Seorang pria tengah buru-buru setelah ikut kegiatan kampus untuk pertama kalinya. Tadi dia sempat tidak sopan menguping pembicaraan orang. Tapi meski sudah menguping, dia masih ingin kebenaran lagi dan akan membuktikannya kelak. Dia mencari posisi nyaman untuk menghubungi seseorang.
Tutt …. Tuttt ….
Kurang dari satu menit dia menelpon, langsung ada jawaban dari orang dibalik telepon.
“Apa lo dapet info, Bob?” Setelah menunggu akhirnya temannya menghubungi juga.
“Dapat, nih, Aks.” Orang yang dipanggil Bobi pun duduk di taman yang begitu sepi, jauh dari kumpulan mahasiswa. Berita yang akan dia sampaikan ini teramat sangat penting. Menyangkut masa depan Aksara.
“Apa? Gimana?” tan
Suasana makin mencekam. Seila takut karena hujan semakin lebat, suara petir amat kencang dan benar saja, listrik pun mati. Sepertinya karena petir yang menyambar pepohonan atau tiang listrik sehingga menyebabkan semuanya gelap. Mati lampu untuk ukuran kota besar tentu tidak akan berlangsung lama, sebentar lagi juga listrik akan menyala. Seila benci kegelapan, karena itu dia refleks dia memeluk Angga erat. "Tetap di sini, aku takut.""Iya Sayang." Angga yang mendapat pelukan dari Seila pun merasa senang, dia merasa saat ini dibutuhkan oleh kekasihnya.Hatiku saat ini teramat senang karena berhasil memilikimu.Dulu memilikimu terasa sulit untukku.Apalagi saat kunyatakan cinta, kau malah menolakku karena mencintai pria lain.
Setelah beberapa kali bolak balik kampus dengan pakaian hitam putih, akhirnya masa orientasi siswa tinggal satu hari lagi. Banyak mahasiswa dan kakak tingkat yang ingin berkenalan dengan Seila tapi dia menutup diri, tidak mau sembarangan berkenalan dan dekat dengan teman baru. Kata Angga kan tidak boleh gampang percaya dan berteman dengan orang baru. Meski tidak banyak teman, Seila dikenal ramah dan memiliki paras yang cantik. Dalam sekejap dia menjadi populer di kampus.Saat berjalan sendirian dari toilet dan kembali ke aula, tangan Seila tiba-tiba ada yang menarik. Seila pun otomatis menoleh. Dia panik karena takut ada orang yang berniat jahat.Ternyata yang menarik tangan Seila adalah seorang pria tampan yang mengenakan pakaian hitam putih juga. "Hai …. Bolehkah aku tahu namamu?" tanya pria ini. Sepertinya sudah lama memperhatikan Seila dari keluar to
Seila sudah mengabarkan bahwa dia akan menginap di rumah Angga. Surya memperbolehkan, lagi pula, di rumah saja Seila sendirian. Surya sangat memaklumi sekali gaya pacaran anak ibu kota sekarang, jadi dia tidak mengekang malah membebaskan, asal tidak mempengaruhi nilai dan kuliahnya Seila. Seila juga tidak dalam mode sembunyi-sembunyian, semua harus sepengetahuan kedua orang tuanya.Surya memang bukan ayah yang baik, dia sendiri punya pekerjaan sebagai mucikari. Dia tidak menjual anak sendiri tapi membebaskannya, mau menjaga kesuciannya atau tidak juga tak masalah. Mau mengikuti jejaknya atau tidak juga tak apa. Yang terpenting dia bisa menghasilkan uang dan membahagiakan keluarganya dengan cara ini.Tentu banyak klien yang melirik Seila saat dia tengah meracik minuman, bahkan ada yang menawar dia dengan harga yang sangat mahal. Surya tentu tidak akan menjualnya
