuduga, kamar ini dapat membantumu mengingat sesuatu."

Suara dari arah sofa sana mengejutkanku. Amor duduk di sana, dia adalah dewa kematian. "Kau sudah mengingatnya?"

"Sebenarnya apa yang ingin kau lakukan?!"

"Mengembalikanmu ke dunia di mana seharusnya kau tinggal."

"Aku tidak ingin!" teriakku. Aku tidak ingin hidup seperti ini.

"Kau tidak memiliki pilihan Geana."

Dia benar, hidupku sekarang ada di tangannya. Aku segera turun dari kasur menghampirinya. Aku bersujud di depannya memegang lengannya dengan erat. "Aku mohon padamu, aku tidak ingin, aku tidak ingin mendengar suara tangisan itu, aku ingin kembali ke duniaku. Aku mohon tuan.. tuan Amor." Aku memohon padanya, namun dia tetap terlihat dingin, tangannya pelan-pelan menyentuh keningku, aku pikir dia akan mengiyakanku, namun setelah itu aku kehilangan kesadaran.

Related chapters

  • The Sad Angel Geana   BAB 3 Geana Namaku

    Bayang-bayang sinar telah menyadarkanku, aku pelan-pelan membuka mataku, matahari sudah terbit, sebuah tempat yang empuk, aku melihat sekitar dan mendapatkan diriku tertidur di atas kasur. "Jika sudah sadar, ayo pergi," ucap Amor. Dia masih duduk di sofa kemarin, apakah seorang dewa kematian tidak perlu tidur? Aku kembali menatap bantal yang kutiduri, ini bukan bantal yang membuatku teringat hal-hal aneh itu? Kenapa aku dapat tidur dengan tenang? Aku berusaha untuk mengingat-ngingat, Amor kemarin membuatku tidak sadarkan diri. Apakah dia yang melakukannya? Membuatku tidak teringat dengan mimpi-mimpi buruk itu? "Ayo," ajaknya namun langkahnya terhenti. "Aku lupa kau hanya seorang manusia biasa," gumamnya menarikku melewati sebuah ruang waktu. Kini aku dan dia berdiri di depan sebuah restoran, aku melihat sekitar tempat ini. Ini merupakan duniaku, aku menoleh lagi ke plang nama restoran tersebut, 'Miracle' nama restoran terkenal itu. Aku segera

  • The Sad Angel Geana   BAB 4 Dewa Kebahagian

    Hari ini aku kembali masuk sekolah setelah menghilang berhari-hari. Kali ini aku menggunakan tubuh yang sama, nama yang berbeda begitupun dengan indetitasku untuk menemui teman-teman sekelasku lagi. "Aku murid baru Geana, senang bertemu dengan kalian." Begitu banyak murid yang tersenyum melihatku, ini tidak seperti biasanya mereka melihatku sebagai Mila, aku pun menoleh ke arah Amor. "Aku menutup aura kesedihanmu," gumamnya. Dia seperti tahu apa yang kupikirkan, apakah dia mulai membaca pikiranku lagi? "Baiklah, kalian cari bangku kosong dan duduklah," ucap bapak guru yang akhirnya mempersilakan kami duduk, aku melamun cukup lama hingga akhirnya memutuskan untuk duduk di tempat biasanya aku duduk. Tempat dekat tong sampah, ya aku tidak menyukai tempat ini, tetapi begitulah mereka mengucilkanku dulu, dan kini aku kembali duduk di sini merasakan kembali kenangan yang sudah lenyap itu. "Di sana tempat duduk.." Teman sekelasku yang duduk tepat di depanku te

  • The Sad Angel Geana   BAB 5 Kemarahan Amor

    "Itu urusanku, sepertinya aku tidak perlu menjelaskan padamu," ucap Ren, namun Amor segera menarikku ke sisinya. "Urusanmu memang bukan urusanku, tetapi Geana adalah orangku, urasan dia adalah urusanku," ucap Amor. "Cepatlah cari kembali kekuatanmu dan buka segel Geana atau tidak aku akan menghancurkan alammu." "Aku menyadari kau, Amor Ashilie, calon raja dewa kematian begitu suka mengancam," sindir Ren Amor tersenyum kembali, aku menyadari setiap senyuman dia begitu mematikan, seperti tidak akan memberikan musuhnya kesempatan untuk hidup. "Aku tidak bercanda denganmu, jika kau tidak bisa membuka segel Geana, aku akan..," "Ren," panggil seorang perempuan mengalihkan pembicaraan kami. Wajah perempuan itu begitu asing, dia memakai seragam sekolah yang sama dengan Ren, sepertinya mereka satu sekolah, namun untuk apa mereka datang ke sini. "Ren, kepala sekolah memanggil kita untuk menemuinya." "Baiklah," balas Ren sambil menyingkirkan tangan

