Keesokan harinya di SMA Valley. John tidak mengantar anak-anaknya ke sekolah. Semuanya memakai mobil masing-masing. Semakin mendekati hari kelulusan, mereka semakin memamerkan kekayaan keluarga Walter dan sengaja untuk menonjolkan dirinya di depan murid lain.
Bianca dan Matt satu mobil bersama. Henry sendirian dan Selena bersama Rain menaiki Porsche silver keluaran terbaru. Semua anak-anak terperangah melihat bagaimana remaja yang mereka pikir adalah manusia itu ternyata memiliki tunjangan begitu hebat seperti sekarang. Mereka bukan pendatang baru yang biasa saja seperti selama ini mereka pikirkan.
Terlebih ketika melihat Rain yang sekarang menjadi jauh lebih tampan berkali-kali lipat dari sebelumnya. Lelaki yang selalu dicap sebagai siswa bandel dan nakal karena selalu membolos itu sukses menarik perhatian murid bahkan guru lain.
Pesona Rain tak bisa diragukan terlebih ketika di sisinya ada Selena yang menyematkan jemari di sela jarinya. Semua murid berhasil gi
Saat lagi serius bercerita dengan Selena dan Rain, seseorang memanggil nama Syilea di depan pintu dengan suara keras.“Syilea!”Bukan hanya yang punya nama saja menoleh, bahkan Selena dan Rain ikut berpaling. Mereka langsung mengernyit bingung ketika melihat Matt yang memegang bola kaki di tangannya. Setahu Selena, kakaknya itu bukan salah satu anggota football.“Ada apa?” tanya Syilea dengan polosnya tanpa berdiri dari tempat duduknya.“Bisa kau kesini sebentar? Aku butuh bantuanmu,” kata Matt yang juga tak ingin masuk ke dalam.Selena ingin ikut berdiri ketika Syilea juga berdiri. Namun, tangannya ditahan oleh Rain. Lelaki itu memberikan kode pada Selena agar tetap disini. Mengerti ada sesuatu yang tidak beres, Selena memilih untuk diam di tempatnya dan membiarkan Syilea berjalan mendekati Matt.Sepintas Selena dapat melihat tatapan penuh arti dari Matt dan cara senyum usil itu sudah dihafal betul olehny
Matt dan Bianca tersenyum puas karena sudah berhasil mengurung Syilea dan Henry di dalam gudang berdua saja. Rencana mereka yang sangat sederhana itu berjalan dengan sukses. Sekarang semuanya terserah Henry, apa yang akan dia lakukan selama terkunci dengan gadis tercintanya.“Dia tidak akan marah pada kita, kan?” tanya Bianca sebelum masuk kelas.“Tenanglah … Syilea tidak akan tahu kalau itu adalah perbuatan kita,” jawab Matt tersenyum.Bianca mengangguk paham. Ia lalu pamit untuk masuk ke dalam kelas. Duduk di kursinya dan membiarkan kursi di sampingnya kosong karena tidak ada Henry di sana.Sementara Matt kembali menuju kelas dengan suasana hati yang senang. Namun, saat dia melewati koridor yang akan membawanya ke kelas, ia berpapasan dengan Arion.Arion melihat bagaimana perubahan eksperesi Matt yang langsung berubah saat melihat wajahnya. Seperti ada sesuatu yang disembunyikan anak lelaki itu. Saat Matt akan melew
Henry pulang ke rumah dengan wajah bersinar. Ia terus tersenyum senang. Menjadi teman Syilea adalah suatu kemajuan untuknya. Bahkan tadi dia sudah mengantarkan Syilea pulang ke rumah dengan mobilnya. Itu adalah untuk pertama kali dalam hubungan mereka berdua.“Wah, ada yang bahagia, nih!” ledek Bianca ketika melihat Henry yang melewati perpustakaan dengan membusungkan dada.“Rahangmu tidak lelah karena selalu tersenyum lebar seperti itu?” imbuh Matt ikut mengejek Henry.Namun, karena suasana hatinya sedang sangat baik, Henry tidak menghiraukan ejekan dari dua saudaranya. Lantas senyumnya semakin lebar dia pamerkan sambil mengucapkan rasa terima kasih pada Matt dan Bianca.“Berkat kalian … aku dan Bianca sekarang menjadi teman,” kata Henry dengan bangga dan sombongnya.“Cuma teman?” tanya Bianca. “Ah, payah! Padahal kami mengharapkan kamu sudah menciumnya tadi sewaktu di gudang.”
