NAPASNYA terengah-engah seiras dengan irama detak jantung yang berdentum gila-gilaan seolah mampu untuk melompat dari posisi. Kepala pemuda kelinci itu menengadah ke atas sesaat guna merenggangkan otot tengkuk sebelum meludah darah ke tanah. Pukul tujuh malam, kurang sedikit dan rembulan bersinar cukup terang malam ini untuk membantu Alvin membabat habis lima belas orang musuh yang menghadang di jalan. Tahu-tahu datang bagaikan jelangkung.
Semua lawannya tumbang memang akan tetapi yang Alvin cemaskan adalah kemarahan Susandra. Bisa habis diceramahi dia kalau sampai ketahuan bertengkar lagi.
Perkelahian bersama Jessica saja sudah mujur tidak diungkit-ungkit lagi mengingat posisi penting gadis itu di keluarganya dan Alvin terbebas dari hukuman. Tetapi malah harus berurusan dengan Gala yang marah karena Alv
DUAtahun lalu lebih-kurang.Pendaftaran calon siswa baru di Bina Bangsa telah dibuka secaraonline. Bagi PPDB yang ingin mendaftar sudah bisa melengkapi data dan mengunggah berkas-berkas yang tertera padawebsite.Seleksi awal masuknya saja cukup kapabel sekali mengurangi nyaris setengah para pendaftaran saking ketatnya. Jujur, Alvin masuk ke sana karena Susandra bilang akreditasi serta citra Bina Bangsa sudah tersohor di mana-mana. Sekolah swasta terbaik Indonesia. Bila Ibunda sudah bertitah demikian maka Alvin tentu akan melenceng dari jalur yang berbeda dengan teman-temannya yang memilih masuk SMK.Tahapan-tahapan dilalui dan setiap detiknya Alvin tidak pernah merasaㅡyeaah,bersemangat. Pemuda kelinci tersebut mudah bosan. Dia tidak suka hal-hal yang mon
SEPASANGmata bulat tersebut terpejam erat, napasnya mulai tidak teratur bersama kepalan tangannya yang bertengger di sisi pinggang rampingnya. Boleh tidak sih Jessica meruntuhkan Bina Bangsa sekarang alih-alih melenyapkan Alvin seorang saja? Ya Tuhan! Jessica tidak mengerti lagi bagaimana makhluk sejenis Alvin masih bisa hidup tenang setelah menghias mejanya dengan ratusan jenis bunga. Harumnya menyeruak ke seluruh penjuru kelas dan Jessica tidak bisa untuk tidak emosi sekarang.“Bangsat!” gumamnya pelan, penuh penekanan dengankiller mode on.Rosa terbahak-bahak mengejeknya dan bahkan berfoto ria di meja si Poni sementara sang tuan tengah menahan amarah. “Diasweetjuga ya, Sica? Gue jadi lo baper, deh.”
SESEORANGpernah menciptakan sebuah konversasi bermakna bersama Jessica di suatu sore, lembayung jingga pekat menggantung manis di atas kepala. Semilir angin tertiup malu-malu membelai kulit sementara gadis berponi tersebut harus menahan sakit ketika sudut bibirnya yang berdarah ditekan menggunakan kapas alkohol. Haical geleng-geleng kepala kemudian meninggalkan dua tepukan hangat di puncak kepala Jessica bersama seulas senyum hangat yang mampu membuat si gadis tersipu sendiri.Sembari menutup kotak P3K Haical bersuara hangat seperti biasanya. “Sica?”“Apa? Mau marah? Ish! Kan aku udah bilang, dia duluan, Caaaal!” ketus Jessica, cemberut bagaikan anak kecil dan mendengus kesal. “Aku nggak suka diejek dan dipandang remeh gitu. Aku bukan cewek gampangan, ya.”
