Beranda / Romansa / The Ex Brother 2 / 10. Brady White

Share

10. Brady White

Penulis: Dwi Sartika Juni
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Olivia Finley

Aku selamat? Tidak juga.

Dia hanya mendorongku masuk ke kamar dan membiarkan aku sendirian di sini. Tanpa bisa melawan. Bodohnya kau, ZeeZee!

Kamar yang benar-benar sempit. Ini jelas kamar pelayan! Tidak ada celah untukku kabur. Sekarang apa? Tidur? Tidak, aku tidak bisa tidur di saat seperti ini. Walau aku justru merasa lelah dan mengantuk.

Sial sekali memang. Ponselku kehabisan daya baterai saat kucoba memeriksanya sedetik lalu.

Benar-benar sialan! Kutendang pintu berulang kali. Aku hanya cemas akan—

“Ada apa, Olive?” Pintu terbuka sedikit. Hanya menampilkan setengah tubuh pria berengsek itu.

“Katamu, kita akan bicara. Ayo, bicara sekarang. Aku tidak bisa menunggu sampai pagi. Aku harus pulang. Pekerjaanku banyak.” Aku melotot padanya. Kupegangi pundakku yang jadi pusat perhatiannya. Kemeja yang kukenakan dirobek olehnya di bagian pundak kananku.

“Oke. Tunggu sebentar. Kau perlu kemeja baru, bukan?” Suaranya melembut, begitu juga tatapannya.

Oh, jangan harap aku tertipu!

“Izinkan aku keluar juga.” Kubalas kelembutannya agar dia juga tertipu.

“Tidak.” Dia tersenyum jenaka. Lebih tepatnya mengejek. “Setiap kali kau berucap manis seperti itu, aku tahu kau merencanakan sesuatu atau sudah siap dengan tingkah burukmu.”

Sialan! Cepat sekali dia mengenali maksudku.

Dia menutup pintu. Menguncinya dari luar. Aku mondar-mandir cemas di kamar sempit yang bagiku memang tidak pantas disebut kamar.

Sudah jam sebelas malam. Perutku perih, lapar.

Hyra mungkin di penatu dan cemas karena popok lansia. Dia jelas tidak akan mencemaskanku, karena dari dulu dia selalu ingin melihatku keluar dari mesin cuci dan bersenang-senang hingga larut malam di luar rumah.

Pintu terbuka. Dia muncul. Masuk dan menutup pintunya kembali. Apa-apaan dia? Kenapa harus ikut masuk?

“Ini. Kenakanlah. Aku tidak akan melihat.” Dia melempar kemeja hitam tanpa motif padaku. Kemeja kebesaran. Sudah pasti itu miliknya.

Kutangkap dengan tepat. Memeganginya sesaat dan berpikir cepat, dihadapannya yang bersandar punggung dibalik pintu sembari melipat tangan di depan dada.

Baik! Akan kukenakan kemejanya tanpa melepas kemeja milikku. Enak saja! Yang boleh melihat tubuhku hanya Rhys seorang. Sejak dulu, sekarang, hingga nanti.

Dia terbahak karena ulahku. Benar-benar tergelak dan aku tidak peduli. Kubuka setiap kancing kemejanya hingga ujung. Aku memakainya dengan cepat, begitu pula dengan membiarkan kemejaku tetap di dalamnya.

Gerah? Tentu saja. Apalagi di kamar sempit ini tidak ada pendingin ruangan sama sekali.

“Ikuti aku.” Setelah tawanya berhenti, si berengsek ini membuka pintu dan keluar.

Selama perjalanan melewati lorong dan mengikutinya, aku melihat sekeliling. Baik. Tidak ada cara di sekitar sini yang bisa membuatku lari dengan gerak yang tidak terbaca—oh! Ah, yap! Aku harus kembali ke ruang pertemuan berjendela rendah tanpa jeruji itu.

Aku harus bisa melewati pandangan si sialan ini lalu melarikan diri.

