Awalnya, seluruh anggota baru itu bisa berlari dengan kecepatan yang sama. Namun, lambat laun, beberapa anggota baru itu mulai memelankan lari mereka karena kelelahan. Sedangkan tiga anggota lain masih mampu berlari tanpa menunjukkan tanda-tanda kelelahan.
“Matilda, Saro, Sergio! stamina kalian sudah cukup bagus, tapi coba berlari lebih cepat lagi.” Cerano lantas memperhatikan tiga orang yang ada di belakang mereka. “Raveena, Paolina, Antonio! siput bahkan jauh lebih cepat daripada kalian! Jika kalian berlari seperti ini saat menjalankan misi, aku jamin kalian akan langsung mati dalam waktu satu hari!!”
Paolina yang berlari di samping Raveena terus mengeluh di sedari tadi. “Kakiku bahkan terasa ingin lepas! Jika berlari lebih cepat lagi, maka aku akan lumpuh!”
“Paolina, aku bisa mendengar keluhanmu! Kalau kau tidak lulus minggu depan, maka kau bisa-bisa disuruh berlari sebulan penuh!” teriak Cerano.
Mendenga
Kesedihan sekaligus rasa cemas perlahan mengairi hati Raveena. Wanita itu baru tinggal di mansion Acheron Familia selama dua hari, sehingga tidak banyak orang yang ia kenal. Apabila Cerano pergi meninggalkannya, maka Raveena akan kehilangan orang yang bisa ia ajak mengobrol.“Kenapa pergi begitu lama?”Cerano, “Sebenarnya, satu minggu itu termasuk cepat. Biasanya, aku bahkan bisa pergi selama berbulan-bulan.”Raveena seharusnya tidak punya wewenang untuk bertanya, tapi dia secara reflek berkata, “Masalah apa yang akan kamu hadapi? Apakah berbahaya seperti di Kartel Meksiko?”“Berbahaya atau tidak itu belum bisa kuukur sekarang. Tapi, aku pasti mampu pulang dengan selamat.” Cerano menambahkan, “Apa kamu masih ingat orang yang kutembak di pertemuan pertama kita?”Raveena mengangguk cepat. “Tentu aku ingat.”“Dia berasal dari komplotan bandit yang berpura-pura menjadi
Keesokan paginya, Raveena bangun dalam keadaan segar. Dia sudah tertidur sepanjang malam tanpa ada gangguan dari orang lain, sehingga tubuhnya yang kemarin kelelahan sudah mulai pulih.Ketika Raveena hendak bangkit dari tempat tidur, ia melihat cincinnya tergeletak di atas meja. Tapi, kali ini cincinnya terlihat berbeda. Di bagian kepala ular, terdapat sambungan kecil yang menghubungkan cincin dengan rantai kalung.Begitu Raveena mengambil cincin tersebut, ia menemukan sebuah catatan tertinggal di bawahnya.‘Kalau kamu tidak mau menggunakannya di tangan, maka pakailah cincin ini sebagai kalung dan sembunyikan dibalik pakaianmu. Karena, cincin emas ini adalah satu-satunya benda yang mampu melindungimu di dalam mansion Acheron.’Cerano juga meninggalkan sebuah buku pedoman milik Acheron Familia di dekat kertas catatan. Sebuah sticky note ditempel di salah satu lembaran buku tebal tersebut, sehingga Ravee
Ungkapan Javer membuat Raveena semakin mewaspadai orang-orang di sekitarnya. Pantas saja Cerano memberikannya cincin emas, ternyata memang hanya kedudukan tinggi yang bisa menyelamatkan seseorang.Selama tiga hari terakhir, latihan yang dijalani oleh Raveena sangat berat dan melelahkan. Dia dan yang lain harus belajar teori bersama Javer di pagi hari, kemudian berlatih di ruang latihan dari siang hingga menjelang sore. Latihan stamina yang mereka jalani pun bervariasi, mulai dari berlari, memanjat dinding dalam hitungan detik, dan juga mempelajari teknik dasar dalam membela diri.“Aku bisa mati kalau begini terus!” keluh Paolina begitu Henry keluar dari ruang latihan.Wanita itu berbaring di atas permukaan lantai, peluh sudah membasahi pakaian dan rambutnya, membuat dia tampak habis berenang alih-alih berolahraga.“Mengeluh. Mengeluh. Mengeluh saja bisamu, apa kau akan mati apabila sehari saja menutup mulut!” teriak Saro.&l
