Beranda / Romansa / The Fault Between Us / Chapter 10 - Tertampar Realita

Share

Chapter 10 - Tertampar Realita

Penulis: Putri Wahyuni
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Mentari pagi tampak memantulkan cahayanya di jendela kamar Kalila sehingga membuat wanita itu terbangun. Namun, Kalila tampak tidak sedang baik-baik saja.

Kalila merasa mual dan pusing dengan wajahnya yang juga terlihat pucat. Seketika dia berlari kecil ke kamar mandi akibat mual yang semakin menjadi-jadi.

"Kamu kenapa, Nak?" Tanya Widia yang tengah memasak di dapur saat mendengar Kalila mual dari dalam kamar mandi yang jaraknya sangat dekat dengan dapur mereka.

"Aku gak enak badan, Bu." Teriak Kalila dari dalam kamar mandi

Kalila merasa mual yang dia rasakan itu tidak wajar. Mengingat hubungannya dengan Janu yang sudah kelewat batas dan sudah beberapa kali melakukan hubungan yang tidak wajar itu, Kalila bergegas ke puskesmas yang jaraknya tidak jauh dari rumahnya untuk memastikan apakah dia sedang mengandung anak Janu atau tidak.

Beberapa menit setelah Kalila menunggu di ruang tunggu puskesmas, dokter yang memeriksa Kalila pun menyatakan bahwa dia hamil. Jantung Kalila seketika berdegup kencang, tubuhnya gemetar, dan sekujur badannya tiba-tiba mengeluarkan keringat.

Kalila mencoba untuk berpura-pura tenang dan langsung bergegas kembali ke rumah dengan berlari kecil. Sesampainya di rumah, Kalila mencoba menelpon ke telepon rumah Janu untuk memberitahunya mengenai anak yang dikandung Kalila.

Kalila melihat di sekeliling rumah untuk memastikan tidak ada yang mendengar perbincangan yang dia lakukan bersama Janu melalui telepon nanti.

"Halo, Saya Siti, asisten rumah tangga keluarga Sanjaya. Ada yang bisa saya bantu?"

"Oh. Saya Kalila, Mbak. Mas Janu ada gak Mbak?"

"Oh Neng Kalila. Den Janu lagi gak di rumah, Neng. Kayanya lagi sibuk urusin bisnisnya."

"Nanti kalo Mas Janu udah pulang, kasi tau kalo aku nelpon, ya, Mbak."

"Baik, Neng."

***

Sudah dua hari, Janu sampai detik ini pun nyatanya belum juga menghubungi Kalila. Sementara Kalila selalu mengurung dirinya di kamar. Dia terlihat sedang memikirkan bagaimana mengatakan masalah yang sedang dia tanggung kepada keluarga. Terlebih lagi kepada Arwan dan Adam yang memang melarang keras hubungannya bersama Janu.

kring... kring...

Suara bunyi telepon yang di tunggu-tunggu Kalila selama dua hari ini akhirnya berbunyi. Sontak Kalila membuka pintu kamarnya dan langsung bergegas menuju tempat telepon yang berada di ruang tamu, berharap yang menelpon adalah Janu.

"Halo Mas Janu." Ucap Kalila spontan

"Halo, apa benar saya berbicara dengan nomor telepon Ibu Widia?"

"Oh iya benar, Pak." Jawab Kalila kecewa dan langsung memanggil Widia "Ibu, Ada telepon untuk Ibu." Kalila menyerahkan pesawat telepon kepada Widia dan langsung kembali ke kamar. Seketika Kalila takut dan merasa harus menemui Janu ke rumahnya.

Setelah Widia mematikan telepon, tiba-tiba suara telepon pun berbunyi.

"Kalila." Terdengar Widia memanggil Kalila sampai menghentikan langkah kaki Kalila yang tengah menuju ke kamar.

"Iya, Bu?" Tanya Kalila dengan menolehkan tubuhnya ke belakang.

"Ini ada yang nelpon. Katanya mau bicara sama kamu." Jawab Widia sembari memberikan pesawat telepon kepada Kalila.

"Halo?"

"Halo, sayang. Maaf banget aku baru bisa hubungi kamu. Akhir-akhir ini aku lagi sibuk." Jelas Janu.

