—2—
Bunyi ‘prang’ terdengar begitu keras, menandakan sesuatu tengah terjadi di sebuah apartemen milik James.“Key hentikan! Kau tak bisa bersikap seperti ini lagi!" James meraih bahu Keyla dan mengguncangkannya. Berusaha menyadarkan tunangannya yang kembali depresi setelah beberapa hari lalu dia menerima undangan pernikahan dari Ben Alexander. Mantan kekasihnya di masa lalu yang berpisah karena kecelakaan."Aku tak bisa James! Dia terlalu mudah melupakanku! Sementara aku?!""Bagaimana denganku, Key? Pernahkah kau memikirkan perasaanku saat kau kembali seperti ini? Haruskah aku menghilang darimu dulu agar kau memandang ke arahku?!" bentak James, menatap Keyla.Keyla tersadar dan menatap James dengan sorot mata takut akan kehilangan. "Jamie... Tapi kau bilang, kau akan tetap mencintaiku sekalipun kau tahu aku belum sepenuhnya—""Kesabaranku ada batasnya, Key!” James berdiri membelakangi Keyla. “Jika Xander berpaling setelah tujuh tahun menunggumu, aku pun bisa berpaling setelah aku lelah menjadi bayangannya di matamu," ujar James. Dia melangkah keluar apartemen, meninggalkan Keyla yang tersadar bahwa dirinya telah menyakiti James terlalu sering."Jamie, jangan tinggalkan aku sendiri... Jamie!!"***Minuman alkohol mungkin bisa menenangkan dirinya sejenak. Dia akan melupakan cara hidup sehat yang selama ini dia jalani.James memutuskan memasuki sebuah club yang tak jauh dari apartemennya. Mungkin hanya setengah jam jika menggunakan mobil. Saat ini ia sedang berada di sebuah ruangan yang ramai dengan orang yang asik berjoget meliuk-liukkan badan. Namun dia memilih duduk di pojok kanan dengan memesan minuman yang bisa menghilangkan pusing di kepalanya.Seorang wanita membawakan minuman yang James pesan."Silakan, Sir," ujar pelayan wanita tersebut tanpa menoleh, membuat James sedikit menundukkan kepalanya untuk memastikan penglihatannya."Kau wanita menyebalkan yang berebut taksi denganku? Kau bekerja di sini?" tanya James."Apa ada lagi yang bisa saya bantu?" tanya wanita itu mengabaikan pertanyaan James."Temani aku di sini." James mengeluarkan beberapa lembar dollar dari dompetnya dan meletakkannya di meja.Gadis itu hendak beranjak dari tempatnya dan mengabaikan tawaran James yang cukup menggiurkan. Padahal biasanya dia akan dengan senang hati mengambil beberapa tips besar jika ada tamu yang memintanya untuk menemani minum, walau dia hanya bertugas menuangkan minumannya saja."Aku akan tambahkan, duduklah. Aku... baru kali ini ke tempat seperti ini. Aku hanya jenuh dan ingin menenangkan pikiran," ujar James menahan lengan wanita tersebut.Akhirnya wanita itu menyerah dan duduk dalam diam, menuangkan minuman yang dipesan James."Siapa namamu?" tanya James, namun diabaikan."Hei, Leanor! Ke mari! Pelangganmu datang!” teriak manajer si pelayan wanita yang ternyata bernama Leanor, Lea.Lea hendak berdiri namun ditahan oleh James. Dia melambaikan beberapa lembar dollar kepada manajer tersebut dan mendapatkan tanda 'oke' dari manajer itu."Biarkan saya pergi, Sir. Saya harus melayani tamu lain."James kembali mengeluarkan beberapa lembar dollar untuk menahan wanita itu. "Jika pelangganmu memberi lebih, aku akan naikkan dua kali lipat. Lagipula manajermu sudah memberi izin. Jadi kurasa aku akan jadi pelangganmu malam ini, Lea.""Baiklah hanya sampai anda mabuk. Saya akan meminta security memesankan taksi untuk anda." Lea berujar dan menatap James. Seketika manik mata biru bening milik James terlihat jelas. Sorot