Tetapi, sepertinya Embry bersungguh-sungguh karena mata pemuda itu sekarang tampak melamun, seolah membayangkan sesuatu atau seseorang yang tak kasat mata.
Sebagian orang yang memilih untuk menjadi [Yang Terpilih] memang harus mengorbankan sesuatu saat mereka meninggalkan Earthkine dan tinggal di Dunia Baru. Rue bukanlah salah satu dari golongan orang-orang tersebut, jadi dia sama sekali tidak paham. Gadis itu memilih Dunia Baru karena dia harus pergi dari Earthkine – jika dia ingin hidup.
Embry memusatkan perhatiannya lagi pada Rue. “Lagipula, si idiot Lock yang disana itu memberitahu bahwa kau akan berusaha mengusir seseorang pergi menjauh. Jadi, aku sudah bisa menebak apa yang akan kau katakan dan tidak terlompat ngeri dan pergi.” ujar pemuda itu sambil tersenyum lebar.
Rue kehilangan kata-kata.
Sekitar beberapa hari yang lalu, Lock Easton memang duduk di sampingnya saat makan malam. Seperti biasa, Rue selalu membuat orang-orang yang berad
Terima kasih telah membaca cerita The New World sampai bab ini. Jika ada saran atau komen, tuliskan di kolom komentar, ya.
Awal musim semi telah tiba. Di bawah pohon wisteria di sebuah Universitas ternama Kirrin, beberapa kios didirikan berjajar dengan para mahasiswa baru yang tampak bersemangat menawarkan barang, makanan, atau jasa permainan. Universitas itu padat pengunjung, memenuhi lapangan yang luas dan telah dihias dengan cantik untuk menyambut musim semi. Semua mahasiswa yang bertugas untuk menjadi tuan rumah, berlomba-lomba untuk memberikan servis terbaik mereka. Aktivitas mereka sebagai mahasiswa baru tengah dinilai per fakultas. Beraneka ragam kostum, dari yang tercantik hingga teraneh, dipakai untuk menarik perhatian pengunjung dan para mahasiswa senior. Tetapi, ada beberapa mahasiswa baru yang tidak perlu bersusah payah menarik perhatian karena penampilan mereka yang memang sudah menarik. Salah satunya adalah seorang gadis dengan rambut panjang cokelat kemerahan yang tengah menengadah, mengabadikan momen keindahan musim semi dengan kamera-nya. “Avery!” Seseora
Caramel dan Avery tiba di salah satu wahana yang dikelola oleh teman-teman satu jurusan mereka berdua; Rumah Hantu. Tempat itu merupakan salah satu tempat favorit pengunjung, tetapi saat ini sedang sepi karena para hantu tengah beristirahat.“Hei, Avery! Caramel!” Seseorang memanggil mereka dari kejauhan. “Cepat kemari!”Seketika Avery dan Caramel berhenti berjalan. Mereka berpandangan.“Mau pergi saja?” tanya Avery, menawarkan.“Setuju. Ayo, kita kembali nanti saja.” Caramel mengangguk.“Hei, tunggu kalian berdua!” Pemuda itu berlari menghampiri keduanya dengan terburu-buru, sadar keduanya hendak pergi meninggalkannya. “Kami benar-benar membutuhkan bantuan!”“Kau, maksudmu?” gumam Avery.Pemuda itu adalah ketua jurusan mereka yang selalu tampak lelah dan jengkel. “Salah seorang pengunjung berlari ketakutan dan merusak beberapa perlengkapan. Anak
