The Original Grief
Rumpun semak itu terpotong rapi dengan bentuk kotak. Elve mengagumi sendiri karyanya. Hobi wanita yang telah hidup ribuan tahun tersebut memang merawat bunga dan membuat taman selalu rapi. Taman di sekitar kastilnya terlihat tumbuh dengan subur. Bergen keluar untuk menemui Maxer dan berpamitan pada Elve. "Pastikan kembali sebelum makan malam," ucap Elve mesra. Bergen tersenyum dan mengecup istrinya dengan hangat. Hari itu dirinya memiliki janji dengan Maxer untuk mencari pembunuh berantai yang sudah melakukan aksinya daĺam tiga minggu terakhir. Selain karena kecurigaan jika pembunuh tersebut terlibat dengan Belial, Maxer juga khawatir akan keselamatan kaum gipsi yang hidup di karavan. Lebih sulit untuk menjaga keamanan anak-anak mereka yang tinggal dalam lingkungan tanpa penjagaan yang ketat."Seharusnya kamu harus memikirkan cara untuk menetap, Maxer!" saran Bergen serius. Maxer melirik pria di sebelahnya denganInstinc to Die BetterBegitu mendarat di Serbia, Elba dan Panther menyewa sebuah mobil yang bisa menempuh jalur sulit, hutan Serbia timur.Mereka melewati jalur yang curam juga terjal. Belum lagi kondisi dingin yang sangat melemahkan fisik keduanya.Setelah menempuh perjalanan yang medannya sangat berat, dalam waktu hampir dua belas jam, akhirnya Panther mencium keberadaan Drew lebih jelas.Mobil yang mereka kendarai tidak bisa mendaki lereng yang memiliki derajat kemiringan mendekati empat puluh lima derajat tersebut.Dengan berjalan kaki, Panther memimpin pendakian mereka menuju gua, tempat Drew disekap. Inilah hutan rimba yang tingkat dinginnya paling parah. Dahan, daun dan juga semak benar-benar membeku dan bisa dipatahkan dengan mudah.Untunglah peralatan Elba sangat lengkap. Mereka tidak membutuhkan ranting kering. Elba membawa lilin parafin yang bisa digunakan untuk bahan bakar membuat api. Dengan alat yang canggih berbentuk bok
Never Ending BurdenSetelah menemui kematian dengan cara menggenaskan, lambat laun tubuh Drew kembali seperti semula. Elba merawat serta membersihkan tubuh gadis belia tersebut dan menyiapkan penguburan yang layak.Panther menimbun tanah dengan rahang mengeras. Ia merasakan kebencian yang begitu membludak. Belial yang memiliki andil dalam hal ini!"Kita harus segea kembali, Panther!" seru Elba seraya menenteng ranselnya.Panther tidak menjawab dan terus membisu.Keduanya menuruni lereng dan segera kembali ke kota.***Penginapan tempat mereka menginap cukup sepi. Elba menikmati whisky local yang rasanya lumayan enak. Panther menenggelamkan diri dalam alkohol. Untuk menutupi kecewa juga sakit hatinya, sang alpha memilih jalan yang pintas."Aku sudah menghubungi Nina. Kondisi mereka tidak begitu baik saat ini. Coque sedang dalam keadaan terluka karena serangan Katya. Nina sudah mengetahui, Panther. Dia tahu Katya hidup kembali. Tapi saat
Man with Nine LifeRumah sakit yang ada di Kosovo, Serbia, menjadi pilihan yang akhirnya Nina sepakati untuk merawat Coque yang terluka parah.Roth terlihat tidak tenang menunggu hingga Coque selesai mendapat perawatan dari tim medis. Ada hal yang cukup mengejutkan memang saat ini. Telepon dari Elba mengabarkan jika Drew telah mengakhiri nyawanya dengan cara yang tragis.Nina tidak menyangka jika Drew memilih untuk mati dari pada tersiksa dalam kungkungan takdir yang keji dan tidak gadis itu inginkan.Perjuangannya kini tinggal mencari Drew. Nina enggan memikirkan Katya yang mengacaukan hidup mereka.Telepon dari Elba masuk. Nina mengangkat sembari menjauh dari lorong rumah sakit tersebut.Elba memberi kabar jika Katya muncul di kota dekat dengan hutan di Serbia timur.Setelah Panther muncul, Katya memilih untuk kabur dan mengancam akan membalas dendam.Ada rasa geram yang menyelimuti hati Nina. Katya semakin bodoh da
Cure for Wounded WolfSelalu berakhir dengan cara yang sama, terluka. Itulah yang terjadi akhir-akhir ini pada hidup Panther.Tidak ada yang lebih baik dari mencoba melupakan dan menyimpan dalam relung yang tersembunyi."Kamu tahu hal yang lucu dari semua petualangan kita?" tanya Elba sembari memasang pelindung di sekekiling desa yang sempat diserang oleh Katya."No clue!" jawab Panther seraya membantu Elba dengan menambah energi untuknya.Elba berhenti sejenak dan mengatur napas."Musuh yang kita hadapi, selalu terhubung satu sama lain. Aku akhirnya merangkum semuanya, ini mirip dengan problem keluarga yang meluas menjadi masalah dunia!"Panther sontak tergelak dan menangkap kelucuan tersebut."Kamu tahu maksudku, bukan?" kekeh Elba. Panther membungkuk dengan tawa keras."Dunia ini menjadi repot karena kita!" timpal Panther masih terdengar geli."Ini gila! Aku juga baru menyadari