mata terluka yang begitu dalam."Kau menantangku?"Lea hanya mengangkat bahunya atas pertanyaan James.Lalu James meminum pesanannya, awalnya dia merasa aneh. Namun setelah beberapa gelas dia meminumnya, sepertinya dia mulai terbiasa dan mulai menikmati minuman tersebut. Hingga lama kelamaan James menjadi mabuk dan bercerita tentang dirinya yang menyedihkan.Lea hanya diam tak berkomentar apa pun, sampai James tertidur di atas pangkuannya dan membuatnya kesulitan berdiri untuk sekadar memanggil bosnya atau security guna membantu James pulang.Ketika salah seorang rekan kerja Lea datang, James justru terbangun. "Lea jangan antar aku ke apartemen, aku ingin menghilang darinya walau hanya semalam. Memberinya sedikit pelajaran agar dia menghargaiku," racau James."Jadi ke mana aku harus mengantarmu? Aku tak mungkin membawamu ke hotel aku tak punya uang," ujar Lea."Ambil saja ini, kau pakai saja berapa pun yang kau mau, asal malam ini kau temani aku." James mengeluarkan dompetnya."Maaf, tapi bukan tugasku menemani tamu ke hotel." Lea menjelaskan walau tahu James tak akan peduli."Hanya kau! Oke? Ambil semua yang kau butuhkan, asalkan kau yang membawaku. Aku tahu kau wanita baik jadi aku percaya padamu." James berujar tanpa membuka matanya. Dia bersandar pada pundak Lea. "Ayo kita ke hotel, kau bisa membawa mobil? Bawalah mobilku," lanjut James.Lea akhirnya menurut saja. Kebetulan dia juga sedang kurang sehat, dan mengantar James bisa jadi alasannya untuk pulang lebih cepat.***Sesampainya di hotel James kembali berceloteh tak jelas, mengulang setiap kata yang membuatnya merasa seperti orang bodoh. Sementara Lea dengan susah payah memapah James ke ranjang, menjatuhkannya hingga dirinya ikut tertarik ke atas tubuh James. Dan James kembali terbangun, tapi tidak dengan ‘kesadarannya’."Hei, Key. Apa kau sudah sadar bahwa aku lebih baik darinya?" James mulai meracau dan meraih tengkuk Lea yang dikiranya Keyla. Dia menciumnya dengan kasar seakan ingin memberitahu kepada Keyla bahwa dia marah.Leanor melepaskan ciuman itu dengan susah payah. "Hei! Sadarlah! Aku bukan kekasihmu!”James tertawa mengejek. Dia benar-benar mabuk. "Apa kau bilang? Aku tak pernah bisa menggantikannya?" ujar James. "Mari kita buktikan." Lalu James menarik Lea hingga terjatuh di ranjang dan menindihnya. Menciuminya dengan liar tanpa peduli teriakan Lea yang mengatakan bahwa dia bukan Keyla.James mulai membuka kemeja Lea dengan kasar. Dia meremas payudara Lea dengan keras, membuat pemiliknya meringis kesakitan. Lea akhirnya pasrah, dia lelah memberontak. Tenaga pria jelas lebih kuat, ditambah James yang mabuk dan kalap, membuat Lea semakin sulit menyadarkan James. Dia sudah berkali-kali memukul-mukul dada James. Namun tetap tak mempengaruhi pergerakan James yang terus menciuminya.Lea mengaduh kesakitan saat James dengan keras mengisap puncak payudaranya. "Please..., jangan lakukan ini!" ujar Lea mulai menangis."Bahkan kau menolak untuk aku sentuh, Key?! Apa aku harus menghamilimu seperti mantanmu yang menghamili kekasihnya?!" Ucapan James kali ini membuat Lea membulatkan matanya dan kembali memberontak.Namun James tetap tak bergerak dari atasnya. Dia malah dengan mudahnya menarik turun underware-nya dan menyisakan roknya yang berada di perutnya. James mulai memainkan area sensitif Lea dengan mengelus-ngelus dan menggodanya, bermain dengan klitorisnya membuat Lea merasa ingin buang air kecil."Please, stop! Aku mohon.... Aku