Share

Keraguan

Penulis: MidnightKalopsia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Pagi itu, Zhura membuka pejaman mata ketika sinar matahari menembus ke balik kelopaknya. Ia mengangkat sebelah tangan ke atas untuk menghalau silau. Tak lagi ada harapan untuk kembali terlelap, gadis itu memutuskan bangkit dan mengambil kesadarannya. Zhura mematung memperhatikan selimut putih yang membungkus separuh badannya. Dilihat dari segi apapun, itu bukan selimut yang biasa menemaninya tidur. Dengan wajah panik segera ia berdiri dan menemukan kenyataan bahwa kamar tidur ini bukanlah kamarnya.

"Di mana aku?!"

Ditatapnya penjuru ruangan kamar yang luasnya hingga puluhan meter tersebut. Kemudian kilasan kejadian kemarin mulai tergapai dan menimbulkan keheranan di batin Zhura. Bagaimana bisa ia berakhir di dalam kamar, sedangkan ruang baca Azhara adalah tempat terakhir yang ia lihat sebelum jatuh tertidur. Fakta bahwa ia hanya bersama dengan gurunya itu menamparnya telak. Apakah Zhura sungguh berjalan sendiri atau Azhara yang membawanya ke kamar ini? Sungguh pagi yang menyenangkan,
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • The Cursed Journey Of Zhura   Mereka Yang Berada Di Masa Lalu

    Kapas putih di atas cakrawala mangkir, membuat langit biru tak berujung memancarkan terik dari sang raja siang. Sementara para penonton menempatkan diri di podium-podium yang disiapkan, para gadis suci berbaris di tengah lapangan gersang seluas mata memandang. Situasinya hampir seperti saat ritual pengorbanan, hanya saja kali ini mereka sudah berpangkat sebagai gadis suci dan tanah lapang yang mengering akibat pergantian musim. Zhura berdiri di barisannya, angin sejuk bertiup ketika ia menatap podium tempat seorang pemuda duduk dengan wajah datar.Seperti biasa, pemuda perak itu memakai pakaian putih khasnya. Dilihat dari wajah Azhara, Zhura menyimpulkan bahwa pemuda itu datang sebagai formalitas semata. Semakin lama menatapnya, semakin banyak juga perasaan lain datang. Mengingat kejadian kemarin membuat wajah Zhura merah seakan direbus. Bahkan saat matahari bersinar begitu menusuknya, Zhura sadar betul apa yang membuat pipinya memanas. Kenyataan bahwa ia tidur di tempat Azhara menjad

  • The Cursed Journey Of Zhura   Sekutu

    Sinar hangat mentari terjun ke wajahnya yang diterpa kekosongan. Rautnya pergi seakan sudah terlalu penat untuk mengutarakan apa yang sebenarnya sang pemilik rasakan. Di antara ilalang, Zhura berdiri bersama kesendirian merasakan semilir angin sore. Evaluasi bulanan yang ia kira akan berjalan lancar, justru berakhir kacau bagi dirinya. Tidak ada harapan atau pun kekecewaan, Zhura hanya merasakan kebingungan tentang siapa sebenarnya sosok pemuda berambut hitam itu. Tidak peduli seberapa besar ia berusaha mengabaikannya, wajah familiar itu terus teringat dengan jelas. Dia menatap tempat anak panahnya tadi menancap. Sekarang anak panahnya sudah diambil, kini hanya jejaknya yang tertinggal. Penilaian itu bukanlah hal penting baginya, tapi saat tahu kalau ia gagal karena gangguan tak masuk akal lekas saja membuat Zhura tidak nyaman. Lagipula, wajah sosok itu yang sangat mirip dengan Azhara terasa bak mimpi buruk di siang hari. Mungkin saja itu terjadi karena Zhura terlalu banyak memikirka

  • The Cursed Journey Of Zhura   Terjerat

    Balai tengah yang megah itu kini dipenuhi banyak orang berpakaian mewah serta atribut khas bangsawan. Para tamu itu sibuk berbincang membicarakan bisnis, politik atau bahkan tak sedikit yang segan membicarakan masalah perjodohan anak-anaknya. Semua orang tampak agung, tentunya mereka sengaja membuat penampilannya tanpa celah agar dipanggil seperti itu.Zhura memeriksa penampilannya sendiri, lalu melanjutkan langkahnya masuk ke dalam balai. Orang-orang bermata elang langsung saja menatapnya begitu lengket saat menyadari dengan siapa ia datang."Jika kau bertindak sembarangan, siap-siap saja untuk hukuman," ujar Azhara. Suara pemuda itu terdengar lirih tapi tajam."Hm." Zhura mengepalkan tangannya menahan emosi, tak adanya pilihan lain membuatnya harus mengekori Azhara sehingga ia bisa mendapat tempat terbaik untuk bertatap muka dengan orang-orang. Segera setelah gadis itu mendapatkan tempat duduknya, Azhara berlalu dan menempatkan dirinya bersama yang lain. Gong dipukul sembilan kali.

