Setelah beberapa hari keadaan putri berangsur membaik. Untuk membunuh kebosanan karena terus berbaring di atas ranjang, pagi itu putri ingin menghabiskan waktu di taman sambil menekuni kembali hobi melukisnya. Putri melukis setangkai bunga anggrek bulan yang sangat indah.
"Ampun, Gusti. Putri Nari ada di luar ingin bertemu," kata penjaga melapor.
"Persilahkan masuk."
"Baik, Gusti."
Putri Nari tiba di taman belakang istana kediaman Putri Sekar Ayu. Putri Nari adalah sepupu Putri Sekar Ayu, anak dari salah satu adik kandung Raja Widharma. Ia sebenarnya baik, namun sikap manja dan kekanak-kanakannya terkadang membuat repot seisi istana.
"Bagaimana keadaanmu, Putri ?" sapa Putri Nari sambil tersenyum manis.
"Semakin membaik, Putri. Terimakasih telah menyempatkan waktu berkunjung kemari."
"Wah, lukisan ini sangat indah. Aku iri padamu, sebenarnya apa yang tak bisa kau lakukan, Putri ?"
"Kau terlalu memujiku, Putri Nari."
"Per
Malam semakin larut. Damar masih terjaga di sekitar kediaman putri memantau situasi. Sejak kejadian di hutan Rawan, pengawalan di kediaman putri semakin diperketat guna mencegah penyusup yang bisa saja sewaktu-waktu melukai putri. Selama pelaku percobaan pembunuhan putri belum tertangkap mereka tak akan bisa bernafas dengan tenang. Apalagi putri tinggal sekandang dengan srigala yang bisa menerkamnya kapan saja.“Aaaa …” tiba-tiba terdengar teriakan dari kamar putri. Damar dan beberapa pengawal segera berlari menuju kamar putri. Saat itu putri duduk di tepian ranjang dengan nafas yang memburu. Damar segera menghampiri putri untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi.“Ada apa, Gusti ?”“Mimpi itu muncul lagi,” jawab putri ketakutan.Damar sedikit bernafas lega ternyata putri tidak sedang dalam bahaya, ia hanya bermimpi buruk saja. Memang setelah kejadian penyerangan di hutan, putri jadi sering bermimpi
Malam berganti pagi.Putri meminta Damar melakukan penyamaran karena hari ini putri ingin pergi keluar istana menikmati udara segar, tentu tanpa protokol ketat kerajaan dan tanpa sepengetahuan keluarganya. Berhari-hari terkurung di istana membuatnya sangat bosan. Seperti burung, ia ingin terbang bebas kemana pun ia mau. Damar dan Putri Sekar Ayu berhasil meninggalkan istana tanpa hambatan sedikit pun. Mereka membaur dengan warga tanpa menimbulkan kegaduhan. Putri ingin merasakan hidup normal seperti rakyatnya yang lain."Kita mau kemana, Gusti ?" tanya Damar."Emm, aku ingin pergi ke pasar. Ada makanan yang sangat kusukai. Kau harus mencobanya," jawab putri bersemangat. Damar hanya bisa menurutinya, walau sebenarnya agak khawatir.Sesampainya di pasar, putri membeli beberapa barang dan jajanan pasar yang ia sukai. Ia juga membelikan beberapa untuk Damar. Putri tampak sangat menikmati waktu yang ia habiskan bersama Damar. Dulu ia sempat kesepian seti
Damar membawa putri berlari untuk menghindari kejaran para penjahat. Beberapa kali putri tampak memandangi tangannya yang bertautan dengan tangan Damar. Putri tersenyum, lelahnya seolah tak dirasa saat Damar menggenggam tangannya seperti itu."Sepertinya sudah aman, Gusti," kata Damar terengah-engah setelah lolos dari kejaran para penjahat."Aku tak sanggup lagi berlari." Putri tampak kelelahan sambil masih menggenggam tangan Damar dengan erat. Mereka saling menatap canggung, lalu putri buru-buru melepaskan tangan Damar begitu menyadari hal itu."Pria itu ... lihat saja nanti," kata putri mengalihkan perhatian Damar."Hamba tahu siapa dia, Gusti.""Baguslah. Aku akan menghukumnya dengan berat."Damar hanya tersenyum melihat kekesalan putri."Kenapa ?" kata putri setelah melihat senyum Damar."Tidak, Gusti. Di dekat sini ada bukit yang sangat indah. Bagaimana kalau kita beristirahat sejenak di sana ?""Baiklah," jawab put