“Masuk, Olive.”

Aku berhenti. Masuk ke sana? Ke sebuah ruangan yang pintunya sudah terbuka lebar. Ruangan yang lebih mirip seperti kantor atau ruang kerja di dalam rumah.

“Kita bicara di sini saja.” Aku menolak. Tetap berdiri tegak dihadapannya.

“Dan kau bisa melarikan diri dengan mudah. Begitu?”

“Tidak,” bantahku cepat.

“Jika tidak, masuklah. Sudah kuperingatkan kau untuk tidak macam-macam karena aku bisa menyentuhmu dan kau tidak suka itu, bukan?”

“Ya. Aku tidak suka itu. Jadi jangan pernah lakukan tindakan seperti itu lagi.” Aku mengancam lewat sepasang mataku yang melotot. Melangkah masuk karena ancaman dia akan menelanjangiku di tempat, benar-benar menggangguku.

“Baik. Kau juga. Jangan meludahiku lagi atau menyundul wajahku dengan kepalamu.”

Aku ingin tertawa. Lucu dan puas rasanya. Hanya tinggal menendang warisan masa depannya yang belum berhasil kulakukan. Tunggu saja. Akan kulakukan itu, andai dia berani menyentuhku lagi walau hanya memegang pergelangan tanganku.

Tanpa dipersilakan duduk, aku duduk di sebuah kursi tanpa sandaran berbantal empuk dan diam menatap lurus ke depan.

Kulihat dia menyusul dan duduk di depanku. Bukan di kursi, tapi di atas meja. Dasar gila perhatian.

Aku memundurkan kursi dan dia menahan pegangan kursinya dengan dua lengannya yang terjulur panjang di antara tubuhku.

Tegang dan sangat mengancam. Dia mengunciku di antara sorot mata dan kedua lengannya. Dua bola mataku sudah fokus di atas, menatapinya dengan isyarat protes.

“Jangan sampai kau menyentuhku.” Aku menggeram. Memperingatinya lewat mulutku yang tidak terbuka.

“Tidak akan!” Dia berseru, kemudian mengangkat kedua tangan tanda menyerah.

Diam-diam aku bernapas lega. Aromanya begitu kuat. Aku sampai tidak mampu mengenali harumnya yang berbanding terbalik dengan grapefruit dan pepper milik Rhys.

Akh, aku tidak ingin indera penciumanku terkontaminasi olehnya!

“Aku akan bertanya.”

“Silakan.” Akhirnya yang kutunggu tiba juga. Beberapa pertanyaan. Tidak sulit. Cukup ‘ya’ dan ‘tidak’ lalu aku bebas.

“Aku memintamu datang menemuiku di White Company. Kenapa kau tidak datang?”

Untuk apa? Mengemis padamu? Tidak akan pernah kulakukan!

“Tidak.”

“Beri aku jawaban yang benar, Olive. Ingat perjanjiannya.” Dia nyaris berteriak, tapi sudah membentakku.

Ternyata benar, dia pria yang mudah sekali marah. Tersulut emosi dengan cepat.

“Aku merasa tidak melakukan kesalahan apa pun. Jadi aku tidak perlu datang untuk memohon padamu.”

Dia mendengus. Sudah lebih dekat lagi denganku dan sekali lagi, aku memundurkan wajahku untuk berada sedikit jauh dari tatapannya.

“Besar sekali nyalimu, Olive. Kau juga sangat keras kepala. Entah siapa kau di masa lalu, tapi aku akan segera mengetahuinya.”

Silakan saja. Jangan terkejut saat kau tahu bahwa aku memiliki ksatria pelindung. Bahkan enam, bukan satu.

Aku tidak takut pada siapa pun, apalagi padanya. Hanya pria bersetelan jas yang duduk dibalik meja dan memerintah semua hal harus sempurna seperti yang dia inginkan.

