Home / Fantasi / The Peacemaker / Bab 4. Bumintara Makin Berduka

Share

Bab 4. Bumintara Makin Berduka

Author: riwidy
last update Last Updated: 2021-09-22 21:59:16

"Kesenjangan si miskin dan si kaya semakin dalam. Pertanda ada sesuatu yang salah entah apa?"

Kegelisahan di Bumintara semakin besar entah apa yang terjadi. Kekuasaan yang semakin besar dari 7 penguasa makin membuat rakyat yang tinggal sedikit jadi makin terjepit. 

Kesenjangan si kaya dan si miskin makin lebar. Dan menciptakan iri dan kecemburuan sosial. Makin terjepit ekonomi si miskin kadangkala makin membuat mereka nekad. Menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keuntungan ekonomis. 

Sedangkan si kaya makin jumawa. Mereka menggunakan uang untuk menyetir keadaan sesuai yang teraman dan ternyaman bagi kepentingan mereka dan kelompoknya. 

Sebagai pemerhati kehidupan masyarakat miskin, Alan Mc Challistaire  penguasa 9 sangat prihatin. Dia selama ini hanya bisa berusaha merawat pegawainya agar kesejahteraan mereka dan keluarga terjamin. Untuk skala yang lebih besar, dia belum mampu mewujudkannya karena itu perlu tanggungjawab dan kekonsistenan lebih besar. 

***

Maya si gadis cantik yang kini berusia 22 tahun, yang selalu penuh dendam, kini tetap pura-pura pro dengan gerakan 7 penguasa. Karena papanya sendiri, Mr Albert adalah bos dari penguasa ke-7. 

Kematian kekasihnya dahulu sangat membekas di jiwanya, sehingga Maya tidak bisa melupakannya walau hanya sedetik saja.

Dia berusaha menjadi gadis yang baik, patuh, sambil terus bekerja membantu di perusahaan papanya, sambil menambah info dari database perusahaan papanya. Dia tahu info itu akan pasti berguna di kemudian hari. 

"Aku ga peduli meski nanti dicap sebagai pengkhianat. Merekalah yang jahat sudah membunuh banyak orang tanpa alasan. Semua demi keuntungan. Haish! Aku sungguh malu jadi anak salah satu manusia kejam itu!" desah Maya dengan sedih. 

"Cintaku hanya untuk dia, kak Sando. Dan dulu dia telah meninggal jadi korban kebiadaban aliansi 7 penguasa. Lalu bagaimana lagi aku bisa bertahan hidup tanpa cintanya? Tujuan hidupku sekarang hanya satu, membalaskan dendam dari kak Sando! Setelah itu aku akan pergi meninggalkan papa. Selamanya."

"Yup. Kini aku sudah banyak menyimpan data soal perusahaan papaku sebagai penguasa ke-7 juga data rahasia rekanannya penguasa 1-6. Hmm. Tunggu saatnya aku manfaatkan semua itu untuk membalaskan dendam pada aliansi 7 penguasa!" tegas Maya dalam hati.

Maya lalu meneruskan bekerja menyelesaikan tugas-tugas di perusahaan yang sebenarnya dia sangat benci ini. 

Selain bekerja di perusahaan papanya, Maya juga rajin mengotak-atik masalah it dan jadi hacker handal. Entah kenapa hal itu membuatnya sangat senang, padahal kurang terpuji. Kali ini sasaran hackingnya tentu saja adalah perusahaan sekutu papanya, aliansi 7 penguasa, sang musuh bebuyutan.

***

No money no party, mungkin begitu pemikiran para clubbers. Terutama para penyuka kehidupan malam. Mereka tak jera meski banyak uang akan terbuang hanya demi kesenangan sesaat. 

Khususnya para petinggi aliansi 7 penguasa. Mereka hobi sekali menikmati malam-malam party ini. Katanya untuk hiburan, tetapi selalu berakhir dengan badan bau penuh minuman keras, keringat dan muntah. Juga badan lemah, perut mual dan kepala pusing. Lalu letak menyenangkannya dimana? 

"Yuk kita menikmati malam penuh cinta ini. Bebaskan semua keinginan kalian. Kita nikmati semua mumpung ada. Mau minum, ada gratis. Mau nyanyi karaoke boleh. Itu ada pemandunya cantik-cantik. Ada yang mau cewek? Boleh. Pokoknya terserah kalian, aku yang bayar hahaha." Penguasa ke-1, bos of the bos berkata pongah dan enteng sekali. 

