Beberapa menit kemudian, dua orang mencurigakan keluar dari stasiun kereta bawah tanah. Jo Collin melambai pada si petugas malang yang mengantar mereka keluar dengan wajah linglung.
“Ini kartu asli?” Lock masih membolak-balikkan kartu bank platinum Jo Collin.
“Tentu saja asli,” jawab Collin dengan nada tersinggung. “Aku bekerja sangat keras selama hampir 12 tahun. Uang itu tidak seberapa.”
“Bekerja?”
Jo Collin berdecak, menarik kartunya. “Kau pikir aku masuk ke Divisi Pengamat dengan sukarela? Tentu saja aku dibayar! Lagipula, jangan pernah berpikir di Dunia Baru kau mendapatkan semua fasilitas dengan gratis,” ia menunjuk-nunjuk wajah Lock, seakan menasihati. “Kalian tinggal gratis di Akademi Soru hanya sementara, ingat itu. Setelah 3 bulan, kalian harus mulai bekerja. Biasanya, kami akan mengatur Divisi kalian untuk tahun pertama. Selanjutnya, kalian bisa mencari pekerjaan yang kalian mau.
Tidak lama kemudian, sosok orang yang sangat dikenal oleh Lock datang. Seperti biasa, Jihun selalu berjalan dikelilingi oleh teman-temannya. Untungnya, pemuda itu masih memiliki tata krama karena mengenakan baju berkabung – meski ia mengenakannya asal-asalan sehingga membuatnya lebih mirip preman dibandingan orang yang akan melayat.“Ayo kita habiskan bir-nya. Pasti masih banyak yang tersisa, melihat sedikitnya orang yang datang kemari.”Jihun terkekeh.‘Mereka bahkan tidak menyumbang,’ pikir Lock saat mengamati Jihun dan teman-temannya menyelonong masuk seperti rumah sendiri.Jo Collin menggaruk lehernya. “Apakah kau tidak punya teman yang normal?”"Maaf jika mengecewakanmu.”Lock mengamati teman-teman satu sekolahnya yang sudah selesai memberikan penghormatan terakhir dan memenuhi meja yang semula kosong melompong. Dari tempatnya berdiri, Lock dapat melihat tidak ada seorang-pun yang me
“Fokus pada emosi!”Teriakan Pengamat bernama Sherly itu menyentak konsentrasi Rue. Pertahanan dirinya seketika pecah. Aura bewarna kuning yang sejak tadi berusaha dijinakkan olehnya, mendadak bergerak dengan liar dan menyerbu masuk ke dalam tubuh Rue. Penglihatan Rue menjadi gelap.“Sherly!”Seseorang memukul kepala Rue. Itu pukulan pelan, tetapi Rue merasakan ‘Caera’ nya menjerit seolah kesakitan sebelum lenyap ketakutan. Rue mengerjapkan matanya, menyadari bahwa ia sudah berdiri dan berada di depan salah seorang anak lain dengan kuda-kuda menyerang. Gadis di depannya duduk terjengkang dengan mata terbelalak liar saat menatap Rue.“Apa yang kau pikirkan?” tanya Sherly, mengetuk-ngetuk kepala Rue dengan pulpen. Wanita itu kemudian berteriak dengan menggunakan ‘Caera’ di pita suaranya hingga suaranya menggema di lapangan . “Istirahat 10 menit!”“Ugh..” Rue limbung d
Tetapi, sepertinya Embry bersungguh-sungguh karena mata pemuda itu sekarang tampak melamun, seolah membayangkan sesuatu atau seseorang yang tak kasat mata. Sebagian orang yang memilih untuk menjadi [Yang Terpilih] memang harus mengorbankan sesuatu saat mereka meninggalkan Earthkine dan tinggal di Dunia Baru. Rue bukanlah salah satu dari golongan orang-orang tersebut, jadi dia sama sekali tidak paham. Gadis itu memilih Dunia Baru karena dia harus pergi dari Earthkine – jika dia ingin hidup. Embry memusatkan perhatiannya lagi pada Rue. “Lagipula, si idiot Lock yang disana itu memberitahu bahwa kau akan berusaha mengusir seseorang pergi menjauh. Jadi, aku sudah bisa menebak apa yang akan kau katakan dan tidak terlompat ngeri dan pergi.” ujar pemuda itu sambil tersenyum lebar. Rue kehilangan kata-kata. Sekitar beberapa hari yang lalu, Lock Easton memang duduk di sampingnya saat makan malam. Seperti biasa, Rue selalu membuat orang-orang yang berad
