“Memilih dalam berteman itu adalah suatu kewajiban.”
***
Sekarang Selena sudah duduk di sebuah sofa berwarna merah muda dalam kamar Syilea. Sebelumnya pemilik kamar tersebut menawari dia untuk minuman hangat, namun ditolak Selena. Tidak ingin memaksa karena peristiwa tadi siang masih membuat Syilea harus lebih berhati-hati dalam memberikan makanan ke Selena. Mungkin teman barunya itu memiliki riwayat penyakit serius pada bagian lambungnya.
“Aku punya coklat hitam,” kata Selena mengeluarkan satu batang coklat hitam dari saku jaketnya. Itu adalah coklat pemberian Matt tadi siang saat pelajaran olahraga. Bekal berwarna hitam yang diberikannya itu berisi coklat hitam, makanan favorit Selena.
“Bukankah itu pahit?” ringis Syilea setelah melihat Selena yang begitu menikmati coklat tersebut.
“Tidak sama sekali,” jawabnya sambil mengulurkan pada Syiela. “Apa kamu mau mencobanya?”
&l
“Hanya kekasih yang bisa menjadi pengobat rindu.”***Matt mengejar Selena yang tampak berlari di bawah gerimis dalam gelapnya malam. Dia penasaran ingin kemana gadis itu di tengah malam seperti ini. Sambil diam-diam mengikuti dari belakang, akhirnya dia berhenti di sebuah tempat.Sebuah rumah besar yang tidak terawat dengan pencahayaan seadanya. Halaman yang luas dengan dipenuhi dedaunan layu dan kering. Kolam air mancur kecil di depan rumah yang benar-benar terbengkalai. Matt mengerutkan kening, kenapa bisa Selena menuju tempat mengerikan seperti ini.“Apa yang dilakukannya?” gumam Matt yang memilih mengintip Selena dari balik pohon besar.Gadis itu berjalan tenang dengan dua tangan dikantongi dalam saku jaket. Matanya menatap lurus ke depan, ke arah rumah yang pintunya tertutup rapat. Dia sama sekali tidak sadar kalau sudah diikuti oleh Matt. Fokusnya hanya ingin melihat wajah Rain sekarang juga.Selena be
“Bagaimana caranya untuk memaafkan sementara dirimu memiliki sifat pendendam?”***Valley High School.Sejak pagi hingga siang, Selena hanya diam tidak bersuara. Bahkan ketika Syilea mengajaknya berbicara, dia hanya menjawab dengan anggukan atau gelengan kepala. Dia benar-benar bungkam.Dia terus memikirkan tentang keluarganya yang begitu lancang menyakitinya. Mungkin hanya dia saja yang merasa tersakiti, karena kata Matt sebelumnya, itu dilakukan demi menyelamatkan dirinya.Tidak bisa percaya satu kata pun, itu adalah hal yang tersulit. Bukan mau Selena untuk memiliki sifat buruk seperti ini. Dia sendiri sudah lelah membenci. Dia juga ingin menjadi normal seperti Bianca dan Henry. Yang menganggap diri mereka sama seperti manusia normal lainnya meski yang membedakan adalah mereka abadi dan manusia makhluk fana.Seperti yang terjadi sekarang. Saat istirahat makan siang di sekolah, Selena berjalan menuju belakang
“Apa kau lupa caranya tersenyum yang tulus?”***Ada mitos di kalangan vampir yang mengatakan bahwa setiap vampir yang usianya mencapai genap 300 tahun, maka saat itu dia akan diberikan dua pilihan dalam dirinya. Menjadi vampir baik atau vampir jahat. Semua tergantung bagaimana kehidupan dia sebelumnya. Apakah dipenuhi dengan kegelapan seperti kebencian dan dendam atau dipenuhi berkah seperti senyum dan bahagia yang dirasakan.John sempat khawatir pada Selena, apakah anak adopsinya itu akan menjadi vampir baik seperti dirinya atau berubah menjadi vampir yang penuh kegelapan. Dilihat dari kehidupan Selena selama beratus-ratus tahun selalu membenci dan mendendam.Hanya ada satu cara untuk memastikan, yaitu membiarkan Selena jatuh cinta. Membiarkan gadis itu merasakan tentang kepedulian terhadap semua makhluk. Entah manusia atau bukan. Yang jelas Selena harus membuka hatinya agar tidak selalu gelap karena masa lalu yang kelam.***
