“Apa kau menyiapkannya sesuai dengan apa yang aku minta?” tanya Dominik saat melihat Harry memasuki ruangannya. Saat ini, Dominik tengah menugaskan Luna untuk mengerjakan laporan, hingga dirinya bisa berbincang dengan leluasa bersama Harry. Termasuk untuk membicarakan perihal masalah rahasia sekali pun.
“Tentu, Tuan. Saya sudah mendapatkan apa yang Tuan inginkan,” jawab Harry lalu mengeluarkan sebuah pisau bersarung berukuran sekitar lima belas sentimeter dari saku jas bagian dalamnya.
Harry memberikan pisau tersebut pada Dominik. Setelah menerimanya, Dominik menimbangnya dan membuka sarung
“Angkat rokmu,” ucap Dominik membuat Luna yang tengah merapikan gaun yang ia kenakan, mendongak terkejut.Gaun yang dikenakan Luna tampak sederhana dengan panjang rok yang mencapai pertengahan betisnya membuat Luna tampil anggun. Luna melotot pada Dominik dan berkata, “Tidak mau! Aku tidak mau harus kembali mandi dan berdandan.”Luna berpikir, jika Dominik ingin melakikan quick sex yang biasanya memang tidak melepaskan pakaian secara sempurna. Dalam quick sex, pasangan hanya akan membuka sedikit paka
“Selamat datang, Tuan dan Nyonya terhormat. Terima kasih karena kalian sudah menghadiri acara pelelangan barang-barang berharga yang pastinya sudah menjadi incaran kalian semua sebelumnya. Baik, mari kita mulai acara ini,” ucap seorang pria yang bertugas sebagai pembawa acara.Luna menoleh dan menatap Dominik yang tiba-tiba menyambar bibirnya dan mengulumnya beberapa detik sebelum melepaskannya. Baru saja Luna akan melayangkan pertanyaan sekaligus sebuah protes pada Dominik, lampu dimatikan hingga membuat Luna berjengit dan secara refleks menempelkan tubuhnya pada Dominik yang memang duduk melekat padanya. Luna menelan ludah, berpikir jika kemungkinan ada sebuah insiden yang terjadi seperti pes
Luna sama sekali tidak mengatakan apa pun, saat Dominik menggantikan gaunnya menjadi gaun tidur yang tentu saja akan nyaman digunakan untuk tidur. Sebelumnya, Dominik juga membantu Luna membersihkan semua darah yang terciprat pada lehernya dan melumuri kedua tangannya yang puti bersih. Saat ini, Dominik mendudukkan Luna di tepi ranjang dan meminta Luna untuk meminum dua buah obat berukuran kecil sembari berkata, “Minumlah. Setidaknya, ini bisa membuatmu lebih tenang.”Luna menurut dan meminum obat tersebut dengan bantuan Dominik. Setelah itu, Dominik pun membuat Luna berbaring dengan nyaman di tengah ranjang mereka. Dominik juga ikut berbaring di samping Luna dan memeluknya dengan erat. Seakan-
Luna membuka matanya dan terlihat linglung karengan kamar di mana dirinya bangun, tampak berbeda dari kamar di mana dirinya tidur sebelumnya. Semakin bingunglah Luna saat mendapati hanya dirinya yang berada di sana. Bergerak pun, Luna bingung. Ah, lebih tepatnya paranoid. Luna takut jika dirinya bertemu dengan seseorang atau situasi yang membahayakan. Semua yang sudah ia lalui, membuat Luna tanpa sadar memang harus bertindak waspada setiap saat, bahkan untuk melakukan hal sepele pun, Luna tidak bisa melakukannya secara bebas. Di tengah kebingungannya itu, untungnya Dominik muncul dari sebuah pintu. Tampaknya Dominik baru saja mandi, karena rambutnya masih setengah basah.Dominik yang melihat Luna sudah terbangun, Dominik pun mendekat pad
Luna tampak takjub dengan semua keindahan yang ia lihat. Saat ini, Dominik menggandeng tangannya dan berjalan bersama di jalanan kota paris yang sarat akan sejarah dan keindahan yang membuat setiap turis ingin kembali menginjakkan kaki mereka di sini. Luna benar-benar tidak pernah berpikir, jika suatu hari dalam kehidupannya, ia memiliki kesempatan untuk menginjakkan kakinya di tempat-tempat menakjubkan seperti ini. Dimulai dari dirinya yang bisa bekerja di perusahaan besar di Rusia, tinggal di kediaman mewah, hingga bisa berlibur ke destinasi mahal yang jelas harus merogoh kocek dalam-dalam. Ini semua hanya ada di dalam mimpi Luna, jika Luna tidak bertemu dengan Dominik. Luna menatap Dominik yang memang berada satu langkah di depannya.Saat ini pun, Luna masih merasa jika dirinya berpimpi, mengingat siapakah yang sudah menjadi suaminya ini. Rasanya, sejak awal pun, Dominik hadir seperti sebuah mimpi dalam kehidupan Luna. Menjeratnya dengan semua hal misterius dan menyulitkan yang memb