Kian hari kedekatan antara Damar dan Putri Sekar Ayu semakin erat. Usaha Damar untuk membuang jauh rasa cintanya pada putri gagal total. Bagaimana bisa ia menghilangkan perasaannya jika setiap hari mereka selalu bersama. Sebagai pengawal pribadi putri, Damar diharuskan untuk selalu berada di dekat putri, bahkan dalam hal-hal kecil pun putri selalu melibatkan Damar di dalamnya. Belum lagi ciuman itu, membuat Damar dan putri semakin terikat satu sama lain.Kedekatan mereka memicu para dayang di kediaman putri mulai bergosip. Awalnya hanya di lingkup keputren, namun desas-desus itu semakin bergulir liar seperti bola salju yang kian membesar. Tak butuh waktu lama, kabar itu akhirnya sampai juga di telinga Utari. Kerabatnya yang juga bekerja sebagai abdi di istana mengabarkan bahwa suaminya kini sedang menjalin kedekatan dengan sang putri. Bagai disambar petir, hati Utari teriris setelah mendengar kabar itu. Pantas suaminya tak mau menyentuhnya, ternyata di hatinya telah ada wanit
Putri terkejut saat mendengar pertanyaan Ratu Pancawati. Gosip itu memang sudah sempat ia dengar, namun ia tak menyangka akan secepat itu sampai di telinga ratu. "Itu tidak benar, Ibunda. Dia hanya pengawalku," jawab putri membela diri. "Aku percaya padamu, Putri. Mana mungkin kau berhubungan dengan seorang pengawal." Putri menelan ludahnya dalam-dalam saat mendapat sindiran itu. Ia hanya diam tak berani menatap wajah ratu. "Bersiaplah, Putri. Rencananya pangeran dari Kerajaan Panca akan datang." Perkataan Ratu Pancawati membuat putri terkejut. Jelas itu bukan berita yang baik untuknya. "Maksud Ibunda ..." "Ya, kau harus segera bertemu dengan jodohmu, Putri." "Tapi aku belum siap, Ibunda." "Kalau begitu ganti pengawalmu !!" kata ratu dengan tegas. "Tidak mungkin ..." jawab putri tak kalah tegas, lalu ia segera sadar kalau tak seharusnya ia berlebihan seperti itu. "Dia ... dia dipi
Rombongan dari Kerajaan Panca telah sampai di istana Welirang, mereka disambut hangat oleh keluarga kerajaan. Seperti yang ratu katakan sebelumnya, Putri Sekar Ayu akan dijodohkan dengan seorang pangeran dari Kerajaan Panca. Ya, setelah melalui banyak pertimbangan Putri Sekar Ayu akhirnya memilih pangeran dari Kerajaan Panca untuk menyelamatkan posisi Damar di istana. Walau berat, putri harus melakukannya. Lagipula ia tak yakin rasa cintanya pada Damar akan berakhir indah. Sebagai seorang putri dan calon ratu, tak mungkin ia diperkenankan menjalin hubungan dengan seorang abdi. Jika itu terjadi, maka ia harus rela melepas gelar kebangsawanannya, sedangkan ia telah berjanji pada Senopati Ageng untuk selalu menjaga tahta itu. Putri tak ingin mengecewakan rakyat dan kedua orang tuanya yang telah mempercayakan tahta itu padanya. Dengan adanya Damar di istana itu dirasa sudah cukup, karena mengharapkan sesuatu yang lebih hanya akan membuatnya sakit di kemudian hari. Putr