  • The Sad Angel Geana   BAB 6 Mera

    Kini aku membawa Ren ke dalam kamarku, lebih tepatnya kamar Geana dewi kesedihan.“Kamu baik-baik saja?” Aku menopang Ren duduk di sofa kamarku.Ren tersenyum padaku. “Ini hal yang biasa.”“Biar aku obatin lenganmu,” gumamku mulai membuka tasku. Aku mempunyai obat merah dan juga pembalut luka, aku kira selamanya aku tidak mempunyai kesempatan untuk menggunakannya, ternyata kesempatan itu datang bukan untukku, melainkan Ren. Di tengah pengobatan ini mengingatkanku pada waktu terakhir aku bertemu dengan Ren, dia juga mengobatiku seperti ini. “Sudah.” Aku pun kembali duduk di tempatku.“Mila, percayalah padaku, aku akan mengembalikan kekuatanku dan membawamu kembali ke alam di mana seharusnya kamu berada.”Lagi-lagi kata-kata itu yang diucapkannya, aku pun tersenyum kecil membalasnya.“Sebaiknya kamu beritahu pada Amor bagaimana cara membuka segelku, sebelum kamu mati dibunuhnya,

  • The Sad Angel Geana   BAB 7 Pintu Dimensi

    “Pintu dimensi ada di gunung kutub utara, aku akan membawa kalian pergi.” Mir orang yang disebut-sebut Amor kemarin ternyata adalah laki-laki dengan sehelai kain hitam. Dia begitu tampan dan lembut, benar-benar tidak seperti seorang dewa kematian. “Semua yang ada di dalam dunia dimensi tidak dapat berubah, kalian hanya dapat menonton, mencari jawaban yang kalian inginkan, dan lagi setelah setengah jam segeralah keluar, jika tidak, pintu akan tertutup.” Kami bertiga seperti wisatawan yang mendengarkan seorang pemandu wisata membicarakan suatu destinasi. Setelah bercerita lama tentang pintu dimensi, kami pun segera berangkat menuju tempat yang dituju,tidak di sangka gunung di kutub ini sangat dingin. Dalam detik di mana aku berpijak di sini, seluruh tubuhku seperti membeku. Amor segera menarik tanganku, seketika seluruh tubuhku menjadi hangat kembali. Aku pun menatapnya dengan lekat, apakah dia adalah penghangat berjalan? Aku pun mengandeng tanganya dengan erat. Mir segera memberikanny

  • The Sad Angel Geana   BAB 8 Kembali

    Aku menyukai Amor? Aku begitu terkejut menoleh ke arah Amor, di benakku tidak pernah kepikiran dapat menyukai seorang dewa kematian. Amor pun tersenyum. “Ternyata selama ini kamu tidak pernah melupakanku, Geana.” Kata-kata itu membuatku merasa geli juga tidak mengerti. “Baiklah, sudah tidak ada waktu, daripada mati di sini, aku akan mengirim kalian pulang, setelah keluar dari pintu dimensi ini, menjauhlah dari Mir,” gumam Amor melepaskan tanganku. Dia sungguh membuatku syok, apa yang ingin dia lakukan? Mengantarkan nyawanya demi memulangkan kami? “Tidak Amor, tidak! Kamu tidak boleh mati di sini!” Amor pun tersenyum menatapku. “Setimpal,” sebuah kecupan darinya membuatku membatu, begitu banyak banyangan yang muncul di benakku, namun bukan kesedihan, aku merasakan kebahagian berada di sisi Amor, rasa yang tidak pernah muncul sebelumnya. Sebuah sinar menyilaukan memulangkan kami ke depan pintu dimensi. *** “Geana,” panggil Ren segera membangunkanku. “Amor! Amor!” teriakku menatap