"Oke, Bos! Kami mau paket semua. Lengkap! Hahaha." Para bawahan dan rekan penguasa itu sangat suka mendapat hadiah gratisan. 

"Dasarrr! Kalian kan juga sudah kaya. Sekali-kali biaya dong, traktir. Uh pebisnis maunya gratisan melulu hahaha!" 

Begitulah, saat uang dan kekuasaan ada di tangan, terlupa masalah lainnya. Inginnya bersenang-senang terus tanpa batas. Tak peduli lagi norma dan dosa. Ujian ini kelihatannya tak akan lolos dari tangan-tangan penghamba kekayaan dan kekuasaan seperti mereka. 

***

Sampai kini Arga masih merasa mudah pusing, apalagi setelah ada beberapa ingatan asing yang dipaksakannya masuk ke otaknya. 

Seperti tadi saat berkaca di cermin, untuk pertama kalinya semenjak dia sadar dari pingsannya. Arga merasa asing. Dia menepuk pipinya, juga meraba badannya. 

"Siapa kamu?" tentu saja bayangan di cermin juga mengatakan yang sama. 

"Ganteng sekali! Badanku juga bagus! Kekar berisi. Tapi kenapa aku merasa asing sama diriku sendiri ya?"Arga bertanya pada dirinya sendiri di cermin. 

"Haduh ... Kepalaku pusing!" keluh Arga dengan lemas. Dia menyerah. Dia harus minum obat sakit kepala terus kalau mencoba ingat-ingat masa lalunya.

Arga merasa tubuh dan wajahnya bukan miliknya sendiri. Dia merasa asing dan meragukan itu wajah  tubuhnya sendiri. Kalau sudah begitu pusingnya kumat dan pak Toni jadi ikut kebingungan.

Pak Toni, sesungguhnya  merasa sangat prihatin dan dia berkata dengan nada lembut.

"Tuan Arga mungkin perlu seorang dokter? Atau psikiater? Siapa tau bisa membantu menyembuhkan kebingungan yang tuan alami? Sepertinya amnesia ini menyakitkan, saya jujur ikut merasa sedih." 

"Terimakasih Pak Toni,  bapak baik sekali. Iya aku mau, panggil saja psikiaternya kesini. Aku sih santai saja sebenarnya. Apalagi lagi ga ada kerjaan. Hmm dulu pekerjaanku apa sih, Pak?" Arga bingung dan bertanya, kalimatnya sedikit ruwet. 

Sampai beberapa saat, Pak Toni baru memahami maksud tuan mudanya ini. Dia menggaruk belakang kepalanya yang sesungguhnya tidak terasa gatal. 

"Tuan Arga, dulu tuan adalah seorang selebritis. Artis. Pekerjaan utama sih foto model dan peragawan yang laris. Jadi seleb baru beberapa bulan ini menjajaki." Pak Toni menjelaskan dengan berhati-hati.

Pak Toni merasa tuan mudanya ini sekarang sedikit berbeda. Jadi jauh lebih sopan, lembut tapi juga ada ketegasan dalam suaranya. Dia merasa tuan Arga seperti pribadi baru. 

"Hah? Aku model? Beneran, Pak? Hahaha. Astaga, bagaimana bisa aku jadi model? Pantesan banyak alat make up di meja. Kirain ada perempuan di sini. Hmm. Adakah perempuan di sini?"

"Tidak ada, Tuan. Tuan saja mempekerjakan koki lelaki untuk masak di dapur sini kok.Itu memang make up perawatan milik Tuan Arga sendiri. Sepertinya ada sponsor dari produk yang tuan jadi bintangnya." 

"Hmm. Baiklah. Mungkin ingatanku belum kembali ya, Pak? Semoga psikiater yang Bapak panggil bisa membuatku baikan."

"Iya, tuan, Aamiin."

Saat psikiater datang beberapa hari kemudian, dia langsung memeriksa keadaan kejiwaan Arga. Arga pasrah saja menjawab semua pertanyaan dari dokter itu.

"Mas Arga, sudah berapa lama mengalami kebingungan soal identitas ini?" tanya dokter muda itu penuh perhatian, dia juga mencatat semua jawaban Arga di lembaran kertas bernomer di tangan kirinya.

