Share

Kait

Penulis: MidnightKalopsia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Kau sungguh pembohong yang handal."

Zhura menutup bibir Azhara dengan tangannya. Setelah memastikan Nenek Manira dan Kakek Maral benar-benar keluar dari yurt itu, dia pun segera menarik dirinya dari hadapan Azhara.

"Jangan bicara keras-keras, bagaimana kalau mereka mendengarnya?" sembur gadis itu. Zhura sudah menceritakan sebuah kisah melankolis di mana selain tidak punya tempat tinggal, dia juga mempunyai kakak yang penyakitan. Kalau Nenek Manira dan Kakek Maral mendengar ucapan Azhara, bisa-bisa mereka akan meragukan Zhura.

"Hei," panggil Azhara yang hampir tenggelam dalam lautan emosi, "kau sungguh tak ingin kembali?"

Karena Azhara menanyakannya, sekarang Zhura jadi memikirkannya. "Jika kau khawatir aku akan kabur, maka tidak. Jangan khawatir, karena aku tetaplah gadis suci. Kau sudah tahu, 'kan? Aku pergi untuk mendapatkan penawar racun. Tidak sepertimu, perjalananku sejauh ini mempunyai tujuan yang jelas. Jadi, jangan coba-coba mempengaruhiku. Dengan atau tanpa petanya, aku akan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • The Cursed Journey Of Zhura   Sumbu Yang Baru

    Suara hewan-hewan malam terdengar jelas di tengah keheningan. Azhara berdiri bak patung di tengah ruangan yurt, menatap kosong ke udara. Dia masih bergeming di sana, setidaknya sejak Nenek Manira dan Kakek Maral mengantarkan mereka ke tenda ini. Raut enggan terpampang jelas di wajahnya yang pucat. Sepertinya pemuda itu masih belum menerima keputusan Zhura untuk singgah di sini.Di tempatnya, Zhura masih menggotong barang-barangnya ke sana sini. Setelah semua barangnya tertata rapi, ia mulai sibuk menggelar karpet tidur di lantai. Bahan karpet yang tebal membuat gadis itu kesulitan, bahan tebal tentu saja memiliki berat yang besar. Namun, dengan usaha ekstra akhirnya dia berhasil mengaturnya menjadi alas tidur. Dengan tambahan selimut hangat dan bantal bulunya, kini tempat tidur yang sempurna pun tercipta."Sampai kapan kau mau berdiri di sana?" Ia berbalik, menatap pemuda perak itu seraya mendelik. Zhura sadar kekakuan di antara mereka tidak boleh dibiarkan lebih lama. Dengan letih ia

  • The Cursed Journey Of Zhura   Deburan

    "Seorang gadis muda memberikan uang padaku, dia menitipkan kuda ini dan memintaku menjaganya.""Apa kau ingat wajahnya?" tanya Inara memastikan."Aku ingat dia bermata hijau dengan rambut cokelat kemerahan, ada gelang Arbutus di tangan kanannya, " jawab pria elf di depannya dengan raut berpikir. "Benar, dia Zhura!" Sebelumnya Inara dan Valea membatalkan pelarian mereka dan memutuskan untuk mencari Zhura. Namun, mereka begitu heran saat melihat kuda Valea yang dibawa Zhura ada di tempat penitipan hewan. Bukankah ia bilang ingin menemui Azhara? Tapi sepertinya gadis itu memutuskan untuk melakukan perjalanan lain dengan kudanya sendiri. Sebenarnya ke mana dia pergi?"Apa dia mengatakan sesuatu tentang pergi ke suatu tempat?" tanya Valea mendesak."Tidak."Apa yang akan kita lakukan sekarang?" Inara mengembuskan napasnya yang menjadi berat. Tak adanya hawa yang bisa ia rasakan dari Zhura m menandakan bahwa temannya itu sudah pergi jauh. Saat mereka sibuk berpikir, para prajurit istana le

