Beranda / Urban / The First and Only One / 53. Rasa Bersalah

Share

53. Rasa Bersalah

Penulis: Asihdias
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Bagaimana Dimas, Pak?"

Danu menghela napasnya dalam saat mendengar pertanyaan itu dari istrinya. "Dimas sudah menceritakan semuanya pada bapak dan Pak Wira, Bu. Ya begitulah! Dimas bilang dia menemukan Erlan hampir melecehkan Andrea dan kemungkinan Andrea telah diberikan obat perangsang oleh Erlan hingga nona muda kita itu tidak bisa melawannya. Lebam di wajah Erlan itu ya karena Dimas kalap mengetahui Andrea diperlakukan seperti itu oleh pemuda kurang ajar itu. Saat kita datang sebenarnya Dimas hendak menyadarkan Andrea dengan merendamnya di air dingin. Kurang lebih seperti itulah cerita Dimas, Bu."

"Kalau menurut bapak bagaimana? Bapak percaya dengan Dimas?"

Danu melengkungkan senyumnya. "Bapak percaya pada Dimas, Bu. Hati bapak mengatakan Dimas tidak berbohong, justru Erlanlah yang berdusta dan memutar balikkan fakta agar kita menyalahkan Dimas. Ibu sendiri bagaimana?"

"Ibu sama seperti bapak, percaya pada Nak Dimas. Selama dia tinggal di sini, Dimas

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • The First and Only One   54. Rencana Erlan

    "Kenapa kau bodoh sekali sih, Lan? Kenapa sampai Dimas memergokimu? Kenapa kau tidak kunci pintu itu dulu?" omel Erni saat Erlan menceritakan apa yang terjadi semalam di rumah Andrea."Ya aku mana tahu jika pria itu akan datang secepat itu. Aku akui, aku lengah dengan tidak mengunci pintunya.""Dasar! Kau pasti lupa diri karena melihat Andrea dalam keadaan tidak sadar bukan?"Erlan tidak menjawab perkataan Erni. Ia hanya tersenyum sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Ya siapa juga tidak akan lupa diri saat melihat Andrea yang tampak begitu menggairahkan di depan mata?"Dasar kau ini! Pikiranmu itu hanya nafsu saja isinya tapi tidak menggunakannya sebagaimana mestinya. Jangan hanya cengar-cengir begitu! Yang harus kau pikirkan itu langkah selanjutnya nanti. Akan sulit bagimu untuk mendekati Andrea lagi. Obat itu tidak sepenuhnya menghilangkan kesadaran Andrea sepenuhnya. Obat itu hanya membuat gairahnya yang meningkat. Andrea pasti akan ..."

  • The First and Only One   55. Musyawarah Desa Dimulai

    "Baiklah! Kita semua berkumpul di balai desa ini untuk membahas masalah Nak Andrea dan Nak Dimas yang kepergok melakukan hal tidak senonoh kemarin malam. Ah maaf! Sepertinya aku salah di sini, mengingat bagaimana keadaan Nak Andrea kemarin yang dalam keadaan tidak sadar sesuai kesaksian dari Nak Erlan. Jadi yang akan kita bahas di sini adalah pelecehan yang dilakukan Nak Dimas pada Nak Andrea."Pernyataan yang keluar dari Pak Irwan, salah satu dari sekretariat desa membuat Dimas dan Andrea menahan napasnya. Ternyata benar! Perkataan Pak Wira kemarin, Erlan tidak akan membiarkan mereka begitu saja. Pemuda itu telah memutar balikkan fakta hingga yang terlihat bersalah adalah Dimas dan Andrea yang menjadi korbannya.Mendengar pernyataan itu, para warga yang hadir berbisik-bisik. Ada yang percaya begitu saja dengan apa yang mereka dengar. Ada juga yang tidak percaya karena selama Dimas tinggal di desa ini, Dimas tidak pernah bermasalah dengan yang lainnya. Tampak begitu ba

  • The First and Only One   56. Adu Argumen

    "Sekarang! Bagaimana Nak Dimas? Apakah benar Nak Dimas melakukan seperti pernyataan yang bapak jabarkan tadi?"Dimas mengangkat wajahnya, menatap para perangkat desa di depannya. Tidak ada sedikitpun raut ketakutan yang ia tunjukkan karena memang dirinya tidak bersalah dalam hal ini. "Aku tidak akan mengakui pernyataan Pak Irwan tadi adalah kebenarannya. Aku bahkan tidak tahu dari mana semua ini berawal. Saat itu aku baru kembali dari balai desa setelah mengangkut barang yang kita gunakan untuk perayaan kemarin. Bahkan Pak Irwan sendiri dan beberapa bapak-bapak bersamaku saat itu.""Saat kembali aku berpapasan dengan Bi Aruni dan Bi Ratih. Bi Aruni mengatakan akan pulang ke rumahnya untuk beberes dan akan kembali bersama paman Danu ke rumah Andrea untuk menginap sama seperti biasanya yang kalian tahu. Sebelum pulang, bibi mengatakan jika Andrea sedang tertidur karena mengeluh pusing. Bibi menyuruhku menjaga dan mengecek keadaan Andrea sampai dia kembali lagi. Namun, bu

