Beranda / Fiksi Remaja / The Reason Why / 49. Sebuah Alasan

Share

49. Sebuah Alasan

Penulis: atriaskhaer
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Dalam perjalanan menuju Bogor, Athena dan Ares sama-sama bungkam. Ares yang awalnya mengajak Athena untuk segera pulang, kini sedang memijat pelipisnya yang mendadak pening. Athena tidak melihat gelagat Ares karena ia sibuk menatap ke luar jendela mobil, pemandangan petang di Ibukota terlalu memanjakan matanya.

“Jangan salah paham. Gue terpaksa nganterin lo balik karena nggak mau ngerepotin Fredi, yang harus bolak balik Jakarta Bogor padahal besok dia masih ngampus.”

“Iya.” jawab Athena singkat.

Ares melirik ke arah Athena beberapa kali. Namun Athena masih setia melihat pemandangan di luar, di mana langit semakin menghitam menyambut gelapnya malam. Kemudian keheningan kembali tercipta.

Dalam hati sebenarnya Ares merasa bingung dengan sikap Athena saat ini. Gadis itu lebih pendiam dari biasanya, ia juga tidak banyak bertanya lagi soal kasus itu. Meski Ares sadar dirinya lah yang menyuruh Athena untuk tidak mengajaknya berbicara, nam

atriaskhaer

Halo Readers! Akhir-akhir ini aku sering update nih. Semoga kalian selalu menantikan The Reason Why ya! Sampai jumpa di bab selanjutnya! <3

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • The Reason Why   50. Penjelasan Panjang

    “Ariel… Ariel meninggal karena lo, Ana.”Jiwa Athena meninggalkan raganya seketika. Suara-suara yang masuk ke dalam telinganya mendadak hilang, hanya menyisakan bunyi lengkingan nyaring yang membuat kepalanya ikut pening. Kakinya melangkah gontai menjauh dari mobil Ares. Ia berjalan lurus menyusuri tepi jalan tol. Ares mengikuti langkah Athena, mencegahnya untuk jalan semakin jauh. Lelaki itu berusaha menarik tangan Athena, namun ditepis olehnya.“Ana,”Athena menepis lagi tangan Ares yang berusaha memegang bahunya.“Athena!” Ares akhirnya menegaskan suaranya.Athena berhenti melangkah, pandangan kosong ia arahkan pada Ares yang sudah berdiri di hadapannya. Bekas air mata masih membahasi pipinya. Ia menatap lama pada mata coklat milik Ares. Kesempatan itu Ares gunakan untuk memegang bahu Athena, balas menatap mata hitam pekat miliknya dalam.“Dengerin gue.”Athena menggeleng, &ldq

  • The Reason Why   51. Tiga Bersaudara

    Athena masuk ke dalam rumahnya dengan langkah sempoyongan. Ia sama sekali tidak bisa mencerna apa yang seharian ini terjadi. Ditambah, ketika Ares dengan mudahnya mengecup bibirnya lalu mengatakan akan menjemputnya besok pagi. Athena kehilangan setengah kesadarannya, seakan ia baru saja menghadapi badai disertai kilat petir yang menyambar, lalu setelahnya ia berada di sebuah kebun bunga berwarna-warni.Kebetulan Elva ada di ruang keluarga, dan melihat Athena yang berjalan dengan pandangan kosong. Wanita paruh baya itu melihat jam yang ada di dinding, kemudian bersedekap sambil menghampiri Athena.“Nana, kamu tahu ini jam berapa?”Athena tidak menjawab, ia berniat melangkahkan kakinya ke anak tangga pertama, namun dicegah oleh Elva.“Athena!”“Eh? Mama?”“Kenapa baru pulang? Ada kegiatan tambahan apa di sekolah? Sidney nggak ngejelasin secara detail, tapi dia bilang kamu sibuk sampai nggak bisa pegang

  • The Reason Why   52. Rencana Yang Sama

    Pagi hari datang. Athena terbangun karena suara alarm di ponselnya. Ia memijat kepalanya yang terasa berat, dirinya kurang tidur semalem karena memikirkan semua masalah yang baru-baru ini ia hadapi.Athena beranjak dari kasur dan segera membersihkan tubuhnya untuk bersiap berangkat ke sekolah. Memikirkan sekolah, Athena teringat dengan Ares yang mengatakan akan menjemputnya pagi ini. Karena itu Athena mempercepat aktivitasnya.Beberapa menit kemudian, Athena sudah siap dengan seragamnya. Ia segera mengeringkan rambutnya dengan hair dryer dan melilit surai hitam itu dan mengikat cepol seperti biasa. Athena juga mengoleskan bedak tipis, dan menggunakan pelembab bibir tanpa warna. Setelah berkaca sekali lagi dan merapikan anak rambutnya, Athena segera turun ke bawah dengan tas sekolahnya.“Nana? Udah siap? Masih jam 6 pagi.” Elva melihat Athena menuruni tangga.“Iya, Ma. Aku mau bikin bekal dulu.”“Sarapan dulu,

