Scotland Yard.
Kedatangan Peter tampaknya menarik perhatian para polisi di sana. Termasuk beberapa detektif yang memang mengenal dekat dengan Peter. Bisik-bisik tetangga terdengar, bervariasi, namun kebanyakan mereka tidak pernah menyangka jika detektif besar seperti Peter membunuh seseorang.
“OI SPADE! KAMU MEMBUNUH ORANG!? APA BETUL ITU!?”
Peter menoleh, menatap salah satu kenalan detektifnya dengan senyuman jenaka, “Hoo? Sayang sekali ya, Aldrich. Bukan kamu yang nangkap aku.” Peter kembali didorong untuk bergegas menuju ke ruang interogasi sesuai dengan SOP yang berlaku pada Scotland Yard.
“Komisaris Macmillan, tersangka sudah tiba,” ujar sipir yang menggiring Peter untuk pergi ke ruang interogasi.
Pria berkacamata yang sedang berdiri di ambang pintu itu hanya mengangguk, “Spade, ini adalah ruang interogasi.”
“Iya,” ujar Peter terlihat siap untuk menceritakan se
Enam Jam Sebelumnya.Lumiere menundukkan wajahnya. Menunggu reaksi dari para rekannya dengan perasaan gugup yang terasa luar biasa. Perutnya pun terasa tidak enak, seakan-akan seseorang mengocoknya hingga menimbulkan rasa mual.Ia baru saja membagikan secarik kertas berisikan rencana selanjutnya, setelah memikirkannya semalaman. Bahkan sampai membuat Lumiere tidak bisa tidur demi menyusun rencana terakhir yang sempurna.“Wah.” Lucius menjadi orang pertama yang memberikan reaksi. “Lumiere, rencana ini ... mungkin saja aku salah ingat, tapi rasanya ... beda dengan yang pernah kubaca.”“Benar! Ini sama sekali berbeda daripada sebelumnya!” pekik Lucian tidak terima dengan rencana terbaru dari kakaknya tersebut. “Seharusnya kita semua pergi dari rumah ini begitu koran memberitakan identitas Kak Lumiere!”Lucian kemudian mengarahkan pandangannya pada Lumiere masih duduk ten
Lucius diam membisu ketika para anggota Dewan Bangsawan memberikan cacian kepadanya. Setelah kabar tentang identitas Bangsawan Kriminal tersebar, serta surat ancamannya juga ikut tersebar, Lucius langsung mendapatkan panggilan darurat untuk menghadiri rapat di gedung parlemen.Tentu saja, mereka menginterogasinya tentang perbuatan Lumiere, yang di mata hukum adalah adiknya. Keluarganya. Tindak tanduknya pasti diketahui karena Lucius adalah kepala Keluarga. Bahkan telinga Lucius terasa panas mendengarkan ocehan demi ocehan dari para anggota Dewan Bangsawan tersebut.“Earl Wysteria! Jangan hanya diam saja! Buka mulutmu! Jelaskan pada kami tentang perbuatan adikmu tersebut!” salah satu dari mereka berteriak gemas karena Lucius yang terus mengunci mulutnya.“Itu benar! Sebagai kepala keluarga, kamu punya kewajiban untuk memberikan penjelasan!”“Dalam surat pengumuman yang tiba di kantor pemerintah, tertulis bahwa
Ashen mengepalkan kedua tangannya dengan kuat selama di perjalanan. Ia gagal membujuk Lumiere untuk menghentikan pembantaian tersebut.Pikirannya hanya tertuju pada Lumiere saat ini. Memikirkan betapa menyedihkannya Lumiere yang harus menanggung dosa seorang diri. Memikirkan betapa menyedihkannya Lumiere yang berpikir bahwa, satu-satunya jalan untuk penebusan dosa hanya dengan mati menanggung segalanya.Terlalu sibuk berpikir hingga membuatnya tidak menyadari, jika Ashen telah sampai di rumah kaca Kediaman Wysteria. Tempat di mana ia tinggal selama menjadi bagian dari Kediaman Wsyteria. Pikirannya terlalu kalut untuk memikirkan bagaimana caranya ia sampai dengan selamat.“Yang lainnya berpikir demikian? Atau mereka justru berpikiran lain. Tapi, apa yang mereka pikirkan?” gumam Ashen, mengatakan mereka yang dimaksud ini adalah komplotan Bangsawan Kriminal sesungguhnya. Semua yang ada di Kediaman Wysteria. “Setidaknya mereka past
Sejak sore hari tadi, kediaman Duke Rainar dipenuhi oleh puluhan polisi dan tentara bayaran yang bertugas untuk menjaga bangsawan satu ini. Keramaian tidak bisa dihindari karena perkumpulan tersebut.Pewaris gelar Duke Rainar, Salazar Rainar terlalu mengkhawatirkan keselamatannya karena ancaman Bangsawan Kriminal. Hingga ia gelap mata dan berakhir menyewa banyak orang untuk menjaganya. Semakin memperketat penjagaan agar Bangsawan Kriminal itu tidak mudah untuk memasukinya.Namun, lawannya ini adalah seekor kancil yang cerdik. Bukan seekor kera yang mudah dibohongi, ataupun seekor kerbau yang bodoh. Bangsawan Kriminal tetap bisa masuk, dengan bantuan anak buahnya yang menyusup ke dalam tentara bayaran tersebut.Kekacauan pun terjadi karena ulah Reynox dan Miya yang bertugas sebagai pengalih perhatian. Agar Lumiere bisa masuk dengan mudah ke dalam Kediaman Duke Rainar. Kekacauan juga terjadi di dalam ketika Lumiere memasukinya.Dengan langk