“Apakah semua pertanyaan pasti memiliki jawaban?”***Masih di ruang kerja John. Hening terasa ketika Selena tengah sibuk memikirkan sesuatu sementara John terus memperhatian gadis muda di depannya. Dia menunggu tanggapan dari Selena tentang penjelasannya baru saja.“Bagaimana kalau ternyata aku tidak seperti kalian?” tanya Selena tiba-tiba.“Aku yakin kau akan seperti kami … kau gadis baik, Elle.” John memastikan dengan kata-kata penuh keyakinan.“Aku sendiri tidak yakin,” gumamnya.“Elle … pelan-pelan buang lah segala dendam yang menghimpit dadamu. Menyimpan perasaan seperti itu sama sekali bukan hal yang baik. Bukankah lebih menyenangkan ketika kamu merasa jatuh cinta?”“Kupikir jatuh cinta pun bukan hal yang membahagiakan,” jawabnya samar.“Kau hanya belum mendapatkan balasan, Elle.”Selena terdiam dan kembali m
“Pemilik senyum dan tatapan menawan itu sudah mengalihkan duniaku.”***Lagi-lagi Selena melihat Rain sendirian di dalam kelas saat jam istirahat. Sepertinya dia memang tidak suka berbaur dengan siapa pun. Bahkan Selena sempat berpikir, sebenarnya yang menjadi vampir itu dirinya atau Rain. Mereka berdua tidak ada bedanya. Sama-sama menjauhi kerumunan dan manusia.Selena menggeser sebuah bangku agar menghadap pada Rain. Dia langsung duduk dan mengamati Rain yang masih menelungkupkan wajah di atas meja. Sadar ada seseorang di dekatnya, Rain mendongak. Dia sedikit kaget karena tiba-tiba saja Selena sudah ada di dekatnya.“Ada apa?” tanya Rain mengernyit.“Halo,” sapa Selena berusaha ramah dan bersahabat. Meski senyumnya tampak terlihat sangat canggung, setidaknya dia mencoba bersikap normal seperti yang dikatakan Bianca.Rain tidak menjawab, dia merasa aneh dan bingung. “Apa yang kau lakukan?&r
“Yang kau lihat, itulah yang seharusnya kau percayai.”***Hubungan Selena dengan Henry dan Bianca berangsur membaik, meski dia tetap saja dingin kepada Matt. Setidaknya Selena tidak menatap penuh kebencian lagi kepada kakak sulungnya itu.Hari berganti demi hari. Selena masih belum berani mengatakan apapun pada Rain sejak hari itu. Yang dia lakukan hanyalah memperhatikan Rain yang masih dengan aktifitas sama, yaitu membenci olahraga, duduk di depan kelas menatap hujan turun dengan pandangan hampa atau tertidur di kelas. Itulah kegiatan Rain yang sama sekali tidak berubah. Namun, anehnya dia selalu berhasil menjawab dengan nilai sempurna setiap ada test. Entah kenapa dia bisa begitu, tidak ada yang tahu. Meski gosip beredar kalau dia memang diistimewakan oleh kepala sekolah yang berteman baik dengan ayahnya. Setidaknya itu isu yang didengar Selena.“Malam ini kita akan ke toko serba ada di kota. Mencari sesuatu yang menarik di s