Kalila menghela napas, akhirnya ada kabar dari Janu setelah dua hari menunggu "Iya gapapa, Mas."

"Oh iya. Kata Mbak Siti, kamu nelpon aku dua hari yang lalu? Kenapa sayang?"

"Aku pengen ketemu sama kamu, Mas. Ada yang mau aku omongin."

"Aku gak bisa sayang. Bisnis aku lagi berkembang banget. Besok aku harus ke Malaysia untuk urus kerjasama. Akhirnya mimpi aku terwujud bisa buka cabang di Malaysia, Lil." Ucap Janu dengan suaranya yang terlihat sangat bersemangat.

"Kamu balik kapan, Mas?"

"Belum tau sayang. Mungkin bulan depan. Kamu mau ngomong apa? Ngomong sekarang aja. Aku dengerin kok. Kita bisa ngobrol berjam-jam sambil aku kerjain presentasi untuk bisnis aku yang bakal dibuka di Malaysia, ya."

Kalila melihat di sekelilingnya untuk memastikan Widia tidak mendengar percakapan yang sedang dia lakukan.

"Aku hamil, Mas."

"Kamu kenapa?" Tanya Janu dengan meninggikan suaranya.

"Aku hamil." Jawab Kalila datar.

"Terus sekarang kamu mau gimana, Lil?"

"A-aku bingung. Mas mau tanggung jawab, kan?"

"Nggak sekarang, sayang. Kamu tau kan bisnis aku lagi berkembang banget saat ini. Aku gak bisa nikah dalam waktu dekat, Papa aku pasti gak akan izinin." Terdengar nada suara Janu terlihat sangat frustrasi saat menjawab hal ini.

"Kita gugurin aja ya bayinya?" Sambung Janu.

"Kenapa, Mas? Kamu mau ninggalin aku?"

"Aku gak akan pernah mau ninggalin kamu, sayang. Setelah kita gugurin kita masih berhubungan kok. Kamu itu akan tetap jadi pasangan idaman aku dan aku juga memang bermimpi untuk menikah dengan kamu. Tapi gak sekarang, masih banyak yang harus aku kejar. Cita-cita aku masih ada yang belum tercapai, Lila. Dan aku gak mungkin nikah kalo tujuan aku belum tercapai." Jawab Janu menegaskan.

Kalila terdiam sejenak dan mulai meneteskan air mata. Ternyata ini yang di khawatirkan Adam selama ini jika dia menjalin hubungan bersama. Sementara Janu tampak bingung dan menunggu respon Kalila sedari tadi.

“Sayang… Kamu denger aku kan? Kita gugurin aja ya? Kamu mau aku anterin sekarang?"

"Nggak usah, Mas. Kamu fokus sama karir dan penerbangan kamu untuk besok. Aku aja yang akan gugurin sendiri."

"Kamu yakin?" Tanya Janu dengan lembut

"Yakin, Mas."

"Biayanya aku kirim ke--"

"Gak usah, Mas. Aku bisa bayar sendiri." Tegas Kalila memotong pembicaraan Janu.

"Sayang, kamu marah?"

"Nggak. Yaudah aku mau istirahat dulu sebelum gugurin kandungan ini. Sukses untuk karir kamu."

Kalila pun langsung memutuskan sambungan teleponnya dan masuk ke kamar dengan menangis tersedu-sedu.

Tok… tok… tok…

"Ibu? I-ibu ngapain disini?" Tanya Kalila terkejut dan langsung menghapus air matanya.

"Ibu udah dengar semua omongan kamu dengan Janu. Kenapa kamu ngelakuin itu, nak?" Tanya Widia kesal.

"Ibuuu... Maafin Kalila." Ucap Kalila sembari bersujud di hadapan ibunya.

Widia merangkul tubuh Kalila dan menghapus air mata putrinya itu "Kamu mau gugurin bayi ini?" Tanya Widia memastikan dan bersikap tegar di hadapan Kalila.

"Aku gak tau, Bu. Mungkin aku akan urus bayi ini sendiri sampe dia lahir.”