bukan Keyla, James! Sadarlah!" Lea menarik kepala James yang sedang menikmati payudaranya dengan leluasa. Lea merapatkan kedua pahanya, menutup akses mainan tangan James yang berusaha membukanya dan bermain di sana.Entah sejak kapan James telah membuka celananya dan siap dengan dirinya yang sudah mengeras. James menahan tangan Lea ke atas kepalanya dengan satu tangannya. Sementara tangan satunya mengarahkan miliknya untuk menyatukannya dengan diri Lea. Berkali-kali Lea mencoba merapatkan kakinya, namun berkali-kali juga James menahannya. Dia berada di antara kedua paha Lea, bersiap menembus pertahanan Lea."Kau akan tahu, Key! Setelah ini, kau akan tahu bahwa hanya aku yang mencintaimu," ujar James dan mendesak memasukkan miliknya. Walau sulit, dengan sekali hentakan dia menembus dinding pertahanan Lea. Hingga dia tersadar bahwa wanita yang berada di bawahnya bukanlah Keyla atau pun jalang. Namun seorang wanita yang baru saja dia renggut mahkotanya."Ahhh...!!" teriak Lea saat James memasukinya."You're Virgin?" James terkejut, namun dia tak bisa menarik kembali dirinya. Karena dia yakin akan lebih sakit jika dia menghentikannya sekarang."Argh! You the jerk doctor!" teriak Lea.James menciumi bibir Lea dengan lembut dan mengusap air mata yang mengalir di pipi wanita itu. "Maaf... aku sungguh tak tahu, aku akan bergerak secara perlahan.""Lakukan dengan cepat! Ini bukan percintaan, kita tak saling mencintai! Anggap saja kau sedang beruntung dan aku sedang sial!" ujar Lea yang bahkan tak mau menatap James yang terlihat merasa bersalah.James tak menjawab. Dia mulai bergerak perlahan, berusaha untuk cepat menuntaskan perbuatannya walau kepalanya sangat sakit karena menahan rasa mabuk yang menderanya. Kemungkinan besar dia akan lupa dengan apa yang dia lakukan sejak tadi.James benar-benar menyesal karena salah mengira Lea adalah Keyla, atau jalang yang memang terbiasa melakukan ini. Dia sungguh tak tahu jika ini adalah yang pertama bagi Lea. Pantas saja dia merasa bahwa ciuman wanita berambut cokelat itu terbilang kaku.James kembali menciumi Lea dengan lembut. Namun Lea tak kunjung membalas pagutan bibirnya. "Bagaimana aku bisa menyelesaikannya dengan cepat jika kau tak membalasku?" James meracau dan kembali menciumi Lea yang akhirnya mau memberi akses bagi James untuk bermain di dalam rongga mulutnya.Lalu James menggerakkan pinggulnya dengan cepat, membuat erangan lolos dari mulut Lea.“Shit! Kau benar-benar sempit," racau James masih betah bermain dengan puncak payudara wanita yang tengah menggeliat di bawah tubuhnya. Sementara bagian tubuhnya yang mengeras terus bergerak semakin ke dalam, membuat Lea kembali mengerang nikmat."Ah...!" Sial! Kenapa aku bisa menikmatinya? Ini gila! Aku melepaskan keperawananku pada pria asing dan aku malah menikmatinya? batin Lea.James semakin mempercepat gerakannya, menghunus semakin dalam, tak menyisakan bagian dari dirinya berada di luar walau hanya beberapa senti."Ah...!""Yes, Babe. C'mon!!" seru James meminta Lea terus mengerang untuk membuatnya semakin bernafsu dan mempercepat permainannya.Lalu mereka mencapai kenikmatan bersama. Lea merasakan cairan hangat menyembur dalam dirinya, yang juga baru saja mendapatkan kenikmatan yang baru pertama kali dia rasakan.James ambruk ke samping Lea dan memeluk wanita itu erat. "Thanks and sorry, Lea." James langsung terlelap karena kepalanya sangat sakit.Lea kembali meneteskan air matanya dan memejamkan