Chapter 1 ParalayangLuna tidak bisa menutup mulutnya saat melihat hamparan keindahan bak negeri dongeng di depan matanya. Sebelumnya, keindahan di Paris jelas sudah memanjakan matanya. Keindahan di mana Luna seperti dibawa ke masa lampau, di mana orang-orang masih menggunakan gaun mengembang dan sistem kasta masih sangat diperhatikan. Namun kini, Luna dimanjakan dengan pemandangan yang berbeda, tetapi sama-sama membuatnya terkejut dan merasa takjub dengan kesempatannya menginjakkan kaki di sana. Dominik yang selesai me
“Kita mau ke mana lagi?” tanya Luna saat Dominik kembali mengajaknya berpindah dari desa indah yang sudah mencuri hati Luna. Setelah membawa Luna menikmati sensasi melayang di udara dengan terjun payung. Dominik kembali mengajak Luna menikmati keindahan Grindelwald dengan berbagai cara. Dominik membuat Luna benar-benar menikmati waktunya di desa kecil yang memiliki keindahan negeri dongeng tersebut.Namun, karena rencana bulan madu yang dibuat oleh Dominik harus tetap berlanjut, pada akhirnya Dominik harus mengakhiri perjalanan mereka di Swiss dan beranjak menuju destinasi mereka yang selanjutnya. Sayangnya, seperti sebelumnya, Luna sama sekali tidak mendapatkan bocoran sedikit pun mengenai destinasi tempat wisata apa yang akan mereka kunjungi selanjutnya. Luna sendiri sudah bertanya, tetapi Dominik
“Sepertinya, rencana kita hari ini kita urungkan saja,” ucap Dominik tiba-tiba membuat Luna yang sudah merapikan diri menatap penuh tanda tanya pada sang suami yang tampak tampan dengan setelan kasualnya.“Tapi kenapa?” tanya Luna tidak mengerti. Padahal, sejak kemarin Dominik tampak begitu antusias untuk mengajak Luna mengunjungi tempat-tempat wisata yang terkenal di Roma. Namun, mengapa ketika hari berganti dirinya berubah seperti ini? Itu jelas menjengkelkan bagi Luna yang telah sudah bersiap dengan gaun musim panasnya yang tentu saja sangat cocok untuk menikmati waktu di luar ketika cuaca tengah panas-panasnya.Jelas, penampilan Luna tampak manis dengan rambut yang sengaja Luna ikat tinggi-tinggi menjadi satu. Tentu saja, ketika Luna bergera
Bertahun-tahun lamanya, Dominik mencari keberadanaan Luna. Mencari sebagian hatinya. Namun, usahanya sia-sia. Ia tidak bisa menemukan Luna, bahkan setelah menggunakan semua kemampuan serta koneksinya. Seakan-akan Luna memang menghilang begitu saja, dan selama ini tidak pernah ada di dunia ini."Tuan, apa Anda masih akan melanjutkan pencarian ini?" tanya Harry. Pertanyaan ini wajar, mengingat Dominik melakukan pencarian ini sudah hampir dua puluh tahun lamanya. Namun semua pencarian ini tidak membuahkan hasil. Rasanya, sudah saatnya Dominik berhenti dan melanjutkan kehidupannya tanpa melihat masa lalunya.Sayangnya, pemikiran Harry berbeda dengan Dominik. Mengingat Dominik masih ingin mencari Luna. Jika memang Luna sudah meninggal, maka ia ingin menemulan makam dan melihat kerangkanya. Namun jika Luna masih hidup, maka ia ingin membawanya kembali. Dominik ingin kembali membawa Luna ke dalam pelukannya. Sebab sepeninggal Luna, semuanya terasa hampa."Tidak. Tetap lanjutkan semuanya seper
“Wah cantiknya, sudah berapa bulan?” tanya seorang nenek pada Edelia yang tengah mengajak putrinya berjalan-jalan pagi. Edelia menggendong putrinya dengan kain gendongan khusus.“Usianya baru dua bulan,” jawab Edelia dengan kebahagiaan yang tampak begitu jelas pada wajahnya yang cantik.“Pasti berat harus merawat anak sendiri. Jangan ragu untuk meminta bant
Meskipun dengan saluran pernapasannya yang hampir terputus karena Dominik yang masih mencekiknya, Ignor sama sekali tidak merasa terintimidasi. Ia menyeringai dan sedetik kemudian tertawa dengan keras dengan pertanyaan yang diajukan oleh Dominik. “Kenapa kau bertanya mengenai keberadaan Luna? Apa kau akan membawanya kembali? Untuk apa? Apa untuk menjadikannya sebagai boneka hidup pengganti Eleanor?” tanya Ignor tajam, sembari berusaha untuk melepaskan cekikan Dominik.Sayangnya, apa yang dikatakan oleh Ignor malah membuat Dominik semakin marah. Ignor sudah mengatakan sesuatu yang jelas menghabiskan seluruh stok kesabaran yang ia miliki. Dengan wajah memerah, Dominik berkata, “Kau mengatakan omong kosong. Kau tidak mengetahui apa pun, tetapi berlagak dengan betindak seolah-olah mengetahui
