"Lezat." Aldrich tersenyum pada Beyonce yang menatapnya penuh gairah dengan tersipu malu dan napas tersengal membumbungkan dada. Aldrich mengusap bibirnya dengan jari yang terlihat amat seksi di mata Beyonce yang menggigit bibir, tak sabar melihat Aldrich menarik resleting celana pada bagian menonjol itu. "Biar aku bantu."Aldrich menaikkan alisnya, sedikit mengerang begitu jarinya tersentuh kulit lembut dari tangan Beyonce yang mencegah. Istrinya tahu-tahu sudah ada di bawahnya ketika ia berdiri. "Serius? Tapi kalau tidak panjang bagaimana?" "Ya, aku panjangkan."Aldrich terkekeh gemas sambil membungkuk, yang langsung disambut ciuman Beyonce yang begitu menggoda. Dengan jari wanita itu meloloskan hingga menurunkan underwear nya. "Oohhh!" Aldrich mendesah, telapak tangan Beyonce membawa miliknya dengan remasan lembut. Ciumannya berpindah posisi, Beyonce menggelamkan mulutnya di sana. Sementara Aldrich memainkan puncak dadanya. "Al...."Beyonce semakin cepat mengulum, Aldrich me
Beyonce tidak bisa menyembunyikan ketakutan di sela rasa nikmat yang terus ia rasakan. Meski berusaha menepis cumbuan Aldrich di sepanjang lehernya, tapi ia juga sulit menolak. Dilihatnya ke segala arah, kemudian Beyonce merasa aneh. Semua orang tiba-tiba menghilang, begitupun celotehan Zico yang tidak ia dengar. "Al, ke mana Zico dan yang lain?" Beyonce memutar tubuhnya menghadap Aldrich, kedua tangannya melingkar di leher pria itu dengan manja. "William dan Agatha mengajaknya bermain agak jauh dari Villa, hanya ada kita berdua di sini sayang," jawab Aldrich sambil mencium bibir Beyonce yang sudah menjadi candu. "Kau ini suka semena-mena!" Beyonce memukuli dada Aldrich dengan cemberut. Aldrich tertawa, menciumi pipi Beyonce lalu menarik kedua kaki Beyonce melingkar di pinggangnya dan dibawanya ke pinggiran kolam. "Anggap saja honeymoon," kata Aldrich dengan nada menggoda, jarinya sibuk mengangkat dari bawah bikini Beyonce. "Omong-omong, kau seksi sekali sayang. Aku jadi tidak b
Sebelumnya, Di luar ruangan Aldrich, berdiri seorang wanita seksi dan seorang pria sedang mengetuk pintu. Aldrich yang baru saja duduk langsung mengecek layar monitor di mejanya. Kening Aldrich mengerut dalam saat menyebutkan nama kedua orang itu. "Sylvania dan Mr. Crewth. Kenapa ia harus mengajak wanita itu? Ck!"Aldrich beranjak, kemudian berjalan membuka pintu dengan ramah pada klien bisnisnya. "Anda saya tunggu sejak tadi."Namun pada wanita seksi yang terus menatapnya dengan genit, Aldrich langsung mengubah sikapnya menjadi dingin. "Terima kasih Mr. Jonas." Crewth mengangguk, tersenyum pada Aldrich yang mempersilakannya duduk di sofa.Aldrich tidak tahu jika Sylvania ternyata belum mengikutinya. Lagi pula ia tidak peduli. Akan tetapi sebelum Aldrich mendekati Crewth. Sylvania mengejutkannya, karena wanita itu tiba-tiba memeluk Aldrich dari samping. "Please, hanya sebentar. Aku merindukanmu Pak Jonas," kata Sylvania memejam mata di sela mendekap tubuh perkasa Aldrich yang hang
Beyonce tercengang dengan kening mengernyit melihat pria itu. "Pak Vincent, kau?""Iya, aku sedang janjian dengan temanku. Lalu aku tak sengaja melihatmu lewat. Bolehkah aku duduk di sini sambil menunggu temanku datang?" tanya Vincent karena Beyonce tampak keberatan. Merasa diabaikan dan sepertinya mood Beyonce kurang baik, Vincent akhirnya kembali berdiri. "Ya, sudah aku pergi dulu kalau begitu. Sampai bertemu lagi, bye!" pamit Vincent. Beyonce yang semula melamun lalu menatap pria itu. "Duduklah, tidak apa-apa!" sergahnya dengan seulas senyum tipis. Sebenarnya ingin sendiri, tapi karena Vincent tidak macam-macam Beyonce berubah pikiran. "Terima kasih, Bey," ucap Vincent sambil menaruh cangkir kopinya di meja lagi. Bertepatan pelayan datang membawa pesanan minum Beyonce. Vincent memperhatikan wanita yang pernah dicintainya itu diam-diam. Dan memulai obrolannya lagi ketika pelayan pergi. "Maaf, di pernikahanmu aku tak datang. Jujur, aku tak siap melihatmu bersanding dengan Mr.