“Bapak dan Adam pasti marah besar sama kamu, Lila.” Ucap Widia menghela napas dalam

"Aku tau, Bu. Aku juga gak berani ngomong sama Bapak." Jelas Kalila dan langsung memeluk Widia sembari menangis tersedu-sedu.

Bab terkait

  • The Fault Between Us   Chapter 11 - Tidak di Anggap

    "Assalamualaikum." Arwan memberikan salam sembari memasuki rumah dengan wajah yang terlihat sangat lelah."Walaikumsalam… Eh bapak udah balik. Gimana kerjaan?" Tanya Widia menghampiri Arwan sembari mengambil tas yang tengah di pegang olehnya."Ya begitu lah, Bu. Hari ini kerjaannya lumayan banyak.” Jawab Arwan menghela napas dalam “Oh iya. Anak-anak dimana? Adam udah balik koas? Kalila juga udah balik dari tempat magang belum? Terus Rangga?” Tanya Arwan kepada Widia yang selalu menjadi rutinitasnya saat kembali bekerja.“Mereka lagi di ruang makan, Pak. Lagi siapin makan malam. Kita ke ruang makan yuk. Kasian anak-anak juga udah pada nungguin.” Jawab Widia.Saat semua keluarga Arwan tengah asik menyantap makanan, seketika Kalila merasakan mual dan langsung bergegas menuju ke kamar mandi. Sontak jantung Widia berdegup kencang melihat reaksi Kalila seperti itu di hadapan keluarga."Kamu kenapa, Lil?" Tanya Arwan s

  • The Fault Between Us   Chapter 12 - Malaikat Penolong

    Kalila berjalan perlahan dengan menangis terisak-isak. Dia memegangi kopernya sembari menangis setelah Arwan mengusirnya dari rumah. Dia tak tahu harus pergi kemana lagi. Dia ingin sekali pergi menemui Janu namun sepertinya laki-laki itu belum kembali dari Malaysia.Hujan pun tiba-tiba mengguyur kota Jakarta dan terpaksa Kalila harus berteduh di salah satu ruko yang sudah tutup. Kalila melihat arloji, dan waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Tidak ada satu orang pun yang lewat dan berada di sana. Sementara hujan masih saja menampakkan wujud di hadapannya.Wanita malang itu benar-benar tidak tahu harus pergi kemana lagi. Bahkan Kalila tidak memegang uang sepeser pun.Kalila menatap hujan dengan pikiran kosong sembari memegang perutnya. Sementara itu, tampak dua orang laki-laki berpakaian jaket kulit, memakai kalung, dan memakai celana jeans sobek tengah mendekat kehadapan Kalila. Dari penampilannya, sudah di pastikan mereka adalah seorang preman

  • The Fault Between Us   Chapter 13 - The Truth

    "Jadi, dulu mama di rawat dengan orang asing sampai kamu lahiran, Radit." Jelas Janu kepada Radit sembari membuka kacamatanya untuk menghapus air mata yang sudah tergenang sedaritadi di pelupuk mata Janu."Jadi, aku hasil anak hamil diluar nikah? Dan Papa pernah gak menginginkan aku di dunia ini?" Tanya Radit dengan tatapan nanar"Papa minta maaf. Papa--""Dan waktu itu Papa dan Mama gak cerai melainkan belum pernah menikah?” Tanya Radit kesal dan memotong pembicaraan Janu."Mas---" Ucap Dila perlahan kepada Radit sembari meletakkan tangannya di bahu Radit.Radit melepaskan tangan Dila dari bahunya dan langsung bergegas berdiri "Maaf, Pa. Aku mau keluar dulu. Aku masih susah untuk mencerna setiap kejadian ini.” Jelas Radit yang langsung pergi meninggalkan Janu, Dila, dan dokter Adrian.Adrian menghela napas setelah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dengan Kalila, pasiennya. Mengalami hal seperti itu wajar saja jika Kalila me