Aku yakin, kau pria seperti itu. Sudah berulang kali aku hidup dengan rasa takut lebih dari ini. Ujung senapan di kening, hukuman mengerikan di keluarga Oxley, dan ikut andil membereskan orang-orang yang mengganggu bisnis ilegal keluarga angkatku.

Kau? Bukan apa-apa bagiku.

Hening. Kulihat dia mengusap wajahnya dengan cepat. Kenapa? Frustrasi? Itu bagus.

“Tuan Brady. Will ingin bertemu.” Ketukan serta suara seorang pria terdengar bersamaan dari luar pintu.

Pria ini, yang dipanggil ‘Brady’ segera berjalan melewatiku menuju pintu. Aku memantau keadaan saat dia fokus dengan pria yang berdiri di ambang pintu.

Aku bisa melihatnya. Ada satu pintu lain dibalik sebuah rak buku kayu setinggi tubuhku. Dengan gerak hati-hati, aku bergegas ke sana. Jika tertangkap, aku akan beralasan ingin ke toilet.

“Tuan Brady, Nona itu.”

Sialan! Arah si berengsek itu berdiri memang membelakangiku, tapi pelayan bodohnya itu menghadap ke dalam ruangan. Jelas dia tahu aku—

“Mau ke mana kau, Olive?”

Suaranya dekat, bahkan tangannya menimpa tanganku yang sedang menggenggam gagang pintu. Saat aku mundur, punggungku berakhir di tubuh bagian depannya.

“Akhirnya kita saling mengingkari janji. Ingat ini baik-baik, Olive. Kau yang mulai melanggar janji kita diawal. Kau paham bahwa mulai detik ini, aku akan melakukan apa yang kumau, bukan?”

Enak saja!

Menggunakan siku, aku menyikut perutnya. Dia mengerang, menjambak rambutku. Posisiku sudah berbalik, ini saatnya. Kutendang harta paling berharga miliknya. Aku tidak peduli apa yang akan terjadi setelah ini, asal jangan berani-berani menyentuhku.

“Brady White, selamat menikmati nerakamu.”

Bersambung.

Bab terkait

  • The Ex Brother 2   11. Sambil Menatap Langit Malam

    Olivia FinleyEntah dari mana aku menyimpulkan itu sebagai namanya, yang jelas aku bisa berlari keluar ruangan ini sekarang. Si pelayan yang berdiri di ambang pintu, tercengang menatapku tanpa bisa melakukan apa pun selain menerima jari tengahku yang teracung untuknya.Sembari tertawa puas dalam hati, aku coba mengingat di mana ruangan mirip tempat rapat itu dan berhasil menemukannya dengan cepat. Aku sudah melompat keluar jendela ketika suara bocah itu memanggilku.“Kakak? Kenapa Kakak ada di sini?” Dia berdiri didekat jendela, sementara aku sudah di luar.Aku tersenyum sekilas padanya. “Aku mencemaskanmu. Kupikir tadi kau diculik, ternyata dia pamanmu kan?”Si bocah mengangguk, tapi wajahnya menyiratkan sesuatu. “Sebenarnya, aku tidak menyukai paman Brady. Aku memintamu mengantarkanku ke tempat paman Jonathan.” Dia beralasan.Aku melihat melewati kepala mungilnya. Belum ada tanda-tand

  • The Ex Brother 2   12. Peringatan!

    Olivia Finley “Jika kau sudah selesai, sebaiknya segera antarkan aku pulang. Aku juga tidak keberatan andai kau meminjamiku ponselmu agar aku bisa memesan taksi.” Mengalihkan haus dan lapar, sebaiknya aku mendesaknya untuk membiarkanku pergi. “Aku belum selesai.” Dia mendorong piring kosongnya ke kanan, dan menarik piring berisi hidangan penutup. “Tidak perlu memanggil taksi. Aku yang akan mengantarkanmu pulang.” “Oke. Kutunggu lima menit lagi. Jika kau inggar, aku akan pulang sendiri tanpa perlu bantuanmu lagi.” Aku mengancam dengan rasa cemas yang bersarang di dalam diriku. Bagaimana jika dia benar-benar tidak akan mengantarkanku pulang? Aku hanya cemas karena ini terlalu larut untuk seorang wanita berada di rumah pria. Sekuatnya diriku, tetap akan kalah dari seorang pria. Kecuali aku itu seorang pahlawan wanita super. Ah, tidak tidak. Berpikirlah positif, ZeeZee! “Ayo, pulang.” Di