  • The Cursed Journey Of Zhura   Dua Bidak

    "Apa ... maumu?" tanya Zhura bersama rintihan. Kerikil kecil yang memenuhi jalanan menusuk kakinya membuat ia kesakitan.Sosok yang menahan tangannya merespon, "Menyerahlah atau Azhara akan hancur." Tawa pecah dari bibir Zhura. "Kau begitu percaya diri, sekuat apa kau hingga berani menantang guruku?" Zhura tidak paham pada konsep menyerah di sini. Apa yang sudah ia lakukan hingga ada begitu banyak orang yang ingin membunuhnya?"Aku tidak bilang akan menghancurkan dia dengan tanganku. Aku akan membuat dia hancur lewat dirinya sendiri. Kau tahu, roh jahat itu, 'kan? Yang kulihat kau sangat peduli padanya. Jadi, serahkan saja dirimu."Seorang yang tersesat bukan berarti tak memiliki jalan pulang, terkadang ia harus melewati sisi lain jalanan atau bahkan mengelilingi dunia untuk bisa kembali ke rumah. Sejauh apapun itu akan Zhura tempuh, sesulit apapun itu akan Zhura lakukan. Jika itu berarti ia bisa pulang, berapa pun luka akan ia tanggung sakitnya."Dalam mimpimu!" Ia berbalik, menenda

  • The Cursed Journey Of Zhura   Kekusutan

    "Anggur! Anggur! Anggur!"Di pagi hari, Zhura terbangun dari tidurnya saat ia mendengar teriakan yang familiar. Dengan antusias, gadis itu melupakan rasa sakit di tubuhnya Dany. bangkit dari pembaringan. Dilihatnya seekor burung putih terbang keluar dari kamarnya. Dengan kepakan sayapnya yang lincah, Zhura hanya bisa melihat dari pintu ruangan ketika makhluk itu pergi menjauh."Kenapa Rou-rou bisa kemari?" pikir Zhura seraya kembali ke kamar. Ia membuka jendela lebar-lebar untuk menghirup udara segar setelah semalaman suntuk memulihkan diri dengan beristirahat. Kejadian kemarin sungguh tidak terduga, itu bukan pertama kalinya ia diserang membuat satu sinyal ancaman Zhura bangkit. Beruntung ada Ranzak yang datang menyelamatkannya, jika tidak, maka sekarang Zhura pasti sudah jadi abu.Kernyitan datang ketika ia melihat sesuatu di atas nakas. Sebuah mangkuk mengkilap dengan sup kentang yang mengeluarkan uap hangat ada di sana. Makanan itu tampaknya diletakkan ketika Zhura masih terlel

  • The Cursed Journey Of Zhura   Manusia Bebas

    "Jika tidak melihatnya sendiri, saya tidak akan percaya jika cangkir teh ini dipenuhi racun. Saya sangat heran, siapa sebenarnya Nona Lailla hingga banyak sekali orang yang ingin mencelakainya?" Dengan wajah tak habis pikir, Tusk meletakkan cangkir kosong itu kembali ke atas meja."Ini mengerikan. Aku akan memanggil Lailla ke sini untuk meminta penjelasan," timpal Pak Dima."Tidak perlu." Azhara mengangkat sebelah tangannya, menahan niatan pria paruh baya yang juga seorang jenderal itu untuk keluar dari ruang pertemuan. Pak Dima tampaknya tidak setuju. "Yang Mulia, racun ini memenuhi hampir setengah isi gelasnya. Lailla adalah gadis suci yang sudah mempelajari hal mendasar tentang racun dan penawarnya. Aku yakin dia sadar kalau ini termasuk tindak kriminal. Menyembunyikan peristiwa ini bisa membuatnya lebih dalam masalah."Azhara meraih cangkir kosong itu ke dalam genggaman, ditatapnya dengan tajam. Ada aroma pahit yang menyengat ketika ia mendekatkan hidungnya ke benda itu. "Lailla