Raveena berlutut di hadapan pintu, berharap kalau Hector tidak akan mengejarnya sampai ke kamar. Dalam keadaan panik, Raveena mengambil ponsel yang ia tinggalkan di kamar, kemudian berusaha menghubungi seseorang. Tapi, dia baru sadar kalau dia tak memiliki nomor orang lain, selain nomor Cerano. Dan semenjak Cerano meninggalkan mansion, pria itu belum pernah menghubungi Raveena, mungkin dia terlalu sibuk sampai tidak sempat memberikan kabar. Jadi, Raveena khawatir, Cerano tidak akan meresponnya apabila dia mengirimkan pesan sekarang. Namun, tak ada salahnya mencoba terlebih dahulu. Raveena : “Cerano, apa kamu punya nomor Tuan Russo?” Awalnya, Raveena berpikir Cerano akan mengabaikannya, tetapi ternyata pria itu langsung membalasnya dalam hitungan detik. Cerano : “Tentu ada, kenapa kau membutuhkan nomornya?” Raveena terdiam, tidak tahu harus merespon seperti apa. Kalau Raveena menceritakan kejadian hari ini kepada Cerano, bisa-bisa dia m
Keesokan malamnya, Cerano benar-benar kembali ke Sisilia, mengabaikan ucapan Raveena yang menyuruhnya untuk tidak terburu-buru. Namun, sikap buru-buru Cerano memang membawa petaka.Pria itu terlalu terburu-buru membasmi komplotan bandit, sehingga tidak terlalu mementingkan keselamatannya. Saat sedang beradu tembak dengan ketua dan para anggota bandit, tanpa sengaja perut pria itu terkena tembakan, sehingga dia dibawa pulang ke mansion dalam keadaan bersimbah darah.“Nona Hesper! Bos sudah pulang, tapi keadaannya agak buruk, sebaiknya kamu segera melihatnya!” seru Ugo begitu dia kembali ke mansion.Raveena yang tengah membaca buku di ruangan Cerano mendadak panik, dia melemparkan buku itu ke sembarang arah, kemudian berlari menuju Cerano yang sekarang sedang dirawat di klinik organisasi.“Di mana dia?” tanya Raveena kepada Henry, ekspresi wajahnya begitu panik.“Bos masih di dalam, Dokter Rachel sedang berusaha mengelua
Selama hampir lima menit, hanya suara deru napas Cerano serta monitor jantung yang terdengar di ruangan itu. Raveena tidak mengatakan apa-apa dan hanya menggenggam tangan Cerano sejak dia datang.Tak lama kemudian, bulu mata Cerano bergetar tatkala dia mulai membuka mata, menampakkan dua manik cobalt yang terlihat kelelahan.“Raveena ….” bisik Cerano begitu dia berusaha menebak bayangan wanita di hadapannya.Raveena mengangguk, “Ya, aku Raveena. Apa kamu merasa sakit? Perlu kupanggil dokter?”Cerano menghembuskan napas saat tahu dia berhasil selamat dari insiden tembakan. “Aku baik-baik saja. Bagaimana keadaanmu? Apa Hector mengganggumu lagi?”Raveena menggeleng, kepalanya menunduk begitu Cerano mengangkat topik Hector. “Dia tidak menggangu lagi. Maaf, Cerano.”Cerano berusaha mengangkat tangannya dan menyentuh wajah Raveena yang murung. “Kenapa minta maaf?”“Kam
Walau Raveena berkata ingin tidur di sofa malam itu, wanita itu malah berakhir tertidur di kursi sebelah tempat tidur, karena bersikeras tidak mau jauh-jauh dari Cerano.Cerano berpikir bila Raveena akan pindah ke sofa saat malam, tetapi Raveena sama sekali tidak beranjak pindah walau pagi hari sudah datang. Sikapnya itu jelas saja membuat Cerano terkejut dan segera membangunkannya. “Raveena, bangun, kenapa kamu malah tidur di sini?”Karena Cerano terus mengguncang bahunya, Raveena perlahan terbangun dari tidurnya. Dia segera mengusap matanya sebelum mengangkat kepala untuk berhadapan dengan Cerano. “Ada apa, Cerano?”“Ya, Tuhan. Apa kamu tidur semalaman dengan posisi begini? Punggungmu bisa-bisa sakit, Raveena.”Raveena awalnya ingin menyanggah ucapan Cerano. Namun, Raveena bungkam karena punggungnya benar-benar terasa sakit usai membungkuk semalaman.“Jangan marah, aku cuman mau nemenin kamu,” bisik Raveena dengan suara pelan, persis seperti anjing kecil yang takut dibuang oleh pemi