MATAsetajam elang itu mengedar ke seluruh penjuru ruangan ketika keluar dari kamarnya. Semenjak pulang Alvin tidak menemukan Susandra di mana pun dan berpikir sang ibu sedang berada di kebun belakang rumah bersama Aleana. Namun tatkala menemukan sang adik baru saja keluar dari kamarnya sontak membuat si pemuda kelinci tersebut bergeming sesaat usai mengenakan jaket kulitnya. Aleana masih tetap sama seperti dulu, menggemaskan dengan pipi chubby kemerahan dan cantik mirip sang ibu.Sangat disayangkan mereka tidak bisa bermain seperti dulu lagi.Alvin bergerak canggung di posisi sementara sang adiknya terlihat biasa saja dan bergerak menuju dapur. Pemuda itu menarik napas gusar sembari mengusap wajahnya. Saat ingin memanjangkan langkah keluar dari rumah suara lembut yang jarang sekali Alvin dengan mengudar
ALVINmemang bukan seorang laki-laki selembut orang-orang di luaran sana. Ia terbiasa berbicara sesuka hati dan bertindak semaunya. Dengan menjunjung tinggi prinsip, “Kebebasan adalah segala-galanya untuk hidup gue yang cuma satu kali ini.” Oleh karena itu bila kini menemukan Jessica menangis terisak-isak sampai pundak sempit itu yang biasanya tegap meluruh sempurna disertai getaran hebat. Alvin merasakan hatinya tercubit, ikut merasa sakit melihat kondisi Jessica sekarang.“Jes, sumpah. Kalau lo sakit hati sama ucapan gue tadi, tabok aja gue sampe mampus, serius.” Alvin berdiri gelisah di tempatnya, bingung harus apa saat perempuan tengah menangis begini. Jika ini ibunya tentu lain cerita tetapi ini Jessica, lho. Yang bahkan masih bisa mengamuk saat Alvin dorong dari ketinggian belasan meter dari tanah. “J-jes, aduh, maaf-maaf.
BISAKAHwaktu berjalan lebih cepat dari apa yang tengah Jessica rasakan sekarang? Rasanya terlalu malas menghabiskan sisa sore cerah ini melangkah beriringan dengan Angello. Gadis berponi itu berharap yang datang hanyalah Demian akan tetapi malah si sulung yang datang. Walaupun sang kakak tiba bersama seraut wajah khawatir bukan main Jessica takkan luluh semudah itu.“Sica, kamu nggak papa?” adalah pertanyaan pertama Angello setelah beberapa menit dibungkam hening sepanjang perjalanan menuju kamar inap.“Aku nggak terlalu butuh Jello sama sekali, kenapa dateng?” tukas Jessica sinis.Angello menarik napas panjang, gusar sekaligus getir di saat yang bersamaan mendengar sepenggal kalimat penolakan tersebut. “Sica, kamu mas
SUDAH pernah mendengar nama Bina Bangsa belum? Jika kalian belum tahu, mari akan aku jelaskan pelan-pelan mengenai sekolah tersebut. SMA Bina Bangsa merupakan sekolah swasta elit sekaligus bergengsi yang ada di Indonesia. Mereka berhasil mencetak alumni-alumni mumpuni dan berprestasi. Tak hanya sistem kebutan di akademik, Bina Bangsa juga memberikan dorongan penuh untuk non-akademik. Maka itu sekolah tersebut memiliki satu gedung yang menyediakan lab IPA dan bahasa sekaligus ruangan-ruangan penunjang klub-klub yang ada. Dan yeah, jangan khawatirkan fasilitasnya. Kalian bebas memakainya sesuka hati, jika rusak, yaa, diganti baru dan pihak yayasan yang akan menanggung semua biasa penanggulangan. Wow! Amazing! So attractive! Seiras dengan sistem pembelajaran serta fasilitas yang diberikan. Untuk masuk ke dalam Bina Bangsa pun nyatanya juga diperlukan nilai dengan rata-rata 83 ke atas. Tak sembarangan orang yang bisa masuk ke sana. Koneksi? Mungkin tapi nyaris tak tertembus di mana ak
BINA BANGSA memang rajanya bangunan sekolah lantaran memiliki lorong dan tikungan yang banyak. Sehingga disediakan papan penunjuk jalan bagi pendatang baru yang bahkan penghuni aslinya sendiri masih ada yang rentan tersesat. Mengerti benar bahwa petunjuk jalan merupakan suatu hal yang penting dan nyaris seluruh orang membutuhkannya. Apalagi di hari-hari penting seperti hari ini, contohnya. Bina Bangsa kedatangan tamu penting yaitu kunjungan tahunan dari para ketua OSIS dari sekolah-sekolah lain. Nah, karena Jessica adalah murid yang paling baik hati dan ingin mereka mendapat sambutan terbaik dalam sejarah pertemanan antar sekolah. Maka dari itu si gadis tersenyum manis di gerbang dan melambaikan tangan pada sang ketua OSIS Bina Bangsa, yaitu Arzan. Dan menemukan Jessica lengkap dengan seluruh atribut sekolah merupakan hal terjanggal yang pernah ia lihat sebelumnya. "Lo ... ngapain, Jes?" tanya Arzan kelewat ragu dan betulan aneh. Gadis berponi tersebut berdeham sejenak sebelum ter