  • The Fault Between Us   Chapter 14 - Menyesal

    Wajah lelah diiringi dengan keringat membasahi wajah Kalila saat dia sedang berjalan kembali ke rumah Sisca dari kantor magangnya. Sebelum kembali kerumah, Kalila mencoba mengunjungi rumah Janu, berharap Janu sudah kembali dari Malaysia.Kalila melihat Janu dengan Ibu dan ayahnya tengah keluar dari rumah mereka, disusul dengan seorang laki-laki dan wanita yang tampak seumuran dengan ayah dan Ibu Janu."Wah! selamat Janu. Saya salut dengan kamu, masih muda tapi sudah membuka cabang bisnis di luar negeri." Ucap laki-laki yang tampak berhadapan dengan Janu"Haha terima kasih banyak, Pak." Jawab Janu dengan wajah yang sangat bahagia."Sudah mapan begini sudah bisa menikah ya Janu." Ucap wanita yang kemungkinan besar adalah istri dari laki-laki yang memberikan ucapan selamat kepada Janu.Kalila pun mencoba mendekat dan menghampiri Janu dan keluarganya. Lagipula, Janu pernah mengatakan bahwa dia akan mengenalkan Kalila dengan orangtuanya."Iya bet

  • The Fault Between Us   Chapter 15 - Sebatang Kara

    Lima bulan kemudian…Kalila tidak pernah membayangkan akan menjalani kehidupan seperti ini. Tidak di anggap menjadi bagian keluarga dan di tinggalkan begitu saja oleh orang yang di cintainya.“Aw!” Seketika jari telunjuk Kalila terkena pisau saat dia tengah memotong beberapa buah di hadapannya.“Kamu kenapa, Lila? Melamun apa?” Tanya Sisca menghampiri."Aku kepikiran keluarga aku, Bu. Aku kangen sama mereka, udah hampir enam bulan aku gak pernah balik ke rumah.” "Kamu gak mau coba untuk balik ke rumah?""Aku pengen kesana, Bu. Tapi aku takut.""Ibu anterin mau gak?"Kalila merespon Sisca hanya dengan menggelengkan kepalanya. Rasanya sudah tidak ada harapan lagi bagi Kalila untuk kembali ke rumah dan di terima setelah kesalahan yang sudah dia lakukan."Kamu coba balik ke rumah dan minta maaf sama keluarga kamu, Lil. Walaupun mereka masih gak maafin kamu, setidaknya rind

  • The Fault Between Us   Chapter 16 - Radit

    Kandungan Kalila terlihat sudah semakin membesar. Bagaimana tidak, beberapa minggu lagi Kalila sudah bisa melahirkan bayi yang dia kandung selama ini."Lo kenapa mau mempertahankan anak dari Mas Janu, sih, Lil? Dia aja gak mau calon bayi ini ada." Ucap Tina kesal"Sekarang cuma dia yang aku punya, Tin." Tegas Kalila"Gue ada lowongan kerja bagus nih, Lil. Tapi, di law firm ini persyaratannya belum boleh menikah. Sementara kandungan lo udah gak mungkin di tutupi lagi, kan?" Tanya Tina dengan wajahnya yang masih kesal."Pendaftarannya buka sampe kapan?""Gue baca di koran batasnya sekitar dua bulan lagi.""Kemungkinan gue bisa. Gue di prediksikan sepuluh hari lagi udah lahiran sama dokter.” Jelas Kalila."Lil, lo serius? Bayi lo masih kecil banget kalo seandainya lo diterima kerja." Ucap Tina seakan tidak yakin dengan keadaan Kalila dan calon bayinya nanti."Gue bisa pikirkan itu nanti. Gue gak enak harus tinggal d

  • The Fault Between Us   Chapter 17 - Kerja Keras

    Seperti janji yang sudah dilakukan Kalila bersama Tina sebelumnya, Kalila melamar pekerjaan di salah satu law firm yang berada di Jakarta setelah dua minggu Radit di lahirkan. Hari itu, Kalila dan Tina pun mendapatkan panggilan interview dari law firm tersebut. Kalila memang berbakat dan memiliki banyak pengalaman saat kuliah bersama Tina. Sehingga tidak menutup kemungkinan mereka bisa dengan mudahnya mendapat panggilan interview. "Pengalaman kamu cukup bagus ya." Ucap Keenan, Manager law firm, yang terlihat sudah memberikan beberapa pertanyaan kepada Kalila. "Kami membutuhkan orang seperti kamu. Tapi kamu harus ingat, untuk bekerja disini kamu belum boleh menikah minimal dua tahun. Kamu siap dengan persyaratannya?" Kalila tersenyum sejenak dan menjawabnya dengan sangat professional. "Saya siap, Pak. Lagi pula saya juga belum terpikir untuk menikah." "Baiklah kalau begitu. Kita bertemu mingg