“Jangan cepat menyimpulkan sesuatu yang belum tentu kebenarannya.”***Syilea sudah sampai di depan rumahnya. Dia begitu senang karena Selena mengantarkannya hari ini, meski dia sudah menolaknya.“Terima kasih, Elle.”Suara Syilea terdengar sedikit keras karena dia begitu senang.Selena mengangguk dan tersenyum lembut. Perlahan dia bisa menjadi lebih baik daripada sebelumnya. “Sama-sama … aku minta maaf karena membatalkan acara kita malam ini.”“Kau sudah mengucapkan itu selama tujuh kali, Elle,” kekeh Syilea.Selena hanya tertawa pelan dan mengangguk lagi. “Baiklah … aku harus pulang sekarang. Saudara-saudaraku sudah menunggu di rumah.”“Hati-hati di jalan, Elle … sekali lagi, terima kasih karena sudah mengantarkanku,” ucapnya.Selena melambaikan tangannya sambil berjalan menjauh. Dia tidak sabar ingin pulang dan berjalan cepat
“Aku hanya berusaha membuat dinding tebal yang tinggi dengan alasan agar mereka tidak dapat menjangkauku.”***Sudah lima hari Selena memerintahkan hati dan dirinya sendiri agar tidak memperhatikan Rain meski jarak mereka semakin dekat. Namun, semesta sepertinya berpihak pada mereka berdua untuk semakin dekat. Contohnya seperti tanpa sengaja mereka satu kelompok dalam tugas di sekolah, berpapasan di depan kelas atau juga mereka berdua disuruh oleh guru untuk membawa buku tugas ke ruang guru.Huh! Kenapa jadi seperti ini? … batin Selena.Sekarang dia ada di ruang musik bersama Syilea. Pelajaran kesenian hari ini membuat Selena sedikit tenang karena tidak ada Rain di sana. Mungkin dia pergi membolos lagi, bukankah itu kebiasaannya.“Ada apa, Elle?” tanya Syilea yang memegang biola.Sudah beberapa kali dia mencoba memainkan alat musik itu dan hasilnya selalu sama. Nada yang keluar dari gesekan bi
Setelah musim panas berakhir, maka masuklah musim paling syahdu yaitu musim gugur. Sisa hawa panas memang masih ada, namun angin pun sudah mulai berembus. Selena memakai kaos tipis yang dilapisi dengan mantel panjang berwarna merah favoritnya, Ia tampak begitu sangat cantik malam ini. Terlebih jeans panjang dengan sepatu ankle boot hitam membuatnya menjadi tampak sempurna.Sama seperti Selena, Bianca dan Erika pun juga memakai outfit yang sama meski beda warna dan hiasan baju lainnya. Mereka semua sudah siap untuk pergi ke festival musim gugur bersama dengan pasangan masing-masing.“Aku tidak memiliki pasangan. Lalu, nanti sama siapa setelah di sana?” tanya Erika kebingungan.“Jangan cemas. Kamu bisa bersamaku, Bianca atau Syilea.” Selena mencoba menenangkan Erika.“Aku tidak ingin mengganggu kesenangan kalian,” tolak Erika dengan segan.“Ah, begini saja … bagaimana kalau kita tidak usah berpencar? K
Syilea sangat terkejut dengan serangan ciuman dari Henry. Pupil matanya membulat sempurna tatkala sebuah memori ingatan melemparkannya ke suatu tempat yang aneh. Di mana ia melihat dirinya dan Henry yang sedang berciuman di ruang tamu rumahnya, pernyataan cinta dari Henry, hadiah bunga dan jalan-jalan malam di festival hingga akhirnya ia melihat seorang vampir yang berdiri di hadapannya dengan seringai menyeramkan beserta taring tajam.Jantung Syilea berdentam dengan sangat cepat ketika dia potongan memori ingatannya kembali seperti puzzle yang mulai tersusun hingga membentuk gambar sempurna.Satu detik … Dua detik … Tiga detik … Empat detik … Lima detik.Seketika pandangan Syilea menjadi samar bersamaan dengan Henry yang menarik mundur wajahnya. Dengan tatapan sayu, Syilea menatap Henry yang dikenalnya sebagai kekasihnya, bukan orang asing lagi.“Henry,” bisik Syilea dengan lirih.“Apa kamu sudah ingat