Tubuh Seila terasa remuk semua akibat pergulatan dua ronde yang ia lakukan bersama Angga. Dia sampai tertidur di ruangan bioskop mini, saking lelahnya sampai tidur pulas dan tidak sadar berakhir di kasur Angga. Semalaman Angga tidur memeluk Seila setelah memindahkan Seila ke kamarnya.Nyaman, benar-benar nyaman tidur seperti ini bersama Seila karena biasanya dia tidur sendiri. Lega pula rasanya karena sudah melakukan pelepasan.Sepertinya Angga akan cepat menikahi Seila saja, daripada tidak kuat jauh-jauh dari kekasihnya dan makin banyak saingan yang ingin merebut Seila darinya.Matahari pun telah menyinari bumi. Hari ini tidak ada kegiatan orientasi mahasiswa lagi, kebetulan ada tiga hari libur juga sebelum masuk kuliah.Cara membangunkan Seila ala Angga adalah me
“Aaaa …. Ternyata seru juga!” Baru jalan sebentar dengan motor, Seila berteriak kegirangan sambil sedikit berdiri. Dia seperti baru pertama kali naik motor saja, dulu sering bersama Aksara. Untung tidak ada momen lewatnya kilasan masa lalu di kepalanya. Kalau ada lalu dia sedang berdiri di motor bisa bahaya.“Jangan gitu, bahaya!” Angga mengusap kaki Seila agar dia kembali duduk dengan nyaman dan memeluk pinggangnya. Dulu Angga naik motor sendiri, tidak ada wanita yang ia bonceng. Motor ini dilarang membawa penumpang selain laki-laki. Angga berjanji akan membonceng hanya seorang gadis yaitu Seila. Senang rasanya bisa melihat gadis yang ia sukai dari kaca spion, biasa di belakang kosong sekarang ada yang memeluknya erat.Seila senang bukan main, dia merasa terlahir kembali, kebetulan hari ini jalanan tidak terlalu padat, jadi siang
“Kenapa Sayang?” tanya Angga panik langsung memeluk Seila dan menutupi tubuhnya dengan kain yang paling dekat. Angga takut dia telah menyakiti Seila karena pergulatan tadi terlalu bersemangat. Sulit untuknya mengendalikan diri jika melihat tubuh sang kekasih yang mulus dan sexy. Insting Angga langsung mengatakan bahwa dia harus menerkam Seila saat itu juga. Naluri kejantanan Angga tidak bisa dipungkiri, begitu membara saat bersama Seila. “Hu …. Ha. Hu, hah.” Seila mengatur napasnya sambil menekan kedua pelipisnya agar tidak terasa sakit. Makin lama kepalanya semakin terasa berat hingga dia meremas rambutnya dengan kasar. Oh tidak, proses mengingat masa lalu ini terasa lebih sakit dari biasanya, lebih lama pula. Bayangan-bayangan penggalan memorinya saat bercinta bersama Aksara pun muncul. Wajah Aksara juga lumayan jelas bisa ia ingat. “Aksara …
"Tiati di jalan. Kalau sampe kabarin, ya!" Seila melambaikan tangannya sebagai tanda perpisahan. Malam ini dia tidak mau tidur bersama Angga, banyak teka-teki yang harus dipecahkan. Dia tak lagi bersikap dingin karena tidak mau Angga curiga jika dia sudah sedikit ingat tentang Aksara.“Bagaimana cari bukti-bukti di masa lalu, ya?” tanya Seila sambil melangkahkan kaki ke depan rumahnya dari gerbang luar. Angga tidak ia suruh masuk pula untuk mampir sebentar. Menguak masa lalu yang ditutup rapat mungkin agak sedikit sulit, ditambah lagi sepertinya ada bumbu yang menyakitkan dan Seila harus siap akan hal ini.“Ah iya. Bik Sur kalau di introgasi bakal bohong gak, ya?” Ayah dan ibunya sudah pasti berbohong, orang bilang pacarnya itu Angga dan pura-pura tak tahu siapa Aksara.Racun yang ditebarkan