  • The Fault Between Us   Chapter 18 - Kesempatan

    Dua Tahun kemudian… "Bu, Aku gajian setiap tanggal 5. Seterusnya aku bayar setiap tanggal 5, ya, Bu.” Jelas Kalila kepada pemilik kontrakannya. "Oke, tapi harus tepat waktu ya." Ucap pemilik kontrakan Kalila. Kalila memutuskan untuk pindah dari rumah Sisca karena jarak tempuh dari rumah Sisca menuju ke kantor sangat jauh. Akibatnya, Kalila selalu kembali bekerja sekitar pukul sembilan malam, bahkan terkadang sampai jam sepuluh. Sementara di pagi harinya Kalila harus berangkat pukul lima subuh agar tidak terlambat sampai di kantor. Di samping bekerja, Kalila juga harus menyelesaikan pendidikannya untuk melanjutkan profesi menjadi hakim. Profesi yang selama ini di cita-citakannya. Oleh sebab itu, Kalila harus tinggal di sebuah kontrakan yang berada di dekat kantor agar bisa menghemat waktu dan khususnya bisa melihat Radit lebih lama. Kalila menjelaskan hal itu kepada Sisca, untungnya Sisca bisa memahami Kalila karena dia juga melihat Ka

Bab terbaru

  • The Fault Between Us   Chapter 33 - Kekasih Sejati

    Kehilangan pasangan hidup untuk selamanya bukanlah hal yang mudah. Hal itu pula yang saat ini di rasakan oleh Janu. Saat ini, kehilangan Kalila adalah suatu hal yang paling tidak mungkin untuk di cari.Sudah beberapa hari dari kepergian Kalila, Janu tidak pernah melahap makanannya. Hanya satu sampai dua sendok saja untuk menahan lapar.Setiap harinya, Janu selalu menghabiskan waktu di kamar dengan memandangi foto Kalila dan juga album kenangan yang mereka ciptakan bersama.“Pa, makan dulu. Nanti Papa sakit.”“Papa cuma butuh Kalila.”“Pa, jangan kaya gini. Ikhlasin Mama. Mama udah nulis di surat itu kalo Papa harus ikhlasin Mama.” Tegas Radit kepada Janu.“Mama kalian cantik banget, ya. Selain itu dia wanita yang kuat, tulus, sabar. Papa beruntung punya Kalila di hidup Papa.” Ucap Janu tanpa merespon pernyataan Radit sembari mengusap foto Kalila.“Iya, Pa. Kita paham. Papa makan du

  • The Fault Between Us   Chapter 32 - Curang

    “Lila… Makan dulu, yuk. Aku coba buatin kamu sup ayam.”“Kalila… kamu kecapean ya? Mau makan nanti aja?” Tanya Janu sembari mengusap kepala Kalila. Namun Kalila belum juga bangun dari tidurnya.“Lila…” Ucap Janu lembut. Janu merasa aneh dengan tubuh Kalila yang sedari tadi tidak merespon apa pun, wajahnya pucat serta tubuhnya terasa sangat dingin.“Kalila….”“Dokter Adrian, Kalila kenapa???” Teriak Janu dan sontak dokter Adrian dan suster pun bergegas menuju ke kamar Kalila diikuti dengan Radit dan Dila“Sebentar, Pak.” Ucap Adrian dan langsung memeriksa Kalila.Dokter Adrian menghela napas, dia menatap Janu dengan tatapan iba, seakan tidak tega untuk memberitahu kebenaran kepada pria yang berumur tujuh puluh tahun itu. “Pak Janu…” Ucap Dokter Adrian dengan bersusah payah menelan ludahnya “Ibu Kalila sudah pergi mening