  • The Reason Why   53. Detak Jantung Yang Menggila

    Bel istirahat berbunyi. Banyak murid yang berhamburan keluar kelas dan cepat-cepat menuju kantin karena kalau tidak, akan mendapat antrean yang panjang dan padat. Sidney sudah hafal kalau Athena akan membawa bekal dan lebih memilih belajar sambil menyantap makan siang di kelas, mengingat ujian tryout sebentar lagi.“Na, gue kantin dulu. Lo mau nitip sesuatu?”Athena menggeleng. Kemudian Sidney mengangguk, dan segera menuju kantin agar bisa dengan cepat kembali ke kelas. Sahabat yang sudah menemani Athena 6 tahun itu mempunyai firasat kalau Ares akan mencari sensasi lagi di kantin atau di kelasnya.Dan benar saja, ketika Sidney pergi ke kantin, Ares masuk ke dalam kelas Athena dan mengejutkan gadis itu yang sedang fokus membaca modul pelajaran sambil mengunyah roti lapisnya.“Hai!”Athena sedikit terlonjak, ia menoleh ke samping dan mendapati Ares dengan senyuman yang menampilkan deretan gigi rapinya. Itu adalah pert

  • The Reason Why   54. Tokoh Tak Disangka

    “Ng—nggak mungkin.” Ares menatap Athena bingung. Ia memegangi dadanya dan mundur beberapa langkah. Athena yang juga masih membatu tidak bisa melakukan apapun selain jatuh tersimpuh di lantai. Ia bahkan tidak berani menatap mata Ares. Lelaki bernama lengkap Ares Adiwangsa itu melihat Athena yang jatuh terduduk. Ia maju satu langkah, namun Athena dengan refleks menghindarinya. “Ana…” “Lo, maksud lo… apa?” Ares tampak berusaha mengatur napas dan juga detakan jantungnya. Matanya sulit fokus karena tidak bisa menerima apa yang baru saja ia sadari. “Gue cuma mau cari tahu—” Krieett… Pintu ruang sound system dibuka dari luar. Sidney berdiri di depan pintu dengan napas yang memburu seperti telah berlarian. Matanya langsung menangkap Athena yang sudah terduduk di lantai, ia mendekat dengan wajah khawatir. “Nana!” Sidney memegang kedua bahu Athena, “Na? Lo nggak apa-apa?” Sidney juga mengecek kondisi Ath

  • The Reason Why   55. Pukulan Keras

    Kelas seminar berakhir. Para murid tidak langsung keluar dari aula. Banyak dari mereka yang meminta foto bersama dengan Adikara atau bahkan meminta tanda tangannya. Dari kursi paling belakang Athena hanya bisa memperhatikan. Dan ia menyadari bahwa kepopuleran keluarga Wangsa memang sebegini besarnya. Namun tidak sedikit juga yang menampilkan wajah masam dan saling berbisik selama Adikara memberikan materi seminarnya. Mungkin karena banyak juga yang mengenalnya sebagai ayah kandung dari Ares Adiwangsa.“Gue yakin. Ada maksud di balik ini semua.”Sidney tiba-tiba berucap ketika telah selesai merapikan alat tulisnya. Pandangannya lurus pada Adikara yang saat ini sedang berbincang dengan beberapa guru mereka, ada Pak Kepala Sekolah juga di sana. Banyak murid yang sudah keluar dari aula dan hanya menyisakan beberapa saja termasuk Athena dan Sidney.“Kenapa lo mikir gitu?”“Baru-baru ini kan gosip miring tentang Ares dan keluargany