"Semingguan mungkin, Dok. Karena sebelumnya saya sempat mengalami benturan di kepala karena kecelakaan. Dan sempat pingsan selama seminggu, tapi ga ada luka yang betarti. Saat siuman, jadi bingung dengan keadaan ini. Semua jadi serba asing dan terasa bukan dunia saya." Arga menjelaskan apa adanya.

"Maaf saya mau menanyakan hal di luar pengobatan, Mas Arga percaya dengan konsep kelahiran kembali alias reinkarnasi?" 

***

Related chapters

  • The Peacemaker   Bab 5. Penguasa Tertawa di Pesta

    "Kesombongan adalah awal dari kehancuran. Itulah sebabnya tak ada perlunya membanggakan hal yang sebenarnya fana tak abadi.""Maaf saya mau menanyakan hal di luar pengobatan, Mas Arga percaya dengan konsep kelahiran kembali alias reinkarnasi?" tanya dokter itu dengan wajah datar. "Entahlah, Dokter, menurut saya, itu mungkin saja terjadi sih. Iya kan?" Arga minta diyakinkan. "Jadi Mas Arga tidak menutup kemungkinan, bahwa itu juga bisa saja terjadi pada diri Mas sendiri, kan?" Dokter itu menaikkan kacamata minusnya. "Hum? Jadi saat ini, bisa saja saya sedang mengalami reinkarnasi, begitu maksudnya, Dok?" Arga terkejut. Dia tak mengira jalan cerita di film yang ditontonnya di TV, kini bisa terjadi pada dirinya di dunia nyata. "Bisa saja sih. Saya belum bisa memastikan hal ini, tapi fenomena itu bisa saja terjadi. Apa Mas mau saya pakai

    Last Updated : 2021-09-23
  • The Peacemaker   Bab 6. Arga yang Baru

    "Seringkali kekuatan terbesar justru malah datang dari sebongkah dendam yang tak kunjung mendapat perhatian." Mereka lupa dan sudah bersikap lengah bahwa orang-orang korban mati dahulu, ataupun keturunannya, bisa saja membalas dendam sewaktu-waktu. Arga dan Maya diantaranya! Kini Arga jauh lebih muda dan kuat. Dia menelusuri masa lalu dengan perlahan di kediamannya yang kini besar dan mewah. Arga menyadari satu keuntungan yang dia dapat, karena akibat proses reinkarnasi yang dia alami sekarang. "Barangkali ... hmm enggak, ini pasti ... Ya pasti adalah takdir dari-Nya. Jalan dari Allah SWT untuk membalaskan dendam bangsa Bumintara ini!" Arga tersenyum getir. Arga memandangi perawakannya yang kini sempurna di cermin besar di kamarnya. Sementara itu buku yang anehnya tidak rusak dan hanya berjamur parah, tapi tulisannya masih bisa terbaca itu, ada di

    Last Updated : 2021-11-19
  • The Peacemaker   Bab 7. Arga Penuh Pesona yang Misterius

    "Badan baru, wajah baru, semangat pun mestilah wajib terbaharukan." "Sayangku, Maya. Kenapa kau begini terus, Nak? Apa yang merisaukan hatimu? Pilih salah satu pria itu dan menikahlah, ya?" Maya cuma tersenyum sekilas, lalu menjawab dengan sangat santai. "Santai saja, Papa. Maya masih sangat muda kan? Maya masih belum terlalu ingin menikah. Aku sedang fokus untuk membesarkan perusahaan kita, Pa! Agar jadi perusahaan ter the best di aliansi 7 penguasa." Mr Albert hanya bisa tersenyum bangga. Putrinya ini memang sangat sempurna di matanya. Cantik rajin dan cerdas. "Waw ... putri papa satu-satunya ini, kamu memang hebat, cantik dan pandai! Tapi Maya ... untuk apa kau ikut memikirkan perusahaan kita, Anakku? Kau tak perlu risau, nikmati saja masa mudamu, biar papa saja yang bekerja. Ini sudah jaminan lho, bahwa kekuasaan 7 penguasa itu absolut, tiada ba