  • The Ex Brother 2   13. Karena Dia Mencintaiku

    Rhys Dimitri OxleySelesai. Masalahnya selesai tidak dengan mudah. Aku harus menggertak dengan mengacungkan pistol ke wajah satu persatu orang yang kulihat di ruangan itu, karena ternyata mereka lebih gigih dari yang kukira. Segigih Audrey Mika Dawson. Mereka cocok menjalin kerjasama.“Rhys!”Si jalang ini muncul dari mana? Apa salah satu dari mereka menghubungi dia dan memberitahu bahwa aku sudah berhasil membatalkan rencana mereka?“Rhys, tunggu.” Audrey menyentuh lenganku, aku menepisnya.“Bicara dari situ.” Aku memperingatkan, mundur, dan membuat jarak nyata.“Kau sungguh egois. Kenapa membatalkan apa yang akan kami kerjakan?”“Kau kesulitan keuangan?” Kuhina dia dengan tatapan mengasihani. “Jika kau membutuhkannya, beritahu pada Lucas. Orang yang setiap hari mengusirmu kala kau mengusikku itu, sudah bersedia menanganimu lebih jauh lagi mulai sekarang.

  • The Ex Brother 2   14. Sebuah Ikatan

    Olivia FinleyBeruntung sekali Rhys tidak menyadari ketakutanku. Ketakutan saat melarikan diri dari rumah sakit dan membuat Brady White terlempar dari ranjang.Aku begitu takut kemarin. Brady nyaris melepas pakaianku, memaksaku bercinta dengannya—tidak, bukan. Kupikir itu gertakan, karena dia jelas tahu aku begitu benci disentuh olehnya.Kemarin, lebih mengerikan dari yang pernah Luigi lakukan padaku. Begitu takut, perasaan yang belum pernah hadir sejak pertama kali aku mengenal Brady, seketika muncul.Aku lupa bagaimana detailnya karena terlalu panik. Yang jelas kuingat, aku menendang dan meninjunya begitu kuat hingga selang infus terlepas dan aku melompat dari ranjang.Melarikan diri dan beruntung tidak dikejar. Aku bersembunyi di rumah seharian, menutup penatu dengan pemberitahuan pada para pelanggan melalui telepon mengenai alasan aku libur satu hari.Rhys datang dan aku masih dalam mode panik.

  • The Ex Brother 2   15. Jangan Menunggu Lebih Lama

    Rhys Dimitri Oxley Aku mengikuti ZeeZee keluar kamar tanpa sepengetahuan wanitaku itu. Dia terburu menggeser pintu berbingkai kaca penatunya. Tempat ini sedikit tua. Jujur saja, aku benci melihatnya harus tinggal di rumah seperti ini. Bukan karena ‘tua’-nya, tapi sistem keamanannya yang rentan kejahatan untuk seorang wanita yang tinggal sendirian di rumah seluas ini. Bisa kudengar ZeeZee meminta maaf berulang kali pada seorang pria yang mungkin seusia denganku atau sedikit lebih tua jika menilai dari rambut dan jambangnya yang memutih. Pria itu datang bersama seorang bocah—pasti anaknya—yang terus memandangku tanpa berkedip. Aku yakin bukan karena ketampananku, tapi itu tatapan penasaran. Wajah premanku terlihat jelas, ya? Aku tergelak di dalam hati. Semenit setelah ZeeZee menyerahkan pakaian yang menyebar harum lembut ke mana-mana pada pria itu, dia berbalik untuk merasa canggung padaku. “Kenapa?” Aku menyambutn