Awal musim semi telah tiba. Di bawah pohon wisteria di sebuah Universitas ternama Kirrin, beberapa kios didirikan berjajar dengan para mahasiswa baru yang tampak bersemangat menawarkan barang, makanan, atau jasa permainan. Universitas itu padat pengunjung, memenuhi lapangan yang luas dan telah dihias dengan cantik untuk menyambut musim semi. Semua mahasiswa yang bertugas untuk menjadi tuan rumah, berlomba-lomba untuk memberikan servis terbaik mereka. Aktivitas mereka sebagai mahasiswa baru tengah dinilai per fakultas. Beraneka ragam kostum, dari yang tercantik hingga teraneh, dipakai untuk menarik perhatian pengunjung dan para mahasiswa senior. Tetapi, ada beberapa mahasiswa baru yang tidak perlu bersusah payah menarik perhatian karena penampilan mereka yang memang sudah menarik. Salah satunya adalah seorang gadis dengan rambut panjang cokelat kemerahan yang tengah menengadah, mengabadikan momen keindahan musim semi dengan kamera-nya. “Avery!” Seseora
Caramel dan Avery tiba di salah satu wahana yang dikelola oleh teman-teman satu jurusan mereka berdua; Rumah Hantu. Tempat itu merupakan salah satu tempat favorit pengunjung, tetapi saat ini sedang sepi karena para hantu tengah beristirahat.“Hei, Avery! Caramel!” Seseorang memanggil mereka dari kejauhan. “Cepat kemari!”Seketika Avery dan Caramel berhenti berjalan. Mereka berpandangan.“Mau pergi saja?” tanya Avery, menawarkan.“Setuju. Ayo, kita kembali nanti saja.” Caramel mengangguk.“Hei, tunggu kalian berdua!” Pemuda itu berlari menghampiri keduanya dengan terburu-buru, sadar keduanya hendak pergi meninggalkannya. “Kami benar-benar membutuhkan bantuan!”“Kau, maksudmu?” gumam Avery.Pemuda itu adalah ketua jurusan mereka yang selalu tampak lelah dan jengkel. “Salah seorang pengunjung berlari ketakutan dan merusak beberapa perlengkapan. Anak
Paragon adalah eksistensi yang paling berkuasa dalam berbagai aspek di Dunia Baru. Dengan kata lain, mereka adalah pengendali utama para [Yang Terpilih] yang paling disegani dan ditakuti. Ketiganya sibuk dengan cara masing-masing, bekerja tanpa henti di pusat kota Dunia Baru, di distrik nomor 1. Mereka sukar sekali ditemui, seolah hidup dalam bayangan.Tetapi, hari ini ketiga Paragon duduk di salah satu Aula Besar Tegra, dengan wajah kaku dan tegang. Aula Besar Tegra adalah aula yang hanya digunakan saat terjadi keadaan darurat yang membutuhkan semua orang berwenang seperti Direktur, Ketua Divisi, para Petarung Inti dan Senior, Tetua, dan semua golongan Elit yang berhasil mengambil jajaran kekuasaan tertentu di Dunia Baru, datang menghadiri Rapat yang dinamai Rapat Besar.Ada alasan mengapa Rapat Besar sangat jarang digelar; dan alasan itu menyangkut efisiensi dan tindakan preventif untuk menjaga kewarasan para Paragon. Ketiga Paragon tahu, melibatkan semua orang, dita
Damian mengusap peluh di dahinya. Tenggorokannya kering, bibirnya pecah-pecah. Ia sama sekali tidak menyangka akan kepayahan seperti ini, mengingat pada awalnya dia berpikir Dimensi 873 ini indah seperti negeri dongeng. Dia berpikir bahwa masalah apapun yang akan ia temui di dimensi tersebut, pastilah masalah sederhana seperti Misi dengan tingkat kesulitan C.Namun, ternyata dia salah besar. Ada alasan mengapa misi di dimensi itu disebut memiliki tingkat kesulitan B.“Edward!” ia berseru memanggil teman tim-nya melalui jam tangannya. “Bagaimana keadaan disana?”Namun, Edward tidak menjawab.“Sialan!” ia mengumpat.Damian mengotak-ngatik layar hologram yang muncul dari jam tangan miliknya, dengan keringat menetes di punggung, mulai khawatir dengan nasib tim yang dipimpin olehnya.Dari titik-titik yang muncul di layar, dia dapat melihat ketiga teman tim-nya yang lain masih hidup. Oleh karena ini Misi B, maka
Damian mengeluarkan sarung tangan besi sebagai penyalur kekuatannya, sementara Mai mengeluarkan pedang panjang. Para Amor memang tampak seperti bayi mabuk yang tidak berbahaya, tetapi mereka memiliki kekuatan untuk memanipulasi, dan dapat menembakkan panah. Siapapun yang terkena panah itu akan menjadi batu selama 3 hari 3 malam; dan tidak ada yang bisa menjamin sebelum itu kau belum dijadikan santapan monster.Damian segera mengotak ngatik jam tangannya, memilih fitur suara.“Tampilkan peta,” perintahnya.Hologram hijau muncul di depan matanya, memberikan titik-titik lokasi dimana kedua tim-nya yang lain berada.“Mereka tidak jauh dari sini,” kata Damian pada Mai. Keduanya menoleh kesana-kemari.Grrr!Mai menyadari suara itu lebih dulu. Ia menoleh ke arah timur, dan matanya langsung membulat. “Da-damian,” bisik Mai. “Chi-chimera itu masih..”Damian menoleh dan seketika ekspresi