    Last Updated : 2021-11-27
  • The Peacemaker   Bab 8. Kegiatan Baru Arga

    "Meski sama, sebenarnya segala sesuatu itu pasti berbeda. Meski hanya beda sedikit." "Bagaimana Tuan Muda Arga tidak bisa mengalahkan dua perampok itu? Padahal biasanya sampai dikeroyok lima orang pun, Tuan bisa loh mengalahkan mereka dengan mudah?" "Ah, yang bener, Pak? Dulu aku memang sehebat itu? Keren! Gini lho, Pak Toni kan tahu kalau aku yang sekarang, bukan Tuan Arga kamu yang dulu. Reinkarnasi. Lupa ya? Sifat kami saja kata Bapak berbeda kan?" "Oh iya ya? Duh! Maaf, Tuan Muda Arga, saya selalu lupa tentang peristiwa reinkarnasi itu, karena wajah tuan muda sungguh persis sama benar seperti yang dulu. Hahahaha. Maafkan orang tua yang pelupa ini ya Tuan Muda." Pak Toni menunduk dan merutuk dirinya sendiri. "Iya gak apa apa deh, Pak Toni. Santuy, Pak. Tidak akan saya hukum kok hehe. Eh jadi gimana tadi Pak Toni, apakah beneran saya yang dulu itu pandai atau jago banget berkelahi?

    Last Updated : 2021-11-30
  • The Peacemaker   Bab 9. Sebuah Ketegasan dari Tuan Muda

    "Perubahan hidup ada karena manusia juga terus berpindah dari satu bagian hidup ke hidup lainnya, berusaha saling menyamakan karena kedinamisan." "Tuan muda mau tambahan kopi lagi?" seru Minah tiba-tiba masuk dengan suara dibuat semerdu mungkin, dengan balutan baju tidur baby doll tipis biru muda menerawang, bercelana pendek dan belahan dada dalam karena kancingnya terbuka tiga. Pembantu Arga ini tampak seksi dan sedikit menunduk, sengaja menampakkan sembulan atas dadanya yang rupanya tak terlindungi pakaian dalam. Arga menoleh dan melotot. Mulutnya menganga terkejut dengan kelakuan pembantunya. Setelah menguasai keadaan dirinya yang mendadak jadi gerah dan 'terbangkitkan', Arga beristighfar pelan dan menunduk pura-pura kembali menekuri tulisannya. "Minah, please deh. Aku tahu kamu itu bahenol dan cantik. Cobalah berpakaian lebih sopan lain kali ya? Aku juga lelaki normal kali?"

    Last Updated : 2021-12-15
  • The Peacemaker   Bab 10. Menerima Keadaan

    "Menerima keadaan sebagaimana adanya dan berusaha untuk tabah dan kuat seiring tantangan hidup yang makin bertambah, akan membuat manusia bertumbuh menjadi manusia seutuhnya.""Bukan cuma banyak tapi ...." ucap pak Toni menggantungkan kalimatnya sambil mengedipkan matanya jenaka."Apa maksudnya? Ah Bapak bikin kepo aja. Hayo cerita." Arga duduk menunggu jawaban pria tua itu.Pak Toni tersenyum-senyum sendiri, melihat betapa antusiasnya tuan mudanya mengetahui masa lalunya."Tuan Muda Arga dulu itu memang tipikal orang yang disiplin, pekerja cerdas dan berkemauan keras. Sangat galak, tegas, sekaligus terkadang kejam. Tetapi menghadapi wanita, terutama yang cantik dan seksi selalu ... Kalah! Hehehe. Soal pacar jangan ditanya, pastilah ngantri hahaha.""Astaga. Beda jauh sama Arga yang ini, Pak Toni. Aku mah dulu sampai dilabeli

    Last Updated : 2021-12-17
  • The Peacemaker   Bab 11. Bersyukurnya Tuan Muda Baru

    "Hidup penuh rasa syukur adalah kebaikan. Maka Alloh juga akan melipatgandakan kebahagiaan kita.""Apaaa? Hah dasar pengecut kamu, begitu saja takut. Uang itu berkuasa, Bro! Tidak usah takut sama karma, balas dendam atau apapun itu. Kamu berpihak kemana sih?" seru si penguasa ke 5 kesal. "Tentu saja ke lingkungan kita lah, toh aku juga masih disini, hanya saja bersikap waspada kan boleh? Wajib malahan, agar apa yang kita punyai bertahan lama dan abadi.""Waspada itu bisa dan mudah sekali dilakukan kalau punya uang. Kita punya banyak itu! UANG! Tinggal kita sewa saja detektif atau bodyguard. Atau preman sekalian, beres dah. Ada uang semua menang! Ada uang semua beres. Uang itu segalanya. Paham kamu semua?""Paham Bos!" sahut para umat pengekor yang pikirannya sudah terkontaminasi itu. Sudah dimanjakan oleh uang dan