  • The Cursed Journey Of Zhura   Cerita Masa Lalu

    "Dia dikirim ke sana dan tidak pernah kembali ke sini. Entah apa sekarang ia masih hidup atau tidak. Menyadari bahwa dia tidak akan pulang ke sini, kadang-kadang membuatku marah. Tidak tahukah mereka bahwa gadis-gadis juga punya perasaan, kehidupan, impian dan juga orang-orang yang menunggu kepulangan mereka di rumah?"Azhara menunduk, wajahnya tersembunyi di balik selendang hitam di kepalanya. Zhura yang tidak mempunyai rencana untuk mendengarkan kenyataan sedemikan rupa, tak dapat berkata apa-apa."Tapi, itu sudah berlalu, semuanya sudah terjadi. Aku pun bisa tenang untuk enam belas tahun ke depan sebelum pemilihan gadis lagi. Aku penasaran dengan gadis-gadis yang terpilih di periode ini, mereka pasti sedang sangat ketakutan karena pemberangkatan yang semakin mendekat," tambah Yara.Azhara yang mendengar itu mendongak, melirik ke arah di mana kira-kira Zhura berada."Takut atau tidak, itu belum pasti. Yang jelas mereka pasti berjuang dengan sekuat tenaga, bagaimana pun itu adalah ti

  • The Cursed Journey Of Zhura   Uluran

    Mereka berjalan beriringan menuju ke pemukiman. Sebenarnya jaraknya tidak jauh, tapi jalanan yang terjal membuat mereka harus mengeluarkan tenaganya dua kali lipat untuk melewatinya. Azhara tidak mengatakan apapun dan bungkam saat Yara yang digendongnya tak berhenti berbicara. Di belakang, Zhura tampak kepayahan. Sesekali gadis itu berhenti untuk membenarkan posisi dua keranjang di punggungnya. Angin yang sejuk menerpa tak lagi terasa karena seluruh perasaannya kini panas.Keadaan ramai menyambut mereka di padang rumput. Orang-orang sudah menata yurt mereka dengan indah, sementara sisanya ada menyiapkan berbagai kebutuhan untuk perayaan."Bibi, ini sayurannya. Kakak Lailla yang memanennya. Dia benar-benar bersemangat!" ungkap Yara menunjuk dua keranjang berisikan sayur-mayur, menarik turunkan alisnya pada Zhura."Wah, terima kasih, Nak. Kau sangat baik!" Ibu-ibu di bagian dapur tampak tersenyum ramah dan hangat."Tidak masalah, saya senang bisa membantu. Yara juga sangat bersemangat."

  • The Cursed Journey Of Zhura   Kembalinya Gelora

    Zhura sedang sibuk menggambar ulang peta yang diambil oleh orang-orang Shar menggunakan sisa-sisa ingatannya. Meskipun tidak rapi, tapi asalkan ia paham cara membaca jalur-jalurnya, maka itu sudah cukup. Ketika ia hampir menyelesaikan petanya, Yara tiba-tiba datang dan memaksa Zhura menggulung kembali kertasnya."Kakak Vi!" Yara membungkuk kelelahan, menunjuk ke luar tenda seraya terengah-engah. Bibirnya yang kecil terbuka lebar meraup udara ke dalam paru-parunya. Zhura bangkit dan berlari ke luar. Segera setelah itu, ia terpana. Tidak disangka, banyak sekali orang yang memenuhi penjuru padang, sepertinya perayaan sudah dimulai. Pantas saja ia terus mendengar suara bising sejak tadi."Tunggu dulu, aku belum selesai menjelaskan!" Yara menyusul dengan tertatih. "Kakak Vi ikut pertandingan pacu kuda! Dia ada di sana!""Apa? Bagaimana bisa dia melakukannya?" Zhura mengambil tangan Yara dan mengajaknya berlari. Yara yang tak siap akan tarikan hampir terjungkal."Gila, kau seperti singa! La

  • The Cursed Journey Of Zhura   Gelenyar

    Inara turun dari kereta kuda yang membawanya dan dua tabib lain dari istana. Dengan pakaian khas seperti halnya tabib-tabib lain, dia terlihat sangat percaya diri dengan penyamarannya. Nyatanya, ini adalah kali pertama ia menyusup, tentu saja ia masih awam soal aksi seperti ini. Jelas ada keraguan di hatinya, tapi gadis elf itu memiliki lebih banyak keyakinan untuk mengungkapkan kebenaran. Terlebih lagi, semua ini ia lakukan demi Zhura. Jika dalangnya belum ditemukan, maka keamanan temannya itu masih terancam."Ini ruangan Anda." Seorang pelayan mengantarkan Inara ke ruang istirahat. Masing-masing tabib punya satu ruangan."Terima kasih."Setelah membantunya menata barang-barang, pelayan itu undur diri. Inara mempunyai jadwal memeriksa tiga jam lagi, jadi dia masih mempunyai waktu luang. Meskipun begitu, dia tidak bisa menggunakan kesempatan itu untuk bersantai. Seperti yang diperintahkan Tabib Ma, ia harus melaporkan semua hal yang bisa ia temukan di paviliun ini. Gadis elf itu memba