Pada sore hari, Cerano akhirnya diperbolehkan pindah ke kamar pribadinya supaya merasa lebih nyaman. Henry dan Ugo membantu Cerano pindah ke kamar menggunakan kursi roda, sementara Raveena dipinta pergi ke ruang pelatihan supaya tidak membuat teman-temannya yang lain curiga dia dekat dengan Cerano.“Bos, kamu tidak perlu mengkhawatirkan apapun, aku dan Ugo akan berusaha mengerjakan tugasmu untuk sementara waktu,” kata Henry dengan penuh percaya diri.Cerano yang baru saja dipindahkan ke tempat tidur langsung menahan napas sebentar saat lukanya terasa sakit. “Aku percaya kepada kalian. Namun, aku tidak mau terus berdiam diri terlalu lama. Besok aku mengajukan permohonan kepada Don Dante untuk membiarkanku kembali bekerja minggu depan.”“Bos! Kamu terlalu workaholic! Seperti kata Rachel, tidak ada salahnya kamu istirahat sejenak,” tukas Ugo.Cerano, “Aku bukannya gila kerja, tapi kenyataannya pekerjaanku memang sangat banyak. Selain itu, aku juga khawatir kepada kalian kalau aku absen t
“Ahh … mhm ….”Raveena mendesah tatkala kejantanan Cerano memasuki intinya yang sudah begitu basah. Sementara Raveena menumpukkan tangannya di atas wastafel, Cerano memegang pinggang wanita itu dari belakang dan mulai menggerakan pinggulnya dengan cepat. Tepat di hadapan Raveena adalah sebuah cermin besar, sehingga wanita itu mampu melihat ekspresi wajahnya yang tampak memalukan serta pakaiannya yang dikacaukan oleh Cerano.Beberapa saat yang lalu, tepatnya setelah Cerano memeluk Raveena di lapangan. Pria itu tiba-tiba saja menariknya ke kamar mandi umum yang ada di dekat lapangan dan langsung mencumbunya dengan penuh gairah.Beruntung hanya mereka yang sedang mengunjungi lapangan tembak hari itu, sehingga kamar mandi umumnya kosong dan bisa mereka pergunakan untuk melakukan kegiatan panas.Usai Cerano mengunci pintu kamar mandi, dia mulai melepaskan kancing kemeja Raveena satu-persatu, kemudian meremas dada wanita itu selagi dia mencumbu bibir Raveena yang mulai memerah.Ketika tubu
Raveena mengalihkan pandangannya dari Cerano, kemudian berkata dengan suara pelan, “Tentu saja aku merindukanmu, kau bahkan tidak pernah menghubungiku selama beberapa hari ini. Kupikir kau sudah bosan denganku, jadi tidak ingin menemuiku lagi.”Cerano tersenyum, tangannya perlahan membelai helaian rambut Raveena. “Mana mungkin aku bosan, kita bahkan baru menghabiskan waktu sebentar.”“Lalu mengapa kau tidak kunjung datang untuk menemuiku?”Cerano sempat terdiam. Manik cobalt-nya menatap Raveena lekat-lekat. “Aku hanya merasa bersalah kepadamu.”Raveena terkejut, tidak menyangka bila seorang bos dari organisasi gelap itu bisa mempunyai rasa bersalah kepadanya. “Bersalah tentang apa?”Cerano menghembuskan napas pendek, lalu berkata, “Walau aku tidak bermaksud buruk, tapi tetap saja aku membuatmu menjauhi salah satu teman dekatmu.”Cerano jelas mengetahui masa lalu Raveena dengan baik, dia sangat mengerti kalau wanita itu tidak pernah punya banyak teman yang bisa dia percaya di rumah bor