“Lalu, apa yang akan kau lakukan? Biar pun kamu mengetahui tujuannya adalah untuk hal yang mulia. Tapi tetap saja, membunuh manusia itu merupakan tindak kriminal.”“Aku tahu itu,” balas Peter yang mulai kembali terlihat putus asa, “Selain karena dia adalah Bangsawan Kriminal, juga seorang wanita yang berjuang untuk hak kaumnya. Dia juga adalah tunanganku! Orang yang kucintai! Aku mana tega menyeretnya ke pengadilan. Yang ada, aku akan gila karena cintaku kandas dan belahan jiwaku mati.”“Ternyata, seorang Peter Compbell Spade tidak bisa berkutik di hadapan cinta, ya,” ledek Caius yang membuat Peter menatapngnya jengkel.“Daripada meledekku, tolong pergilah ke Rowless Street dan ambil kemeja, jas, dan dasi milikku,” pinta Peter seraya memandang malas pada Caius.“Dasi? Apa yang akan kau lakukan dengan dasi itu?”“Untuk mengikat mulutmu itu agar tidak berbi
Sebastian berusaha menyusul Peter yang terlihat terburu-buru meninggalkan Istana. Pria bersurai gelap itu tampaknya masih sangat terkejut dengan keputusan akhir atas permintaan sang ratu.Ratu Joan meminta putra bungsu Keluarga Spade itu untuk memburu Bangsawan Kriminal, kemudian membunuhnya pada saat itu juga. Tentunya Peter sempat kebingungan sampai-sampai membuatnya melirik pada sang kakak, meminta penjelasan sesuatu. Namun sayang, sang kakak justru memalingkan wajahnya. Yang membuat Peter seketika dilanda emosi dan berakhir mengatakan pada sang ratu, bahwa ia akan melakukan caranya sendiri untuk memecahkan masalah ini.“Peter, kenapa kamu menolaknya dengan keras seperti itu?” tanya Sebastian ketika mereka berhasil keluar dari istana, “Apa ada sesuatu yang kau sembunyikan selain identitas Bangsawan Kriminal?”Peter hanya terdiam. Membiarkan gigi-giginya bergemeletuk karena masih merasa kesal terhadap sang kakak, &ldquo
Kota London kembali menyambut malam dalam perasaan gelisah. Para kelas atas kembali merasa resah, takut jika malam ini adalah gilirannya untuk mati di tangan seorang gadis gila, yang menyebut dirinya sebagai Bangsawan Kriminal. Raja dari segala jenis bentuk kriminal di Kota London.Berbeda dengan Peter. Pria bersurai kelabu tersebut justru menantikan malam dengan penuh suka cita, walaupun wajahnya berkata tidak. Pria itu bergeming di tempatnya, membiarkan kamar sewanya hanya diterangi oleh cahaya temaram dari lilin dan sinar rembulan yang mengintip dari balik hordeng.Suara ketukan pintu kemudian memecahkan keheningan, juga lamunan Peter yang semula asyik menyelami alam bawah sadarnya. Peter menoleh, menatap pintu tersebut yang kembali diketuk ketika tidak ada sahutan darinya.Peter menyandarkan bokongnya pada meja kerja, “Masuklah.”Suara ketukan pintu itu kemudian berakhir. Digantikan dengan suara knop pintu yang diputar, ke
Kota London pada malam itu, bukan lagi diteror oleh kehadiran Bangsawan Kriminal. Melainkan teror kebakaran yang terjadi di beberapa tempat.Awal mula terjadi kebakaran berasal dari Kediaman Wysteria. Secara mengejutkan, asap hitam membumbung tinggi di udara. Kemudian disusul dengan warna merah kejinggaan yang membuat langit malam yang seharusnya gelap, terlihat terang.Disusul dengan kebakaran yang terjadi di Menara London. Hal tersebut benar-benar menarik perhatian para bangsawan dan juga rakyat. Mereka bahkan langsung mengklaim, jika kebakaran ini adalah ulah Bangsawan Kriminal.Para rakyat kelas rendah berkumpul di sebuah perempatan. Mereka tampaknya sedang mendiskusikan sesuatu sembari memperhatikan asap hitam yang membumbung tinggi ke atas langit.“Terjadi banyak kebakaran di beberapa tempat dalam satu waktu. Ini hal buruk, Woods. Para anak muda sedang berusaaha memadamkan api di Kediaman Wysteria.”Pria yang dipa