Azra's Current POV
Dia terbangun pas sebelum adzan subuh. Mereka semalam nggak jadi mandi? Mandi kok, mandi lah... Tapi ya... kalian paham lah. Pengantin baru. Suami bucin, Istri nggak bisa nolak, jadinya abis mandi nambah lagi sehingga subuh ini mereka juga harus mandi lagi.
Dia bangun duluan, Icha masih lelap banget tidurnya di samping kanannya. Mungkin dia beneran kecapekan. Padahal Azra merasa seger luar biasa sekarang. Tapi memang efek hubungan intim pada pria dan wanita kan berbeda ya. Jadi, dia akan membiarkan Icha tertidur sedikit lebih lama sementara dia mandi dulu. Nanti setelah mandi, dia akan membangunkan Icha dan mereka akan menjalankan sholat subuh berjama'ah.
Dia mandi masih dengan perasaan senang dan berbunga - bunga. Nggak menyangka kalau dia dan Icha sekarang akhirnya resmi sebagai suami istri. Hal yang enam bulan lalu masih menjadi angan - angan yang sulit untuk diwujudkan.
Selesai mandi dan berpakaian, dia berjalan ke sisi ra
Icha's Current POV Dia buru - buru keluar dari kamar meninggalkan suaminya yang kadar mesumnya sudah di luar batas nalar manusia itu setelah puas mengganjarnya dengan cubitan - cubitan kecil. Wajahnya masih terasa panas. Bisa - bisanya Azra! Dia menyebut dalam hati. Belajar dari siapa, sih, kok bisa sampai begitu. Kan dia yang nggak tau apa - apa jadi malu. Bingung juga harus menanggapi bagaimana. Dia turun menggunakan salah satu litf khusus tamu hotel menuju ke restoran yang dikelola hotel di lantai satu. Sesampainya di sana, kepalanya menoleh mencari - caii keberadaan kedua sahabat perempuannya. Mereka bilang mereka sudah ada di sana. Tapi dia nggak menemukannya di bagian dalam resto. Oh, mungkin di luar? Tanyanya pada diri sendiri saat kakinya membawanya ke luar untuk mengecek kursi restoran yang berada di teras dan di sekitar taman hotel. Ah benar, itu mereka! Cepat - cepat dia berjalan menghampiri mereka da
Azra's Current POV "Ida hamil?!" Ulangnya, agak kurang percaya. "Lo kenapa, deh. Bukannya kasih semangat, ekspresinya kaya gue abis bikin anak orang bunting terus abis itu bakal gue tinggal. Horor bener." Hafid protes nggak terima. Dia menggeleng. Bukan begitu maksudnya. "Gue cuma nggak nyangka, Dul." Dia buru - buru menerangkan maksudnya. 'Gue kira setalah kecelakaan yang lo nggak sengaja mampir rumah dia pas mabok itu lo nggak gituan sama Ida lagi.” Hafid kaget. “Lo tau dari mana gue pernah bobol Ida pas mabok?” “Dari lo lah, dari siapa lagi.” Dia menjawab yakin. Memandang Hafid heran. Cowok di depannya yang sudah jadi sahabatnya sejak masih SD itu terhenyak. Kaget. “Kapan emangnya gue ceritanya?