  • The Reason Why   56. Waktu Bersama Sahabat

    Seakan langit tahu bahwa pertahanannya sudah runtuh, satu demi satu tetes hujan membasahi jalan. Athena yang memutuskan untuk turun dari mobil Ares dan berjalan di sepanjang trotoar kota hujan, sedikit merasa menyesal. Seragamnya basah seiring dengan rintik hujan yang semakin deras. Gadis itu menepi di salah satu halte untuk berteduh. Tubuhnya sedikit gemetar merasakan angin dingin di tengah hujan, juga karena air matanya yang sedari tadi tidak bisa dihentikan.Athena mendapat tatapan iba dari orang yang melewatinya. Jalanan kota Bogor tetap ramai meski hujan semakin deras. Athena mengeluarkan ponselnya untuk menelepon Sidney. Dering pertama dan kedua tidak mendapat respon, dan pada dering ketiga teleponnya diangkat.“Sid…”“Na? Kenapa? Lo di mana?”“Gue di halte.”“Halte? Halte mana? Terus Ares di mana?”“Sid… cepet ke sini… gue takut diculik.&rdquo

  • The Reason Why   57. Aksi Heroik

    Keesokannya, Athena tetap berangkat sekolah bersama dengan Sidney. Meski awalnya Sidney menyuruh Athena untuk izin, tapi gadis itu memaksa tetap ingin sekolah karena tidak boleh tertinggal pelajaran ketika mendekati ujian. Karena itulah Sidney semalam menyuruh Alfred untuk mengantarkan seragam batik dan seragam olahraga Athena. “Tadi pagi abis sarapan lo langsung minum obat, kan?” Sidney bertanya begitu mereka memasuki gerbang sekolah. Athena mengangguk dan mereka melanjutkan perjalanan sampai ke kelas. Ketika mereka masuk ke dalam kelas dan duduk di kursi masing-masing, seorang murid yang mengenakan jas OSIS masuk ke kelas mereka. “Permisi, Sidney?” Athena dan Sidney menoleh serempak ke ambang pintu. “Iya?” Murid laki-laki itu melangkah lebih dalam. Ia melemparkan senyum manis pada Athena dan juga Sidney, lalu menyerahkan amplop putih ke arah Sidney. “Ini surat dispensasi buat, lo. Karena acara PENSI sebentar lagi, setelah pel

Bab terbaru

  • The Reason Why   Ucapan Terima Kasih

    Halo para pembaca "The Reason Why" di manapun kamu berada!Akhirnya setelah menempuh perjalanan panjang, buku ini selesai dituliskan. Sejak Juni 2021 sampai Mei 2022, saya mengalami banyak hal selama penulisan buku ini; lika-liku-luka, susah-senang-sakit, dan masih banyak lagi. Tapi itu semua berhasil saya lewati berkat kalian yang selalu mendorong saya untuk terus menulis. Terima kasih saya ucapkan dengan setulus hati.Buku ini memang selesai dituliskan. Tapi sebenarnya, kisah semua karakter yang ada di buku ini akan selalu berlanjut serta berkelana di hati dan benak para pembaca sekalian! Bagaimana kisah selanjutnya, hanya kalian yang bisa menentukan di dalam imajinasi masing-masing. Selamat berpetualang!Oh ya, saya juga menulis buku baru dengan judul "Terbelenggu Takdir". Buku baru saya ini bisa dikatakan masih satu kaitan dengan "The Reason Why". Sedikit spoiler: beberapa karakter TRW akan muncul di buku saya yang baru! Karena itu, kalau kalian penasaran juga, silakan baca!Sekian

  • The Reason Why   Extra Chapter III: Kembali Pulang (END)

    Ares's Point of ViewLo tahu kenapa sekarang gue senyum kayak orang gila? Karena di sebelah gue ada perempuan lagi tidur sambil mangku buku tebel yang judulnya pake bahasa Inggris. Dia Athena Amerta.Konyol, kan? Dulu gue benci banget sama cewek ini. Tapi lebih konyol lagi, gue lupa kenapa gue bisa sampai sebenci itu sama cewek yang bahkan enggak pernah muncul di hidup gue. Tapi tiga tahun setelah hari pertama gue ketemu sama cewek ini di Cafe bareng tante gue, Dita, sekarang gue dan dia lagi duduk di pesawat menuju bandara Soekarno-Hatta di Jakarta, dari Boston.Kita sama-sama nyeselasiin program pertukaran mahasiswa dari kampus tepat satu tahun. Setahun lalu, bokapnya minta gue ikut program magang dari kantornya yang kerja sama bareng cabang perusahaan rekannya di Amerika. Alasannya sih supaya anak cewek satu-satunya ini ada yang ngawasin dan jagain selama jauh dari pantauannya. Dulu gue mikir, 'Apa enggak salah nitipin anak perempuannya ke lelaki yang notabenenya adalah sang pacar,