  • The Ex Brother 2   16. Pernikahan Yang Batal

    Olivia Finley Bukan mimpi. Sekejap saja, Rhys mewujudkan perkataannya padaku. Menikah. Hal itu akan segera terlaksana pagi ini, jam sembilan dua puluh satu menit. Berarti tersisa waktu lima belas menit lagi bagiku untuk berbincang mengenai banyak hal mendadak terjadi dalam hidupku, bersama Eri dan Hyra. Mereka berdua hadir. Entah bagaimana, Rhys melakukannya. Aku tidak sempat bertanya karena terlalu antusias dan merasa sangat terkejut. Kupikir, ini akan terjadi pekan depan paling cepat dan bulan depan paling lambat. Nyatanya, hanya berselang dua hari saja dari niat yang dibicarakan, semua telah siap di depan mata. Aku hanya perlu memilih gaun tanpa kerumitan sesuai keinginanku dan beberapa aksesoris pelengkap lainnya. Rhys, kau benar-benar luar biasa! Eri yang terbang dari Yellowrin, Hyra yang tiba-tiba muncul dengan tiga gaun dihadapanku, dan Luigi bersama tunangannya—Kimmy—turut hadir me

  • The Ex Brother 2   17. Tubuhku Hanya Miliknya

    Olivia FinleyNyaris meludahinya lagi seperti yang pernah kulakukan sebelumnya, kali ini aku menahan diri hanya degan meremas gaun di sisi tubuhku. “Dalam mimpimu, Brady White!”Brady tertawa nyaring. Wajah tampannya terlihat seperti Iblis dengan kedua tanduk tumpul di kepalanya.Rasa kesalku mencapai ubun-ubun. Berusaha menendangnya lagi, kali ini tidak berhasil karena dia seperti selalu lebih cepat dariku.Bukan karena dia seorang pria. Bukan.“Berhenti menendang, Olive. Kau tidak boleh bersikap kasar seperti kakak-kakakmu.” Brady mengusap-ngusap telapak kakiku dengan lembut.Kuakui, itu menyenangkan dan menenangkan. Tapi tidak sama sekali jika dia yang melakukannya, kecuali saat ini Rhys yang bersamaku. Melakukannya untukku.“Jangan sentuh aku, Berengsek!” Menarik kakiku darinya, dia malah membuat kedua kakiku berada di atas pangkuannya.“Berhenti keras kepala dan

  • The Ex Brother 2   18. Aku Bukan Ayahmu

    Rhys Dimitri Oxley“Bos, sebaiknya kau tidak bergerak dulu.”“Tidak apa. Aku tidak tenang karena Olive belum ditemukan.” Suaraku serak bukan karena banyak menangis, tapi akibat dari berteriak dan mengumpat beberapa orang yang menyerangku sekaligus di acara pernikahan kami.Gas air mata tidak sepenuhnya melumpuhkanku. Aku bisa menang dan tahu di mana Olive dibawa pergi, andai salah satu dari mereka tidak melukai kepalaku dari belakang dengan botol kaca dan memukul kakiku menggunakan balok.Kecurangan menjadi hal yang biasa.Tanpa melepas perban dan diikuti Jonathan keluar ruangan, kulihat Luigi dan Osen Murald mondar-mandir di lobi klinik.“Ada berita baru?” Aku bertanya pada keduanya, tapi hanya Osen yang peduli.“Belum ada, Rhys.” Dia menggeleng dengan wajah pucat.Sekarang rasanya aku ingin menebas kepala siapa saja yang kulihat.Aku lengah, pada

Bab terbaru

  • The Ex Brother 2   71. Happy Ending?