  • The Cursed Journey Of Zhura   Bunga Yang Mekar

    Dengan perasaan campur aduk, Azhara terjaga dari tidur. Ia menatap langit-langit kamar yang mengabur akibat air mata yang tergenang. Lagi-lagi seperti ini, tak peduli apa yang akan ia mimpikan, kesedihan selalu menghampirinya. Azhara muak, pikiran dan tubuhnya terasa letih setiap kali dirinya bangun tidur. Jika bisa memilih, ia tidak ingin bangun sama sekali daripada harus merasakan beban seperti sekarang."Guru! Guru! Guru!"Suara seseorang terdengar, Azhara sontak duduk dan membersihkan air matanya. Ia merengut ketika melihat Zhura berlari tergopoh-gopoh masuk kamarnya."Guru, Lailla punya berita gembira!" ujar gadis itu berdiri di sisi ranjang."Siapa yang mengizinkan kau masuk ke sini?" tanya Azhara seraya merapikan jubah tidurnya. Setelah itu, ia melirik gadis di hadapannya dengan dingin, "Di mana seragammu? Mau apa kau kemari?"Zhura mengumbar senyum, menatap pakaiannya sendiri. "Hari ini adalah hari bebas, jadi tidak ada latihan. Ah, daripada itu aku punya kabar baik untukmu! K

  • The Cursed Journey Of Zhura   Tersemai

    Zhura tahu bahwa keselamatan dan kedamaian rakyat adalah nomor satu, tapi melakukan hal yang sewajarnya dilakukan bukan kejahatan. Meskipun pemuda itu menyembunyikan perasaannya, Zhura melihat ada hasrat terpendam di balik matanya. Fakta bahwa terdapat aturan tertulis yang mengendalikan seluruh kehidupan Azhara, semakin memperkuat alasannya untuk tetap hidup dalam keterbatasan."Menghabiskan sisa hidupmu untuk mencegah sesuatu yang belum tentu terjadi pasti melelahkan." Ini masih pagi, tapi topik berat membuat penat mengganggu diri Zhura."Mau bagaimana lagi, sejak awal aku tidak memiliki pilihan." Mata lautan Azhara menerawang ke arah danau.Gadis bermata hijau lantas kembali bersuara, "Kau sudah hidup ribuan tahun, apa kau pernah berpikir untuk tidak patuh pada aturan itu?"Bergemingnya Azhara adalah tanda jika perasaan buruk sedang ia rasakan."Kalau kau tidak mengatakannya dengan mulutmu sendiri, aku tidak akan percaya. Guru, apa kau bahagia dengan hidupmu sekarang?"Pemuda perak

Bab terbaru

  • The Cursed Journey Of Zhura   Kasih Tanpa Batas Waktu

    Langkah kaki menapaki satu demi satu langkah. Aroma kayu-kayuan yang samar tercium saat ia akhirnya sampai di tempat penuh pepohonan itu. Suara hewan-hewan malam lebih nyenyat karena beberapa di antaranya berhibernasi. Malam yang dingin menjadi sepi yang menghanyutkan. Seperti kunang-kunang yang terbang untuk melihat cahaya sendiri di kepingan salju, Zhura melawan segala macam kegundahan demi memastikan sendiri jawaban atas kebingungannya.Dan di sinilah ia sekarang, terpaku. Tepat seperti ingatannya, ada rumah kayu di hutan. Rumah ini kembali untuknya, atau ia yang kembali untuk rumah itu? Sesaat Zhura menarik napas panjang lalu mulai mengetuk pintunya. Tak ada seorang pun yang merespon, tapi daun pintunya terbuka sendiri. Angin bertiup dari dalam, memadamkan lenteranya. Saat itu juga ingatan kejadian-kejadian aneh kembali menyerangnya. Ditinggalkan lenteranya, mengikuti suara di kepalanya yang mengajaknya masuk lebih dalam."Ra ...?"Satu langkahnya memasuki ruangan terasa bak dentu

  • The Cursed Journey Of Zhura   Geletar Jiwa

    Tengah malam saat Zhura masih saja termenung di kamarnya. Ia terus terngiang-ngiang perkataan ibunya mengenai dunia lain yang kakeknya percayai. Lalu, sosok bermata violet yang mendatangi ibunya. Zhura yakin pernah bertemu dengannya. Tapi, kapan? Diraihnya buku tua di atas ranjang, ia membuka halaman demi halaman. Berbagai gambar dan kalimat ditampilkan di dalamnya dengan pudar. Tintanya tergerus waktu, menipis semakin tak terlihat.Gadis itu mengernyitkan kening saat melihat gambar dua ekor naga yang digambarkan kakeknya. Tak lama ia terperangah saat bayangan pertempuran besar terkilas di dinding kamarnya. Ia bergegas keluar, menapaki tangga dan berakhir di halaman rumahnya. Bulan tidak tampak, salju terlalu serakah menghujani malam. Ditatapnya gelang di sebelah tangannya, Zhura yang begitu frustasi lantas berusaha melepaskan paksa benda itu.Tapi, gagal. Gelang itu tak bisa terlepas. Kepasrahan menerjangnya, ia kelelahan menerka apa yang terjadi pada dirinya. Zhura jatuh terbaring d