  • The Reason Why   Extra Chapter II: Momen Mendebarkan

    Athena’s point of view Di dalam sebuah ruang tunggu klinik terapis, aku menantikan Ares muncul dari balik pintu yang bertuliskan “ruang konsultasi”. Sudah genap dua tahun aku dan Ares menjalin hubungan. Walau satu tahun kami habiskan dengan LDR—karena aku harus kuliah di Jakarta, sementara dia menyelesaikan SMA-nya—tapi satu tahun berikutnya Ares menyusul ke kampus yang sama dengan jurusan Manajemen, satu fakultas dengan Sidney. Sekarang, kami sedang sama-sama menikmati liburan semester dan pulang ke Bogor untuk menghadiri acara keluarga. Oh ya, omong-omong aku dan Ares sudah mendapatkan restu dari kedua orang tua kami untuk terus menjalin hubungan—meski pada awalnya mamaku masih setengah hati menerima Ares—dan kedua adikku menggunakan kesempatan itu untuk seenaknya datang dan pergi ke apartemen Ares di Jakarta. Saat aku sibuk dengan pikiranku sendiri, Ares muncul dari balik pintu dengan senyuman manis khasnya, yang dulu sempat aku sebut sebagai senyum iblis. Hey, pada awalnya senyu

  • The Reason Why   Extra Chapter I: Roller Coaster

    Satu tahun kemudian …Athena sedang merapikan meja di dalam studio siaran kampusnya. Kertas-kertas script yang berisi poin-poin penting isi siarannya berserakan hingga ke bawah meja. Itu semua terjadi karena Sidney yang tiba-tiba datang ke dalam studio siaran sambil berteriak—padahal dirinya jelas-jelas sedang on-air—dan hal itu menyebabkan dirinya diberikan hukuman untuk merapikan studio sementara rekan satu club nya sudah pergi lebih dulu.“Lama banget sih, Na!”“Ini semua karena lo yang teriak di dalem ruang siaran! Suara lo masuk dan akhirnya ngebocorin siaran live gue!”Sudah satu tahun Athena menjalani kehidupan kampus—yang sialnya harus dilewati juga bersama Sidney—dan selama itu pula Athena tidak bisa menjalani hari yang normal sebab ulah Sidney yang sering seperti hari ini; tiba-tiba datang ke studio saat Athena sedang siaran, atau masuk ke kelas Athena di tengah presentasi dosen.“Salah siapa lo ngotot beda fakultas sama gue. Jadi gue harus selalu nyariin lo ke sini!” Sidney

  • The Reason Why   Epilog

    “Menurut kalian arti kehidupan itu apa?”Athena membuka episode podcastnya dengan sebuah pertanyaan.“Apa kalian pernah bertanya-tanya kenapa kalian hidup selama ini? Apa kalian pernah mencari tahu alasan kenapa Tuhan menciptakan kehidupan untuk kita? Mungkin saja selama ini Tuhan membiarkan kita hidup untuk merasa. Kehidupan yang kita jalani ini dilewati dengan tawa, tangis, cinta, luka, tantangan, cobaan, dan hikmah di balik itu semua.”“Dalam pencarian jati diri, aku menemukan hal-hal baru tentang sebuah rasa yang sebelumnya tidak pernah ada. Sebuah rasa benci yang muncul tiba-tiba bisa membawa hidupku sampai di titik ini. Kenapa bisa begitu? Ya, mungkin saja karena emosi itu bisa berkembang—entah ke arah yang lebih baik, atau lebih buruk.”“Banyak di antara kita pasti punya rasa yang mengganjal di hati, entah karena apa sebabnya, yang jelas kita tidak pernah ingin perasaan itu ada di hati kita. Perasaan itu bisa berkembang dan terus berkembang menciptakan jati diri kita. Pada dasar