Azra's Current POV Bulan madu ala - alanya dengan Icha yang hanya tiga hari dua malam itu berakhir sudah. Mereka check out dari hotel dan pulang ke rumah Bapak dan Ibu untuk mengambil barang dan berkemas sebelum harus pulang Jakarta. Rencananya sih, malam ini, nginep semalam di rumah Bapak Ibu, dan besok semalam di rumah Mama. Biar adil, diratain sehari - sehari. Lalu jum'atnya, mereka ke rumah baru mereka yang sudah di siapkan Azra untuk Icha dan mulai berbenah sepanjang akhir minggu. Biar nggak ngoyo, jadi senin pas mereka harus masuk kerja lagi sudah nggak loyo. Itulah alasan kenapa dia bisa dibilang agak ngebut di dua malam kemarin. Karena malam - malam setelahnya di sisa minggu ini mereka akan sibuk luar biasa. jadi bukan karena dia mesum, tapi karena dia itu memanfaatkan momen. Tau kan, bedanya? "Ih! Udah rapi kamar Icha?!" Istrinya memekik saat membuka kamarnya. Dia sendiri sedang duduk ngeleseh di depan TV ber
Azra's Current POV Azra bahagia dengan kehidupan barunya. Menjadi suami dan memiliki seorang istri ternyata nggak seburuk yang dikisahkan para bapak - bapak muda kagetan yang sepertinya kurang fit dengan peran baru mereka. Dan bukannya mencari solusi terhadap masalah mereka malah mengumbarnya di Social media (Maafkan, Azra memang julid) Dia malah sebaliknya. Amat dangat menikmati perannya sebagai seorang suami. Berdua bekerja sama Mendekor rumah baru mereka bersama, belanja kebutuhan bersama, tiap pagi bertanya mau makan malam apa, bahkan jalan - jalan pagi sekedar keliling kompleks bersama juga rasanya masih menyenangkan baginya. Dia suka. Mungkin karena dia melakukannya bersama Icha? Entahlah, yang jelas, hal - hal kecil tersebut masih membuatnya bahagia. Tentu saja ada kebiasaan - kebiasaan dari mereka berdua yang membuat kaget masing - masing seperti Icha yang kaget karena ternyata Azra kalau habis mandi kaca kamar mandinya suka nggak dilap lagi,
Azra Current POV "Sayang..." Panggilannya untuk yang kesekian kali hari ini lagi - lagi diabaikan oleh Icha. Bukan barusan ini saja, tapi ini sudah berlangsung sejak makan siang tadi. Mereka makan dalam diam, dan setelahnya Icha hanya bilang, 'aku balik ke ruanganku'. Udah gitu aja. Jadi kalau sekarang Azra kelimpungan bingung luar biasa, tolong jangan ada yang bilang dia lebay. Memangnya normal menikah baru dua bulan tapi sudah berantem? Memangnya ada idealnya berapa lama orang harus menikah sampai mereka sampai pada taraf yang lazim untuk bertengkar? Mereka tetap pulang kerja bareng, tapi sama seperti saat makan siang tadi, Icha hanya diam sepanjang perjalanan dan membiarkan Azra mengoceh sendiri mirip seperti penyiar radio amatir. Panik? Ya paniklah!!! Emangnya enak didiemin sama istri begini? Nggak! "Hari ini makan plecing kangkung sama tempe penyet." Cuma itu aja yang dibilang istrinya tadi pas turun dari mobil. Nggak ada ya
Azra's Current POV Mereka sudah bersiap sejak pagi untuk rencana hari ini. Jijah juga dari semalam sebenarnya sudah menawarkan diri untuk mengantar mereka ke Bandara tapi ditolak oleh Azra. Mereka akan memakai Taxi online saja dari rumah. Biar lebih ringkas dan nggak ngerepotin nantinya. Lagian, jarak rumahnya yang sekarang ditempatinya bersama Icha, jaraknya ke bandara jauh lebih dekat dari jarak rumah Mama ke bandara. Itu alasan pertama, alasan kedua Jijah baru aja dapat SIM nya awal tahun kemarin. Jadi, Azra pikir, daripada Jijah atau Mama harus bolak balik setelah mengantar mereka, mending berangkat sendiri aja. Icha juga lebih suka dengan gagasan itu karena pada dasarnya istrinya ini juga kurang suka merepotkan orang lain. Mereka berangkat setelah sholat dhuhur. Pesawat mereka akan take off jam lima lebih dua puluh menit. Perjalanan ke bandara dari rumah makan waktu sekitar tiga puluh menit kalau nggak terjebak macet. Kalau macet ya..