Selama libur menunggu hari pertama masuk kuliah, Seila sama sekali tak menerima ajakan Angga untuk bermain bersama untuk sekedar jalan-jalan. Bahkan saat Angga datang ke rumahnya pun dia sama sekali tak membukakan pintu kamarnya dan menerima Angga tanpa ada banyak kata.Sebagai pria yang gentle Angga mendatangi rumah Seila untuk mencari kejelasan. Dia mengetuk kamar Seila lama dan menunggu.“Kok mendadak gak mau ketemu, sih, Yank?” tanya Angga sambil berteriak agar Seila mendengarnya. Dia sangat merindukan gadis ini. Seila awalnya manis, lalu dingin saat terakhir di mercusuar, manis lagi saat pulang, sekarang dingin lagi. Moodnya memang sering berubah menurut Angga, dan ini membuat dia galau, tak tahu membujuk dengan cara apa. Kata google dia harus mendatangi rumah kekasihnya sambil bawa hadiah. Di tangan Angga kini sudah ada setangkai bunga mawar d
Aksara kembali merangkak di atas Seila saat dia sudah menjatuhkan sang istri di atas kasur. Dasar kelakuan ini cowok mesum, tidak cukup tapi malah minta nagih. Seila terkekeh melihat wajah mesum Aksara, begitu menggemaskan bak anak kecil. Tangan pria itu langsung melucuti pakaian sang istri. “Ahhh ....” Seila terpekik lemah saat Aksara menghisap sebelah tonjolan dadanya, lagi-lagi meninggalkan bekas kemerahan tanda kepemilikan. Seila merasakan kedua gunungnya mengencang dan menegang, panas karena remasan dan isapan konstan. “Iya begitu, Sayang!” desahannya oleh permainan mulut dan jari suaminya. Aksara kini mengambil posisi nyaman. Tonjolan besar tonggak yang lurus menantang itu ia arahkan ke wajah Seila. Pria itu menggesekkan tonggak di belahan dadanya dan menjepitnya dengan dua tonjolan gunung kembar. Aksara menggoyang pinggulnya maju mundur dengan cepat di atas tubuh Seila. Tak cukup di situ, ternyata dijepit dua gunung kembar kurang mantap. Aksara merangkak lagi hingga ca
“Sayang … mmmh. Berhenti main-mainnya, maunya itu!” Seila menunjuk milik Aksara yang sudah berdiri tegak, keras dan berurat.“Tunggu sampai hawanya semakin panas, Sayang!” Aksara masih ingin bermain-main hingga mereka puas melewati tahap pemanasan.“Eng- enggak kuat, pengen!” Dia ingin merasakan cacing berurat milik Aksara yang sepertinya bakal lezat jika dicelupkan ke dalam. Seila sudah merem melek tidak sabar menunggu cacing berurat itu mengguncang miliknya yang sudah sangat basah, basah oleh lendirnya dan basah oleh saliva pria itu.Dua jari Aksara masuk ke dalam lubang surgawi milik sang istri, menggosok gerbangnya serta mengguncang lubang tersebut hingga kaki Seila lemas tak berdaya, tangan itu berhasil membuat wanita terkapar api birahi yang menggelegar. Aksara lebarkan lagi pahanya agar tak mengganggu kegiatannya yang menyenangkan itu. Baginya melihat Seila yang tidak sabaran merupakan hiburan yang menyenangkan.Kini kocokan dua jari itu dibarengi hisapan dari bibir Aksara. Su