matanya sebentar. Meringkuk dalam pelukan James, hingga terlelap sampai beberapa jam kemudian.Ketika terbangun, Lea menarik dirinya dari pelukan James dan beranjak ke kamar mandi untuk membasuh seluruh tubuhnya, yang penuh dengan tanda merah terutama di bagian dada dan lehernya. Dia terus menggosok bagian itu dengan kasar hingga lecet, sambil terus menangis di bawah kucuran air.Lelah menangis, Lea pun mengeringkan diri lalu memakai pakaiannya sambil menatap perih James yang terlelap. Dia yakin pria yang sedang tertidur dengan tenang itu tak akan mengingat dirinya yang telah diambil keperawanannya.Lea memilih pergi tanpa menuliskan pesan atau apa pun untuk mengingatkan James. Dia cukup tahu diri bahwa semua terjadi karena dirinya yang juga bersedia dan tak menolak dengan keras saat James memohon bantuannya.Semoga setelah ini, kau bisa bahagia dengan wanitamu, ujar Lea dalam hati, sebelum akhirnya dia berlalu keluar, menutup pintu kamar hotel.Dia akan menganggap semuanya tak pernah terjadi. Dia berharap dirinya saat ini sedang tidak dalam masa subur, agar terhindar dari kemungkinan akan tumbuhnya janin dalam rahimnya. Semoga kehidupannya akan tetap berjalan seperti biasa.**—3—Pagi harinya, James terbangun dan dia tersadar bahwa dirinya telah pergi semalaman dan meninggalkan Keyla sendirian di Apartemen.James menuju kamar mandi, dan membasuh wajahnya, lalu segera memakai bajunya dan keluar dari kamar hotel tersebut. Namun saat dia ingincheck out,ternyata kamar tersebut sudah dibayarkan.Dia melihat jam di pergelangan tangannya dan waktu sudah menunjukan pukul sepuluh pagi. Tak ada waktu untuk mengingat siapa yang membawanya ke hotel dan membayarnya. Yang saat ini dia pikirkan hanyalah Keyla yang mungkin akan berbuat hal berbahaya. Ditambah Keyla yang harus meminum obat anti depresinya lagi.James langsung meluncur menuju apartemennya. Sesampainya di bangunan megah itu, dia sama sekali tidak bisa bersantai, dan nyaris berlari menuju kamar karena Keyla tak mengangkat teleponnya.Karena terlalu terburu-buru, James menabrak seseorang yang membawa makanan. Makanan tersebut berserakan di lantai
—4—James mendatangi club tempatnya semalam bertemu dengan Lea, dia berniat memastikan kembali apa yang telah terjadi semalam.Suara berisik musik terdengar memekakan telinga, begitu mengganggu. James melihat ke sekeliling mencari sosok Lea, namun tak menemukannya.Hingga manager yang semalam seperti mengenalinya, menghampiri James."Apa kau mencari seseorang, Sir?""Ah ya... Aku mencari Lea," jawab James."Kau yang semalam diantarkan oleh Lea?" tanya balik manager bertubuh gempal tersebut."Iya, apa dia ada?""Tentu... Ikuti aku," ujar si manager berjalan lebih dulu menuju ke sebuah ruangan yang lebih tenang untuk bicara.“Permisi, Sir. Tamu ini ingin menemui Lea,” ujar manager tersebut kepada seseorang yang berada di balik kursi. Pria yang duduk itu ternyata adalah pemilik club tempat Lea bekerja.Pria yang berasal dari Inggris bernama lengkap Jonathan Walz. Sahabat yang sudah dianggap Lea seperti kakaknya