  • The Cursed Journey Of Zhura   Segenggam Hati

    Beberapa hari terakhir berjalan dengan begitu melelahkan. Banyak orang mendatanginya untuk bertanya tentang keadaannya. Entah hanya untuk memenuhi rasa penasaran atau sampai dimuat di surat kabar. Kepergian Zhura yang sebenarnya hanya semalam menggegerkan seluruh warga. Mereka mulai memikirkan spekulasi yang tak berdasar seperti adanya penyihir jahat yang bersembunyi di hutan atau kemungkinan adanya kekuatan misterius yang melingkupi tempat itu. Zhura bahkan terlalu lelah untuk menjelaskan bahwa tak ada apapun yang terjadi, tapi pada kesempatan itu tak ada orang yang mendengarnya. Orang-orang itu malah semakin meningkatkan ketakutan mereka terhadap hutan tersebut. Sedikit demi sedikit rumor hutan itu menyebar, membuat tak seorang pun yang berani mendekat atau memasukinya. Satu bulan kemudian, kehebohan sudah mereda, tetap saja kawasan hutan itu nihil dari lalu lalang.Libur akhir tahun tiba, hari-hari yang ramai di desa menjadi semakin ramai. Berbagai festival dan perayaan diadakan d

  • The Cursed Journey Of Zhura   Firasat

    Aroma kayu-kayuan yang segar merisak penciumannya. Gelugutnya dingin membaur dari permukaan tempatnya terbaring. Satu dua embun menetes di wajahnya yang pucat. Pada saat matahari terbit lebih tinggi, mengantarkan kilau hangat yang membuatnya terjaga. Mata hijaunya beralih dari pohon satu ke pohon lain, ia berada di hutan. Tubuhnya segera terperanjat bangkit. Disingkirkannya salju yang menutupi sekujur tubuh seraya menatap ke sekeliling."Kenapa aku tidur di sini?"Gadis itu terlihat kebingungan, seakan-akan ia tak ingat dengan apa saja yang sudah ia lalui. Pada saat ia sibuk mencari tahu situasinya, suara langkah kaki terdengar mendekat."Hei, dia ada di sini!" Seorang yang ia kenali sebagai tetangganya mendekat, ia berteriak memanggil teman-temannya. Orang itu memperhatikan penampilan Zhura yang acak-acakan, lalu menanyainya banyak pertanyaan mengenai keadaannya. Tak lama kemudian orang-orang lain datang. Mereka tergopoh-gopoh mendekat dengan wajah lega."Zhura!" Seorang wanita paruh

  • The Cursed Journey Of Zhura   Kepergian

    "Tunggu!"Arlia berbalik saat ia mendengar seseorang menyerukan namanya. Gadis itu terlonjak saat melihat Ramia mendekat dengan napas tersengal-sengal. Sepertinya ia baru saja berlari mengejarnya sampai di dermaga."Kenapa sangat mendadak? Anda benar-benar harus pergi?" tanya Ramia gusar. Di balik jubahnya, pemuda itu masih menggunakan baju tidur. Ia belum bersiap saat mendengar kabar kepergian Arlia dari Inara. Dengan keadaan seadanya, ia melajukan kudanya mengejar Arlia yang hampir saja berangkat."Aku akan pergi ... sangat jauh," ujar Arlia.Keramaian yang ada di sekitarnya tiba-tiba senyap, seluruh perhatian pemuda itu terpusat pada bagaimana Arlia kini menatapnya dengan berkaca-kaca. Sisi yang selalu disembunyikannya rapat-rapat, ini pertama kalinya Ramia melihat betapa rapuhnya sosok itu."Kau pasti sudah tahu kalau keputusannya sudah dibuat. Yang Mulia Raja memberikan keringanan hukuman karena kontribusi ayahku pada bidang pemerintahan sebelumnya. Penyesuaian sudah disetujui ol