  • The First and Only One   57. Adu Argumen Semakin Panas

    Wira menghela napasnya. Berusaha menahan emosi, agar tidak terpancing dengan yang dikatakan oleh Erlan. Ia berdeham pelan. Mengedarkan pandangan menatap setiap orang yang hadir di balai desa itu. Ia harus tenang dan berusaha tetap bijak dalam mengatasi masalah ini agar tidak ada yang dirugikan."Memang yang kau katakan benar, aku ikut ke rumah Andrea untuk memastikan penuturanmu di jalan itu benar atau tidak. Namun, aku tidak melihat Dimas dengan jelas ingin melecehkan Andrea, yang aku lihat Dimas berusaha menahan tubuh Andrea. Justru yang aku lihat, tangan Andrea yang berusaha menggapai Dimas," ujar Wira dengan suara tenangnya. Dalam hati ia meminta maaf telah berbohong. Namun bukan berarti yang ia katakan adalah seluruhnya kebohongan. Tidaka Tadi malam ia memang melihat Andrea mengulurkan tangannya pada Dimas, sedangkan Dimas tampak ingin merangkul punggung Andrea. Seperti yang dikatakannya, pemuda itu ingin mengangkat tubuh Andrea."Kita sudah mendengar

  • The First and Only One   58. Andrea Buka Suara

    "Aku ..."Andrea menggantung kalimatnya. Ia memandang ke arah Dimas yang menampilkan senyum ke arahnya dan mengangguk. Meyakinkan dirinya untuk menjawab pertanyaan yang diajukan untuknya. Setelah mendapatkan keyakinannya lagi, Andrea kembali menoleh ke arah depan lalu memandang setiap pasang mata yang menunggu jawaban darinya.Hela napas panjang keluar dari belah bibirnya sebelum melanjutkan apa yang ingin ia sampaikan. "Aku tidak tahu apa yang terjadi. Aku tidak tahu harus menjelaskan dari mana karena aku tidak tahu ini berawal. Yang aku ingat hanya saat itu tubuhku terasa panas dan sensitif. Aku tidak tahu harus bagaimana sampai Kak Dimas datang. Dia pun awalnya bingung melihat keadaanku. Aku yang sudah setengah sadar hanya mendengar sayup-sayup Kak Dimas bicara tentang kamar mandi dan berendam. Aku merasa Kak Dimas menarikku untuk bangun sebelum suara gaduh di ambang pintu membuat Kak Dimas melepaskan pegangannya dan aku tidak ingat apa-apa lagi. Saat sadar, aku sud

  • The First and Only One   59. Permainan Kata Andrea

    "Adalah ..."Andrea kembali mengantung perkataannya membuat yang ada di balai desa menahan napas menunggu jawaban darinya. "Tidak benar! Meskipun aku dan Kak Dimas serumah, sekalipun kami tidak pernah berpikiran seperti itu. Berbulan-bulan kami tinggal bersama, tidak pernah ada kejadian seperti ini sebelumnya. Coba paman dan bibi sekalian pikirkan ini. Seandainya yang dituduhkan pada kami adalah kebenarannya, untuk apa kami melakukannya di saat banyak orang di rumah? Yang mungkin akan merugikan diri kami sendiri? Kami tidak akan melakukan hal seceroboh itu.""Jadi maksudmu, ada yang ingin menjebakmu dan Dimas, begitu?"Andrea mengedarkan pandangannya menatap semua yang ada di balai desa. Ia harus berani melakukannya. Ia harap dengan perkataannya ini, mata warga desa terbuka untuk melihat apa yang terjadi sebenarnya. Ia tidak akan membiarkan Dimas disalahkan karena menolongnya. Terlebih membiarkan orang yang harusnya bertanggung jawab senang karena re