Setelah Matilda keluar dari ruangan Cerano, pria itu kembali menemui Raveena di ruang kesehatan. Ekspresi wajahnya tidak terlalu bagus, malah cenderung diliputi oleh kekesalan karena tidak mampu mengungkap siapa dalang yang telah membuat Raveena terluka.Selain itu, Cerano merasa harga dirinya tercoreng karena tidak mampu melindungi Raveena meskipun dia berada di dekat wanita itu.“Cerano! Bagaimana hasil interograsinya? Apa Matilda benar-benar telah berusaha mencelakaiku?” tanya Raveena dengan raut wajah cemas. Pasalnya, dia tidak ingin teman dekatnya menjadi tersangka atas kecelakaan yang dia hadapi.Cerano meminta Henry dan Diego untuk keluar usai mengantarnya ke dalam ruang kesehatan, kemudian pria itu menjalankan kursi rodanya ke samping ranjang. “Jangan khawatir, Nona Buscemi dinyatakan tidak bersalah.”Begitu mendengar penuturan itu, Raveena langsung menghembuskan napas lega. “Syukurlah bukan dia pelakunya.”“Untuk apa kau bersyukur?” Cerano berbicara dengan agak ketus, “Tidak
“Nona Buscemi, ternyata kau memang cerdik, tidak salah aku meloloskan tesmu dulu.” Cerano berbasi-basi sebelum akhirnya mengeluarkan paku berkarat yang sudah dimasukkan ke kantung plastik dari dalam sakunya. “Apa kamu tahu alasan kami mencurigai kamu?” Tanpa banyak berpikir, Matilda segera membalas, “Karena aku adalah orang terakhir yang berlari sebelum Raveena. Jadi, Bos berpikir bila aku adalah orang yang menaruhnya.” “Ya, kau benar, kami memang memiliki kecurigaan seperti itu. Namun, atas permintaan Raveena, aku ingin memberikan kesempatan kepadamu untuk membiarkan kau menjelaskan alibimu.” Matilda tertegun sebentar sebelum berkata, “Kalau alibiku tak membuatmu puas?” Cerano, “Maka kau akan kumasukkan ke dalam ruang bawah tanah dan kupaksa mengakui kejahatanmu.” Walau Cerano selalu terlihat lembut di hadapan Raveena, sesungguhnya dia bukanlah pria yang selembut itu. Sebagai ketua tim di organisasi mafia, Cerano sudah sering melakukan banyak cara kotor untuk mendapatkan informa
Cerano mengangguk. “Ya, Matilda Buscemi adalah orang yang lari sebelum kamu. Aku tidak suka menuduh, tetapi ada baiknya melakukan pemeriksaan.”Raveena buru-buru memegang lengan Cerano. “Rasanya tidak mungkin bila Matilda yang melakukannya. Kami berteman cukup baik selama beberapa hari belakangan.”“Raveena, ketika kamu masuk ke dalam organisasi hitam seperti ini, kamu harus membiasakan diri untuk dikhianati. Teman bisa menjadi musuh dan musuh bisa menjadi kawan. Karena itu, kamu tidak bisa membela Matilda sampai bukti terungkap.”Cerano lantas mengalihkan pandangannya kepada Henry. “Panggil Nona Buscemi ke ruanganku, aku ingin memastikan kebenarannya sendiri.”Henry mengangguk, kemudian segera meninggalkan ruangan untuk melakukan perintah Cerano. “Tapi untuk apa Matilda mencelakaiku? Aku bahkan tidak memiliki sesuatu yang berharga untuk diperebutkan,” tukas Raveena, masih sepenuhnya mempercayai Matilda.“Siapa yang tahu? Kamu bahkan baru mengenal Matilda selama beberapa hari, bagaim
Sontak Raveena menepis tangan Cerano dan menatap pria itu dengan kaget. “Kita lagi ada di depan orang banyak.”“Tapi tanganku ada di belakang.”Ketika Raveena ingin membalas lagi, Diego sudah mengumumkan hasil waktu milik Matilda.“3 menit 55 detik. Matilda Buscemi lulus!”“Berikutnya, Raveena Hesper!”Raveena bergegas lari menuju lapangan, mengabaikan Cerano yang sempat meremas bokongnya sekali lagi. Ketika Raveena sudah ada di hadapan Diego, Diego segera membunyikkan peluit sehingga Raveena langsung menggerakkan kakinya dengan cepat.Raveena berusaha mengatur napasnya supaya tidak merasa sesak saat dia mempercepat laju larinya. Walau tidak bisa secepat Sergio, setidaknya Raveena juga termasuk salah satu anggota yang mampu berlari dengan cepat setelah berlatih selama berhari-hari.Setelah berlari selama 40 detik, dia berhasil melewati putaran pertamanya.Kemudian melewati putaran kedua di 40 detik berikutnya.Raveena berhasil lari dengan lancar, sampai tiba-tiba mengalami gangguan di