  • The Cursed Journey Of Zhura   Perpisahan

    Keesokan harinya, orang-orang berkumpul di balai. Pagi yang hangat mengalirkan arus sendu di wajah mereka. Setelah sekian kegiatan penghormatan, kini saat untuk Zhura pergi tiba. Tepat di tengah-tengah ada pintu portal yang dibukakan oleh sepuluh orang. Mereka berdiri berhadapan di sisi jalan, di mana Zhura akan melangkah memasuki portal itu. Dipeluknya teman-teman dengan erat tanda perpisahan. Zhura menarik sudut bibirnya untuk memberikan ketenangan pada setiap pribadi yang muram."Jaga dirimu baik-baik," ujar Valea."Jangan pernah lupakan kami, ya?" Inara membuat raut sedih.Melihat tingkah temannya itu, Zhura pun menahan gelak. "Jangan khawatir. Aku pasti akan baik-baik saja dan akan selalu mengingat kalian semua.""Awas saja kalau kau ingkar janji." Valea membuat gerakan memotong leher.Tawa pecah dari bibir Zhura, ia berpindah pada Arlia. Mereka tersenyum satu sama lain sebelum kemudian berpelukan. Gadis itu terlihat lebih terbuka dan hangat, itu perkembangan yang baik.Melepaska

  • The Cursed Journey Of Zhura   Hati

    Malam perayaan dilaksanakan penuh suka cita. Spemua orang di seluruh dataran kini berdiri di bawah langit malam yang bertabur bintang. Para gadis berkumpul di tempat luas bersama ribuan orang lain. Mereka semua kini tampil selayaknya sosok anggun dengan pemerah bibir. Semua penerangan pun dimatikan, hanya ada cahaya yang berasal dari lentera masing-masing. Dengan tinta yang harum, mereka menuliskan doa pada lentera, berharap kedamaian dan kemakmuran tercurah pada dunia baru.Beberapa saat kemudian, arahan dikeluarkan. Lentera-lentera mulai diterbangkan, detik itu juga malam menjadi berkepingan emas. Zhura pun ingin menerbangkan lentera miliknya. Tapi ia hampir putus asa menuliskan tinta di lenteranya hingga itu menjadi kusut. Maklum, permukaannya mudah robek jadi ia kesulitan. Pada saat atensinya terfokus pada kegiatannya, Azhara datang. Zhura sontak terkesiap kikuk berhadapan dengan pemuda itu.Melihat gelagat istrinya, menciptakan kerutan di kening Azhara. Menyadari kecanggungannya

  • The Cursed Journey Of Zhura   Kapuranta

    "Ibu, berapa orang yang kau ajak ke sini?!"Kegiatan dilanjutkan dengan ramah tamah dan jamuan. Masyarakat berkumpul menjadi satu di halaman kuil yang luas. Maklum, tamu yang datang tidak hanya dari Silvermist, melainkan dari seluruh Firmest. Valea duduk di tempat jamuan bersama sanak keluarganya yang juga hadir. Dengan tinta biru di kening yang terlihat mencolok di keramaian, gadis merah itu tampak anggun terbalut gaun putihnya. Meskipun begitu, wajah bulatnya justru terlihat sangar karena melihat apa yang dilakukan keluarganya. "Ibu tidak mungkin meninggalkan mereka di desa dan pergi hajatan meriah sendiri. Jadi kita ajak saja semua orang," jelas Shawarya abai, ia tak mengindahkan kekesalan putrinya dan malah sibuk mengurusi hidangan untuk semua keluarganya.Ayah Valea yang duduk di sisi istrinya pun mengangguk. "Benar, kita hendak mengajak seluruh desa tapi tumpangan terbatas, jadi kami hanya bisa membawa sedikit saudara."Valea memperhatikan satu per satu sanak saudaranya. Termas

  • The Cursed Journey Of Zhura   Wiwaha

    Dersik angin bertiup mengibaskan kain-kain berumbai yang dipasang menghiasi seluruh kota. Papan-papan bertuliskan ucapan selamat dipajang di setiap kediaman tanda suka cita pemiliknya. Kuil Halyziar yang menjadi tempat dilangsungkannya upacara, kini tampak memukau dengan dekorasi serta karpet besar nan tebal tergelar di ruangannya.Berbaris di kanan dan kiri altar, ratusan orang memenuhi tempat itu. Keluarga kerajaan, gadis suci, dan sisanya tamu undangan baik dari dalam atau pun luar Silvermist. Bukan hanya pakaian putih mereka yang seragam, sudah jelas tatapan mereka pun tertuju ke satu arah. Setiap sudut bibir kini menyajikan senyum sehangat mentari.Sepasang mempelai itu kini berjalan membelah kekaguman para tamu. Sinar matahari memaparkan kehangatan, tapi sedikit kegugupan justru yang membuatnya menggigil. Mengenakan jubah merah khas pengantin, Azhara dan Zhura berjalan beriringan. Bunga-bunga harum ditaburkan oleh dayang seiring langkah mereka. Sesekali kaki Zhura menginjak ujun

DMCA.com Protection Status