—5—Tiga hari kemudian keadaan Lea maupun Keyla sudah berangsur pulih. James rajin bolak-balik ke ruang rawat inap Keyla dan Lea secara bergantian. Tak ayal menimbulkan gosip yang menuduh Lea sebagai selingkuhan James."Berhenti menghampiriku seperti ini. Aku lelah menjawab semua pertanyaan setiap suster yang datang.""Abaikan saja, mereka memang seperti itu. Sewaktu Keyla baru kuperkenalkan, mereka juga membicarakannya. Maka dari itu aku tak mengizinkan dia untuk menjadi perawat di sini." James berkata seolah mereka memiliki hubungan."Itu jelas berbeda! Aku sungguh tak bisa mendengar orang membicarakan hal yang tidak benar di hadapanku.""Kalau begitu bagaimana jika kita buat semuanya benar?" tanya James yang tiba-tiba mendekatkan wajahnya pada wajah Lea.Lea terdiam. Tiba-tiba sebuah kecupan mendarat di bibir Lea, membuat jantungnya berdetak tak menentu. Dia buru-buru menutup mulutnya dengan satu tangannya."Apa yang kau lakuk
Leanor tertidur dengan lelap setelah dia lelah menangis dipelukan James.James bingung. Saat dia menciumnya, Lea malah menangis dan terduduk lalu semakin menangis dengan kencang.James hanya memeluknya dan membiarkan Lea menangis hingga terlelap. Dia membiarkan semua beban dipundak Lea hilang walau sesaat.James membawa Lea menuju kamar, lalu membaringkannya di atas ranjang. Dia berbaring di sampingnya, meratapi wajah lelah Lea. Dia mengusap pipi Lea dengan lembut kemudian mendekatkan wajahnya untuk mencium kening Lea. Semua dia lakukan tanpa sadar. Dia hanya melakukan apa yang hatinya inginkan hingga akhirnya dia ikut terlelap. Kebetulan dia sendiri kurang tidur selama Keyla dirawat.Sore hari saat Lea terbangun. James ikut terbangun akibat gerakan Lea dalam pelukannya."Ada apa?" tanya James masih tak melepaskan pelukannya."Aku ingin mandi.”"Memangnya kau ingin ke mana?""Aku harus bekerja!""Tidurlah. Aku akan pesankan makanan," ucap James.
—7—Lea sedang berbicara dengan Joe mengenai Aleandra yang sekarang dirawat di rumah sakit tepatnya beberapa hari yang lalu. Lea menceritakan semua yang terjadi padanya dan James. Joe sangat marah dan berniat meminta tolongpara godfatheruntuk membantunya menghancurkan James. Namun Lea melarangnya karena James berniat membantu Aleandra untuk sembuh."Jadi kau akan menerima tawarannya yang memintamu untuk...""Aku hanya ingin memintamu membantuku untuk menghindar dari dia Joe, namun tetap memantau pengobatan Ale," potong Lea."Itu tak mungkin bisa, Lea. Dia tak bodoh. Dia pasti akan memperlambat pengobatan Ale jika kau menghilang.”"Jadi aku harus bagaimana menurutmu?""Aku akan meminta bantuan untuk meminjamkan uang pada salah satu pelangganmu,” pikir Joe."Aku yakin orang yang kau mintai tolong pasti akan meminta Lea untuk melayaninya di ranjang!"Lea dan Joe seketika terkejut mendengar suara James berada di pin
Satu minggu kemudian.Malam sebelum Lea pergi menyusul Aleandra untuk operasi, James menghampirinya. Memberikan penjelasan tentang kemungkinan yang akan terjadi pada adiknya setelah operasi terjadi. Lea yang awalnya merasa optimis menjadi sedikit pesimis dengan kemungkinan sembuh total hanya lima puluh pesen."Apa kau siap untuk menerima hasil akhirnya nanti? Walau 80% aku yakin dia akan sembuh meski masih harus melakukan pengobatan terapi." Jelas James menutup laptopnya.Lea terdiam. Dia menatap laptop yang tertutup dengan pandangan kosong. James mendekat lalu mengusap bahu Lea, memberi kekuatan untuknya tetap optimis."Tenanglah, semua akan baik-baik saja. Aku sangat yakin Aleandra akan sembuh total. Dia tak akan menggunakan kursi roda ataupun tongkat. Dia akan tetap berjalan dengan kedua kakinya.”Lea menyandarkan kepalanya pada dada bidang James, merasakan takut kehilangan yang begitu kuat."Hanya dia yang aku miliki saat ini James. Dia lebih berharga