  • The Cursed Journey Of Zhura   Kertas Harapan

    Malam perayaan dilaksanakan, orang-orang Wiyyam serentak keluar dari tenda dan berkumpul beratapkan langit. Sebagian perlombaan baru selesai saat matahari tenggelam, tapi keseruan masih terus berlanjut. Di penjuru pemukiman ini, anak-anak kecil masih saja sibuk kejar-kejaran penuh canda tawa. Api unggun besar pun dinyalakan di tengah padang sebagai penghangat. Meskipun dengan penerangan seadanya itu, acara berjalan begitu meriah.Banyak makanan, permainan, dan pertunjukan membuat padang rumput ini terlihat seperti pasar malam. Kini, Zhura sedang berkumpul bersama orang-orang mengelilingi api unggun. Tepat di sisi kanannya, ada Azhara yang duduk menyembunyikan wajah. Mereka semua bercakap-cakap riang, duduk melingkar seraya berbagi cerita. Cahaya dari nyala api di tengah membuat semua orang menjadi merah."Apa ini?" Zhura mencium minuman di gelasnya, terasa hangat dengan aroma kelapa."Jangan khawatir, itu bukan anggur." Kakek Maral menjawabnya, "Ini adalah minuman khas suku Wiyyam. Na

  • The Cursed Journey Of Zhura   Berkah Atau Bencana

    Inara berada di kamar dengan nuansa kayu. Ada aroma harum yang memenuhi ruang kamar itu, sepertinya itu berasal dari bunga-bunga yang diletakkan sebagai hiasan di beberapa sudut. Sekarang adalah jadwal bagi pemeriksaan kondisi Raja Amarhaz. Inara sengaja datang lebih awal, dengan itu ia dapat melihat pelayan-pelayan itu membantu mempersiapkan raja setelah mandi. Terkesan tidak baik, tapi seperti itulah caranya agar ia bisa melihat tubuh pria tua itu, tentu dengan batasan beberapa bagian tertentu.Dari balik tirai tranparan, mata elf itu menelusuri bagian demi bagian dari tubuh Raja Amarhaz. Ia mengembuskan napas lega saat tidak menemukan lambang bunga di sana. Itu berarti dia bukan dalangnya. Kini, Inara merasa tenang. Setelah pelayan itu menyilakan dirinya masuk, ia pun datang. Wajahnya tertutup kain, jadi ia identitas dirinya aman. Raja Amarhaz duduk di ranjang dengan lemah, wajahnya masih pucat dan dingin bahkan meski ia selalu mandi air hangat.Inara meminta izin untuk memeriksa k

Bab terbaru

  • The Cursed Journey Of Zhura   Kasih Tanpa Batas Waktu

    Langkah kaki menapaki satu demi satu langkah. Aroma kayu-kayuan yang samar tercium saat ia akhirnya sampai di tempat penuh pepohonan itu. Suara hewan-hewan malam lebih nyenyat karena beberapa di antaranya berhibernasi. Malam yang dingin menjadi sepi yang menghanyutkan. Seperti kunang-kunang yang terbang untuk melihat cahaya sendiri di kepingan salju, Zhura melawan segala macam kegundahan demi memastikan sendiri jawaban atas kebingungannya.Dan di sinilah ia sekarang, terpaku. Tepat seperti ingatannya, ada rumah kayu di hutan. Rumah ini kembali untuknya, atau ia yang kembali untuk rumah itu? Sesaat Zhura menarik napas panjang lalu mulai mengetuk pintunya. Tak ada seorang pun yang merespon, tapi daun pintunya terbuka sendiri. Angin bertiup dari dalam, memadamkan lenteranya. Saat itu juga ingatan kejadian-kejadian aneh kembali menyerangnya. Ditinggalkan lenteranya, mengikuti suara di kepalanya yang mengajaknya masuk lebih dalam."Ra ...?"Satu langkahnya memasuki ruangan terasa bak dentu