Paragon adalah eksistensi yang paling berkuasa dalam berbagai aspek di Dunia Baru. Dengan kata lain, mereka adalah pengendali utama para [Yang Terpilih] yang paling disegani dan ditakuti. Ketiganya sibuk dengan cara masing-masing, bekerja tanpa henti di pusat kota Dunia Baru, di distrik nomor 1. Mereka sukar sekali ditemui, seolah hidup dalam bayangan.Tetapi, hari ini ketiga Paragon duduk di salah satu Aula Besar Tegra, dengan wajah kaku dan tegang. Aula Besar Tegra adalah aula yang hanya digunakan saat terjadi keadaan darurat yang membutuhkan semua orang berwenang seperti Direktur, Ketua Divisi, para Petarung Inti dan Senior, Tetua, dan semua golongan Elit yang berhasil mengambil jajaran kekuasaan tertentu di Dunia Baru, datang menghadiri Rapat yang dinamai Rapat Besar.Ada alasan mengapa Rapat Besar sangat jarang digelar; dan alasan itu menyangkut efisiensi dan tindakan preventif untuk menjaga kewarasan para Paragon. Ketiga Paragon tahu, melibatkan semua orang, dita
Damian mengusap peluh di dahinya. Tenggorokannya kering, bibirnya pecah-pecah. Ia sama sekali tidak menyangka akan kepayahan seperti ini, mengingat pada awalnya dia berpikir Dimensi 873 ini indah seperti negeri dongeng. Dia berpikir bahwa masalah apapun yang akan ia temui di dimensi tersebut, pastilah masalah sederhana seperti Misi dengan tingkat kesulitan C.Namun, ternyata dia salah besar. Ada alasan mengapa misi di dimensi itu disebut memiliki tingkat kesulitan B.“Edward!” ia berseru memanggil teman tim-nya melalui jam tangannya. “Bagaimana keadaan disana?”Namun, Edward tidak menjawab.“Sialan!” ia mengumpat.Damian mengotak-ngatik layar hologram yang muncul dari jam tangan miliknya, dengan keringat menetes di punggung, mulai khawatir dengan nasib tim yang dipimpin olehnya.Dari titik-titik yang muncul di layar, dia dapat melihat ketiga teman tim-nya yang lain masih hidup. Oleh karena ini Misi B, maka
Damian mengeluarkan sarung tangan besi sebagai penyalur kekuatannya, sementara Mai mengeluarkan pedang panjang. Para Amor memang tampak seperti bayi mabuk yang tidak berbahaya, tetapi mereka memiliki kekuatan untuk memanipulasi, dan dapat menembakkan panah. Siapapun yang terkena panah itu akan menjadi batu selama 3 hari 3 malam; dan tidak ada yang bisa menjamin sebelum itu kau belum dijadikan santapan monster.Damian segera mengotak ngatik jam tangannya, memilih fitur suara.“Tampilkan peta,” perintahnya.Hologram hijau muncul di depan matanya, memberikan titik-titik lokasi dimana kedua tim-nya yang lain berada.“Mereka tidak jauh dari sini,” kata Damian pada Mai. Keduanya menoleh kesana-kemari.Grrr!Mai menyadari suara itu lebih dulu. Ia menoleh ke arah timur, dan matanya langsung membulat. “Da-damian,” bisik Mai. “Chi-chimera itu masih..”Damian menoleh dan seketika ekspresi
[Saldo Rekening ‘Lock Easton’: 1,924 Terram]Lock tanpa sadar nyengir saat melihat saldo rekening pada panel hologram yang muncul dari jam tangan miliknya.1,924 Terram. Sama sekali tidak buruk. Dengan 8,500 Terram, dia bisa membeli sebuah flat kecil di distrik 5. Walaupun jumlah uang-nya belum sebanyak itu, tetapi Lock yakin dalam beberapa bulan, dia pasti dapat mengumpulkan uang yang lebih dari cukup untuk hidup mandiri.Hidup di Dunia Baru, menurut Lock, lebih mudah dan menyenangkan. Meski dirinya sangat sibuk dan tubuhnya terus menjerit kelelahan, tetapi Lock puas dengan hasil yang ia dapat. Terlebih lagi, dia tidak perlu bersekolah saat berada di Dunia Baru. Namun, sebagai gantinya, Lock harus bekerja di sebuah Divisi yang ditentukan oleh para Pengamat beberapa bulan yang lalu. Dan ia mendapatkan Divisi Pertambangan, divisi yang sebenarnya tidak bisa dibanggakan sama sekali.Selain bekerja di pertambangan, ia pun harus menghadiri Pusat Pe