    Last Updated : 2021-12-20
  • The Peacemaker   Bab 12. Penyesuaian Hidup yang Mudah

    "Segala sesuatu harus berjalan seimbang, serasi dan sesuai. Seperti halnya hidup yang diharap indah ini." "Iyakah Pak Budi? Alhamdulillah. Ini juga hal yang saya herankan, Pak. Padahal saya lupa masalah lainnya, tapi tentang gerakan bela diri kenapa seperti familiar ya?" Arga terheran-heran sambil mengerutkan alis bagusnya. "Saya lihat postur tubuh Pak Arga sangat bagus. Dulu sejarahnya juga sudah biasa syuting film aksi laga kan? Jadi mungkin tubuhnya sudah terkondisi untuk melakukan gerakan bela diri. Hanya lupa sesaat karena amnesia saja,"jelas Pak Budi. "Oh bisa begitu ya? Ajib." Arga tersenyum lebar. "Bisa dong, Pak Arga. Saya juga mempunyai murid bela diri lain yang kurang lebih memiliki kondisi seperti Bapak." Pak Budi tersenyum. "Dia juga amnesia begitu karena kecelakaan? Trus bisa bela diri lagi dengan mudah?" Arga tetap tidak menye

    Last Updated : 2021-12-27

Latest chapter

  • The Peacemaker   Bab 35. Adu Otak Atau Fisik?

    "Menang atau kalah bukan tujuan dalam persaingan atas nama rasa sayang." Maya tergagap, "Iii ... iya, baiklah." Maya hanya memandang tajam tuan muda itu sekilas dan mengomel dalam hati dengan keras, 'dasar Argaaaa. Tuan muda ganjen! Huh nyesel aku kenapa balik kerja ke sini. Persetan dengan segala aturan dasar attitude pegawai. Aarghhh! Ini pasti aku lagi dikerjain. Ah bos muda peak! Seumur hidup aku paling benci sama olahraga apalagi senam. Kayak ibu-ibu kelebihan lemak aja. Aku kan sudah ramping seksi dan sehat dari kecil. Ah sial sial siallll!' Langkah gontai Maya menuju ke depan, artinya berdirinya tepat di belakang sang instruktur senam Arga, ternyata diiringi berbagai macam jenis pandangan mata dari sekitarnya. Kebanyakan pandangan iri, dengki juga sakit hati dari beberapa kaum hawa yang selalu ingin lebih dekat dengan tuan muda yang rajin berolahraga itu. Sedangkan beberapa pria hanya menggelengkan kepala atau mengangkat bahu tanda tidak peduli. Sisanya hanya tak tahu menah

  • The Peacemaker   Bab 34. Pergi untuk Kembali (Lagi)

    "Rasa rindu akan seorang yang pergi merupakan pertanda dia akan membutuhkanmu juga dan kembali."Maya terus bicara sendiri, merasa heran tanpa akhir. Dia takjub. Dia sangat membenci hal ini tetapi anehnya di lain pihak merasa sama sekali tidak berdaya. Ini keadaan yang sangat lain daripada yang lain. Batinnya sangat ramai bertentangan menyebabkan mulut manisnya terus berkicau sendiri. "Iya! Pasti dia tidak normal! Soal gaya sepak terjangnya dengan wanita-wanita yang dipamerkan di sosmed adalah omong kosong besar! Itu pasti palsu, hoax, pencitraan semata sebagai seorang artis muda, biar dikira Don Juan yang uwow ... ya kan? Iya dong!" serunya keras pada cermin yang diam di depannya.Maya mengangguk yakin. Tapi dasar hati terdalamnya kembali membantah. Dia menggeleng kemudian dengan lemah. 'Kalau dia tidak normal, kenapa juga itunya bisa tegak saat aku menjulurkan kakiku? Ah, sialll! Dia pasti berjuang keras menahan libidonya! Jadi dia pria normal dong?'"Arghhhh ... ARGA SIALAN!" ben