Keesokan harinya, Selena sudah bersiap menuju sekolah dijemput Rain seperti biasa. Seperti yang dikatakan Arion tadi malam, mulai hari ini dia tidak akan muncul lagi di hadapannya. Perpisahan tadi malam sudah cukup menguras emosinya hingga membuat Selena merasakan seperti ada duri tertancap di hatinya.“Kenapa aku merasa tidak rela untuk kehilangannya?” gumam Selena sambil berjalan menuju anak tangga.“Elle … berangkat dengan Rain?” tanya Bianca yang tiba-tiba saja berjalan di sisinya.“Ya.” Selena menjawab singkat.“Ada apa denganmu? Wajahmu terlihat linglung,” heran adiknya.“Bia … apa kamu tahu kalau Arion pergi?” tanya Selena akhirnya pada Bianca.“Iya, tau. Ayah sudah menceritakan pada kami semua tadi malam saat kamu dan dia pergi jalan-jalan,” jawab Bianca.“Kenapa kamu tidak sedih?”“Buat apa? Dia kan hanya pergi untuk
Masih di bar khusus para vampir. Selena tidak meminum apapun, ia hanya melihat Arion yang sudah menghabiskan empat gelas kecil berisi darah manusia.“Sepertinya kamu sudah terlalu lama menahan ini semua,” sindir Selena pada Arion yang meletakkan gelas terakhir di atas meja.“Maafkan aku. Tidak mudah untuk membuang kebiasaan,” jawab Arion yang memberi kode pada bartender untuk mengisi gelasnya lagi.“Setidaknya sekarang kamu sudah bersahabat dengan kata maaf,” jawab Selena tersenyum. “Setelah ini, kamu ingin membawaku kemana lagi?”“Pantai,” jawab Arion.Selena mengernyit dan bingung. “Pantai?” ulangnya.“Bukankan kamu sangat suka melihat laut?” tanya Arion.Selena mengangguk. Ia tak membantah tebakan Arion. “Ya. Aku suka.”“Laut akan terlihat indah bila dilihat saat malam hari,” lanjut Arion lalu kembali minum.&ld
Para gadis sudah tiba di rumah saat pukul delapan malam. Saat itulah mereka melihat para lelaki berkumpul di ruang keluarga. Ada John, Arion, Stefan, Henry dan Matt. Mereka tengah berbincang santai dan sesekali terdengar tawa karena joke yang dilontarkan oleh Arion.Selena tersenyum ketika melihat bagaimana Arion yang berdiri di depan mereka semua sambil membawakan sebuah lelucon seolah sedang melakukan stand up, lalu terdengar suara tawa Henry yang paling keras.“Hai, girls … sudah selesai bersenang-senangnya?” tanya Matt ketika sadar dengan kehadiran Bianca, Selena dan Erika.Bianca menghampiri Matt dan langsung duduk di pangkuan lelaki itu tanpa malu dilihat oleh John dan Stefan. Lagipula mereka adalah keluarga, bersikap romantis di depan keluarga bukan hal yang aneh, kan?“Ya … itu tadi adalah shopping paling menyenangkan,” ungkap Bianca dengan penuh semangat yang menggebu-gebu. Ia lalu melemparkan pandangan pada
