“Maksudmu Tuan Zico?” “Ah, iya.” Freya mengangguk kikuk dengan pipi semerah udang rebus. “Ka-kalau begitu, aku pergi dulu ke toilet, permisi Tuan Yoel.”Freya pikir kabur adalah jalan terbaik demi menghindari rasa malunya di depan Yoel. Ia berjalan tergesa seolah takut di toilet wanita penuh antrean, padahal di lorong sepi cuma ada Yoel dan Freya. “Tuan Co tidak ikut bersama kami. Ia sedang pergi,” kata Yoel membuat Freya refleks menghentikan langkah kaki. “Pergi ke mana? Liburan ke luar negeri?” tebak Freya tak mampu membendung lagi penasarannya. Freya berbalik meski canggung, menatap Yoel yang terlihat tersenyum tapi sedih.“Menghilang. Dan itu semua terjadi gara-gara kau!” tuding Yoel menahan amarah di setiap penekanan kalimatnya. Tatapannya tajam membuat Freya heran. “Kenapa kau menyalahkanku? Jangan seenaknya menuduhku Tuan Yoel. Harusnya aku yang marah, karena bosmu itu telah beberapa kali membuatku kacau!” Freya yang egonya tinggi pun tersinggung. “Memanasinya… Dengan berc
Zico hanya menoleh sesaat pada Freya yang terlihat marah. Sementara teman bercinta Zico terlihat panik menurunkan rok nya ke bawah yang malah ditahan Zico. “Sheilla, kau kenapa? Tidak ada siapa-siapa di ruangan ini selain kita berdua,” bisik Zico di telinga Sheila dengan suara parau. Telapak tangan besar Zico meremas gundukan Sheila, berusaha memancing lagi hasratnya yang pupus karena Freya tiba-tiba datang. “Ahhh… Tapi Tuan… Bagaimana dengan wanita itu?” tanya Sheila campur aduk, tak munafik juga menikmati sentuhan panas dari Zico.Bagaimana mungkin Zico membiarkan penyatuannya kembali dengannya jadi tontonan orang? Apalagi ia seorang wanita. Ini sungguh gila.Semuanya berseberangan dengan naluri Sheila yang merupakan sekretaris Zico. Meskipun kali ini adalah kesempatan emas bagi Sheila berhasil merasakan betapa gagahnya Zico, yang selama ini ia impikan. Kelihatannya Sheila mulai dilanda bimbang. “Biarkan saja, saya tidak mengenalnya. Mari kita lanjutkan!” tukas Zico dengan menar
"Freya, kau datang ke sini bersama siapa?" Seorang perawat di rumah sakit jiwa itu menyapa Freya yang baru tiba di depan koridor menuju ke sebuah kamar yang ia tuju. "Sendiri Suster Elise," jawab Freya dengan senyum tipis. Suster Elise membalas senyuman Freya dengan hangat ketika Freya merangkul lengannya. Ia tahu jika Freya sedang ada masalah berat, Freya akan berakhir datang ke rumah sakit jiwa ini.Bukan untuk berobat karena memiliki gangguan mental atau berkonsultasi. Melainkan untuk menemui seseorang. "Kenapa Freya? Kalau ada masalah, ceritalah padaku."Freya menggeleng, "Aku ingin bertemu dengan Aaron saja, Suster," kelitnya tak ingin bercerita. "Ya sudah kalau begitu. Mari aku antar!"Sebelum sampai di kamar seseorang, Freya harus melewati lorong. Di mana banyak orang gila sedang sibuk dengan khayalannya sendiri, terkadang suka usil sehingga Freya harus mempersiapkan mental. "Ada artis datang... Artisnya datang! Siapkan kamera, mari kita wawancarai!" Satu orang gila memega
Reaksi Zico yang semula terkejut berubah menjadi emosi memuncak. Tatapannya dingin menyoroti Beyonce dan Raiden yang terlihat akrab dari mobilnya dengan tangan meremas jok duduk. Zico tak menyangka jika pria seusia papanya yang pernah ditemuinya di kelab malam Brogotta itulah yang menjadi suami mamanya. Karena anak buahnya tak berhasil menemukan identitas suami Beyonce saat ini. "Brengsek!! Aku bahkan larut mengobrol dengan si pria itu yang sudah merebut mamaku dari papa!" geram Zico. Ia mengempas punggungnya dengan kasar ke sandaran bangku. Sembari mengerang, ia menjambak rambutnya dan meluapkan semua panas di dadanya saat kepalanya terasa ingin meledak. Kalau tahu dari awal, Zico pasti akan menghajar Raiden sampai puas. Lalu berarti? Freya adalah putri dari Beyonce dan Raiden.Selama ini Beyonce telah diam-diam berkhianat dari Aldrich. Berselingkuh dengan Raiden lalu menghasilkan anak Freya? "Arrrkhhhh!!" Zico meraung penuh emosi. Tak sanggup membendung kecamuk dalam tubuhnya ya