Melihat Syilea yang kebingungan dengan kening mengernyit dalam dan menatap curiga pada Selena, membuat vampir muda itu tak memiliki alasan lain kecuali mengatakan bahwa dia memang sedang kedinginan.“Aku jalan kaki ke rumahmu dan malam ini anginnya terlalu sejuk,” ungkap Selena dengan nada tenang dan datar. Itu adalah keahliannya dalam berpura-pura.“Benarkah?” selidik Syilea kurang percaya.Selena hanya mengangguk dan meyakinkan bahwa apa yang dikatakannya bukanlah kebohongan. Ia tak ingin Syilea tiba-tiba saja pingsan ketika tahu siapa dirinya yang sesungguhnya. Bisa-bisa Henry yang akan sangat marah pada Selena nantinya karena mengacaukan semua rencana pendekatan ini.“Seharusnya kamu tidak perlu membuka jaketmu, Elle.” Syilea meraih jaket Selena yang ada di pangkuannya. Ia memasangkan jaket pink tersebut ke badan temannya sambil tersenyum.Selena menatap lekat dua bola mata Syilea. Mencari-cari apakah ada ras
Keesokan harinya John dan Arion akhirnya memutuskan untuk menemui Stefan di kediamannya. Sebuah rumah kecil dengan dinding kayu di tengah hutan. Pagar kayu setinggi pinggang orang dewasa dan ada pohon di depannya. Bisa ditebak bahwa pohon tersebut adalah pohon cokelat yang tumbuh dengan suburnya. Stefan sengaja membangun rumah di samping pepohonan cokelat agar bisa bertahan hidup.Melihat kehadiran Arion dan John yang datang bersama-sama awalnya membuat Stefan sedikit kaget, namun pada akhirnya ia tersenyum dan mempersilakan dua anak adopsinya masuk ke dalam.Arion memerhatikan sekitar rumah yang begitu hangat meski tak terlalu besar. Beda dengan rumahnya yang mewah dan besar namun terasa dingin.Stefan memberikan dua gelas cokelat hitam panas pada dua lelaki yang dia sayangi. Lelaki tua itu tersenyum bijaksana dan terlihat jelas bagaimana ia senang melihat kehadiran kakak beradik itu. Melihat keakuran yang akhirnya terjalin di antara keduanya. Stefan benar-bena
Rain dan Selena hari ini pulang sekolah sambil berjalan kaki. Ini sesuai permintaan Selena yang katanya rindu berjalan-jalan di tengah hutan sambil menuju rumahnya sendiri. John sudah menyampaikan pesan lewat Arion yang datang ke sekolah untuk menyuruh semua anaknya pulang ke rumah tepat waktu. Tidak ada yang boleh mampir ke suatu tempat apalagi pacaran kata Arion tadi. Dan tentu saja mendapat dengusan sebal dari Selena dan Bianca.“Memangnya ayah kenapa menyuruh kita langsung pulang?” tanya Selena pada Rain. Mereka berjalan sambil berpegangan tangan satu sama lain.Rain mengedikkan bahu. “Aku tidak tahu. Mungkin ayah kalian ingin mengumumkan sesuatu mungkin.”“Apa ayah akan menikah lagi?” tanya Selena dengan tatapan tak percaya.“Masa? Bukankah ayah kalian tidak dekat dengan siapapun juga,” heran Rain yang kurang percaya dengan kesimpulan tak masuk akal dari Selena.“Selama ini ayah paling pint
Selena membawa Erika ke kamar yang akan ditinggali oleh gadis penyihir itu. Sengaja ia memilihkan kamar dengan kasur baru dengan alasan khusus untuk manusia.“Karena kamu membutuhkan tidur yang nyenyak daripada kami,” kata Selena saat mendapati Erika yang begitu sungkan.“Terima kasih,” ucap Erika dengan tulus.“Tapi … apa kamu tidak takut tinggal serumah dengan banyak vampir?” tanya Selena ragu.Erika hanya tersenyum penuh arti. “Bahkan sebelumnya aku pernah serumah dengan vampir yang sangat bengis dan haus darah manusia.”Selena mengerti siapa yang dimaksud oleh Erika. Tentu saja dia adalah Arion. Mereka memang pernah serumah dan bahkan bercinta karena memiliki hubungan khusus.Erika mulai mengeluarkan beberapa pakaiannya yang usang dan lusuh lalu membuka lemari. Selena mengernyit melihat pakaian penyihir itu. Baru dia sadari ada sesuatu yang memprihatinkan sekarang.“Erik
Sambungan via telepon handphone antara Henry dan Syilea ….“Kenapa kamu baru tiba di rumah?” tanya Henry setelah teleponnya baru diangkat oleh gadis tersebut dan Syilea mengatakan bahwa dia baru saja sampai rumah.“Aku harus pergi ke rumah sakit untuk bertemu dengan ibu sebentar,” jawab Syilea jujur.Henry mengangguk paham. “Seharusnya kamu tidak perlu menolak tawaranku ketika ingin mengantarkanmu pulang,” sesalnya lagi.“Tidak apa-apa. Aku tidak ingin merepotkanmu. Kita hanya teman dan seharusnya aku harus tahu batasan,” jelas Syilea dengan bijaksana.“Kalau begitu … bagaimana jika seandainya kita bukan hanya sekedar teman?” pancing Henry.“Ma-maksudmu?” gagap Syilea mendengar hal yang bisa langsung dia asumsikan tentang hal lebih dari teman.“Ya, maksudku … seperti hubungan yang lebih dekat,” jawab Henry pelan. Dia sendiri merasa