“Ini semua gara-gara kau, Vincent!” bentak Aldrich yang begitu marah pada mantan anak buahnya itu. Ia mengira Vincent telah menyerah setelah ia berhasil menikahi Beyonce, ternyata tidak! “Puas kau menghancurkan rumah tanggaku, huh?” Kepalan tangan Aldrich sudah bersiap melayang lagi ke wajah Vincent. Tapi Vincent mendorong bahu Aldrich dengan kuat, sehingga pria itu terhuyung beberapa langkah. “Anda salah paham, Mr. Jonas. Saya tidak pernah berniat buruk seperti yang Anda tuduhkan, karena yang dikatakan Bey itu benar. Kami tidak sengaja bertemu di sini, lagi pula hanya mengobrol dan tidak macam-macam.” Vincent coba menjelaskan semampunya. Tapi sepertinya apa yang dikatakan Vincent percuma, karena Aldrich sama sekali tak memercayainya. Sementara itu, Beyonce terlihat sudah pergi jauh menuju parkiran. Wanita itu bahkan terus mengusap air matanya yang tak berhenti mengalir. “Bullshit!” umpat Aldrich sambil menuding-nuding Vincent dengan tatapan tajam. "Jika sampai terbukti kau menjadi
Harap bijak 21+***Aroma tubuh Aldrich yang sangat wangi dan memabukkan, membuat Beyonce hanyut. Tak sadar memejamkan matanya begitu Aldrich mendekatkan wajah dan mengecupnya dengan lembut. "Mmmh..."Beyonce diam menikmati bibir Aldrich yang memanjakannya, hisapannya lembut—terasa membuai hingga Beyonce akhirnya membuka bibir. Memberi akses bibir Aldrich bergerilya ke dalam mulutnya. "Al..." Beyonce melenguh di sela decapan bibir. Keduanya berbagi saliva, lidahnya bertali. Aldrich menghisap bibirnya, Beyonce menikmatinya.Lama kelamaan ciuman keduanya memanas, saling merangkum kenikmatan. Terbawa suasana hening di mobil, gairahnya tersulut. "Aahhh."Desahan Beyonce semakin membangkitkan ritme ciuman Aldrich, yang kini kedua tangannya mulai nakal meremas payudaranya dari luar. "Uhh, Al...," lenguh Beyonce sedikit bergerak gelisah di bangkunya, tangannya meremas rambut Aldrich ketika tangan Aldrich berhasil menyelinap masuk ke dalam blouse nya. Jari besar pria itu memilin puncak y
Tubuh Beyonce menggeliat di atas ranjang yang terasa lapang pagi itu, dengan mata terpejam tangannya meraba-raba.Dahinya mengerut: kosong? Semalaman Beyonce memeluk Zico, walau sesekali bocah itu juga memeluk Aldrich. Tapi ke mana bocah itu sekarang? Beyonce yang menyipitkan mata terkena silau matahari, kini membuka matanya lebar-lebar karena terkejut. "Bunga tulip merah?" Pasti Aldrich yang memberikannya sebagai permohonan maaf. Mendadak wajah Beyonce memanas, ia terbangun sambil menciumi bunga berbentuk simetris indah itu dan senyum-senyum sendiri. Tulip merah artinya: Aldrich sangat mencintainya dengan segenap jiwa raga. Pipi Beyonce semakin merona, sampai ia tak menyadari kehadiran Aldrich yang masuk ke dalam kamar. "Morning, honey," sapa Aldrich dengan membawa sebuah nampan yang berisi makanan dan segelas lemon jus yang masih belum diperhatikan Beyonce yang malu ketahuan memegang bunga tulip pemberian Aldrich. "Morning,” balas Beyonce seraya melarikan matanya ke arah tepi
Aldrich membalas setiap lumatan Beyonce di bibirnya, menaikkan kaki mulus itu melingkar di kedua pinggangnya tanpa berhenti bertali lidah. “Oh, aku lama merindukan bibirmu honey.” Aldrich memperdalam ciuman, menginvasi deretan gigi Beyonce. “Sure?”“Yes, more.”Jempol Aldrich bergerak lembut mengusap jejak basah di bibir Beyonce bekas ciumannya. Selain beradu pandang dengan tersenyum syarat akan perasaan cinta keduanya yang menggebu. Napasnya pun bersahutan dengan Beyonce masih berada. “Apakah ini artinya kau sudah memaafkanku honey?” Cup! Beyonce mengangguk sambil menangkup rahang kokoh Aldrich. Tubuhnya acap kali bergelenyar jika disentuh pria itu. “Hmm, aku yang harusnya minta maaf telah salah paham padamu. I’m sorry honey,” ucapnya dengan manja. “No worry,” balas Aldrich, meraih kedua tangan Beyonce. Ia menunduk, mengecup punggung tangannya dengan lembut. Beyonce tersipu malu dengan perlakuan Aldrich yang selalu manis padanya. “Ah, thank you. Kau memang yang terbaik.”Jari