    Olivia FinleyPenata rias sedang menyentuh pipiku, ketika dia mengaduh karena melupakan alat makeup-nya yang entah apa penyebutannya tadi.“Aku akan segera kembali,” katanya.“Okay.” Sambil tersenyum, kutatap lekat gambaran diriku di cermin. Gaun pengantin baru akan kukenakan setelah riasan wajahku selesai.Aku terlonjak saat di menit pertama seseorang muncul di belakangku. Brady!“Kenapa kau—”“Aku cuma ingin bicara sebentar. Tidak akan ada yang tahu. Tenang saja.” Kedua tangannya berada di pundakku, menekan sedikit kuat agar aku tetap di sana dan tentu memaksaku untuk tidak memberontak.Brady membungkuk, menatapku dari pantulan cermin, begitu pun sebaliknya. Kami saling tatap. Bedanya, aku melihatnya penuh rasa benci. Tidak perlu berpikir berulang kali, tapi rasa benci ini tetap akan berakhir dengan kebencian pula.Salahku memang. Andai aku segera kembali ke pelukan Rhys, pulang ke Yellowrin sebelum bertemu Brady, pastinya hal mengerikan seperti ini, tidak mungkin terjadi. Kami tida

  • The Ex Brother 2   70. Bukan Cinta Yang Sempurna

    Rhys Dimitri OxleyAku akan pura-pura tidak tahu kalau ZeeZee bertemu Diana dan wanita sialan itu mengungkap fakta yang terjadi di antara kami berdua.Bergeming, ketika ZeeZee canggung padaku saat malam ini kami ada di kamar yang sama untuk membahas pernikahan besok.“Masih belum terlambat jika kau tidak siap kita menikah besok,” kataku lagi. Menjurus ke arah pembatalan pernikahan, karena kupikir, dia pasti kecewa, marah, sakit hati dan entah apalagi yang dirasakannya saat mendengar kebenaran itu.Dia malah tersenyum, meraih tanganku dan dibawa ke dalam pelukannya. “Sudah terlalu lama kita seperti ini, Rhys. Hubungan kita seakan jalan di tempat.”Aku terlalu takut untuk mengakui kesalahanku. Sangat pecundang, karena tidak berani mengakui kalau akhirnya aku tergoda oleh Diana yang menerobos paksa pertahananku.“Mungkin saja kau butuh waktu lagi, Sayang.” Bisa jadi dia berubah pikiran karena kesalahan besar yang telah kulakukan.Senyum ZeeZee menghancurkanku. Aku merasa semakin sangat b

  • The Ex Brother 2   69. Jatuh Cinta Padanya

    Olivia FinleyPercuma menyesal. Tidak akan ada gunanya. Apa yang kami lakukan telah terjadi.Aku di sini karena mencari tahu kebenaran untukku, sekaligus kesalahan Rhys padaku. Sebaliknya, dia memiliki kebenaran untuk dirinya sendiri dan kesalahanku padanya.Impas? Sungguh?Pesan Rhys yang menanyakan tentang keberadaanku, kuabaikan. Meski begitu, semenit kemudian kubalas dengan mengatakan bahwa aku perlu memilih pakaian dalam baru untuk malam pertama kami.Aku tidak peduli pada balasan selanjutnya, karena wanita itu sudah terlihat dari pintu kaca tembus pandang, sedang mendorong pintu pintu dan masuk.Mungkin wanita itu sudah memantauku dari luar, karena dia langsung tahu di mana aku duduk menunggunya. Dia menatapku sejenak sebelum akhirnya menghela napas dan mendatangiku yang berusaha tidak cemas, tetap waras.“Nona Olivia?”“Ya. Silakan duduk, ibunya William.” Oh, aku sengaja.Namun aku harus kecewa, karena dia tidak terkejut sama sekali. Malahan tersenyum. Pasti karena dia sudah me

