Pria itu bersiul dengan irama yang berbeda dan gerak tubuh yang berbeda pula. Perilaku pria itu membuat hati Kayla semakin penasaran, samar-samar terdengar derap langkah kaki mendekat kearah mereka dan terhenti di sudut pintu, dan orang yang membawa mereka masuk mempersilahkan duduk.
“Apa kalian yang selalu menghubungiku?” Tanya Bos besar itu.“Iya Tuan, kami butuh bantuan Tuan saat ini!” Jawab Kayla dengan lantang dan penuh kepercayaan diri“Hahaa... kau gadis yang jujur dan penuh semangat,” suara tawa Bos itu memenuhi ruangan.“Maafkan dia Tuan! dia memang sedikit lancang,” pungkas Rey.“Tidak masalah, aku suka sikap Istrimu ini!!” Telunjuk Bos itu mengacung kearah Kayla.“Apa...?” Pekik Kayla.Rey menatap Kayla dengan tatapan yang sedikit mengejek. Sebaliknya Kayla malah memelototi Rey yang menahan tawa geli sedari tadi“N-non, a-ada kabar buruk...,” Teriak Pak Joko dengan suara terbata-bata.“Kabar apa Pak? pelan-pelan kalau ngomong, Kayla tidak mengerti!” pinta Kayla dan tangan kanannya menyodorkan segelas air.Pak Joko mengambil air yang di berikan Kayla dan meminumnya dengan terburu-buru, setelah meletakan gelas di meja dia memulai ceritanya kembali, kali ini dia sudah sedikit tenang.“Orang yang kita temui tadi pagi! kini dia mengalami ke bangkrut-an Non.” Ujar Pak Joko dengan raut wajah yang khawatir.“Apa Pak Joko tidak salah informasikan?” mengernyitkan keningnya.“Ini benaran Non! Pak Joko di telepon oleh Security kantor itu,” sambung Pak Joko.“Kayla periksa dulu Pak, takutnya info yang Pak Joko sampaikan keliru,” ucapnya cepat.“Sebaiknya kita menghubungi Tuan itu Non! agar kita tahu keadaan yang sesungguhnya,” usul
Dor...! Dor...!Terdengar suara tembakan yang membuyarkan lingkaran masyarakat yang sedang sibuk mengeroyok Irwan, semua orang menjauh pergi dari Irwan karna tak ingin mendapat masalah atas tindakan brutal mereka, Irwan merangkak kearah polisi berharap dia bisa lolos dan pulang ke rumah. Wajahnya yang babak belur membuat polisi sedikit iba dan dia berharap bisa mendapat keadilan dari semua perilaku yang kurang baik dari masyarakat namun sayang harapan Irwan hancur berkeping-keping mendengar pernyataan dari beberapa polisi yang menghampirinya di sana.“Anda, saya tahan atas tuduhan penipuan berkas kepemilikan tanah dan membunuh empat orang. Dan hari ini Anda berencana mengakhiri tiga nyawa lagi!!” tutur kepala polisi.“S-saya tidak m-melakukan itu Pak!” sanggahnya seraya menakupkan kedua tangannya“Anda bisa jelaskan semuanya di kantor” pungkas Kapolsek dan Irwan di seret paksa dengan kedua tangan
“Apa maksud ucapannya itu?” gerutu Kayla sembari membuka pintu mobil.Pak Joko hanya tertawa kecil mendengar ucapan Charles.Sepanjang perjalanan Rey terus menatap wajah cantik Kayla dengan tatapan yang sangat dalam, walau hatinya telah di penuhi butiran-butiran cinta terhadap Kayla namun egonya terus menyangkal dan menutupi perasaan itu karna dia merasa Kayla tidak akan pernah membalas rasa yang ia miliki, pemuda itu menyadari selama ini hubungan mereka selalu di warnai percekcokan dan pertengkaran kecil.***Bram berlari mendengar suara mobil berhenti di depan rumah, tampak jelas wajah cemasnya. Pemuda berambut gondrong itu menghampiri Rey dan melontarkan begitu banyak pertanyaan dan selalu membuntuti ke mana pun langkah kaki sepupunya.“Cukup Bram jangan bertanya terus! biarkan Aku istirahat sejenak,” bentak Rey.“Ok, ok... aku akan menunggu sampai kau selesai dengan acara istirahatmu!!&rd