“Bagaimana ini? Aku takut tidak bisa lulus, lalu disuruh terus lari selama sebulan.” Paolina terus mengeluarkan ketakutannya sejak anak-anak baru berkumpul di ruang latihan.Saro yang sudah lelah mendengar keluhan Paolina akhirnya protes. “Bisakah kamu berhenti mengeluh?! Kamu malah menyebarkan energi negatif kepada kita semua!”“Kalau tidak suka, ya jangan didengarkan!” balas Paolina.Kedua orang itu akhirnya ribut dengan beradu mulut, bahkan Antonio harus susah payah melerai keduanya supaya tidak berlanjut ke kekerasan fisik.Sementara mereka ribut, Raveena dan Matilda melakukan pemanasan ringan supaya otot mereka tidak kaku, sesekali Matilda juga akan membantu Raveena untuk melenturkan tubuhnya.Setelah beberapa hari berlatih bersama, Raveena mulai merasa nyaman berada di dekat Matilda, mereka bahkan sesekali akan makan siang bersama saat istirahat.“Matilda, sesungguhnya aku juga agak takut tidak lulus,” kata Raveena sepelan mungkin supaya yang lain tidak mendengar.Matilda membal
Tanpa mengatakan apa-apa lagi, Cerano segera menundukkan kepalanya dan mencium bibir Raveena. Ciuman itu tidak terburu-buru, cenderung lambat sehingga mereka bisa menikmati setiap lumatan yang mereka lakukan.Raveena masih khawatir dengan kondisi Cerano, tetapi ciuman Cerano membuatnya terbawa suasana sampai dia tidak lagi mau melepaskan ciuman mereka yang kian lama kian dalam.Cerano menarik lengan Raveena supaya tubuh mereka bisa semakin berdekatan, lalu di saat Raveena sedang lengah, tangan Cerano mulai merayap masuk ke dalam pakaian Raveena, mencari-cari dada Raveena yang masih ditutupi oleh bra.Begitu Cerano mengangkat bra milik Raveema ke atas, wanita itu segera sadar dan menahan tangan Cerano. “Cerano, ingat kata Rachel, kamu masih belum boleh bergerak terlalu banyak.”“Tenang saja, aku hanya akan menyenangkan kamu.”Karena setiap kali Cerano melihat Raveena, dia selalu ingin menyentuh tubuh wanita itu, meraba setiap jengkal kulitnya yang mulus dan lembut. Bisa dibilang, pria
Raveena kembali ke kamar Cerano dalam keadaan sangat lelah. Evaluasi mingguannya akan segera tiba, sehingga dia dan rekan-rekannya harus berusaha keras meningkatkan stamina supaya mendapatkan nilai tinggi saat evaluasi.Begitu Raveena masuk ke dalam kamar, dia melihat Cerano sedang tidur sambil memegang buku di tangannya. Sepertinya obat yang diminum oleh Cerano membuatnya cepat lelah sampai-sampai dia bisa ketiduran saat membaca buku.Dengan hati-hati, Raveena mengambil buku dari tangan Cerano, kemudian menyelimuti tubuh pria itu. Meski sudah berusaha untuk bergerak sepelan mungkin, tetap saja pria yang dipenuhi oleh kewaspadaan seperti Cerano langsung bangun.“Kamu baru kembali?” tanya Cerano dengan suara seraknya.Raveena tertegun, merasa kalau suara itu terdengar sangat seksi di pendengarannya. “Mhm, aku baru saja kembali. Kamu tidur lagi saja.”“Setelah bangun, rasanya aku tidak mau tidur lagi,” Cerano berkata, “Bagaimana harimu? Latihannya berjalan baik?”Raveena menarik kursi se