  • The Ex Brother 2   68. Akhiri

    Olivia FinleyAku hanya harus percaya. Andai bisa, tapi rupanya itu sulit.Begini. Selagi acara pernikahan kami masih sedang diurus, aku pun ingin sibuk. Melakukan sesuatu, apa saja. Dan yang terpikir adalah pergi mendatangi Osen Murald. Kata Lucas, pria itu di sini. Entah untuk kepentingan apa, tapi kurasa ada hubungannya dengan Luigi.Aku ... butuh bantuan.Karena sekembali Rhys dari luar mengantarkan Brady, kekasihku itu tidak bicara sama sekali soal kucing-kucing yang akan Brady titipkan padanya.Tapi Rhys justru berharap kami bisa bercinta tanpa pembicaraan.“ZeeZee, aku ingin ada di dalam dirimu. Tapi kuminta untuk tidak mengajakku terlibat obrolan apa pun. Kita harus menikmati percintaan ini dengan hanya saling menatap satu sama lain. Apa kau keberatan?”“Tidak.”Itulah jawabanku kemarin. Aku setuju. Kami hanya menyuarakan kenikmatan, menyebut nama satu sama lain, mendesah penuh minat, dan bibir yang terus sibuk. Sibuk, tapi bukan untuk mengobrol.Kami merasai penyatuan yang lu

  • The Ex Brother 2   67. Bukan Lagi Teman

    Rhys Dimitri Oxley“Siapa?” ZeeZee menatap tajam pada Brady, bukan padaku.“Kucing-kucingku.” Brady tersenyum, pura-pura canggung sepertinya.“Kucing? Kau menitipkan kucing pada Rhys?” ejek ZeeZee. Tujuannya mungkin karena dia ingin mendesak Brady untuk punya jawaban lain, sehingga memiliki banyak alasan membenci pria itu.Andai aku pun bisa seperti ZeeZee, mungkin dengan bebas aku lebih dari mampu untuk mengekspresikan rasa benciku pada Brady White yang saat ini, setelah kulakukan penyelidikan lebih jauh, patut kucurigai hingga sampai ke persentase delapan puluh persen.Ludwig yang menyelidiki. Melarangku meminta bantuan Lucas.“Ya, kucing.” Brady tertawa pelan. Sikapnya pada ZeeZee seharusnya kucurigai sejak awal.“Kenapa, Sayang?” tanyaku sambil tetap berdiri di sini, tidak mendekat pada ZeeZee.ZeeZee menatapku, tatapannya sendu padaku, tidak demikian matanya saat melihat Brady. Dugaanku mungkin ada sesuatu, tapi aku tetaplah pria mengecewakan yang telah melakukan seks dengan wani

  • The Ex Brother 2   66. Ayo, Menikah!

    Olivia FinleyBrady membawa Eri pergi, entah ke mana, setelah satu kali dua puluh empat jam berada di rumah sakit yang ada di Yellowrin.“Brady lebih berhak karena kini Eri adalah calon istrinya,” kata Rhys, ketika aku protes kenapa dia membiarkan Brady melakukan itu pada sahabatku. Seolah memisahkan kami. Dengan sengaja pula.“Karena aku cuma teman, aku tidak cukup berhak, ya?” Rhys mengecup pelan bibirku selagi mengelus kulit lenganku.“Eri baik-baik saja. Percayalah, Sayang.”Kuembuskan napas tepat di dadanya yang kini menjadi sandaranku. “Katanya, kau ingin membicarakan hal serius denganku. Soal apa itu? Eri?”“Bukan, ZeeZee. Ini soal kita.”Spontan aku mendongak dan menatapnya dari bawah sini, namun rasanya kurang tepat. Keluar dari sandaran dekapannya setengah tidak rela, kutatap dia lekat-lekat.Sepertinya sudah sangat lama aku tidak diajak bicara seserius ini dengan pria terkasihku.“Kita? Kita kenapa?”Helaan napas Rhys membuatku tegang. Seperti ada sesuatu yang malah membuat