Dua bulan telah berlalu, hari-hari suram masih menyelimuti hati Rey semangat kehidupannya telah musnah lagi, kini bangkitlah kembali Rey si keras kepala dan berwajah datar yang memiliki hati dingin sedingin salju di kutub utara, dia bekerja dan menghandle semua pekerjaannya dari rumah persis seperti dahulu sejak kematian kedua orang tuanya, Rey juga menghabiskan waktu sendiri dan sibuk mengenang tingkah konyol gadis pujaan hatinya sesekali dia menangis mengingat kejadian buruk yang menimpa Kayla, semenjak kematian Kayla gerak-gerik dan tingkah laku Rey selalu di awasi tanpa sepengetahuannya.Tok...! Tok...! Tok...!“Maaf, Tuan Muda! saya mengganggu. Di bawah ada Tuan Erlan bersama Nona Tasya!” tutur Nuri dari balik pintu kamar Rey.“Suruh mereka menunggu di ruang keluarga!” sahut Rey lirih.“Baik Tuan Muda!” Nuri menuruni anak tangga dan menyuruh Erlan dan Tasya menunggu di ruang keluarga yang te
Pagi yang cerah suara kicauan burung memberi nuansa yang sangat nyaman, Bram datang dengan senyuman tipis menghiasi wajahnya yang tampan.“Apa Rey sudah bangun, Joris?” tanya Bram kepada salah satu bodyguard Rey.“Tuan Muda telah bangun sejak jam 03.00 dini hari, Tuan!” berbisik pelan tentang yang di alami Rey semalam.“Semakin parah saja kondisimu, Rey! mau sampai kapan dia bersikap seperti itu? aku harus mengambil tindakkan sebelum dia benar-benar gila.” Batin Bram.“Terus awasi dia! jangan sampai melupakan tugas yang aku berikan. Sekecil apapun itu kau harus memberitahuku!!” beranjak melangkah ke taman belakang.“Ayo, kita berangkat sekarang!” ajak Bram.Rey mengangguk sembari meletakkan gunting dan tang yang ada di genggamannya.“Cepat ganti baju,” perintah Bram.Melirik tajam Bram sambil b
Pagi yang cerah suara kicauan burung memberi nuansa yang sangat nyaman, Bram datang dengan senyuman tipis menghiasi wajahnya yang tampan.“Apa Rey sudah bangun, Joris?” tanya Bram kepada salah satu bodyguard Rey.“Tuan Muda telah bangun sejak jam 03.00 dini hari, Tuan!” berbisik pelan tentang yang di alami Rey semalam.“Semakin parah saja kondisimu, Rey! mau sampai kapan dia bersikap seperti itu? aku harus mengambil tindakkan sebelum dia benar-benar gila.” Batin Bram.“Terus awasi dia! jangan sampai melupakan tugas yang aku berikan. Sekecil apapun itu kau harus memberitahuku!!” beranjak melangkah ke taman belakang.“Ayo, kita berangkat sekarang!” ajak Bram.Rey mengangguk sembari meletakkan gunting dan tang yang ada di genggamannya.“Cepat ganti baju,” perintah Bram.Melirik tajam Bram sambil b
Keesokan harinya Rey bangun pagi-pagi sekali, karna kamar Rey dan Bram bersebelahan Rey mencoba membangunkan Bram yang masih tertidur pulas. Tetapi Bram tak bergeming dia masih tertidur, tak berhasil membangunkan Bram, Rey berjalan. Belum begitu jauh Rey melangkah terdengar dengkuran kecil yang berasal dari arah Bram.“Dasar kebo. Kalau tidur lupa akan dunianya,” Rey keluar kamar berlari keluar villa, tiba-tiba Tasya muncul.“Bang, tunggu-in Tasya sebentar...!” pekik Tasya seraya mengikat tali sepatu yang ia kenakan.Kini mereka berolahraga bersama dengan berbincang sebentar, terlihat wajah Rey sedikit fresh membuat Tasya heran.“Ada yang beda dari Bang Rey hari ini,” curi-curi pandang.“Kenapa Sya, kok menatap aku terus?!” Tanya Rey dengan terus berlari pelan.“Wajah Abang hari ini lebih fresh dan kelihatan sangat beda.” Tasya memperhatik
Perlahan kertas itu turun ke bawah memperlihatkan setengah dari wajah seseorang di baliknya, belum sempat melihat wajah orang itu terdengar ketukan pintu kamar Bram.Tok...! Tok...! Tok...!“Hmm... s-siapa yang mengganggu waktu tidurku?” Bram memperlambat suaranya seakan-akan terbangun dari tidurnya yang lelap.“Maaf Tuan! saya hanya ingin menawarkan minuman.” Suara dari balik pintu.“Ini sudah lewat tengah malam, aku tak ingin minum atau makan apa pun. Sana pergi aku mau tidur!!” Bentak Bram dengan suara berat.“Maafkan saya, Tuan!” terdengar suara derap kaki yang melangkah menjauh dari kamarnya.Mereka bernafas lega bisa mengatasi pelayan tua itu, Rey kembali menghubungi orang yang tadi. Erlan, Tasya dan Bram tahu tentang orang itu secara langsung walau hanya lewat video call saja, karna tak memungkinkan untuk mempertemukan secara langsung itu akan membuat