Tulisan di atas batu yang Damar tulis membuat Putri Sekar Ayu semakin memikirkannya siang dan malam. Putri ingin Damar tahu bahwa langit tak sekejam itu. Hujan adalah bukti bahwa langit sangat peduli pada tanah. Melalui hujan, langit ingin menyampaikan pesan cinta dan rasa kasihnya pada tanah. Melalui hujan pula, langit ingin selalu memelihara dan menghidupkan tanah di bumi yang tak ia inginkan. Walau tak mungkin bersama, bumi dan langit akan selalu beriringan selama semesta masih ada."Menurut Gusti, bagaimana Pangeran Panca ?" Pertanyaan Galuh membuyarkan lamunan putri. Putri tak menjawab, ia hanya tersenyum mengingat kebaikan Pangeran Panca."Gusti belum pernah tersenyum seperti ini saat menceritakan seorang pria. Pangeran Panca pasti sangat istimewa," gurau Galuh."Ya. Dia cerdas, bijaksana, dan ...""Tampan ..." sahut Galuh dan beberapa dayang lainnya, semua orang jadi tertawa karenanya, tak terkecuali putri.Di saat bersamaan, putri mel
Damar terkejut melihat kemunculan Utari secara tiba-tiba. Ia segera melepaskan tangan putri dari genggamannya."Utari," kata Damar."Siapa, Damar ? Adikmu ?" tanya putri sambil tersenyum manis pada Utari. Damar ingin menjawab, namun Utari mendahuluinya."Ampun Gusti, hamba Utari. Istri Kang Damar."Deg, seketika senyum di bibir putri sirna setelah mendengar pengakuan Utari."Istri ?" kata putri menatap Damar seolah ia meminta penjelasan pada lelaki itu. Namun lagi-lagi Utari lah yang menjawab pertanyaannya. Sementara Damar hanya diam tanpa sepatah kata."Betul, Gusti. Apakah suamiku bekerja dengan baik di istana, Gusti ?" sahut Utari lagi. Utari sedikit menekankan ucapannya saat menyebut kata 'suamiku', seolah ia ingin memperingatkan putri untuk tahu diri karena Damar adalah miliknya. Nyali yang sangat luar biasa dari seorang wanita yang sedang terbakar api cemburu. Ia tak peduli lagi dengan siapa ia berhadapan. Sementara itu wajah putri tam
"Akulah yang kau cari, Utari," kata Ratu berdiri di hadapan Utari sambil memegangi dadanya. Walau telah siuman, namun efek racun di dalam tubuhnya tak bisa secepat itu hilang. Para tabib telah berusaha memintanya untuk pergi menyelamatkan diri, namun ratu justru lebih memilih untuk menyelesaikan masalahnya dengan Utari. "Bedebah !! Baiklah, aku tak akan bermain-main lagi denganmu !!" teriak Utari marah mengetahui kesembuhan ratu. Tanpa banyak basa-basi, ia langsung mengayunkan pedangnya ke arah ratu. Dua wanita itu bertarung, keadaan ratu yang belum pulih sepenuhnya membuatnya kuwalahan menghadapi Utari. Damar berusaha bangkit karena begitu mengkhawatirkan keadaan ratu, namun ia tak berdaya karena luka di tubuhnya dan juga hadangan dari anak buah Utari. Tak butuh waktu lama, Utari pun berhasil mengakhiri perlawanan Ratu Sekar Ayu. Ratu terkulai dengan cucuran darah dari mulut dan hidungnya, ia tak berdaya di bawah ancaman pedang Utari. "Kau suda
Utari berhasil memasuki istana Welirang. Istana yang sedang kosong ditinggal para penghuninya berperang di medan peperangan dengan mudah berhasil diobrak abrik oleh Utari dan pasukannya. Tujuannya sudah jelas, menemukan keberadaan Ratu Sekar Ayu. "Katakan dimana ratu kalian ??" teriak Utari sambil mengancam para dayang di istana. Mereka yang ketakutan pun akhirnya dengan berat hati menunjukkan keberadaan Ratu Sekar Ayu. Saat Utari mendobrak pintu, Ratu Sekar Ayu masih terbujur di atas ranjangnya. Tubuhmya masih membiru dengan aroma busuk yang mulai keluar dari luka di lengannya. Utari tersenyum puas menyaksikan sendiri betapa dahsyatnya upas sewu bekerja pada tubuh ratu. "Lihatlah dirimu sekarang. Apa yang ingin kau sombongkan dariku ?" kata Utari sambil memainkan pedangnya di wajah ratu. "Ini semua tak seberapa. Kau tahu betapa sengsaranya aku selama ini ?? Kematianmu pun tak cukup untuk menghapus luka batinku." Utari menatap ratu dengan penuh kebenc