Selama tiga minggu, James disibukkan dengan persiapan pernikahannya dengan Keyla. Begitu juga dengan Lea yang sibuk mengurus pengobatan Aleandra.James memohon maaf pada Keyla setelah malam itu. Dia berjanji tak akan pergi lagi di tengah malam dan tak akan membuat Keyla bersedih lagi.Sementara Lea kembali ke Apartemen dengan Aleandra yang telah selesai operasi, namun masih harus dirawat inap di rumah sakit tempat James praktek."Kau istirahatlah Lea, wajahmu pucat. Kau pasti kelelahan karena mengurus Ale di sana.” Joe mengantarkan Lea ke apartemennya namun, hanya sampai tempat parkir."Ya, terima kasih Joe sudah membantuku.”"Kau dan Ale sudah aku anggap seperti adikku, jadi jangan berkata seperti itu.”"Baiklah. Kau langsung kekelab?" tanya Lea."Iya. Kau istirahat saja. Jika tak membaik, hubungi aku. Kita ke rumah sakit.""Dia tak perlu ke rumah sakit! Aku yang akan merawatnya!” sela James yang tiba-tiba berada di samping Lea. Dia mengambil
James segera ke ruangan Lea saat tahu dari seorang perawat bahwa Lea dirawat sejak semalam. Dia memasuki ruang rawat Lea yang sepi. Hanya ada wanita itu di sana, sedang berdiri menatap keluar jendela.James mendekat dan memeluk Lea dari belakang, menghirup aroma lavender yang masih terasa sejak semalam."Apa yang terjadi padamu? Kemarin aku melihat Joe datang ke apartemen. Apa kau sakit?" tanya James.Lea buru-buru melepaskan pelukan James dan kembali ke ranjangnya."Aku hanya kelelahan. Untuk apa kau ke sini?" tanya Lea."Aku ingin melihat keadaanmu.""Jangan pedulikan aku lagi, James. Berhenti mengkhianati Keyla. Dia tak pantas kau perlakukan seperti ini. Aku tak ingin menjadi wanita yang menyakiti hati sesama wanita."James menatap Lea, wanita yang terlalu baik untuk dia permainkan. Membuatnya semakin menyesali semua yang terjadi antara dirinya dan wanita yang memiliki iris berwarna hazel itu."Baiklah, aku akan kembali ke r
Bunyi bel pintu rumah kediaman Mrs.Walz terdengar, menandakan ada orang yang datang larut malam. Para pelayan sudah tertidur. James yang hendak mengambil air minum langsung berbelok arah untuk membukakan pintu. Dia berjalan ke arah pintu dan membukanya, menampilkan Joe dan Natasha yang berdiri dengan Natasha yang terlihat lelah dan bergelayut pada lengan Joe."Selamat datang di rumah ibumu, Joe!" tukas James sinis. Joe hanya diam menanggapi penyambutan dengan nada yang tak enak dia dengar."Masuklah dulu Nath," pinta Joe pada Natasha yang menurut lalu melewati James yang terlihat meminta penjelasan yang masuk akal untuk semua yang telah terjadi.Sementara Natasha masuk, James keluar lalu menutup pintu rumah.Satu pukulan langsung James layangkan pada wajah Joe."Itu untuk kekacauan yang kau buat pagi ini!"James hendak melayangkan pukulan lagi, namun Joe menahannya dan membalasnya.Satu pukulan mengenai pipi kiri James."Itu un
Mempelai wanita masih menundukkan kepalanya, membuat beberapa tamu penasaran sampai mereka harus sedikit membungkukkan dirinya berusaha untuk mengintip seberapa cantik mempelai tersebut. Terutama orang Rusia yang menjadi musuh dari Joe. Dia penasaran karena sebelum acara di mulai Natasha meminta izin ke toilet dan sampai sekarang dia belum juga kembali. Orang itu sempat berpikir bahwa mempelai tersebut adalah Natasha.Akibat terlalu sibuk memperhatikan sang mempelai wanita, para tamu tak menyadari bahwa mempelai pria telah berganti. Saat ini James yang berada di atas altar dengan wajah serius, membuat semua yang melihat menjadi terkejut terutama para mafia bisnis. Tak berapa lama mereka mendapat kabar dari beberapa anak buahnya bahwa Joe telah membawa Natasha pergi menggunakan helikopter yang dikira akan digunakan untuk kepergian kedua pengantin saat acara selesai.Mereka berhambur keluar dari dalam gereja, termasuk James yang sudah siap membawa pergi Lea. Zach dan Ale