12. THPT 2Mischa menepuk-nepuk pipinya yang merah alami tanpa blush on kendati menganggap pendengarannya salah. Ia kemudian tertawa begitu keras sampai Raiden dan Beyonce menatapnya datar. Tidak dengan Zico yang memasang ekspresi dingin. Ia sangat melihat keluarga bahagia itu, sementara dirinya selama ini hidup menderita. "Kau sedang bercanda, Mom?""Mom serius, Mischa! Zico saudaramu, kakakmu dan Freya!" jelas Beyonce lagi membuat Raiden tercengang dan Zico semakin muak. "Tidak, Mom! Sampai kapanpun, saudariku hanya Freya. Titik!" sahut Mischa dengan penolakannya yang ketus, lalu menunjuk Zico begitu tajam, "Dan kau, pergilah dari rumahku ini!""Tanpa kau suruh! Aku akan pergi dari sini, gadis ingusan!" balas Zico tak kalah galak. Tatapannya yang begitu dingin sama sekali tak membuat Mischa takut. "Jangan menyebutku gadis ingusan, brengsek!" Zico tak peduli lagi ocehan gadis itu. Sedangkan Mischa yang tampak tak terima, sedikit menundukkan tubuhnya ke bawah dengan tangan melepas
Penawaran Freya seperti bilah pedang yang menusuk menusuk Zico dari berbagai arah. Matanya membulat penuh seketika berbalik dengan sorot kemarahan membara. Tidak Freya yang tersenyum menunggu keputusan pria itu dengan tak sabar. "Dasar wanita sinting! Sebutkan berapa biaya yang harus aku ganti untuk mereparasi mobilmu?" tanya Zico sambil merogoh uang kontan di dompet yang baru ia ambil dari dalam mobil. Freya diam saja, namun begitu kecewa sebab ganti rugi yang diminta sebenarnya—hanyalah alibi mengetes pria itu semata. Karena sampai detik ini, Freya sangat penasaran. Kenapa Zico tiba-tiba berubah menghindarinya tanpa sebab? Setelah pria itu yang biasa selalu mengejar-ngejar! "1000 Euro, 5000, 100.000..." Zico masih terus menyebutkan nominal uang ganti rugi yang ia punya di dompet tanpa melihat Freya. Mendengar tawaran uang itu, dada Freya semakin sakit. Pelupuk mata Freya memenuh di saat helaan napasnya memberat, karena Zico belum peka dengan apa yang Freya inginkan. "Ayo sebutk
"Kanker hati?” ulang Zico lemas sembari mengarahkan pandangannya pada Aldrich yang terdiam menatap langit-langit kamar.Agatha juga seketika diam, begitupun William, Theresia dan perawat yang selama ini menjaga Aldrich. Namun mata Agatha teralih pada Aldrich demi meminta persetujuannya. Setelah melihat anggukannya, kemudian Agatha mendesahkan napas panjang dan menepuk bahu Zico. “Sejak kapan papa sakit ini, Bibi?" Zico bertanya dengan suara serak, menandakan bahwa ia begitu sedih melihat Aldrich menderita. Agatha menggeleng. Belum sanggup bicara, karena bulir air matanya terus berjatuhan. "Bibi Agatha, tolong katakan sesuatu. Kenapa papa juga tak dibawa ke rumah sakit?" tanya Zico resah. Aldrich memejamkan kelopak matanya yang memanas sesaat mendengar perhatian sang putra. Hatinya pedih mengingat belasan tahun ia menyia-nyiakan darah dagingnya sendiri. "Co... Kau ingat dulu sewaktu papamu dulu mengusirmu dari rumah lalu menyuruh Nyonya Halves membawamu pergi?" Agatha malah mengul
"Besok saja ya, Pa. Papa lagi sakit, aku tidak mau kondisi kesehatanmu semakin memburuk?" bujuk Zico. Ia tak ingin gara-gara nekat bertemu Beyonce, sakit papanya semakin parah. Dulu, sebelum kebenaran ini terkuak. Zico begitu membenci Aldrich, bahkan sama sekali tak peduli apa yang terjadi. Tetapi sekarang berbeda, Zico malah ingin melihat papanya itu kembali sehat dan berumur panjang supaya Zico bisa membahagiakannya. Ya, bersama keluarga Halves dan keluarga kecil William yang sudah dianggap Zico sebagai keluarganya sendiri."Co, Papa malah akan sakit jika tidak bisa melihat mamamu secara langsung. Papa harus bertemu dia, dan dia harus menjelaskan semua ini pada kita, harus Co!” desak Aldrich ta sabar. Bayangkan saja, selama belasan tahun istri yang sangat Aldrich cintai karena dikiranya meninggal ternyata masih hidup sampai sekarang. Mencengangkan, saat Beyonce punya keluarga baru. Ini seperti syok terapi bagi Aldrich yang tiba-tiba sembuh."Dia bukan mamaku, Pa! Semenjak wanita s