Pertempuran antara pasukan Welirang dan pasukan Jagalan akhirnya pecah. Pertumpahan darah yang ditakutkan oleh banyak orang pun akhirnya terjadi juga. Saat itu medan perang dipenuhi riuhnya suara pedang, lesatan anak panah dan teriakan para prajurit yang berjuang membela pasukannya masing-masing.Di sela-sela ayunan pedangnya, Raja Widharma tampak mencari-cari keberadaan Pangeran Wiguna. Perang sudah berlalu cukup lama, namun ia tak juga melihat keberadaan putranya itu.Raja Widharma semakin merangsek masuk membelah pasukan lawan, berharap bisa segera menemukan keberadaan Pangeran Wiguna. Ia ingin sekali menghukum putranya itu karena tak mengindahkan larangannya untuk memberontak. Bukannya Pangeran Wiguna, Raja Widharma justru bertemu dengan Utari. Ia sedikit terkejut karena ternyata pasukan itu dipimpin oleh seorang wanita alih-alih Pangeran Wiguna. Raja Widharma ingin beranjak pergi namun Utari memaksanya untuk tetap berada di sana.Utari dan Raja Widharma sal
Keesokan harinya tanpa ada yang tahu peristiwa yang menimpa Pangeran Wiguna,Utari berjalan keluar dari kadipaten dengan baju zirah lengkap dengan senjata di kedua tangannya. Ribuan pasukan Jagalan telah bersiap di depan kadipaten setelah mendapatkan perintah perang dari Utari. Utari berdalih Pangeran Wiguna telah ada di perbatasan menunggu mereka bergabung dengan pasukan sekutu. Para prajurit yang tak tahu apa-apa menurut saja apa kata Utari yang katanya telah ditunjuk untuk memimpin pasukan Jagalan.Utari tak ingin membuang waktu, ia dan ribuan pasukannya segera bergerak menuju Welirang. Hentakan kaki kuda dan sorot tajam matanya sudah cukup menggambarkan betapa siapnya ia untuk bertempur melawan pasukan kerajaan. Ia sangat yakin dapat memporak-porandakan Welirang dengan ribuan prajurit yang telah dilatih dan dipersiapkan oleh ibu suri selama ini menggunakan dana gelap kerajaan Welirang. Sokongan dari pasukan sekutu pun sudah lebih dari cukup dan membuatnya semakin p
Damar dihajar habis-habisan oleh Nyi Gandaruhi. Pertarungan yang tak seimbang itu membuat Damar babak belur. Sementara itu, fajar sudah mulai terlihat di ufuk timur, sinar yang terpancar dari bunga Geniri pun mulai meredup. Satu per satu kelopaknya mulai menutup, bunga itu harus segera dipetik sebelum menutup sepenuhnya. Jika malam itu menjadi malam terakhir ia mekar, maka hilang sudah kesempatan mereka untuk menyelamatkan nyawa Ratu Sekar Ayu. Nyi Gandaruhi nampaknya tahu betul akan hal itu sehingga ia terus berusaha menghalangi Damar agar tak sampai menyentuh bunga itu. Damar tak mau menyerah, dengan sisa kekuatan yang ada, ia kembali bangkit dan berusaha melawan Nyi Gandaruhi. Ratu Sekar Ayu sedang menunggunya, bagaimanapun caranya ia harus bisa mendapatkan bunga itu. Tak apa jika raganya harus hancur di tangan Nyi Gandaruhi, asalkan ia dapat membawa pulang penawar racun itu. Semua orang sedang menggantungkan haparan besar padanya, ia tak mau mematahkan harapan itu.