Sambungan via telepon handphone antara Henry dan Syilea ….“Kenapa kamu baru tiba di rumah?” tanya Henry setelah teleponnya baru diangkat oleh gadis tersebut dan Syilea mengatakan bahwa dia baru saja sampai rumah.“Aku harus pergi ke rumah sakit untuk bertemu dengan ibu sebentar,” jawab Syilea jujur.Henry mengangguk paham. “Seharusnya kamu tidak perlu menolak tawaranku ketika ingin mengantarkanmu pulang,” sesalnya lagi.“Tidak apa-apa. Aku tidak ingin merepotkanmu. Kita hanya teman dan seharusnya aku harus tahu batasan,” jelas Syilea dengan bijaksana.“Kalau begitu … bagaimana jika seandainya kita bukan hanya sekedar teman?” pancing Henry.“Ma-maksudmu?” gagap Syilea mendengar hal yang bisa langsung dia asumsikan tentang hal lebih dari teman.“Ya, maksudku … seperti hubungan yang lebih dekat,” jawab Henry pelan. Dia sendiri merasa
Selena membawa Erika ke kamar yang akan ditinggali oleh gadis penyihir itu. Sengaja ia memilihkan kamar dengan kasur baru dengan alasan khusus untuk manusia.“Karena kamu membutuhkan tidur yang nyenyak daripada kami,” kata Selena saat mendapati Erika yang begitu sungkan.“Terima kasih,” ucap Erika dengan tulus.“Tapi … apa kamu tidak takut tinggal serumah dengan banyak vampir?” tanya Selena ragu.Erika hanya tersenyum penuh arti. “Bahkan sebelumnya aku pernah serumah dengan vampir yang sangat bengis dan haus darah manusia.”Selena mengerti siapa yang dimaksud oleh Erika. Tentu saja dia adalah Arion. Mereka memang pernah serumah dan bahkan bercinta karena memiliki hubungan khusus.Erika mulai mengeluarkan beberapa pakaiannya yang usang dan lusuh lalu membuka lemari. Selena mengernyit melihat pakaian penyihir itu. Baru dia sadari ada sesuatu yang memprihatinkan sekarang.“Erik
Rain dan Selena hari ini pulang sekolah sambil berjalan kaki. Ini sesuai permintaan Selena yang katanya rindu berjalan-jalan di tengah hutan sambil menuju rumahnya sendiri. John sudah menyampaikan pesan lewat Arion yang datang ke sekolah untuk menyuruh semua anaknya pulang ke rumah tepat waktu. Tidak ada yang boleh mampir ke suatu tempat apalagi pacaran kata Arion tadi. Dan tentu saja mendapat dengusan sebal dari Selena dan Bianca.“Memangnya ayah kenapa menyuruh kita langsung pulang?” tanya Selena pada Rain. Mereka berjalan sambil berpegangan tangan satu sama lain.Rain mengedikkan bahu. “Aku tidak tahu. Mungkin ayah kalian ingin mengumumkan sesuatu mungkin.”“Apa ayah akan menikah lagi?” tanya Selena dengan tatapan tak percaya.“Masa? Bukankah ayah kalian tidak dekat dengan siapapun juga,” heran Rain yang kurang percaya dengan kesimpulan tak masuk akal dari Selena.“Selama ini ayah paling pint
Keesokan harinya John dan Arion akhirnya memutuskan untuk menemui Stefan di kediamannya. Sebuah rumah kecil dengan dinding kayu di tengah hutan. Pagar kayu setinggi pinggang orang dewasa dan ada pohon di depannya. Bisa ditebak bahwa pohon tersebut adalah pohon cokelat yang tumbuh dengan suburnya. Stefan sengaja membangun rumah di samping pepohonan cokelat agar bisa bertahan hidup.Melihat kehadiran Arion dan John yang datang bersama-sama awalnya membuat Stefan sedikit kaget, namun pada akhirnya ia tersenyum dan mempersilakan dua anak adopsinya masuk ke dalam.Arion memerhatikan sekitar rumah yang begitu hangat meski tak terlalu besar. Beda dengan rumahnya yang mewah dan besar namun terasa dingin.Stefan memberikan dua gelas cokelat hitam panas pada dua lelaki yang dia sayangi. Lelaki tua itu tersenyum bijaksana dan terlihat jelas bagaimana ia senang melihat kehadiran kakak beradik itu. Melihat keakuran yang akhirnya terjalin di antara keduanya. Stefan benar-bena