“Bibi Jill, bisa ke sini sebentar?”
Jerome dengan sabar mengarahkan kursi rodanya menuju ke ruangan di mana Bibi Jill selalu berada. Sedari tadi bocah laki-laki itu memanggil-manggil pelayan rumahnya tersebut. Namun, Bibi Jill tidak segera datang, yang membuat Jerome mau tidak mau menyusul wanita paruh baya tersebut.
Ketika ruangan yang selalu dikunjungi oleh Bibi Jill itu terlihat, Jerome melihat wanita paruh baya tersebut sedang duduk di sana. Entah kenapa Bibi Jill terlihat diam saja, tidak bergerak sedikit pun. Mungkin sedang tidur, pikir Jerome.
Jerome pun bergegas menghampiri wanita paruh baya tersebut, “Bibi Jill—“
Bocah berusia 12 tahun itu tersentak terkejut. Bahkan sampai membuatnya jatuh dari atas kursi roda karena terlalu terkejut, “BIBI JILL!!”
Bocah itu melihat, Bibi Jill telah tewas dibunuh. Tertusuk oleh benda tajam d bagian dada, jika dilihat dari noda darah yang m
Lucius memandang bingung pada Ashen yang baru saja mengabarkan sesuatu. Ada sebuah surat yang datang untuk Lucius.“Surat?” tanya Lucius merasa bingung dengan apa yang terjadi saat ini.“Ya. Tertuliskan untuk kepala keluarga ini. Dikirim dengan bayaran satu pound oleh pria yang menyembunyikan wajahnya,” jawab Ashen kemudian menunjukkan satu buah amplop surat biasa dan sebuah sapu tangan, “Dalam amplop ada memo dengan alamat pemakaman di Chiswick dan ... sebuah sapu tangan dengan inisial ‘H’ menyertai kedatangan surat ini.”Lucius mengambil amplop serta sapu tangan tersebut. Mulai membaca memo tanpa suara sedikit pun.“H, ya?” gumam Lumiere kemudian beranjak dari duduknya, “Mari kita ke sana terlebih dahulu.”“Apa yang terjadi dengan si pengirim surat ini?” tanya Lucius terlihat menyimpan kembali memo tersebut ke dalam amplop, “Jika sampai meny
Peter mengembuskan napasnya secara perlahan, mengumpulkan semua kesiapannya untuk bertemu kembali dengan sang kakak, di bangunan besar dan mewah yang dijadikan sebagai kediaman utama Keluarga Spade.Mansion bernuansa putih gading dan sedikit corak emas itu sudah cukup lama Peter tidak melihatnya. Tidak banyak perubahan mencolok di sana. Hanya perubahan-perubahan kecil yang sepertinya merupakan bagian dari hobi dan kesenangan baru kakaknya tersebut. Namun tentu saja, Peter tidak peduli.Yang ia pedulikan adalah kebebasan.Peter melangkahkan kakinya masuk ke dalam. Menyusuri lorong yang telah dipenuhi oleh para pelayan dan butler. Mereka membungkuk, menyambut kedatangannya, seolah-olah Peter telah ditunggu-tunggu oleh mereka kunjungannya kemari.“Billy, kakak ada di ruangannya?” tanya Peter ketika ia telah berdiri di hadapan seorang pria tua yang berjabatan sebagai kepala pelayan.“Ya, Tuan Oscar s
Peter memandang lembut pada Lumiere yang terlihat sedang menikmati semilir angin taman. Angin berembus lembut yang menyejukkan, namun sedikit terasa serangan dingin karena malam yang kian larut. Pembicaraan antara kedua keluarga itu berlangsung khidmat dan damai. Tidak ada pertikaian ataupun perdebatan tidak berarti, justru kemudian berakhir baik dengan hasil yang memuaskan.Diputuskan jika Lumiere dan Peter akan menjalani pertunangan minggu depan. Dilanjutkan dengan pernikahan mereka yang akan digelar satu bulan setelah pertunangan. Dengan kata lain, selama satu bulan lebih seminggu ini, mereka akan disibukkan dengan berbagai macam persiapan pertunangan dan pernikahan. Dan masih ada beberapa pertemuan lagi untuk membahas desain undangan, keluarga mana saja yang akan diundang, serta akan ada waktu di mana Peter dan Lumiere harus mencocokkan jas dan gaun pernikahan mereka.Helaan napas kemudian terdengar dari Peter, “Kita akan benar-benar disibukk