  • The Ex Brother 2   65. Brady dan Diana

    Rhys Dimitri OxleyYang kutemukan adalah kepanikan. Para pelayan rumah masih di sini, karena membantu menyelesaikan semua sisa dari acara pertunangan Brady dan Eri.Merekalah yang panik dan ketakutan.“Ada apa ini?”Bukan aku yang bertanya, tapi Hugo. Bahkan Leon dan Adorjan juga ada di sana.“Tu-tuan tamu, oh maksudku, tuan Brady dan tunangannya terjatuh dari lantai tiga.”“Kalian melihat langsung saat mereka terjatuh?” tanyaku sambil mendekat. Semua mata mendadak mengarah padaku. “Tidak, Tuan Rhys. Kami sedang di dapur saat kejadian berlangsung. Jeritan nona Eri mengejutkan kami. Saat kami keluar rumah, keduanya sudah ada di atas mobil tuan Leon dalam keadaan tidak sadarkan diri dan berdarah-darah.” Salah satu dari keempat pelayan memberi keterangan.“Bagaimana sekarang?” Leon bertanya padaku.Kenapa bertanya? Harusnya mereka bergerak untuk mengatasi hal ini atau setidaknya memastikan keadaan kedua orang itu.Karena memang sudah jadi kesepakatan antara kami dan para pekerja di rumah

  • The Ex Brother 2   64. Tidak Mengenalku

    Olivia Finley“Aku tidur di sini, ya?” Eri menggulung gaunnya menjadi buntalan, setengah telanjang di atas ranjangku. Hanya bra dan celana dalam. “Lakukan sesukamu, Nona cengeng.” Beranjak untuk berganti pakaian, pintu kamarku diketuk.Rhys!Pasti dia!Aku berlari ke arah ranjang, menarik selimut dan mengancam Eri dengan suara pelan. “Itu Rhys, jadi tutupi tubuhmu, Nona!”Eri terkikik, menutupi tubuh bahkan bersembunyi dibalik selimut.Pintu terbuka, bukan Rhys yang berdiri dihadapanku, tapi Brady.“Olive, a—”“Eri, calon suamimu datang!” Aku menyela dengan menyeru. Tujuanku tentu saja agar Brady tidak bertindak seperti saat sebelumnya dia datang ke kamarku.“Hah? Brady!” Suara Eri terdengar riang, bahkan lompatannya dari atas ranjang ke lantai bisa terdengar. Oh—“Hei, Eri! Pakai selimutmu!” Panik, aku melotot padanya, tapi wanita itu santai saja berlarian kecil menghampiri kami di pintu.“Meski tampilannya begitu, aku tidak tertarik.” Brady menatapku.“Apa?” Eri menyela. Langsung b

  • The Ex Brother 2   63. Cinta Tanpa Sentuhan

    Olivia FinleyOh, si paling tampan di keluarga Oxley. Hugo.“Apa kabarmu, ZeeZee terkasih?” Dekat-dekat hanya untuk mengecup puncak kepalaku.Hei, hei. Dia satu tingkat lebih berani dari saat terakhir kali kami bertemu. Kudorong wajahnya yang ingin merapat padaku.“Hugo, hentikan.”“Rhys sedang memberi kata sambutan. Jadi dia tidak akan melihat kita,” bisik Hugo.Tinju seriusku mendarat di perutnya. “Berhenti bercanda, Hugo. Aku sungguh-sungguh saat memperingatimu.”Hugo tampak jelas berpura-pura tuli karena dia langsung beralih pada Eri yang sedang cekikikan melihat interaksi kami berdua.“Nona Eri yang cantik jelita, langsung pergi ke sisi calon tunanganmu sekarang. Rhys itu tidak pernah memberi sambutan panjang lebar.” Hugo dengan gaya pria sejati, membungkuk mempersilakan Eri seolah dia pengawal sang tuan putri.Terkikik geli, Eri menurutinya daripada aku yang sudah melotot dan tidak bisa menggapai tangannya sebab dia berlari pergi meninggalkan kami.“Wajahmu tampak tidak rela,” tu

DMCA.com Protection Status