Pagi hari Zach sudah mengedor-gedor pintu kamar James dengan tidak sabar. Masalahnya waktu sudah menunjukkan pukul enam pagi dan kemarin Aleandra memintanya untuk memberikan amplop itu sekarang."Hei! Bangunlah dokter brengsek!" teriak Zach kencang. Sedetik kemudian pintu terbuka, menampilkan diri James yang terlihat kacau."Ada apa bocah sialan?! Kau sungguh mencari mati, hah?!" bentak James kesal. Pasalnya sejak semalam dia menjelajahi dunia internet mencari tahu semua yang berhubungan dengan Joe dan Lea. Tetapi seperti ada yang menutupi semua jejak Joe, karena seberapa dalam James mencarinya yang dia hasilkan tetap nihil."Kau akan berterima kasih padaku jika kau tahu apa isi amplop yang diberikan bajingan licik itu!" ucap Zach sambil melemparkan amplop tersebut pada James dan dia masuk ke dalam kamar tanpa permisi.James meraih amplop tersebut kemudian masuk dan menutup pintu kamarnya. Dia duduk di sofa dan mulai membuka amplop tersebut. Sementara Zac
Beberapa hari kemudian…Lea dengan terpaksa harus ikut Joe ke London untuk melangsungkan pernikahan.Sementara James, dia tetap menyusul dan menunggu kabar dari Lea tentang ibu Joe yang dia harap bisa membantunya untuk membatalkan pernikahan keduanya.Sudah tiga hari dia berada di London tetap tak ada kabar baik dari Lea. Bahkan kabar keberadaan wanita itu saja tak terdengar. James yang bersama Zach mencoba mencari tahu semua kabar bahkan Aleandra juga sulit untuk dia hubungi.Akibatnya, kedua pria yang kebingungan itu akhirnya menebak-nebak. Sebenarnya apa yang terjadi dengan Lea dan Aleandra.Saat siang hari James dan Zach memutuskan untuk makan siang di sebuah kafe. Mereka harus mengisi perut untuk mencari kedua wanita yang mereka cintai. Ada banyak kafe di sana, namun entah kenapa James memilih kafe ini. Sebuah kafe dengan dinding kaca yang menampilkan keadaan di luar hingga ke seberang jalan yang terdapat sebuahbridal. Dia
James hendak ke kamarnya setelah menenangkan pikirannya dari setiap ucapan Joe yang membuatnya tak bisa berpikir harus bagaimana lagi."Dasar, sialan! Beraninya dia mengancamku! Oh, astaga... apa lagi yang harus aku perbuat untuk merebutmu kembali, Lea?" James berujar sambil memejamkan matanya. Dia berbaring di atas ranjangnya.Apa lagi yang harus aku lakukan, Lea? Aku sudah kehabisan akal untuk menghentikannya.batin James. Dia menatap langit-langit kamarnya. Pikirannya mundur ke belakang mengingat kejadian awal saat bertemu dengan Lea.Dia kembali mengingat bagaimana dirinya yang hancur karena Keyla dan kembali bertemu dengan Lea di sebuah bar dan malam itu terjadi. Malam ketika dia merebut kesucian Lea. James meneteskan air matanya ketika mengingat kelakuan brengseknya saat itu. Seharusnya dia tak mendapatkan cinta Lea jika mengingat bagaimana keadaan membuat wanita itu menjadi kesulitan dan sekarang membuatnya serba salah."Lea, apakah k