Peter tersenyum geli ketika melihat Sebastian yang terlihat gusar. Beberapa kali pria yang memelihara tiga ekor kucing tersebut, mengetuk-ngetukkan jarinya ke atas meja.“Enggak usah gugup begitu,” tutur Peter seraya menepuk pelan bahu Sebastian untuk menenangkannya.“Maaf,” cicit Sebastian terlihat berusaha memaksakan sebuah senyuman.“Tapi, wajar saja sih kamu gugup begini. Ini pertemuan pertama kalian. Kamu juga belum mendengar satu pun bagaimana sikap seorang Charles Evanescene itu. Dia terlalu banyak topeng,” ujar Peter kemudian melangkah menuju ke jendela ketika mendengar suara kereta kuda yang berhenti di suatu tempat. “Maka dari itu, apa pun yang kamu lihat. Diam saja, ya? Biar aku yang ngomong sama dia.”“Ah ... baiklah.”Peter tersenyum miring, merasa senang karena Sebastian tiba-tiba saja menjadi penurut seperti ini. Mungkin temannya tersebut benar-benar merasa
“Apa-apaan sih dia tadi!?” pekik Sebastian meluapkan amarahnya secara bebas. Sudah lewat setengah jam Charles dan seluruh rombongannya itu pergi meninggalkan tempat ini. “Padahal dia itu konglomerat, tapi kenapa sikapnya sangat angkuh seperti itu.”“Aku sih sudah biasa. Berkali-kali ketemu orang yang kayak Charles begitu selama membuka jasa konsultasi begini,” celetuk Peter sembati membantu Miss Rawless membersihkan pecahan piring dan teko yang dipecahkan oleh Charles.“Berkali-kali!? Terus, teko teh dan bioalmu!?” tanya Sebastian histeris.“Porselen sih bisa dibeli lagi. Tapi kalo biola ....” Peter mendekati laci meja kerjanya kemudian mengeluarkan sebuah biola dari dalam sana, “Aman kok.”Melihat biola kesayangan Peter masih utuh dan terlihat bagus, membuat Sebastian terkejut dan mulai mempertanyakan tentang biola yang tergeletak di bawah sana, “Lalu, yang di
Malam Keesokan Harinya, Brighton Timur.Sebastian memejamkan sebelah matanya ketika angin berembus sangat kencang, menabrak wajah tampannya tersebut. Angin malam yang merupakan tipikal menandakan sebentar lagi akan turun hujan. Langkah kakinya tertatih karena begitu kuatnya angin berembus saat ini. Menerjang tubuhnya tanpa ampun.“Anginnya kencang sekali. Hujan bisa turun kapan saja nih,” celetuk Sebastian seraya memperhatikan sekitarnya, “Apa karena vila ini terletak di perbukitan yang berbatasan langsung dengan laut, anginnya jadi sekencang ini?”“Tapi, suasana seperti ini sangat pas untuk mencuri,” jawab Peter yang melenceng dari konteks pertanyaan Sebastian tersebut.Namun sepertinya, Sebastian tidak mempermasalahkan hal tersebut, “Waktu sudah berlalu cukup banyak sejak kita bertemu dengan kereta Evanescene di kota. Akan sangat merepotkan jika seandainya dia berputar kembali, kereta pasti berh
“Aku memang tidak mengira jika Peter sudah mengetahui identitas Bangsawan Kriminal. Tapi, aku akan tetap menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh tunanganmu itu, Lady Wysteria.Charles kembali memasang sebuah senyuman penuh kelicikan. Pria itu mempersiapkan dirinya sebagai seorang komentator dalam sebuah seminar, “Pertama, kenapa aku menggunakan cara berbelit begini? Jawabannya adalah, karena memastikan bahwa kalian sama-sama tidak sadar akan dipertemukan itu penting bagiku.”Charles kemudian melemparkan pandangannya pada Peter yang masih setia mengarahkan moncong pistol itu, “Jika kamu tahu Bangsawan Kriminal akan ada di sini. Kamu pasti datang dengan tergesa-gesa tanpa persiapan, atau bahkan memiliki persiapan super karena ini menyangkut tunanganmu sendiri.”Kemudian, pria berwajah congkak itu melemparkan pandangannya pada Lumiere yang berekspresi tumpul, “Sebaliknya. Aku ingin menghindari terlal
Scotland Yard.Kedatangan Peter tampaknya menarik perhatian para polisi di sana. Termasuk beberapa detektif yang memang mengenal dekat dengan Peter. Bisik-bisik tetangga terdengar, bervariasi, namun kebanyakan mereka tidak pernah menyangka jika detektif besar seperti Peter membunuh seseorang.“OI SPADE! KAMU MEMBUNUH ORANG!? APA BETUL ITU!?”Peter menoleh, menatap salah satu kenalan detektifnya dengan senyuman jenaka, “Hoo? Sayang sekali ya, Aldrich. Bukan kamu yang nangkap aku.” Peter kembali didorong untuk bergegas menuju ke ruang interogasi sesuai dengan SOP yang berlaku pada Scotland Yard.“Komisaris Macmillan, tersangka sudah tiba,” ujar sipir yang menggiring Peter untuk pergi ke ruang interogasi.Pria berkacamata yang sedang berdiri di ambang pintu itu hanya mengangguk, “Spade, ini adalah ruang interogasi.”“Iya,” ujar Peter terlihat siap untuk menceritakan se