  • The Cursed Journey Of Zhura   Geletar Jiwa

    Tengah malam saat Zhura masih saja termenung di kamarnya. Ia terus terngiang-ngiang perkataan ibunya mengenai dunia lain yang kakeknya percayai. Lalu, sosok bermata violet yang mendatangi ibunya. Zhura yakin pernah bertemu dengannya. Tapi, kapan? Diraihnya buku tua di atas ranjang, ia membuka halaman demi halaman. Berbagai gambar dan kalimat ditampilkan di dalamnya dengan pudar. Tintanya tergerus waktu, menipis semakin tak terlihat.Gadis itu mengernyitkan kening saat melihat gambar dua ekor naga yang digambarkan kakeknya. Tak lama ia terperangah saat bayangan pertempuran besar terkilas di dinding kamarnya. Ia bergegas keluar, menapaki tangga dan berakhir di halaman rumahnya. Bulan tidak tampak, salju terlalu serakah menghujani malam. Ditatapnya gelang di sebelah tangannya, Zhura yang begitu frustasi lantas berusaha melepaskan paksa benda itu.Tapi, gagal. Gelang itu tak bisa terlepas. Kepasrahan menerjangnya, ia kelelahan menerka apa yang terjadi pada dirinya. Zhura jatuh terbaring d

  • The Cursed Journey Of Zhura   Segenggam Hati

    Beberapa hari terakhir berjalan dengan begitu melelahkan. Banyak orang mendatanginya untuk bertanya tentang keadaannya. Entah hanya untuk memenuhi rasa penasaran atau sampai dimuat di surat kabar. Kepergian Zhura yang sebenarnya hanya semalam menggegerkan seluruh warga. Mereka mulai memikirkan spekulasi yang tak berdasar seperti adanya penyihir jahat yang bersembunyi di hutan atau kemungkinan adanya kekuatan misterius yang melingkupi tempat itu. Zhura bahkan terlalu lelah untuk menjelaskan bahwa tak ada apapun yang terjadi, tapi pada kesempatan itu tak ada orang yang mendengarnya. Orang-orang itu malah semakin meningkatkan ketakutan mereka terhadap hutan tersebut. Sedikit demi sedikit rumor hutan itu menyebar, membuat tak seorang pun yang berani mendekat atau memasukinya. Satu bulan kemudian, kehebohan sudah mereda, tetap saja kawasan hutan itu nihil dari lalu lalang.Libur akhir tahun tiba, hari-hari yang ramai di desa menjadi semakin ramai. Berbagai festival dan perayaan diadakan d

  • The Cursed Journey Of Zhura   Firasat

    Aroma kayu-kayuan yang segar merisak penciumannya. Gelugutnya dingin membaur dari permukaan tempatnya terbaring. Satu dua embun menetes di wajahnya yang pucat. Pada saat matahari terbit lebih tinggi, mengantarkan kilau hangat yang membuatnya terjaga. Mata hijaunya beralih dari pohon satu ke pohon lain, ia berada di hutan. Tubuhnya segera terperanjat bangkit. Disingkirkannya salju yang menutupi sekujur tubuh seraya menatap ke sekeliling."Kenapa aku tidur di sini?"Gadis itu terlihat kebingungan, seakan-akan ia tak ingat dengan apa saja yang sudah ia lalui. Pada saat ia sibuk mencari tahu situasinya, suara langkah kaki terdengar mendekat."Hei, dia ada di sini!" Seorang yang ia kenali sebagai tetangganya mendekat, ia berteriak memanggil teman-temannya. Orang itu memperhatikan penampilan Zhura yang acak-acakan, lalu menanyainya banyak pertanyaan mengenai keadaannya. Tak lama kemudian orang-orang lain datang. Mereka tergopoh-gopoh mendekat dengan wajah lega."Zhura!" Seorang wanita paruh

  • The Cursed Journey Of Zhura   Kepergian

    "Tunggu!"Arlia berbalik saat ia mendengar seseorang menyerukan namanya. Gadis itu terlonjak saat melihat Ramia mendekat dengan napas tersengal-sengal. Sepertinya ia baru saja berlari mengejarnya sampai di dermaga."Kenapa sangat mendadak? Anda benar-benar harus pergi?" tanya Ramia gusar. Di balik jubahnya, pemuda itu masih menggunakan baju tidur. Ia belum bersiap saat mendengar kabar kepergian Arlia dari Inara. Dengan keadaan seadanya, ia melajukan kudanya mengejar Arlia yang hampir saja berangkat."Aku akan pergi ... sangat jauh," ujar Arlia.Keramaian yang ada di sekitarnya tiba-tiba senyap, seluruh perhatian pemuda itu terpusat pada bagaimana Arlia kini menatapnya dengan berkaca-kaca. Sisi yang selalu disembunyikannya rapat-rapat, ini pertama kalinya Ramia melihat betapa rapuhnya sosok itu."Kau pasti sudah tahu kalau keputusannya sudah dibuat. Yang Mulia Raja memberikan keringanan hukuman karena kontribusi ayahku pada bidang pemerintahan sebelumnya. Penyesuaian sudah disetujui ol