“Akhirnya anak ayah pulang juga. Kamu pulang ke rumah suamimu ya!” Pesawat jet sudah mendarat di landasan milik pribadi, Surya rencananya mau langsung pulang, tidak akan menginap di rumah Aksara agar memberi ruang untuk anak dan menantunya kembali harmonis. Mereka butuh waktu untuk berdua.“Iya Ayah.” Seila mengangguk paham, tidak ada gunanya juga membantah, Surya adalah orang yang paling dia turuti. Cinta pertamanya Seila adalah ayahnya sendiri. Tanpa Surya Seila bukan apa-apa, tidak akan sekuat ini dalam menghadapi cobaan.“Kalian harus meluangkan waktu untuk berdua biar bisa romantis lagi.” Ini harapan kecil seorang ayah, ingin melihat anaknya bahagia bersama pasangannya, ingin cucu-cucunya lahir sehat dan penuh kebahagiaan. Seila memeluk Ayahnya erat sebelum Surya pergi. Aksara juga melakukan hal yang sama bergantian. Aksara berbisik pada sang mertua. “Makasih banyak ya, Yah. Maafin Aksara yang udah nyakitin anak Ayah ini.” Dia masih merasa bersalah karena sempat membuat Seila k
“Sudah punya pengalaman sebelumnya merangkai bunga, Seila?” tanya anak pemilik toko bunga pada Seila. Anak itu masih remaja, kebetulan sedang libur dan kebagian jaga toko, jadi dia yang akan mengajari Seila selama masa training.“Tidak cuma aku suka liat tutorialnya gitu di youtubee!” Seila mengisi waktu luangnya kadang-kadang scroll hal-hal yang unik seperti DIY rumah dan kamar, membuat barang-barang unik dan sangat bermanfaat dari barang bekas.“Coba kamu rangkai tujuh tangkai bunga ikuti apa yang aku lakukan!” Gadis ini akan mengajarkan cara merangkai bunga, buket yang indah tergantung keterampilan orang yang membuatnya.“Harus teliti ya!” Gadis itu mengingatkan. Dia mengambil lembar demi lembar kertas buket yang bergliter dan ada juga yang jaring-jaring, tidak lupa menyiapkan pita love, gunting dan selotip.Kertas buket pun dilipat sesuai bagiannya, ada yang warna terang paling samping dan warna soft di tengah, satu persatu mengelilingi bunga dan diberikan perekat. Untuk sentuhan
“Dari mana aja lo sehari satu malam ini?” tanya Aksara ketus, ini cowok tiba-tiba udah nongol aja di parkiran rumah Bila. Aksara seperti jelangkung, datang tak diundang pulang tidak diantar. Bila jelas kaget dong, pas buka pintu pas bener Aksara nongol nodong nanya Bila habis dari mana. “Astaga, lo nongol udah kaya setan.” Bila mengusap dadanya karena tiba-tiba jantungnya seolah kena setrum mendadak. Kaget melihat Aksara, untung ganteng, kalo jelek pasti nyeremin.“Jawab!” ujar pria itu lagi agak mendesak, biarin dia ketus, nyeremin dan ngagetin, biar Bila ngaku Seila ada dimana. Pengen tahu nih, Bila bakal menyembunyikan keveradaan Seila atau tidak. “Lo nanya gue?” tanya Bila balik sambil mengedipkan matanya cepat. Dia takut kedatangan Aksara kali ini ingin menanyakan soal Seila, kemarin mamanya bilang suami Seila datang ke rumah, semalam Bila sengaja menginap menemani Seila sambil menghindari kedatangan Aksara.“Gue a- abis ada keperluan.” Bila berlagak ketus, pokoknya jangan taku
Tolong kasih bintang 5, komen dan follow aku ya, Terima kasih!“Terjadi kesalahpahaman. Aku sedang kelelahan dan Seila sedang hamil, jadi kami sama-sama sensitif.” Dua-duanya memang sedang dalam keadaan tidak baik.“Hah …. Seila sedang hamil?” Surya kaget sekaligus senang, kaget karena anaknya kabur, senang karena Seila hamil. Sekarang ibu hamil yang satu itu ada dimana? Surya merindukan Seila dan takut Seila kenapa-napa. “Anakku, kasihan sekali. Dia tidur dimana dan sudah makan belum ya?” Di rumah Seila diperlakukan seperti ratu, di rumah suaminya malah disia-siakan, Surya jadi ingin marah pada Aksara.“Kalau terjadi sesuatu pada dia bagaimana?” tanya Surya emosi, dia pegang kerah baju Aksara kanan dan kiri, matanya tajam setajam elang memandang menantunya ini.“Ayah tidak akan memaafkanmu jika Seila kenapa-napa.” Anak satu-satunya yang sangat dia jaga malah sekarang pergi tanpa kabar, tidak biasanya Seila seperti ini, seua gara-gara Aksara, dulu kecelakaan juga gara-gara Aksara.“D