  • The Fault Between Us   Chapter 31 - Holiday

    Tidak terasa sudah beberapa tahun Kalila dan Janu menjadi suami istri sah dan juga tinggal di rumah Janu yang megah itu. Hingga saat ini, anak mereka yang kedua, yaitu Dila. Harus pergi meninggalkan Indonesia untuk melanjutkan gelar sarjananya di London, mengikuti jejak Radit.“Ma, Pa… Dila pergi dulu, ya.” Ucap Dila sembari memeluk Janu dan juga Kalila.“Hati-hati, ya, sayang. Titip salam sama Mas kamu.” Jelas Kalila yang selalu saja mengingat Radit. Dila pun pergi ke bandara dengan sopir pribadinya yang sudah menunggu di halaman rumah.Janu menghela napas saat mobil yang mengantar Dila sudah tidak lagi terlihat dari halaman rumah mereka “Aku seneng banget bisa lihat perkembangan anak kita sama-sama yang bahkan udah merantau sekarang. Makasi ya sayang udah mau ngerawat dan ngejaga anak kita khususnya Radit.” Jelas Janu sembari merangkul Kalila dengan mata Kalila yang tampak sembab akibat melepas anak perempuannya untuk

  • The Fault Between Us   Chapter 30 - Jangan Pergi

    “Aku benci kamu, Mas Janu. Pergi dari sini!!!” Teriak Kalila kepada Janu sementara Radit menahan tubuh Kalila yang sedari tadi ingin memukuli Ayahnya.“Lila, aku sayang kamu. Kita udah baikan, sayang. Aku gak pernah tinggalin kamu lagi.” Lagi-lagi, Janu tidak pernah menyerah menyebutkan kalimat itu.Dila mendekati Kalila dan Radit yang tengah susah payah menahan tubuh Kalila.“Kamu siapa?” Kalila melontarkan pertanyaan itu kepada Dila dan sontak hal itu membuat Dila terbelalak terkejut.“Aku Dila, Ma. Anak Mama.” Ucap Dila sembari mencoba menyentuh tangan Kalila.“Nggak!” Seru Kalila sembari menghempaskan tangan Dila kasar “Anak aku Cuma Radit. Kamu pasti orang suruhan Mas Janu buat ambil Radit dari aku, ‘kan?”Dila menatap Kalila dengan tatapan kecewa, bagaimana bisa Kalila hanya mengingat Radit? Apakah dari dulu Radit memang selalu jadi anak kesayangan Kalila? Di

  • The Fault Between Us   Chapter 29 - Menikah

    Kalila akhirnya menikah dengan Janu, namun bukan pernikahan seperti ini yang di impikannya dulu. Dia memimpikan pernikahan dimana keluarganya masih ada di sampingnya. Satu-satunya keluarga yang dia punya saat ini hanyalah Rangga, Adiknya.Pernikahan Janu dan Kalila di adakan di rumah orangtua Janu, rumah Rostiana dan juga peninggalan Gunadhya. Pernikahan yang di gelar pun tampak sederhana dan hanya beberapa kerabat terdekat saja yang hadir dalam acara pernikahan itu, seperti permintaan Kalila. Bertolak belakang dengan Janu yang menginginkan pernikahan yang mewah. Namun, apa pun itu, dia menurunkan egonya, yang terpenting dia bisa hidup bersama Kalila.“Hei, kak. Kenalin ini pacar aku. Namanya Mentari.” Ucap Rangga yang sudah berada di hadapan Kalila dengan menggenggam tangan MentariKalila pun terbelalak terkejut melihat adiknya itu menggandeng tangan seorang wanita di hadapannya “Loh… Bukannya---” Seketika pembicaraan Kalila

  • The Fault Between Us   Chapter 28 - Manusia Kaku

    Ruangan sidang pengadilan, sebuah ruangan dimana setiap orang selalu mengadu nasib atas permasalahan yang di hadapi dan juga nasib mereka yang berada pada keputusan hakim yang selalu memutuskan setiap perkara yang mereka miliki.Ya, Kalila sedari tadi tengah memperhatikan penjelasan Rangga yang sedang menyelesaikan kasus kliennya. Mereka berdua terlihat sangat professional tanpa memandang latar belakang sebagai keluarga.Setelah persidangan selesai, Kalila dan Rangga pun bertemu di salah satu restaurant untuk makan siang bersama seperti yang sudah mereka janjikan."Kakak yakin balikan sama Mas Janu?" Tanya Rangga saat dia tengah mengunyah nasi ayam."Iya. Aku balik demi Radit." Ucap Kalila namun tatapannya kosong.Rangga bukanlah anak kemarin sore yang bisa di bodoh-bodohi dan di bohongi seperti itu. Apalagi, tuntutan pekerjaan Rangga yang sudah menggeluti dunia hukum dan bertemu banyak kasus akan sangat mudah sekali melihat hati Kalila ba