Azra's Current POV Azra terbangun dengan mood kacau. Rencananya gagal total. Istrinya lagi on period. Bagaimana bisa, coba?! Mereka sedang honeymoon dan bisa - bisanya istrinya lagi dapet. Sungguh, pasti di dunia ini nggak oda orang apes se apes dia. Kalau saja Hafid tau, sahabat dudulnya itu pasti sudah tertawa terbahak - bahak karena keabsurd an nasibnya saat ini. Tapi saat dia menoleh ke samping, bagian ranjang yang seharusnya ditempati oleh istrinya itu kosong. Azra meraba permukaannya dan menemukan lapisan seprai dan di sana nggak hangat lagi. Icha kemana?! "Cha? Sayang? Kamu dimana?" Dia bergegas bangun. Mencari di balkon dan sekeliling kamar. Nggak ada. Dan dia mulai panik. "Icha?! Sayang!!" Kamar mandi. Dia belum ke kamar mandi. Dan kebetulan ruangan itu tertutup. Dikunci? Dia mengetuknya pelan. Sepelan yang dia bisa karena kenyataannya dia sedikit panik. Oke, panik banget. "Sebentar." Suara Icha terdengar pelan d
Azra's Current POV Dia merasa benar - benar brengsek saat ini. Icha masih menangis pelan di pelukannya. Mereka sudah kembali duduk di atas ranjang, bersandar pada headboard ranjang dengan posisi saling memeluk. Tadi dia sempat memesan room service untuk sarapan agar diantar ke kamar saja, karena pasti Icha merasa nggak nyaman kalau harus keluar sarapan dengan keadaan seperti ini. Tangisnya sudah tidak sekencang tadi, tapi masih terdengar isakan lirih dari pelukannya. Icha juga beberapa kali mencari posisi nyaman di pelukannya. Pasti karena merasa nggak nyaman juga di perutnya karena sedang dapat tamu bulanannya. Dan tadi dia bilang apa?! Asalkan dia nggak marah lagi?! You're the worst, Azra. Makinya pada dirinya sendiri. Di pelukannya ada perempuan yang rela melakukan hampir apapun untuk menyenangkannya, bahkan sampai nggak memperdulikan keadaan dirinya sendiri, sementara dia semalam karena alasan capek, malah nyuekin istrinya hingga salah paham seper
Icha's Curent POVHasilnya mungkin sebentar lagi keluar. Dia kembali ke kamar dengan tubuh gemetaran. Ya karena lemas, ya karena harap - harap cemas."Gimana?"Azra bertanya saat dia membuka pintu kamar.Dia langsung menyerahkan strip tipis yang dipegangnya pada suaminya itu. "Kamu aja yang lihat, aku nggak berani." Jawabnya pelan.Azra diam, mengambil strip tersebut, sementara dia duduk di sebelah Azra. Tangannya saling terkepal di pangkuannya. Takut, cemas. Mimpi buruknya beberapa bulan lalu seperti terulang lagi. Azra yang seperti tahu kecemasannya, menggapai tangannya dan meremasnya pelan. Seolah memberikan kekuatan melalui genggaman tangan tersebut.Beberapa saat berlalu dalam keheningan seperti itu. Kenapa Azra diam saja? Seharusnya sudah terlihat kan, hasilnya? Kenapa nggak dibuang itu stripnya? Kalau negatif harusnya langsung dibuang saja, nggak usah dilihatin. Bikin sakit hati."Ja?""Hmm?""Negatif ya?" Dia mem
Azra's Current POVEmpat bulan... beberapa hari lagi, mereka hampir lima bulan menikah, dan Azra masih merasa luar biasa karena bisa menjadikan Icha miliknya. Perempuan mungil yang sedang tertidur meringkuk dengan rambut setengah basah di sampingnya ini, adalah istrinya.Selepas subuh bersama, Icha langsung merangkak naik lagi ke ranjang untuk melanjutkan tidurnya. Salahnya, dia mengacaukan tidur istrinya semalam. Entahlah, dia merasa akhir - akhir ini sangat ingin memiliki istrinya seutuhnya. Berapa banyak pun mereka melakukannya semalam dan kemarin, rasanya masih belum cukup.Azra tersenyum sembari mengelus pipi lembut Icha yang hanya dibalas gumaman tak jelas. Gemas sekali. Dia sudah rapi. Berkas yang dibutuhkannya juga sudah siap di meja samping pintu kamar. Hari ini dia ada rapat direksi hotel. Sekitar lima belas menit lagi. Karena alasan itulah mereka menginap di sini dua hari ini. Dan seperti biasanya, dia memanfaatkannya dengan sangat baik.