Utari tersenyum puas saat menerima laporan dari orang suruhannya perihal keadaan Ratu Sekar Ayu. Walau bidikannya tak tepat sasaran, namun ternyata sedikit luka di tubuh ratu sudah cukup untuk menumbangkannya. Untuk beberapa saat ratu masih bisa memperpanjang napas, namun Utari yakin itu tak akan lama karena usaha Damar akan sia-sia belaka, Nyi Gandaruhi tak akan semudah itu dikalahkan. Tak disangka ternyata bidikannya akan mengenai dua mangsa sekaligus, karena pergi ke hutan Larangan sama saja dengan bunuh diri."Damar, sampai saat inipun kau masih memihaknya," gumam Utari sambil melumat habis bunga di tangannya. Tak bisa dipungkiri rasa cemburu itu masih ada. Melihat Damar rela mengorbankan nyawa demi ratu membuat kebencian di dalam dirinya kian bergejolak. Ia semakin berambisi untuk menghancurkan Ratu Sekar Ayu dan kerajaannya.Setelah menerima kabar soal kondisi ratu, Utari segera menemui Pangeran Wiguna untuk membicarakan rencana besar yang akan ia jal
Damar berangkat menuju Hutan Larangan dengan beberapa prajurit bersamanya.Perjalanan panjang melelahkan serta berbagai halangan yang menghadang tak menggoyahkan langkah Damar demi mendapatkan penawar racun itu. Tiga hari perjalanan yang biasanya ditempuh oleh kebanyakan orang, berhasil ia persingkat. Ia mengambil resiko besar mempertaruhkan diri membelah lebatnya hutan yang belum banyak terjamah oleh manusia. Bukan tanpa hambatan, sepanjang perjalanan mereka banyak menemui hal-hal ganjil yang tak masuk di nalar manusia. Mereka sempat melihat manusia berbadan ular, terkadang pasar di tengah hutan, bahkan istana emas dengan dayang-dayang cantik yang hampir saja menyilaukan mata para prajuritnya. Beruntung Damar dapat menyadarkan para prajurit sebelum mereka terjerumus ke dalam dunia mereka.Setelah melalui banyak rintangan, akhirnya Damar dan pasukannya sampai di lereng Hutan Larangan. Mereka segera memeriksa, menyebar ke berbagai arah untuk menemukan Bunga Geniri. Seki
Hari sudah menjelang petang saat Damar tiba di depan gerbang istana Welirang. Ia langsung dihadang oleh para penjaga yang sedang bertugas saat itu. Para penjaga sangat terkejut, setelah bertahun-tahun tak diketahui keberadaannya Damar tiba-tiba berdiri di hadapan mereka. Mereka semakin kaget saat mendapati Ratu Sekar Ayu terkulai lemah di atas kuda yang Damar naiki. Mereka menyangka Damar sedang menyandera ratu untuk tujuan tertentu. Kepala penjaga segera memerintahkan para prajurit untuk segera menyelamatkan ratu."Tunggu !! Ratu sedang membutuhkan pertolongan," teriak Damar, namun tetap tak digubris oleh para prajurit.Damar benar-benar kehilangan kesabaran, ia akhirnya nekat mendobrak gerbang istana lalu menerobos masuk ke dalam istana. Tak ada gunanya berdebat dengan para penjaga, keselamatan ratu jauh lebih penting baginya.Kuda itu terus melaju memasuki istana. Para penjaga pun tak tinggal diam, mereka mengejar Damar sehingga menimbulkan keributan di dalam
Ratu berjalan keluar dari pendopo kadipaten, langkahnya tiba-tiba terhenti, wajahnya sangat terkejut saat ia tanpa sengaja mendapati Utari berdiri di ambang pintu. Setelah bertahun-tahun menghilang tanpa jejak, bagaimana bisa ia bertemu dengannya lagi di Kadipaten Jagalan. Ratu benar-benar membeku melihat Utari berdiri di hadapannya.Tak hanya ratu, Utari pun sempat membeku beberapa saat. Jantungnya bergetar hebat saat berhadapan langsung dengan Ratu Sekar Ayu. Setelah sekian waktu berlalu, ratu masih tetap terlihat sama, wajah itu mengingatkannya kembali pada luka masa lalu, mengingatkan kembali pengkhianatan Damar dan semua penderitaannya. Utari semakin dengki melihat kecantikan Ratu Sekar Ayu, ingin rasanya ia cabik-cabik wajah orang yang sedang berdiri di hadapannya itu.Utari sebenarnya tak berniat menampakkan diri sebelum ambisinya terpenuhi. Ia ingin menjadikan dirinya sebagai kejutan terbesar saat ia berhasil membalas dendam pada ratu, namun karena kebencian ya