  • The First and Only One   60. Hasil Musyawarah

    "Alah! Jangan mencoba mempengaruhi warga desa dengan kata-katamu itu Andrea," seru Erni. Ia tidak bisa membiarkan warga desa terpengaruh dengan perkataan Andrea. Jika itu terjadi bisa-bisa rencananya dan Erlan gagal. Dimas tidak akan terusir dari desa ini. Kesempatan Erlan untuk mendekati Andrea pun akan hilang karena gadis itu telah mengetahui adiknya adalah dalang semua yang terjadi ini. Ia harus bisa membuat warga desa berpihak pada Erlan lagi."Mana mungkin kau akan mengakuinya? Perkataanmu itu tidak bisa dipercaya. Tampak jelas kau hanya ingin melindungi pemuda yang tinggal denganmu itu. Atau jangan-jangan seperti yang dikatakan tadi kau dan Dimas memang melakukannya atas suka sama suka?" tuduh Erni menyudutkan Andrea.Ia memandang warga desa satu persatu. "Dan kalian jangan terpedayai oleh gadis yang sok polos ini. Dia hanya mempermainkan kalian dengan perkataan manisnya itu. Membuat kalian percaya padanya hingga berpikir keduanya adalah korban di sini. Padahal j

  • The First and Only One   61. Keputusan Akhir

    "Jadi kami sebagai perangkat dan perwakilan warga desa memutuskan Dimas dan Andrea harus pergi dari desa ini."Setelah mendengar keputusan itu, suasana balai desa kembali riuh dengan berbagai komentar tentang keputusan tersebut. Banyak yang menyayangkan hal itu harus terjadi karena menganggap Dimas dan Andrea tidak bersalah. Keduanya adalah orang yang baik dan ramah. Sedangkan sebagian lagi menyerukan persetujuannya. Menanggap keputusan itu tepat karena mereka tidak mau nama desa dan warga tercemar akibat ulah perbuatan keduanya yang tidak bermoral. Pun tidak ingin pemuda dan pemudi lainnya akan mencontoh perbuatan mereka itu.Berbeda dengan halnya dengan Danu, Galang, Aruni dan Ratih. Keempatnya menahan napas mendengar keputusan yang diucapkan oleh Pak Wira. Kenapa seperti ini? Bukankah sudah jelas, Erlan tidak dapat membuktikan perkataannnya itu, lantas mengapa keduanya tetap dihukum seberat itu? Jika itu terjadi, bagaimana dengan Andrea? Apa yang harus mereka kataka

Bab terbaru

  • The First and Only One   70. Harapan Baru

    "Kalian beristirahatlah! Pasti lelah setelah mengikuti rangkaian prosesi pernikahan.""Benar yang dikatakan oleh pamanmu. Kalian istirahat saja, sisanya biar kami yang mengurusnya," imbuh Ratih menimpali perkataan suaminya.Dimas dan Andrea saling berpandangan sebelum mengiyakan perkataan paman dan bibi mereka. Tidak dipungkiri, mereka lelah setelah seharian mengikuti prosesi pernikahan. Terlebih mereka juga menerima kehadiran warga desa yang datang untuk memberi selamat dan doa untuk mereka. Keduanya beranjak menuju kamar masing-masing tapi baru beberapa langkah, celetukan Ratih menghentikan niat mereka."Kalian sudah menikah, apa kalian sudah lupa?"Baik Dimas dan Andrea berbalik dan menoleh. Keduanya tersenyum malu sembari menggeleng. Tentu saja mereka tidak lupa.Ratih bersedekap sembari menatap geli ke arah pasangan pengantin baru di depannya. Senyumnya mengembang melihat sikap malu-malu yang ditunjukkan oleh Dimas dan Andrea. "Lantas? Jika begitu kenapa kalian menuju ke kamar y

  • The First and Only One   69. Akhirnya Menikah

    "Kau sudah siap?"Andrea sempat tertegun sebelum mengangguk. Danu yang bertanya hanya mampu memberikan senyumnya melihat reaksi Andrea. Sekalipun Andrea mengatakan baik-baik saja, tapi ia yakin itu hanya di bibir saja. Jauh dalam hatinya, gadis yang sudah seperti anaknya ini pasti merasa sedih. Siapa pun akan merasakannya saat harus menikah tanpa kehadiran orang-orang terkasih yang mendampingi, terlebih untuk Andrea yang seorang gadis.Danu mengulurkan tangannya dan disambut oleh Andrea. Keduanya keluar dari ruang tunggu, berjalan perlahan menuju ruangan tempat pernikahan akan dilaksanakan. "Kau cantik, Andrea. Sangat! Andai tuan dan nyonya besar masih ada, mereka pasti akan bahagia melihatmu menikah," ujar Danu pelan diiringi dengan hela napas. "Dan seharusnya bukan paman yang berada di sampingmu kini, tapi tuan Keenan."Andrea menghentikan langkahnya mendengar perkataan Danu. Tidak dipungkiri ada rasa sedi