“Golongan Putih, memangnya kau punya uang untuk membiayai makananmu itu? Kau tidak mengambil kesempatan dengan memanfaatkan teman kecilmu yang bekerja disini, kan?”Lock melirik ke samping dengan malas. Ia sudah hapal suara menyebalkan itu – yang entah bagaimana dan kenapa, seakan selalu muncul dimanapun ia berada.Hal pertama yang dilihat Lock adalah alis tebal seperti ulat bulu yang melengkung naik.Kate menggebrak meja bar mendengarnya. “Hei, Travis! Siapa yang kau bilang kecil, hah?”Travis menghempaskan diri di bangku bar sambil menyeringai lebar. Ia duduk menyamping dengan tangan yang disenderkan di sandaran bangku milik Lock, yang berada di sebelahnya. Orang-orang yang melihat mereka bakal mengira mereka adalah teman dekat yang sedang mengobrol dengan santai dan nyaman, menikmati malam di George Bar yang ramai dan terkenal. Tetapi Lock, yang harus melihat senyuman licik yang tersungging di wajah berminyak Travis, sama
Baik Kate dan Lock tahu, Travis memiliki harga diri yang tinggi – tidak mungkin ia akan mencoreng wajahnya sendiri jika orang-orang telah mendengar perkataan Lock yang melengking tinggi seperti burung pipit.‘Seandainya saja aku bisa mematahkan leher burung pipit sialan ini…’ Travis menggertakkan giginya dengan benci. Dengan wajah marah, ia membayar semua tagihan Lock, membuat pemuda itu memuji-mujinya lagi setinggi langit.“Wow! Kau memang teman paling dermawan yang kutahu!” mata Lock berkaca-kaca saat melihat Travis sungguh membayar tagihannya. “Aku tahu aku bisa mengandalkanmu, Travis, sungguh! Terima kasih banyak!”Lock menyeringai lebar sementara Travis menahan diri untuk tidak mengaktifkan ‘Caera’-nya. Bagi orang-orang seperti Travis yang menginginkan reputasi sempurna untuk menjadi Petarung Inti, ketidakmampuan mengontrol ‘Caera’ akan menjadi noda hitam yang sangat besar untuk masa d
Ian menghentak-hentakan kaki dengan tidak sabar.“Kenapa kau tidak melakukan apapun!?” serunya marah.Lock berusaha mengabaikan bocah itu selama beberapa hari terakhir, tapi tampaknya tak begitu berhasil. Bukannya berhenti berbuat ulah, Ian malah menjadi-jadi. Benar-benar tipikal bocah menyebalkan. Akhirnya, Lock membuka mata dan menoleh.“Aku sedang melakukan sesuatu.”“Apa? Mengupil? Tidur? Kau tidak melakukan apapun selama beberapa hari ini!”Lock mendesah. Ia tidak menyangka akan tiba hari dimana ia lebih memilih mendengar celotehan Iophel dan Rael dibandingkan orang lain. Bagi Lock sekarang, rengekan Iophel bagaikan nasihat bijak Ibu-ibu, dan kesarkastisan Rael terdengar seperti senandung puji-pujian. Suara Ian? Seperti hewan yang disembelih.“Kau melihat sendiri aku babak belur, ‘kan? Aku sedang menyembuhkan diri.”Ian mengerutkan kening. “Kau terlihat amat san
“Tuan Putri dan kakakku akan melangsungkan upacara pernikahan sebentar lagi – setelah mereka pulang dari Easteria. Hari ini mereka berdua tiba di Istana Easteria dan aku.. aku mulai tidak tenang..” Rigan meragu sejenak. Ia mencondongkan tubuh dan meminta Lock untuk mendekat. “Akhir-akhir ini, Ares melakukan hal yang sangat mencurigakan. Dia sering pergi malam-malam, melewati jalur belakang dan membawa beberapa orang berpakaian serba hitam. Pada saat kembali ke Istana, biasanya ia akan membawa peti-peti besar yang dibawa ke ruang bawah tanah. A, aku mulai berpikir bahwa apapun yang ia lakukan dengan peti itu, berhubungan dengan.. sesuatu yang tidak baik.”Lock mendengarkan Rigan dengan tenang. Ia sama sekali tidak terkejut mendengarkan berita tersebut. Namun, keraguan Rigan saat mengatakan ‘sesuatu yang tidak baik’ itu membangkitkan keingintahuan Lock.‘Apa yang bakal ia katakan? Sepertinya dia hendak menyebutkan sesuatu t