  • The Reason Why   86. Bersiap untuk Awal yang Baru

    Tiga hari kemudian Athena sudah diperbolehkan untuk pulang ke rumah. Luka jahitannya sudah mengering dan hanya perlu datang untuk check-up beberapa kali. Sementara Roy sudah mendapat jadwal operasi yang akan dilaksanakan dua hari berikutnya. “Na, lo yakin enggak mau balik sama gue?” Sidney yang datang untuk menjemput Athena keluar dari rumah sakit, kini sedang memberikan ekspresi cemberut sambil menopang dagunya. “Sori ma fren, gue udah janjian balik sama Ares.” Athena menjawab tanpa nada sesal sama sekali. Tangannya fokus memasukkan baju-bajunya ke dalam tas. “Oh jadi gitu ya? Karena sekarang lo udah nemuin true love, sampe sahabat sendiri lo lupain.” Bukannya merasa bersalah mendengar nada kesal Sidney, Athena justru tertawa. “True love? Istilah lebay apa lagi, tuh?” Sidney yang semula meletakkan kepala pada ranjang rumah sakit yang telah dirapikan, kini bangkit berdiri dan mendekat ke arah Athena dengan wajah tidak percaya. “Apa? Lo bilang lebay? Coba sini gue cek dulu.” Sidn

  • The Reason Why   85. Akhir dari Sebuah Alasan

    Dua puluh menit telah berlalu. Athena dan Ares keluar dari ruang rawat Roy usai menemui pria paruh baya itu. Raut wajah Athena menggambarkan perasaan yang lebih lega dari sebelumnya, namun garis-garis khawatir masih kentara di sana. “Kamu lebih lega sekarang?” Ares bertanya sambil mengusap pelan punggung gadis yang lebih pendek darinya itu. Athena mengangguk pelan. “Iya. Walaupun cuma bisa sebentar ketemu, karena ternyata Papa harus banyak istirahat sebelum operasi. Aku lega udah bisa nunjukin kalau aku baik-baik aja ke Papa, dan Papa juga dengan bijak ngerti situasinya meskipun aku tahu ini semua enggak mudah diterima sama Papa, terlebih Papa sama sekali enggak ngelarang aku buat ketemu sama kamu.” Athena dan Ares duduk di kursi tunggu depan ruang rawat Roy. Tangan Ares tidak pernah melepas rangkulannya pada bahu Athena. “Aku ikut lega kalau kamu lega.” Ares mengusap puncak kepala Athena. “Aku masih enggak nyangka akhirnya Papa punya kesempatan untuk sembuh kayak dulu lagi, Res.

  • The Reason Why   Pengumuman

    Haloo para pembacaku sekalian di manapun kalian berada.Ini pertama kalinya saya menulis catatan penulis untuk para pembaca. Dan untuk yang pertama kalinya ini, saya ingin memberikan informasi sekaligus meminta maaf kepada para pembaca sekalian.Dalam beberapa hari ke belakang, saya tidak update bab terbaru The Reason Why dikarenakan kondisi kesehatan saya yang naik turun. Saya tidak bermaksud memberi alasan apapun karena keterlambatan update ini. Namun, selain kondisi kesehatan saya, masalah lainnya adalah sibuknya jam perkulian saya yang padat. Jujur saja, perkuliahan yang padat dan hari libur saya gunakan untuk mengerjakan tugas yang sangat banyak (meskipun sudah saya cicil), ditambah rapat organisasi kampus. Mungkin karena terlalu banyak kegiatan itulah, tubuh saya mengalami drop, kurang tidur, dan juga panas dalam.Karena itu saya meminta maaf jika para pembaca sekalian menunggu bab terbaru The Reason Why. Saya hanya bisa menulis sedikit demi sedikit di waktu yang

  • The Reason Why   84. Keteguhan Hati

    Beberapa saat sebelumnya. Ares yang sedang duduk di depan ruang rawat Athena mendapat telepon dari Malik. Asisten Papanya itu memberikan kabar yang cukup mengejutkan, yaitu fakta bahwa Roy harus dibawa ke rumah sakit karena mengalami serangan jantung. Saat Ares menerima telepon, kebetulan Alfred keluar dari ruang rawat Athena, dan lelaki yang lebih muda 3 tahun dari Ares itu juga sedang menerima telepon dari seseorang. Ketika pandangan mereka bertemu, baik Ares maupun Alfred seperti bisa mengetahui apa yang ada dalam pikiran masing-masing. “Jangan kasih tahu Nana soal ini.” begitu kata Alfred setelah menutup teleponnya. “Nggak bisa. Ana harus tahu. Lagipula om Roy pasti dapet perawatan terbaik setelah pindah ke rumah sakit tempat nyokap gue kerja. Di sana juga udah ada donor untuk beliau.” “Lo lupa sama kondisi Nana sekarang? Lo mau bikin dia tambah drop?” Alfred sudah bersiap melayangkan tinju seandainya Ares kembali membantah. “Alfr

DMCA.com Protection Status