  • The Peacemaker   Bab 33. Pergi Untuk Kembali

    "Kepergian seseorang yang meninggalkan tanya pedih dalam hati. Bisa jadi itu cinta yang belum disadari.""Kenapa Tuan?""Anda tidak saya ijinkan keluar dari pekerjaan ini. Saya masih butuh bimbingan Nona. Janjinya apa kemarin lusa? Mau kasih soal baru untuk dipecahkan. Apa itu cuma janji kosong?" Arga menuntut sambil mengingatkan. "Maaf, masalah soal yang baru itu akan saya kirim lewat email. Dunia ini sudah demikian global, Tuan , tidak wajib harus bertemu langsung kan? Maaf untuk sekarang saya tetap akan keluar dari pekerjaan ini, Tuan Arga. Dengan atau tanpa ijin Tuan," tegas gadis cantik itu. "Begitu? Baiklah kalau Anda bersikeras, Nona Tenny." "Baiklah, saya mohon diri, Tuan. Terimakasih atas semuanya dan maafkan apabila hari terakhir kemarin saya berulah tidak wajar. Soal gaji dan bonus pun bisa dilanjutkan dikomunikasikan lewat email atau sosmed saya." Maya menundukkan kepalanya juga menekuk tubuhnya hampir 90 derajat untuk menghormati bosnya, lalu mau segera melangkah

  • The Peacemaker   Bab 32. Kemarahan Tanpa Akhir

    "Persaingan dalam ketidakjelasan memperebutkan sesuatu yang aslinya tidak perlu menjadi rebutan, karena semuanya memiliki getaran itu. Rasa kasih sejati."Pagi ini semua tampak aneh dan dengan kalimat lain, tak ada yang berjalan seperti biasanya. Paling tidak begitulah rasa yang mendiami batin Arga. Semua jadi berantakan. Apa yang membuat Arga berjibaku belajar IT selama dua minggu terakhir dan berhasil menerbitkan senyum di bibir Arga, sekarang melenyap tanpa bekas. Sirna tanpa suara. Apa penyebabnya? Wanita itu perhiasan dunia dan itu benar adanya. Semua yang ada di dirinya akan tampak sangat berkilau bagai perhiasan. Arga mengangguk membenarkannya kali ini. Paling tidak itu yang dilihat Arga pada diri guru cantik Maya pagi ini. Maya tersenyum sambil mengangkat kaki kanannya dan ditumpangkan anggun ke kaki kirinya. Sepasang kaki itu pagi ini tampak berjuta kali lebih seksi di mata Arga. Adakah kaki Maya itu asli? Bukan pualam indah pahatan seniman berbakat yang berhar

  • The Peacemaker   Bab 31. Maya Vs Arga Part 3

    "Rasa penasaran menyebabkan semuanya jadi terbuka apa adanya. Rasa ingin peduli menjadi cinta sayang akhirnya.""Salah? Masih salah? Aduh!" Arga memegangi kepalanya yang tiba-tiba serasa seberat 5 kilo rasanya. "Ayo kerjakan lagi, Tuan," seru Bu guru cantik ini dengan tegas."Sebentar ... Apakah saya boleh beristirahat 10 menit saja?" tawar Arga penuh harap. "Boleh saja sih, Tuan, tetapi nanti waktu mengerjakan juga akan dipotong 10 menit, karena time is money. Waktu itu sangat berharga. Oke? Jadi sebaiknya tidak terbuang sia-sia." Arga melotot, dia sungguh tidak memahami kenapa Maya begitu tegas dan terkesan arogan. Kemana perginya gadis yang penuh dengan toleransi kemarin? Apakah dia begitu mendendam dengan perbuatan tidak sengaja Arga tempo hari? "Masak 10 menit saja tidak boleh sih? Saya kan harus beristirahat sebentar? Ingat Bu Guru, otak yang saya punyai ini bukan otak anak-anak lagi, yang masih fresh dan bisa menerima semuanya dengan cepat. Sesekali harus beristirahat agar t