  • The Sad Angel Geana   BAB 9 Cemburu

    “Amor!” teriakku. Aku tersadar dari mimpi panjangku. Amor menatapku dengan dingin, dia duduk di pinggir kasurku. “Amor,” panggilku segera bangun dan memeluknya dengan erat. Aku berharap seluruh itu hanyalah mimpi dan tidak akan menjadi kenyataan. “Bodoh, kenapa sembarangan mengambil tindakan?” tanyanya. Dia mengulurkan tangannya untuk mengelus-elus kepalaku. “Aku.. aku ingin pergi mencarimu.” Amor langsung mengetuk kepalaku pelan. “Kamu lupa jika kita saling terhubung, hanya kamu yang dapat mengumpulkan jiwaku, jika kamu datang mencariku, aku tidak akan kembali lagi bodoh.” Kata-katanya membuatku tersadar bertapa bodohnya diriku, kenapa aku tidak mengingatnya. Kami saling terikat, hanya aku yang dapat membangunkannya. “Amor,” panggilku lagi. Aku melepaskan pelukkanku dan menatapnya. “Bagaimana dengan kakak?” “Bajingan itu.., maksudku Mir, dia kabur.” “Ren, bagaimana dengan Ren? Apakah dia baik-baik saja.” “Kau.., sangat memerhatikannya,” gumam Amor terdengar dingin. Aku pun m

  • The Sad Angel Geana   Spesial Bab Masa Kecil Bersama Ren

    “Mama, aku ingin beli itu.” Seorang gadis dengan senang menujuk boneka di dalam toko dekat sekolah. Boneka tersebut merupakan keluaran terbaru minggu ini, anak-anak yang melewatinya selalu terhenti hanya untuk melihatnya, begitupun denganku. Setiap pulang pergi sekolah aku selalu terhenti di depan toko, melihat tembus ke dalam estalase mewah. Boneka teddy bear tersebut duduk manis di dalam sana. “Ayo kita masuk beli.” Sang ibu tersenyum manis mengandeng gadis munggil itu masuk. “Mama, aku lelah,” keluh seorang anak kecil yang melewatiku. “Sini mama gendong.” Tanpa basa-basi ibunya langsung mengendong putri munggilnya. Pemandangan di depanku sungguh membuat orang iri. Anak-anak itu memiliki umur yang sama sepertiku, enam tahun, tetapi.., hidup kami bagaikan langit dan bumi. Aku berjalan secepat mungkin meninggalkan daerah sekolah. Aku sungguh iri dengan mereka, kenapa mereka memiliki ibu yang begitu menyayangi mereka, tetapi aku hanya dapat pulang ke rumah seorang diri. “Mila,” pan

Latest chapter

  • The Sad Angel Geana   BAB 33 Bertemu Kembali (END)

    Aku Geana dewi kesedihan yang hidup dalam kebohongan. Kini aku membawa Mera dan juga Aurora meninggalkan tempat-tempat penuh kesakitan itu, untuk mengelilingi semesta ini. Pergi ke berbagai tempat yang indah juga menarik. Kami telah menghabiskan puluhan tahun dalam perjalanan. Aurora pelan-pelan pulih dari penyakitnya, dia sekarang tumbuh dewasa dan juga cantik. Sayangnya gadis secantik dia malah menyukai seekor panther.“Hari ini kita tinggal di sini dulu,” ucapku menutup mataku sambil menikmati udara sejuk yang berhembus.“Bumi memang sebuah tempat yang indah, jika tidak ada manusia-manusia serakah, mungkin ini adalah tempat terindah di semesta,” ucap Mera berjalan ke sampingku. Apa yang dia katakan tidak salah, keindahan alam ini pelan-pelan menghilang hanya karena serakah.Aku kembali membuka mataku menikmati air terjun yang mengalir deras di depan mataku. Suara air terjun itu begitu mengobatiku.“Kamu bilang apakah melewati air terjun ini, semua dosa akan tercuci habis?” tanyaku.

  • The Sad Angel Geana   BAB 32 Pernikahan

    Aku tidak memiliki pilihan lain selain pulang ke dunia kematian, di sini masih ada Mera dan juga Aurora yang sedang menungguku. Aku berjanji pada mereka untuk membawa mereka keliling dunia, mungkin inilah saatnya membawa mereka pergi.Sebuah suasana yang berbeda di waktu aku menginjakkan kaki di alam kematian ini. Kenapa di sini begitu meriah? Sudah lama aku tidak merasakan kemeriah seperti ini.Lonceng alam kematian terus berbunyi. Biasanya di waktu-waktu penting saja lonceng tersebut berbunyi. Apakah ada hal besar yang terjadi. Aku segera terbang menuju kastelku, mencari Mera dan juga Aurora.“Geana!” teriak Mera. Setelah merasakan kehadiranku, dia segera berlari ke arahku.Dia memelukku dengan erat, tetapi aku segera melepaskannya dan melihatnya dengan lekat. Aku sungguh mengkhawatirkannya, kursi pemimpin alam kematian sudah lama kosong, dia pasti menemui banyak masalah. “Mera apa yang terjadi? Apakah kamu baik-baik saja?”Mera menatapku dengan bingung. “Aku selalu baik-baik saja,”