"Kita udah sampai!" ujar Bila pada Sila di depan vila tua pesisir pantai bali. Sesuai tujuan mereka, akan menenangkan diri dan lari dari Aksara.Mereka sengaja berangkat menaiki kapal laut agar Aksara tidak bisa melacak keberadaan Seila karena namanya tidak terdaftar dalam lost penumpang pesawat, untung bayi yang ada di dalam perut tidak rewel.Setelah naik kapal mereka naik mobil dan sekarang sampaikan di visa pinggir pantai yang tidak ramai wisatawan."Ini nggak seburuk yang lo ceritain kok." Menurut Seila rumah ini tidak menyeramkan, malah terkesan homey, bangunan lama tapi kokoh dan asri, ya tinggal di potong2 saja rumput liatnya agar tidak terkesan seram."Ada swalayan kan, Bil? Gue pengen beli susu ibu hamil sama pengen beli kebutuhan sayuran dan persediaan lain." Saat berangkat ke sini mereka tak banyak membawa barang, cuma sedikit baju itu pun untuk Seila pakai, Bila hanya menemani satu malam saja karena besok kerja dan takut membuat Aksara curiga."Ada kok, jalan juga bisa ke
“Sekarang kita tujuannya mau ke mana Nyonya?” tanya pak supir pada Seila yang sedang duduk sambil menangis, sudah kelihatan banget kalau patah hati dan kabur dari rumah suami. Pak supir gak usah tanya lagi Seila punya masalah apa.“Ke rumah teman saya, dia di Menteng.” Ongkosnya juga paling habis seratus ribu, Seila masih punya uang lebihan seratus ribu lagi dalam bentuk cash, jika habis nanti dia ambil uang dari ATM, untung uang hasil kerjanya dia simpan baik-baik, bisa buat bekal hidup tanpa Aksara, sayangnya tidak banyak, apalagi untuk kebutuhan bayi. “Baik.”Seila melirik tas berwarna hitam yang dia beli saat pertama kali dapat uang gaji dari perusahaan Aksara. “Gak nyangka aku cuma punya ini doang, tas buluk, dompet sama kartu ATM.” Seila tidak sadar kalau dia tidak investasi berupa barang dan saham, kalau begini dia menghidupi anaknya seorang diri dari mana? Harus kerja jangan jadi pengangguran.“Tas mewah, baju mahal, uang sama kartu kredit, semuanya milik Aksara, aku nggak be
Seila dari siang sampai sore mendekorasi kamarnya agar terlihat indah, dia menggunakan lilin dan bunga mawar merah sebagai hiasan, dia juga bahkan membentuk love dengan kuntum bunga mawar tersebut. Rasa mual dan pusingnya jadi hilang karena Seila sibuk mengerjakan sesuatu, rasa senangnya juga tinggi karena tahu dia sedang mengandung.Sibuk masak dan mendekor sampai membuat Seila lupa waktu dan lupa makan lagi. Padahal dia sudah masak makan malam untuk dimakan berdua dengan Aksara. "Aksara jam segini kok belum pulang sih dia kayaknya lembur deh." Suaminya jam tujuh malam belum datang juga. Biasanya kalau lembur suka bilang-bilang."Kok dia nggak ngasih kabar? Coba telepon deh." Namun sepertinya tidak aktif, hanya ada suara operator saja yang menjawab Seila."Eh nomornya nggak aktif. Apa dia lagi selingkuh?" Mencurigakan, tidak seperti biasanya, sesibuk itukah sampai lupa memberikan kabar. Kenapa suasana hati Seila jadi tidak karuan begini."Kata orang-orang kalau suami nggak ada kaba