  • The First and Only One   68. Nasehat

    "Kau sudah mendengarnya sendiri bukan? Andrea teguh dengan keputusannya untuk menikahimu. Jadi aku harap kau tidak akan mengecewakan kami, terlebih Andrea," tutur Aruni sembari menatap lekat ke dalam mata Dimas. Awalnya ia ingin meninggalkan suaminya dan Andrea bicara berdua, tapi saat hendak pergi dari ruang keluarga, ia mendapati Dimas masih berdiri di lorong yang menghubungkan ruang makan dan ruang tamu. Pada akhirnya ia pun mengurungkan niat untuk pergi. Memilih tetap tinggal dan mendengar pembicaraan suaminya dengan Andrea.Dimas yang sedari tadi memperhatikan Andrea dan Danu, mengalihkan pandangannya ke arah Aruni. Membalas tatapan wanita paruh baya di hadapannya. Ia akui ia sempat ragu akan keputusannya, tapi setelah mendengar pembicaraan antara Danu dan Andrea membuatnya lebih yakin. Jika Andrea bisa seyakin itu untuk menghadapi konsekuensi dari pilihannya di masa mendatang, ia pun bisa. Ia tidak boleh goyah lagi, terlebih keputusannya ini menyangkut hidup seseorang.

  • The First and Only One   67. Tentang Keputusan Andrea

    Aruni menghela napas panjang setelah Dimas pergi. Mengalihkan seluruh atensi pada suaminya dan Andrea. Danu sudah berjalan mendekati gadis yang sebenarnya adalah nona muda mereka. Gadis malang yang sudah tinggal bersama mereka di desa ini lebih dari tiga tahun lalu. Gadis malang yang terpaksa tinggal di desa ini karena keegoisan dan keserakahan beberapa orang. Netranya terus mengamati dua orang yang berdiri menghadap jendela itu.Tidak berniat untuk mendekat ataupun pergi. Memilih menjadi pendengar dengan duduk di tempat yang tadi diduduki Dimas. Ia tidak ingin mengganggu pembicaraan keduanya. Dibandingkan dengan dirinya dan Ratih.Danu dan Galang yang lebih dekat dengan Andrea. Mengingat Danu dan Galang-lah yang tetap bekerja pada keluarga Chandrawijaya dan mengikuti keluarga majikan mereka itu pindah ke Jepang lima belas tahun yang lalu, sedangkan ia dan Ratih memilih kembali ke desa mereka bersama anak-anak. Awalnya ia dan Ratih mengira semua baik-

  • The First and Only One   66. Mencoba Bicara

    "Kau yakin dengan keputusanmu ini, Andrea?"Andrea tidak urung berbalik dari depan jendela. Manik bulatnya tetap mengarah ke luar jendela, menatap pemandangan di luar rumahnya seakan pemandangan itu lebih menarik daripada yang lainnya. Pertanyaan dari Dimas pun tidak kunjung membuatnya mengalihkan perhatiannya. "Apa yang bisa kujelaskan lagi, Kak?Aku sudah menjelaskan semuanya di balai desa, tidak ada alasan lainnya lagi," jawab Andrea dengan tidak acuh berusaha mengabaikan kegusaran yang ia rasakan. Tangannya yang berada di kusen jendela terkepal erat berusaha menahan perasaannya yang berkecamuk. 'Aku takut sendiri lagi, Kak. Semua meninggalkanku sendiri. Papa, mama pergi, dan Kak Keenan? Dia meninggalkanku di desa ini sendiri. Bahkan dia tidak pernah sekalipun mengunjungiku. Aku takut sendiri lagi jika kakak pergi. Dan hatiku juga yakin jika Kak Dimas adalah pria yang tepat untukku dan menginginkan kakak selalu ada di sisiku,' batin Andrea sendu