  • The Sad Angel Geana   BAB 31 Tumbal

    Ailey memaksaku untuk beristirahat. Aku kembali ke kamarku, awalnya aku mengira aku tidak dapat tidur karena memikirkan masalah ibu, namun tanpa sadar aku lenyap dalam mimpiku. Aku hampir melupakan tentang Amor. Dia muncul di depanku, tepat samping kasurku, menatapku dengan lekat. Aku menyadari kehadiran, tetapi mataku tidak dapat terbuka. Aku hanya dapat merasakan tangannya yang sedang merapikan rambutku. “Hanya dengan cara ini aku dapat melihatmu, aku tidak tahu harus menggunakan indetitas apa untuk muncul di sini, maafkan aku Geana,” ucapnya. Aku ingin sekali membuka mata mengatakan jika aku tidak menyalahkannya, tetapi tubuh ini tidak mendengarkan perintahku.“Amor!” Aku terbangun dari mimpiku, keringat bercucuran membasahi wajahku. Setelah mengatur napasku, aku menatap sekitar, namun tidak ada, dia tidak ada di sini. Ini hanyalah mimpi.“Geana, ibumu sudah tersadar.” Sebuah catatan kecil terbang ke hadapanku, dan menghilang setelah aku membacanya, ini adalah pesan yang dikirimkan

  • The Sad Angel Geana   BAB 30 Ibu

    “Kakak,” panggilku menghampirinya dan memeluknya dari belakang. “Ehek.. ehek..” Mungkin pelukkanku terlalu erat hingga membuat kakak tersendak. “Tidak apa-apa, Geana. Kakak hanya sedikit.. sedikit tidak enak badan,” ucapnya menjelaskan kekhawatiranku. Belakangan ini kakak memang terlihat lemah. Auranya juga melemah, apa yang sedang dia lakukan? Aku pun menatapnya dengan lekat, berharap dia dapat berkata jujur padaku. “Geana,” panggil kakak. “Kakak tidak kenapa-napa, tersenyumlah.” Kakak seperti bisa membaca isi hatiku. Dia tersenyum memegang pipiku dengan lembut, senyumannya begitu indah. “Kakak belakangan ini mengelilingi bumi, mengumpulkan roh-roh monster yang bekeliaran, luka-luka ini tidak apa-apa,” jelasnya lagi. “Benarkah? Bagaimana cara menyembuhkannya? Apakah butuh aku mentransfer kekuatanku kak?” Kakak segera mengeleng. “Kakak hanya perlu waktu istirahat beberapa hari, sana pergi cari Amor, bermainlah bersamanya. Kakak mau istirahat dahulu.” Kakak pun mengusirku, dia mem

  • The Sad Angel Geana   BAB 29 Pengorbanan

    Ruang kembali berganti, aku kembali melihat Amor, dia sudah menghabiskan begitu banyak kekuatannya untuk menganti ruang demi ruang. “Amor, biarkan aku yang melakukannya,”ucapku.Amor mengeleng, senyuman tipisnya pun mengembang. Bibirnya sudah pucat pasi namun dia masih berpura-pura tegar di depanku. “Aku tidak apa-apa,”gumamnya.Kini kami sampai di gurun, orang-orang di gurun ini merupakan dewa-dewi yang berada di kastel ayah. Mereka merupakan para bawahan ayah yang handal. Kakak memindahkan mereka satu persatu dan menyembunyikan mereka di sini. Aku mengerti sekarang kenapa mereka tinggal di sini, walau memiliki cuaca ekstrim, namun tempat ini tidak memiliki kehidupan, tidak ada yang akan menganggu mereka. Demi mempertahankan nyawa mereka yang sudah hampir tiada, kakak setiap hari datang ke sini mentransferkan mereka kekuatannya,.“Finderick, anakmu.., aku akan menolongnya keluar, kamu tenanglah,”ucap kakak t