Lea terdiam dan terpaku mendengar ucapan Joe. Dia menatap punggung Joe yang terlihat semakin menjauh."Joe, kurasa kita harus bicara.”Mendengar kalimat itu Joe berbalik badan dan kembali mendekat kepada Lea."Akhirnya kau memintanya juga. Baiklah. Di mana? Tidak mungkin di tempatmu.”"Kita ke atap saja," usul Lea.Joe mengangguk dan mempersilahkan Lea untuk jalan lebih dulu. Saat berada di atap, cuaca di luar cukup mendung, dan angin berhembus cukup kencang. Joe memberikan jaketnya kepada Lea dan mengusap bahu wanita itu setelah memakaikan jaketnya."Kau yakin ingin bicara di sini?" tanya Joe.Lea hanya mengangguk sambil membenarkan rambutnya yang beterbangan karena hembusan angin."Baiklah, katakan apa yang ingin kau bicarakan.”"Begini Joe... sebenarnya aku..." Manik mata hazel Lea menatap Joe yang terlihat sabar menunggu kelanjutan dari perkataan Lea. Dia menghela napas, merasa sulit untuk mengataka
Lea sudah menyiapkan beberapa makanan yang akhirnya dia beli di restoran siap antar. Dia beralasan pada Joe bahwa dia sedang kurang sehat namun kenyataannya dia bahkan tak bisa berhenti menangis setelah James pergi walau hanya untuk menjemput Jason."Kau sudah ke dokter?" tanya Joe memeriksakan suhu tubuh Lea dengan punggung tangannya.Lea hanya menggeleng. James menatapnya tajam, dia tak bisa melihat kontak fisik antara Lea dan Joe walau itu hanya untuk memeriksa keadaan Lea."Jika kalian lupa, aku adalah seorang dokter!" ujar James memindahkan Jason dari pangkuannya untuk duduk dengan Aleandra. "Biar aku yang memeriksanya!"James menyingkirkan tangan Joe cukup kasar. Dia mengalihkan tatapan tajamnya dari Joe berpindah kepada Lea yang menunduk. "Seharusnya kau jangan terlalu lama berendam! Sudah kukatakan untuk segera menyelesaikan mandimu bukan?!" James dengan sengaja membicarakan masalah mandi. Padahal jelas Lea menyelesaikan mandinya dengan cepat dan
Satu minggu kemudianLea sedang berbelanja bahan makanan untuk menyambut kembalinya Joe dan Aleandra. Entah ada masalah apa hingga membuat Joe harus kembali ke Australia lebih cepat dari rencananya.James yang memang mengetahui rencana Joe yang akan membawa Lea pergi ke London terlihat gelisah. Dua hari setelah Joe mengabarkan akan kembali, James berniat ingin membawa Lea dan Jason ke Indonesia untuk tinggal di rumah yang dulu dia tempati. Sayangnya Lea menolak. Hari ini James masih berusaha untuk membawanya pergi."Aku memang membiarkanmu untuk melakukan apapun, James. Tapi bukan untuk menggunakan cara licik dengan membawaku dan Jason pergi," tolak Lea sambil mendorong troli belanjaannya. James segera mengikutinya."Aku sungguh tak mengerti dengan pikiranmu, Lea! Selama seminggu ini kita bersama, kita sudah seperti keluarga kecil yang bahagia. Mengurus Jason, mendaftarkan dia sekolah dan mengajaknya bermain. Bahkan kita…" James sengaja menjeda kal
Lea bergerak gelisah setelah James mengecupnya dan beranjak. Belum sempat James keluar kamar dia memanggilnya, "Jamie?”James berbalik dan tersenyum mendengar Lea memanggilnya dengan sebutan'Jamie'yang sangat memanjakan telinga saat seorang yang dia cintai memanggilnya seperti itu."Ya?” jawab James saat menoleh.Lea beranjak dari ranjang setelah mengecup Jason. Dia mengiring James untuk keluar dari kamar. Mereka duduk di ruang makan setelah James mengambilkan minum untuk Lea yang terlihat pucat seperti habis bermimpi buruk."Ada apa? Kau bermimpi buruk?" tanya James sambil mengusap punggung Lea. Wanita itu mendongak dan seketika memeluk James.Pertanyaan James membuat wanita itu menangis. James mengeratkan pelukannya."Aku takut. Mimpiku tadi sangat mengerikan. Di saat seharusnya momen indah tercipta di sebuah acara pernikahan namun yang terjadi adalah sebuah pembunuhan," jelas Lea sedikit bergetar."