  • The First and Only One   65. Keyakinan Hati

    Semua orang bebas untuk memilih. Begitupun dengan Andrea dan inilah pilihannya. Menikah dengan Dimas bukan pilihan mudah yang bisa ia putuskan dalam sekejap. Namun jika dihadapkan pada pilihan tersebut, maka ia yakin ini keputusan yang tepat. Terlepas dari ia yang tidak ingin pergi dari desa ini dan tidak tahu harus ke mana jika pergi dari desa ini, ia memutuskan ini karena hatinya memang menginginkan Dimas dan menyakini pria itu memang yang terbaik untuknya."Kau yakin dengan keputusanmu itu, Andrea?"Pertanyaan dari Pak Wira menyadarkan Andrea, ia menegakkan tubuhnya dan kembali menoleh ke arah Dimas yang masih menatapnya. Wajah pria itu masih tampak syok dan Andrea mengerti hal itu. Siapa yang tidak terkejut dengan jawaban yang ia berikan tadi? Tidak ada, bahkan dirinya sendiri pun terkejut, tapi ia tidak menyesal dengan pilihannya."Aku yakin Paman," jawabnya sekali lagi lalu kembali menghadapkan ke arah depan. Menatap para perangkat desa yang menunggu jawab

  • The First and Only One   64. Perasaan

    Jawaban yang diberikan Andrea tak pelak membuat semua orang yang ada di balai desa itu terkejut. Mereka kira Andrea akan menolak atau tidaknya bernegosiasi lagi dengan mereka mengenai keputusan yang telah mereka jatuhkan padanya dan Dimas. Namun tidak, Andrea tanpa ragu menjawab mau menikah dengan Dimas. Lebih terkejut lagi dengan perkataan Andrea setelahnya."Aku setuju bukan karena aku mengakui perbuatan yang dituduhkan padaku dan Kak Dimas. Aku menyetujuinya karena tidak memiliki pilihan lain. Aku tidak memiliki tempat untuk pergi, tidak memiliki tempat tinggal selain di desa ini. Aku tidak memiliki tujuan untuk pulang," ujarnya.Tidak bisa dipungkiri Dimas merasa hatinya sakit dan kecewa mendengar perkataan gadis yang duduk di sampingnya ini. Andrea mau menikah dengannya hanya karena tidak memiliki pilihan lain. Apa tidak ada sedikit saja rasa yang tumbuh di hati Andrea untuknya? Namun perasaan sedih itu langsung hilang digantikan oleh rasa iba setelah mendengar ke

  • The First and Only One   63. Di Antara Pilihan

    Tubuh keduanya membeku di kursi yang mereka duduki mendengar perkataan Pak Wira. Menikah? Mereka harus menikah? Kata-kata itu berputar dalam kepala mereka. Bagaimana mereka bisa menikah? Mereka tidak saling mencintai, bagaimana mereka bisa menikah? Memang tidak dipungkiri ada rasa nyaman saat mereka bersama. Pun ada getaran dalam hati mereka yang mereka rasakan saat dekat satu sama lainnya. Namun apa itu cukup disebut cinta? Bahkan dalam sebuah pernikahan cinta pun tidaklah cukup, ada komitmen, kepercayaan dan kesiapan diri di dalamnya. Sementara hubungan mereka selama ini tidaklah lebih dari pertemanan semata. Tidak ada komitmen apa pun dalam hubungan mereka. Lantas bagaimana mereka bisa menikah?Dalam diam mereka menyimak perdebatan antara Pak Wira dengan Erlan. Meski telinga mereka terbuka lebar untuk mendengar perdebatan itu, tapi tidak satu pun yang bisa ditangkap oleh mereka. Pikiran mereka masih dipenuhi dengan perkataan Pak Wira sebelumnya sampai pertanyaan dari Pak I

  • The First and Only One   62. Tidak Terima?

    "Bagaimana itu mungkin?""Aku tidak menerima itu!"Seruan itu datang dari Erlan dan Erni. Senyum yang tadi menghiasi bibir keduanya saat mendengar Dimas dan Andrea harus pergi dari desa ini sirna sudah. Erlan bahkan sudah berdiri dengan raut kesalnya. "Kenapa mereka harus menikah? Andrea tidaklah salah dalam hal ini. Bagaimana kalian bisa memutuskan hal yang memberatkan Andrea? Ini tidak adil. Lagi pula aku sudah memberikan bukti jika Andrea korban dari kebrengsekan pria itu."Pak Wira tersenyum sinis mendengar seruan kedua kerabatnya itu. Sekarang ia yakin dugaannya mengenai Erlan dan Erni yang menjebak Dimas dan Andrea. "Kenapa tidak mungkin?"tanyanya dengan sinis. "Ya! Kau memang memberikan kesaksianmu, tapi itu tidaklah cukup untuk memutuskan Dimas adalah tersangka sedangkan Andrea adalah korban. Bahkan Andrea sendiri menyanggah kesaksianmu itu dan menyatakan kalau Dimas yang menolongnya di saat dia sedang dalam keadaan tidak berdaya tadi malam. Jadi t

DMCA.com Protection Status