Setelah mengatakan hal apa yang ia perlukan, Luna pun segera mematikan sambungan telepon dan kembali menatap Dominik yang tengah terlelap dengan nyenyaknya. Luna menatap Dominik dengan sendu. Mungkin, sebelum kejadian penculikan dan mengetahui rahasia dari Ignor, Luna belum menyadari apa yang ia rasakan. Ah, bukan. Bukan belum menyadari. Luna jelas sudah menyadari hal itu sejak lama, bahwa hatinya sudah jatuh untuk pria ini. Namun, sebelumnya Luna terus menekan perasaannya karena merasa takut. Sayangnya, saat ini Luna sudah bertemu dengan ketakuta yang menjadi nyata. Pada akhirnya, Luna pun tidak lagi bisa membendung perasaannya.Luna membiarkan perasaan itu meluap begitu saja. Benar, Luna membiarkan semua
Dominik mengusap pipi Luna yang terasa dingin. Setelah Dominik menemukan Luna di tepi jalan, Luna segera dibawa oleh Dominik kembali ke kediaman Yakov. Tentu saja, Dominik sudah memanggil orang yang kompeten untuk memastikan jika kondisi Luna baik-baik saja. Dominik jelas merasa sangat cemas, apalagi dengan kondisi Luna saat dirinya ditemukan. Luna mengenakan pakaian yang rusak parah, dengan jas milik pria yang melindungi pakaiannya tersebut. Tentunya, Dominik harus memastikan jika Luna belum disentuh oleh pria mana pun. Jika hal itu terjadi, tentu saja Dominik harus menangani kondisi Luna yang pastinya memburuk, baik itu fisiknya, maupun mentalnya.Namun syukurlah, Luna tidak mengalami luka selain pada wa
Lalu tubuh yang menimpa Luna disingkirkan dengan mudah. Mayat itu kini tergeletak di atas lantai dengan kepala hancur dan darah yang tercecer di mana-mana. Luna yang awalnya berpikir seseorang yang menolongnya itu adalah Dominik, seketika terkejut saat menyadari pemikirannya yang salah. Luna segera menutupi dadanya dan memanggil orang itu dengan bibir bergetar, “Ignor.”Ignor yang mendengar Luna memanggilnya dengan lirih, mau tidak mau menyeringai pad
Luna terbangun dan sadar jika dirinya tengah dalam penyandraan. Dengan kondisi kaki dan tangan yang terikat dan mulut yang dilakban, siapa pun pasti bisa menyimpulkan hal itu dengan mudah, bukan? Meskipun ini bukanlah situasi yang baik-baik saja, tetapi Luna berusaha untuk menenangkan diri. Setidaknya, Luna tidak boleh terlihat seperti orang yang ketakutan, karena ketakutannya nanti pasti dengan mudah dimanfaatkan oleh orang yang sudah menculiknya ini. Luna merasa jika keadaan selalu tidak pernah berpihak padanya. Bahkan, saat Luna menjalankan kesehariannya seperti orang normal saja, Luna tetap terseret dalam masalah seperti ini. Luna menggerakkan sedikit tubuhnya yang memang terikat erat pada kursi yang ia tempati. Luna memang belum bisa menebak siapa yang sudah menculik dan menyekapnya ini, tetap
Hingga malam, Luna sama sekali tidak bisa beristirahat. Padahal, tubuhnya sendiri sudah menjerit meminta untuk istirahat. Namun, otak Luna terus mengulang kejadian mengerikan di mana dirinya melukai seseorang bahkan membuat orang itu mati. Luna melirik kotak berisi pisau berlumur darah kering yang ia simpan di atas nakas. Semuanya bagai mimpi buruk bagi Luna. Sejak awal, keputusan Luna untuk ikut ke Rusia. Seharusnya, Luna mendengarkan suara hatinya dan mengikuti firasatnya. Jika dirinya tidak terjebak dalam tipu muslihat Dominik, Luna tidak mungkin sampai berada di titik ini. Luna tidak mungkin terbawa arus dan menjadi seorang penjahat sama halnya dengan Dominik.Luna mendengar deru mobil, lalu melirik jam dinding. Ini jam satu pagi, dan Dominik baru kembali dari urusan pe
Setelah hampir dua minggu menghabiskan waktu bulan madu berkeliling dari satu negara ke negara lainnya, tibalah saat di mana Dominik dan Luna kembali ke Rusia. Ternyata, ada beberapa hal yang terjadi di Rusia, dan mendesak Dominik untuk segera kembali ke negerinya itu. Walaupun enggan mengakhiri acara bulan madunya secepat itu, tetapi Dominik tidak memiliki pilihan lain, selain melakukannya, karena ia tidak bisa mengabaikan pekerjaannya lebih lama daripada itu. Luna sendiri sama sekali tidak keberatan harus menyelesaikan rangkaian bulan madu mendadaknya. Ia merasa lelah dengan perjalanan tidak berujung itu, dan memilih untuk kembali dengan pekerjaannya sebagai sekretaris Dominik.Setelah tiga hari beristirahat, saat ini Luna sudah kembali aktif bekerja di perusahaan, dan menyadari jika selama ini Harry yang men