  • The Fault Between Us   Chapter 27 - Trust Me

    Telihat Rostiana dan Janu sudah berada di dalam rumah Kalila dan mengatakan bahwa Janu akan menikahinya."Aku gak bisa. Aku tau kalian kesini bukan untuk aku, tapi mau ngerebut Radit, kan?" Tanya Kalila dengan raut wajah yang tampak kesal."Yaampun nggak, Lila. Nggak sama sekali. Aku dari dulu memang bener-bener cari kamu."Janu pun menghampiri Kalila dan menangkup pipinya "Aku sayang sama kamu, aku juga pengen hidup sama Radit, anak aku satu-satunya.""Aku—""Radit anak Om Janu?" Tanya Radit yang tiba-tiba sudah berada di ruang tamu.Kalila terkejut saat melihat Radit dengan tatapan polosnya yang masih melihat Janu menangkup pipi Kalila "Sayang, kamu ngapain kesini?" Tanya Kalila menghampiri Radit dan melepaskan tangan Janu dari pipinya."Mama, Radit anak Om Janu?" Tanya Radit memastikanKalila menghela napas dan meyakinkan Radit bahwa Janu bukan ayahnya "Bukan, sayang.""Tapi tadi—""Kamu anak Papa s

  • The Fault Between Us   Chapter 26 - Pilihan yang Berat

    Rangga terlihat tengah melangkahkan kaki menuju ke rumah Kalila. Seketika langkah kakinya terhenti dan menatap laki-laki yang ada di halaman rumah Kalila dengan tatapan murka. Rangga menggenggam tangannya dengan kuat saat melihat Janu, laki-laki yang sudah membuat Kalila menderita selama ini."Bajingan lo. Dasar laki-laki gak bertanggung jawab!!!" Ucap Rangga dan langsung memukul wajah Janu sampai tubuhnya terhempas"Ngapain lo disini?!" Tanya Rangga murka sembari memukul wajah Janu berkali-kali."Aku mau liat Kalila dan anak aku."Rangga menarik kerah baju Janu dan menatapnya seakan ingin membunuh Janu detik itu juga "Oh lo mau enaknya aja? Kak Kalila berjuang dengan susah payah sendirian dan lo sekarang mau balik gitu aja saat kehidupan Kak Kalila udah membaik?”"Aku tau semuanya. Aku gak tau Kalila gak jadi menggugurkan kandungannya. Aku akan tebus semua kesalahan aku dulu.""Gak perlu! Lo gak pernah menginginkan Radit. Pergi lo dar

  • The Fault Between Us   Chapter 25 - Janu

    "Sudah mapan begini sudah bisa menikah ya, Janu." "Iya betul sekali itu. Mungkin Janu bisa di jodohkan dengan anaknya Mas. Bagaimana kabar dia sekarang?”Deg! Sontak pernyataan yang terlontar dari Ibu Janu membuat Kalila menghentikan langkahnya.Mendengar perjodohan itu hati Kalila benar-benar hancur. Bahkan raut wajah Janu terlihat sangat bahagia. Rasanya dia tak memiliki beban sedikit pun atas anak yang di kandung Kalila.“Hahaha, boleh tuh. Biar mempererat tali silaturahmi kita. Bagaimana Janu?”“Hahaha saya ngikut aja, Pak.”“Wah! Janu kayanya udah setuju, nih. Bentar lagi kita jadi besan, Mas!” Seru Ibu Janu dengan wajah suka citanya. Saat rekan kerja Gunadhya bersama istrinya kembali, seketika dia pun menanyakan respon dari Janu mengenai perjodohan yang baru saja di perbincangkan.“Janu…

DMCA.com Protection Status