Beberapa jam kemudian, di sebuah ruangan bawah tanah yang berbau pengap dan lembab, Lock Easton membuka matanya. Dia melihat langit-langit rendah dan kotor yang sekarang mulai terlihat familiar baginya yang telah menginap disana selama 2 hari belakangan. Ia melirik sekilas ke sudut ruangan, tempat Ian sedang tertidur. Yakin bahwa bocah tersebut benar-benar tertidur, Lock bangkit berdiri dan menghampiri pintu.“Kau berhasil bertemu dengan kakek itu?” Lock bertanya sambil berjalan naik ke arah pintu.“Kakek itu terlalu mencurigakan.” Suara Rue terdengar dari balik pintu. Lock tertawa kecil. “Memang.”“Aku mendengar pembicaraan anak buah Ares bernama Gin. Mereka berencana untuk menjual bocah itu setelah upacara pernikahan.”Lock melirik Ian yang bergumam sendiri seperti sedang bermimpi buruk. Bocah itu terlihat menyedihkan.“Mereka tidak akan mendapatkan banyak uang dengan menjualnya.
Di bawah lampu remang-remang, sesosok bocah kurus dan kotor yang memiliki ekspresi keras kepala, licik, dan juga menjengkelkan, muncul dari balik bayang-bayang.“Ta-raaa!” Hiro berseru sembari menunjuk Ian. “Kejutan! Ini bocah yang begitu kau sayangi! Pelipur lara saat kau mendengar wanita yang mirip dengan mantan kekasihmu, menikah!”Tetapi, Lock tidak mendengarkan apapun yang dikatakan Hiro. Ia hanya menatap Ian tanpa berkedip.“Bagus sekali,” kata Lock datar. “Apa mereka menyembelih babimu atau apa disini?”Ian memberengut. “Maxi berhasil pergi!” serunya dengan suara melengking menjengkelkan. Bocah itu terlihat marah, yang mana membuat Lock begitu heran. “Kenapa kau lemah sekali? Katamu kau kuat! Kenapa kau membiarkan mereka menculikmu!?”“Maaf?” Hiro memandangi Ian dan Lock bolak balik sambil bersedekap. “Apa aku salah dengar? Siapa yang kuat?”
“Aku sebenarnya tidak yakin apakah air ini dapat membuatmu tersadar, tetapi aku selalu ingin melakukannya.”Dan suara itu. Lock melirik untuk melihat seraut wajah yang ‘sangat’ ia rindukan. Saat melihat wajah berminyak itu, Lock mendadak sadar dia tadi bermimpi.“Ini benar-benar menyegarkan,” ujar Lock. “Terima kasih.”Travis menyipitkan matanya. “Sepertinya kau suka disiram.”Lock berusaha menarik tubuh bagian atasnya. “Tidak, tapi aku suka disadarkan,” katanya. “Aku senang mengetahui bahwa aku tidak melihatmu di dalam mimpi.”“Aku pun tidak suka melihatmu, bahkan di dalam kehidupan nyata.”“Cukup adil.” sahut Lock, nyengir. Ia kemudian mengedarkan pandang ke sekelilingnya.Dia berada di sebuah ruangan lapang berpenerangan remang-remang. Ditilik dari tak adanya jendela dan kelembaban ruangan tersebut, Lock yakin ia ten