Nina menggantung ransel di bahu dan memeluk Coque juga Roth. "Aku akan kembali secepatnya." Janji Nina disambut acungan ibu jari dari kedua rekannya. Sang pemburu harus mengunjungi Roma kembali dan mencari tahu tentang pesan dari Markus yang baru saja Coque terima. Rekannya mengatakan pesan tersebut seharusnya sudah ia terima setahun yang lalu. Akan tetapi entah kenapa, baru terkirim beberapa hari yang lalu. Asumsi Roth cukup masuk akal. Seseorang menyalakan ponsel Markus dan akhirnya pesan tertunda tersebut baru keluar dari kotak draft. Tapi di luar semua asumsi dan anggapan itu, Nina juga Roth memiliki firasat bahwa perpustakaan rahasia Markus menyimpan sesuatu. Dengan spekulasi tinggi, Nina memutuskan berangkat untuk mencari tahu. ***Para biarawan dan biarawati keluar dari kapela sore itu. Misa sore baru saja selesai. Ketika melihat Nina, mereka menyapa dan menyambutnya dengan ramah. Dengan sopan, Nina meminta ijin untuk memer
Rombongan pengungsi yang kini terdampar di pinggir dermaga di Perancis tersebut duduk dengan wajah putus asa. Selain karena mereka di tolak untuk memasuki daerah selatan Perancis, para petugas kepolisian juga menjaga ketat supaya tidak ada yang mencoba kabur dan nekat.Dari anak-anak kecil, orang dewasa, hingga orang tua yang sebenarnya sudah tidak pantas mengalami hidup yang menyedihkan, duduk di tepi dermaga tanpa tenda ataupun atap yang menaungi mereka dari panas dan hujan.Bantuan yang berupa makanan juga tidak begitu banyak. Para pengungsi harus menahan lapar sementara menunggu keputusan pemerintah untuk menerima keberadaan mereka. lalat menyebar dengan cepat. Kondisi mereka yang tidak mandi dengan air bersih selama berhari-hari, membuat beberapa dari mereka sakit.Mungkin berakhir dengan maut adalah lebih baik. Setidaknya mengurangi rasa sakit yang yang kini mereka derita.Menjelang malam, mereka tidur merapat untuk menghangatkan diri satu sama lain
Katya melenggang dengan santai menuju ke sebuah rumah di kota kecil Texas. Betapa menyenangkan hidupnya sekarang. Tidak ada lagi rasa sedih yang dirinya rasakan. Semua ia lakukan dengan ringan dan tanpa beban.Menjadi manusia adalah kutukan terberatnya. Katya menjalani dengan siksaan batin yang mengendap selama bertahun-tahun. Belum lagi kejaran nurani yang selalu hadir setiap ia melakukan sesuatu. Menjadi pembunuh bayaran dulu membuatnya terpuruk dan tidak mampu menikmati tidur lelap.Tapi semua itu hilang!Kini Katya terlahir sebagai manusia hybrid yang tidak lagi memiliki rasa juga empati. Hanya amarah yang menguasai dan membakar jiwanya. Katya merasakan kebebasan dalam berekspresi dan itu terasa menyenangkan.Dia bisa melakukan apa saja tanpa tuntutan tanggung jawab atau bahkan ketakutan. Dunia terasa berada dalam rengkuhan tangannya. Katya yang dulu merasakan terpuruk karena merasa telah ditinggakan oleh Nina, kini bisa membalas rasa kecewa juga saki
Flood of BloodRoth membiarkan Nina menyendiri selama beberapa saat. Tidak ada hal yang sedang mereka kejar dengan mendesak sekarang ini. Mungkin Nina butuh waktu untuk menarik diri sejenak dari beban yang menghimpitnya.Coque mendatangi Roth yang sedang asyik memilih minuman di toko dekat losmen mereka."Jeff meneleponku!" ucap Coque.Roth membaca pikiran Coque sekilas dan tertegun. Botol yang sedang dipegangnya terlepas dan jatuh berkeping."Hei! You should pay for it!" teriak penjualnya dengan bahasa Inggris yang kaku.Coque menarik beberapa lembar sepuluh dollar dan meletakkan di atas meja."Paid!" tegasnya ketus.Setelah itu ia menarik lengan Roth dan keluar dari toko minuman buru-buru. Keduanya berjalan cepat kembali ke kamar. Ketika tiba di depan pintu, Roth terhuyung dan bersandar di tembok."Aku tahu, Roth. Maaf ... tapi aku juga berduka karena kepergian Ray," isak Coque dengan wajah memerah. "Tache