Icha's Current POVDia hanya berjalan - jalan sebentar di pantai yang ada di sekitaran hotel. Sunset yang jadi cita - citanya terpaksa dia nikmati dari resto saja. Nggak terlalu bagus karena tertutup pepohonan magrove, tapi dia tetapdapet golden hournya. Lumatan. Karena kalau harus masuk hutan dan lewat jempatan setapak, dia tidak yakin akan selamat saat pulang nanti. Gelap, takut tercebur ke air.Bukan karena nggak bisa berenang, tapi dulu sekali waktu dia masih kecil, Mas Eka pernah menakutinya saat liburan ke pantai Mangrove di Kulon Progo, katanya, Mangrove itu rumahnya buaya putih. Jadi kalo kamu nakal, kamu bisa di lempar ke perairan mangrove dan nantinya dimakan sama buaya putih. Nah, dia takut gara - gara itu.Setelah matahari terbenam, dia berjalan - jalan di sepanjang gang masukke hotel. Di sana banyak stall makanan dan souvenir. Dia tetiba kepikiran ingin membelikan Azra sesuatu."Silakan, Kak, dilihat - lihat souvenirnya." Salah satu pramuniag
Azra's Current POVMereka sudah bersiap sejak pagi. Sabtu mereka yang biasanya dihabiskan dengan bangun siang, hunting sarapan di luar, lanjut belanja mingguan dan memberekan urusan domestik, kini berganti dengan travel kit yang terpacking rapi di bagasi belakang mobilnya untuk staycation mereka semalam saja di Angke Kapuk sekalian Azra menyelesaikan pekerjaannya di sana.Dia melihat istrinya yang amat bersemangat. Katanya tadi, Akhirnya dia bisa lihat usaha yang dikelola oleh suaminya itu jauh sebelum mereka menikah. Siapa tau dia juga bisa diajak staycation di hotel yang di Batam besok - besok. Well, itu tentu saja, tapi mungkin setelah Highseason berakhir.Dan dia juga sempat bilang pada Istrinya itu, kalau profit tahun ini bagus, mungkin mereka bisa membuka sister hotel satu lagi di pantai Wates dekat bandara baru Yogyakarta.Dan reaksi istrinya tentu saja heboh dan bahagia sekali. Dia berharap banget kalau hal itu terlaksana.Katanya, kalau it
Azra's Current POV Dia sampai rumah lagi - lagi jam setengah sepuluh malam. Lembur lagi. Dia sudah mengabari istrinya tentang hal ini, dan Icha bilang dia akan menunggu. Ida sudah dijemput Hafid sekitar jam tujuh malam tadi. Temannya itu memang selain akhir bulan, jadwalnya amat bikin iri. Masuk jam sembilan pagi dan pulang jam enam sore, idaman, sungguh! Dia membawakan Icha oleh - oleh bakmie jawa yang khas Jogja yang dimasak dengan arang. Hitung - hitung mengurangi kerinduan Icha pada kampung halamannya. Memang Icha tidak pernah bilang, tapi doa jadi suami kan harus tau diri. Masa biasanya kumpul, serumah, pas pergi nggak dikangenin. Dia melangkah ke dalam rumah dengan langkah ringan. Menemukan istrinya menonton TV sambil rebahan. Segera dia membungkuk di atas istrinya untuk mengecup dahinya, membuat Icha kaget. "Eh, udah pulang. Kok nggak denger suara mobil kamu?" Tanyanya heran. "Kamu fokus banget kali, nontonnya sampe nggak denger