  • The Peacemaker   Bab 30. Maya Vs Arga Part 2

    "Seringkali dalam perdebatan tanpa tujuan, malah menemukan hati yang mulai saling bertaut.""Memangnya kamu diapain, Ga?" Ryan sangat penasaran. Pak Tony juga ikut penasaran. Kenapa Tuan mudanya itu sampai terbatuk-batuk dengan sisa tertawa yang masih tertinggal."Nona berkaki cantik itu berbuat apa kepada Tuan Muda?"Arga makin tertawa ngakak, sambil sesekali melihat ke arah pintu masuk. Dia agak takut gadis itu tiba-tiba masuk dan makin malu. "Kamu lagi kumat gilanya ya, Ga?," tanya Ryan sambil memicingkan mata, "orang ditanya bukannya menjawab malah tertawa bahagia sendiri. Hah?!" Ryan pura-pura cemberut. "Iya nih, Tuan Muda sangat bahagia rupanya hari ini. Ya sudah Tuan Ryan, kita sebaiknya mengamini saja, ya kan?" kerling mata bapak tua itu dengan lucunya ke Ryan. "Ah, apa-apaan sih kalian? Aku itu baru menyadari sesuatu dan jadi tertawa karenanya. Begitu. Paham?""Bagi-bagi dong penyebab tertawanya. Pasti si gadis berkaki indah kan?""Iya sih." Arga menutup mulutnya sambil me

  • The Peacemaker   Bab 29. Maya Vs Arga

    "Penyamaran sempurna adalah kebohongan yang dipoles dengan penghayatan sepenuh hati." Hari terus berlalu, dan Arga makin 'menekan' Maya. Jika menghadapi perempuan lain, Arga tak punya nyali, maka anehnya Maya membuatnya makin bernyali. "Tuan Muda yakin, mau membuka tabir putri Mr Albert?" Pak Toni pada awalnya terkaget-kaget saat dia tahu dari Ryan kemarin tentang identitas asli calon pegawai baru itu. "Memang kenapa Pak Toni?" Arga tersenyum. "Tuan Muda memang pandai bersandiwara ya?" cibir lucu Pak Toni sambil mengedipkan mata. "Hahaha!" Arga tergelak. "Yah maklum sih, Tuan kan aktor. Tapi ... Apa rencananya ke depan? Dia kan putri musuh Tuan? Bisa runyam kalau ketahuan nanti." Pak Toni memperingatkan dengan suara bisikannya. "Hmm, jujur, aku belum tahu sih, Pak. Just wait and see aja deh haha!" Arga geli sendiri. "Yah, Tuan Muda bikin saya makin kepo aja nih." Pak Toni pura-pura merengut. "Gitu deh, Pak. Maaf deh ya? Aku mengikuti apa kata hatiku aja. Menurut feelingku, Ten

  • The Peacemaker   Bab 28. Saling Menipu Diri

    "Terkadang cinta itu lucu. Sudah jelas dia musuh, tapi hati malah memilihnya dengan buta." Maya hanya mampu membuka mulutnya, sebentar. Menutupnya kembali dengan cepat, matanya melirik kanan dan kiri dengan gelisah. Dia sungguh bingung menghadapi situasi tak terduga ini. 'Bagaimana cowok tajir ini bisa tahu? Astaga ... bagaimana ini? Bukankah dia gaptek ya? Sampai-sampai dia merekrutku jadi guru IT?' Maya hanya bisa menggelengkan kepala, sesaat bingung mau menjawab apa. Otaknya kosong mendadak, tak bisa diajak kompromi. Dia menggaruk kepalanya yang tiba-tiba menjadi gatal. "Kenapa diam, Nona Maya? Malah garuk-garuk kepala, haha ... tadi pagi belum keramas ya?" sindir Arga kalem. Seringai usil muncul di wajah Arga, meski hatinya sesungguhnya juga tak bisa tenang. Arga tidak pernah melakukan ini s

  • The Peacemaker   Bab 27. The Tough Princess

    "Dendam bisa menimpa hati siapa saja, wanita maupun pria. Karena sakit hati tidak memandang gender." Beberapa hari setelah pertemuan akbar pergerakan BB yang pertama, Arga secara khusus mulai mendelegasikan beberapa tugas di buku besarnya dulu. Tepatnya banyak catatan penting dalam buku besar yang kini sudah dia rubah menjadi bentuk file yang praktis di komputer. Ryan tentu saja tetap menjadi tangan kanan utamanya, dan Ryan menunjuk Pak Toni, Alan dan Coky sebagai asistennya. Semua menjadi sinergis yang terpadu manis. "Aku boleh menunjuk orang kepercayaanku sendiri kan, Bos?" Ryan tersenyum ragu-ragu, kadang Arga sikapnya sangat tak bisa diduga. "Tentu saja boleh! Aku percaya pada penilaianmu, Yan." Arga menegaskan penuh keyakinan. "Begini Ga, sepertinya aku akan menunjuk pak Toni sebagai pemegang utama mengurus materi dan perlengkapan.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status