Itu sakit sekali hingga nyaris membuat Lock berpikir untuk pura-pura pingsan. Tetapi, ia tak melakukan itu. Belum, karena ia sedang mempersiapkan rasa sakit lain yang mungkin akan muncul sebentar lagi.‘Oh, dan ngomong-ngomong..’Lock tak punya waktu banyak untuk berpikir lebih lama. Jadi, dia mengerahkan kesempatannya yang terakhir untuk menoleh ke arah Maxi yang masih mengamuk.Manipulatif Aura.Bukan hanya Maxi yang terpengaruh, tetapi juga Gin. Mereka terbelalak dengan wajah penuh ketakutan, satu dengan wujud binatang, satunya lagi dalam bentuk manusia. Tentu saja Lock mengabaikan Gin.“Pergi.” katanya, memberi perintah pada Maxi. Suaranya mengandung aura yang begitu intens.Mata Maxi seketika tampak begitu kebingungan dan takut. Ia menguik dan terhuyung mundur selama beberapa detik sebelum ia kemudian berbalik dan pergi melarikan diri.“Jadi, kau melakukan ini semua untuk menyelamatkan babi? Betapa m
Gin berdecak saat melirik para prajurit yang sedang bersusah payah menghadapi hewan raksasa itu. Beberapa prajurit berhasil melukai si babi, tetapi hewan tersebut bertambah marah dan berusaha melukai siapapun yang berada di dekatnya, termasuk kedua orang yang tengah berkelahi di sampingnya.Sampai saat ini, Lock dan Ares sama-sama mampu menghindar dari serangan si babi dan serangan satu sama lain, tetapi Gin kenal Ares. Pria itu mulai tidak sabar, apalagi dikarenakan Lock melompat kesana kemari seperti monyet lepas.“Aku jadi paham mengapa kau mampu menghadapi si Suku Macan itu.” Samar-samar, Gin mendengar suara Lock Easton. “Kau lumayan.”Lock mengayunkan pedangnya. Gerakannya begitu ringan, seolah ia sedang bermain-main. Orang biasa bakal mengira lengan kurus itu hanya mampu merobek kertas dan tak akan mampu membuat luka kecil atau hanya sekedar luka memar. Akan tetapi, Ares menghindarinya; dan tindakannya tepat. Pedang Lock membelah ta
Gin melirik Ares, yang masih tersenyum kecil, tetapi dengan wajah yang semakin kaku – jelas bukan merupakan pertanda baik. “Aku tidak melihat apa manfaatnya kau mengambil hewan liar itu?” kata Ares dingin. “Kami memerlukannya.” Sebuah teriakan memecahkan suasana mencengkram tersebut, membuat para prajurit rendahan cemas. “…Kann!! Lepas..!” Gin kesal. Seperti dugaannya, membawa bocah kotor itu hanya akan menambah masalah. Ia mengedikkan kepala ke arah salah seorang prajurit yang tengah memandanginya dengan ragu-ragu. Prajurit itu mengangguk paham dan memukul karung tersebut dengan keras, menyuruh bocah itu diam. “Tidak perlu repot-repot melakukan itu. Aku akan mengurusnya.” Lock berkata dengan nada yang masih sama ramahnya. Ia mengerling ke arah Ares sembari tersenyum lebar. “Tidak perlu menjelaskan juga, aku bisa memahami. Berikan bocah itu, dan kau bisa melanjutkan apapun yang ingin kau lakukan.” Gin memandang Lock tersebut tanpa berk
Ledakan terjadi dimana bola-bola itu berhenti menggelinding. Ledakan itu tidak besar, tetapi cukup destruktif dan mengeluarkan api hingga desa mulai terbakar. Seakan mengejek, pasukan Ares memodifikasi bom tersebut hingga lebih menyerupai kembang api; seolah mereka ingin menyaksikan desa tersebut terbakar dengan indah. Suara ratapan dan tangis terdengar dari arah para penduduk, sementara beberapa prajurit tertawa dan bertepuk tangan saat menyaksikan kembang api yang mulai membakar desa. Walaupun melihat apa yang terjadi di bawah, baik Soren maupun Lock tidak beranjak sedikitpun. “Ini berkembang ke arah yang kuinginkan.” kata Soren puas. “Oh, ya? Termasuk kembang api itu?” Soren mengacuhkan komentar sarkas Lock, dan berkata, “Kita temui kakek itu setelah ini.” “Untuk apa?” “Kau bodoh? Tentu saja bernegosiasi. Kakek itu pasti akan memberitahu informasi jika kita berjanji akan membebaskan cucunya.” Lock nyaris tak mampu menahan di