  • The Sad Angel Geana   BAB 28 Raja

    Sebuah tempat yang tidak asing, ini adalah depan perbatasan alam kebahagiaan. Ibu mengendong seorang anak kecil dengan erat, wajahnya terlihat cemas menunggu seseorang yang berada di luar. Aku dan Amor pun berjalan keluar perbatasan untuk melihat apa yang sedang terjadi.Diluar sini sungguh mengemparkan. Begitu banyak prajurit alam kematian mengepung sekitar, ayah dan raja dewa kematian sedang membicarakan sesuatu di antara mereka.“Ingatlah, pada akhirnya kamu tetaplah dewa kematian.”Wajah ayah Amor begitu senang atas kemenangannya. Dia memberi tahu ayah jika dirinya tidak mempunyai pilihan lain selain pulang bersamanya.“Aku akan mengikutimu pulang,”ucap Ayah.Ayah Amor yang merupakan raja kematian pun tersenyum puas ketika mendengar kata ayahku, namun aku tidak melihat kesenangan sedikitpun dari wajah ayah karena selangkah lagi dewa-dewi kematian akan menyerang masuk ke dalam alam kebahagiaan.“Jangan lu

  • The Sad Angel Geana   BAB 27 Kekuatan Paksa

    Aku membawa busurku kembali ke kastelku. Busur biru ini kini berubah menjadi merah merona. Di atas sini penuh dengan darah kakak, ini juga merupakan salah satu alasan kenapa kakak secepat itu meninggalkan semesta ini. Walaupun kakak memiliki darah ayah, namun noda iblis di dalam tubuhnya membuat busur ini menolaknya menjadi majikan. Kakak tahu hal tersebut, namun dia tetap memaksakannya.Kata-kata kakak terus tergiang di benakku. Sebenarnya bagaimana kakak mengetahui semua hal ini? Sedangkan seluruh orang-orang yang mengetahuinya menutup mulutnya dengan rapat dan berkata ini mencakup banyak rahasia. Memang sebuah rahasia yang sangat besar, ternyata raja kamilah yang membunuh ayahku, dan raja itu adalah ayahnya Amor. Bagaimana aku menghadapinya? Ayahnya membunuh ayahku, dan dia mati bersama dengan kakakku.“Kamu baik-baik saja?” tanya Amor menghampiriku.Dia masih dapat setenang itu muncul di depanku, bukan seharusnya dia membenciku? Atau seharusnya a

  • The Sad Angel Geana   BAB 26 Iblis

    Mera sangat cepat mempelajari sesuatu, hanya beberapa hari saja dia sudah mengerti apa yang diajarkan Amor. Aku juga sudah berjanji padanya setelah menyelesaikan masalah di gurun aku akan membawanya, Aurora dan juga ibuku pergi mengelilingi semesta ini, meninggalkan segala macam masalah alam ini.“Amor, setelah masuk ke gurun kamu punya rencana apa?”tanyaku setelah kami hampir sampai di gurun.“Pergi ke lubang hutan itu,”gumam Amor.“Baiklah, aku akan pergi ke pemukiman untuk melihat apakah ada perubahan,”ucapku. Setelah mendapat anggukannya, aku dan dia pun berpisah menjalankan tugas masing-masing.Tempat ini masih seperti sebelumnya, tidak ada perubahan, orang-orang di sini hidup seperti biasanya, hanya saja mereka lebih layak manusia normal, ini semua berkat Emma.Aku berjalan cukup jauh hingga menghampiri piramida ayah dan juga Findercik. Sebuket bunga tergeletak di depan piramida Finderick,

  • The Sad Angel Geana   BAB 25 MERA?

    Aku dan Amor pulang ke alam kematian.Seseorang yang berdiri di tengahruangankastelmembuat kami terdiam.Laki-laki tinggi itu kini berdiri tegap mengarah kami, dia putih bersinar, rambutnya begitu lebat dan panjang, auranya tidak asing, aku sangat mengenalinya, namun wujudnya yang seperti itu membuat aku tidak berani memercayainya.“Siapa kau?”tanya Amor ingin mengeluarkan pedangnya, namun aku segera mencegatnya.“Mera,”panggilku.Mera segera berlari ke arahku dan menerkamku, dia mejilat-jilat wajahku dengan senang, jika dia adalah Mera dengan wujud bongsornya mungkin aku akan senang, namun wujudnya ini membuatku merasa syok.Amor segera menariknya bangun.“Dia.. Mera?”Amor terlihat tidak percaya menempelengnya.“Mera kamu kenapa berubah menjadi wujud manusia? Di mana Aurora?”“Putri.”Aurora terlihat senang berlari keluar da

DMCA.com Protection Status