Icha's Current POV"Ada apa, Da? Kamu kenapa?"Dia bertanya sambil menggeser badannya mendekat ke arah sahabatnya yang sekarangs edang sibuk menatap apa saja asak bukan matanya. Ida menghindari bertatap mata dengan orang lain? Sejak kapan?"Da?"Dia menangkup tangan Ida yang berada di atas meja, membuat sahabatnya itu tidak punya pilihan lain selain menatap balik Icha yang ada di sebelahnya."Ada apa?""Gue... Nggak tau harus cerita apa. I do have a lot to talk to somebody. Tapi aku nggak tau sama siapa.""Kamu kan bisa cerita sama aku, Ida." Dia mengingatkan.Tapi Ida malah menggeleng dengan wajah sedih. " Di antara semua orang, justru gue paling nggak mau cerita sama lo." Hah? Kenapa? Apa salahnya? "Gue nggak pengen lo terlibat kedalam sesuatu yang se... menjijikkan ini.""Maksudnya?" Dia bertanya bingung. Tidak bisa sama sekali menerka maksud Ida akan dibawa kemana pembicaraan mereka.Helaan nafas dalam dan ber
Azra's Current POV"Kalo kenapa - kenapa langsung telpon aku, ya." Dia mewanti - wanti istrinya sebelum berangkat ke kantor pagi itu.Icha bersandar di kusen pintu depan rumah mereka, sementara Dia berdiri di depan istrinya, memerangkap perempuan itu di antara tubuhnya dan kusen pintu depan rumahnya."Iya, jangan khawatir."Gimana nggak khawatir sih?! Kan dia lagi sakit gini. Sekarang sih sudah mendingan, dia sudah nggak se pucat saat masih di rumah sakit dan awal - awal dia pulang ke rumah kemarin. Istrinya beneran sudah baikan. Tapi kan tetal aja, rasa khawatir itu ada."Besok aku temenenin kamu seharian di rumah." Janjinya.Tapi Icha malah cemberut nggak terima."Seminggu di rumah terus nggak kemana - mana. Bosen tau. Jalan - jalan, yuk!" Dia menatap Azra dengan pandangan berbinar dan memohon, menunggu persetujuan."Tapi kan kamu baru sembuh....""Iya. Dan senen aku udah mulai kerja lagi. Kasihanilah istri
Azra's Current POVHari ini dia lembur. Bete banget, dan sepertinya besok pun dia masih harus lembur. Highseason berarti banyak tamu datang, yang berarti juga banyak pemasukan, tapi berarti juga banyak masalah karena tempat wisata hampir semuanya jadi ramai.Ada saja yang jadi objek permasalahan. Mulai hal yang serius seperti alergi yang lupa diinformasikan kepada pihak hotel atau restoran, sampai masalah ada cicak dan nyamuk di dalam kamar.Ya gimana dong, mereka liburan ke Indonesia, minta penginapan dengan konsep country natural dan tropical heaven sebagai view utama, tapi kamarnya ada cicaknya mereka protes. Namanya Hutan, ya udah bagus nggak ada babi hutan masuk kamar, yang masuk cuma cicak aja.Ada juga pasangan honeymoon yang minta twin bed alias bed terpisah. Masa ini beneeran pasangan bulan madu? Kok dia kemarin sama istrinya nggak gitu, ya? Atau mereka berantem di pesawat pas mau ke Indonesia? Jadi di hotelnya mereka diem - dieman? Nggak sayang
Icha's Current POVIni sudah hari ketiga dia bedrest di rumah. Kalau pagi, dia akan ditemenin Azra, suaminya itu bahkan memasak sarapan untuknya. Ya macem - macem menunya, kadang dia masakin Icha bubur, kadang cuma sandwich, kadang juga nasi goreng, atau pernah juga pas Azra kesiangan bangun dia cuma masakin Icha omelet.Padahal kalau cuma omelet mah, dia juga bisa sendiri bikinnya.Bukan dia nggak bersyukur. faktanya, dia malah seneng banget. Awalnya dia kaget memang karena Azra bahkan bisa membuat bubur. Soal rasa, walaupun nggak bisa bersaing dengan masakan Mama, tapi rasanya masih amat layak untuk dikonsumsi, kok. Dan nafsu makannya juga sudah berangsur - angsur pulih beberapa hari terakhir ini, meskipun kadang, dia masih suka mual dan muntah setelah makan.Jangan - jangan dia hamil?! Azra pernah berpikir seperti itu. Tapi Icha sudah mengetesnya dengan stock testpack yang dibelinya sejak dia awal menikah dulu. Negatif. Yah, usia pernikahan merek