  • The Cursed Journey Of Zhura   Perpisahan

    Keesokan harinya, orang-orang berkumpul di balai. Pagi yang hangat mengalirkan arus sendu di wajah mereka. Setelah sekian kegiatan penghormatan, kini saat untuk Zhura pergi tiba. Tepat di tengah-tengah ada pintu portal yang dibukakan oleh sepuluh orang. Mereka berdiri berhadapan di sisi jalan, di mana Zhura akan melangkah memasuki portal itu. Dipeluknya teman-teman dengan erat tanda perpisahan. Zhura menarik sudut bibirnya untuk memberikan ketenangan pada setiap pribadi yang muram."Jaga dirimu baik-baik," ujar Valea."Jangan pernah lupakan kami, ya?" Inara membuat raut sedih.Melihat tingkah temannya itu, Zhura pun menahan gelak. "Jangan khawatir. Aku pasti akan baik-baik saja dan akan selalu mengingat kalian semua.""Awas saja kalau kau ingkar janji." Valea membuat gerakan memotong leher.Tawa pecah dari bibir Zhura, ia berpindah pada Arlia. Mereka tersenyum satu sama lain sebelum kemudian berpelukan. Gadis itu terlihat lebih terbuka dan hangat, itu perkembangan yang baik.Melepaska

  • The Cursed Journey Of Zhura   Hati

    Malam perayaan dilaksanakan penuh suka cita. Spemua orang di seluruh dataran kini berdiri di bawah langit malam yang bertabur bintang. Para gadis berkumpul di tempat luas bersama ribuan orang lain. Mereka semua kini tampil selayaknya sosok anggun dengan pemerah bibir. Semua penerangan pun dimatikan, hanya ada cahaya yang berasal dari lentera masing-masing. Dengan tinta yang harum, mereka menuliskan doa pada lentera, berharap kedamaian dan kemakmuran tercurah pada dunia baru.Beberapa saat kemudian, arahan dikeluarkan. Lentera-lentera mulai diterbangkan, detik itu juga malam menjadi berkepingan emas. Zhura pun ingin menerbangkan lentera miliknya. Tapi ia hampir putus asa menuliskan tinta di lenteranya hingga itu menjadi kusut. Maklum, permukaannya mudah robek jadi ia kesulitan. Pada saat atensinya terfokus pada kegiatannya, Azhara datang. Zhura sontak terkesiap kikuk berhadapan dengan pemuda itu.Melihat gelagat istrinya, menciptakan kerutan di kening Azhara. Menyadari kecanggungannya

  • The Cursed Journey Of Zhura   Kapuranta

    "Ibu, berapa orang yang kau ajak ke sini?!"Kegiatan dilanjutkan dengan ramah tamah dan jamuan. Masyarakat berkumpul menjadi satu di halaman kuil yang luas. Maklum, tamu yang datang tidak hanya dari Silvermist, melainkan dari seluruh Firmest. Valea duduk di tempat jamuan bersama sanak keluarganya yang juga hadir. Dengan tinta biru di kening yang terlihat mencolok di keramaian, gadis merah itu tampak anggun terbalut gaun putihnya. Meskipun begitu, wajah bulatnya justru terlihat sangar karena melihat apa yang dilakukan keluarganya. "Ibu tidak mungkin meninggalkan mereka di desa dan pergi hajatan meriah sendiri. Jadi kita ajak saja semua orang," jelas Shawarya abai, ia tak mengindahkan kekesalan putrinya dan malah sibuk mengurusi hidangan untuk semua keluarganya.Ayah Valea yang duduk di sisi istrinya pun mengangguk. "Benar, kita hendak mengajak seluruh desa tapi tumpangan terbatas, jadi kami hanya bisa membawa sedikit saudara."Valea memperhatikan satu per satu sanak saudaranya. Termas

  • The Cursed Journey Of Zhura   Wiwaha

    Dersik angin bertiup mengibaskan kain-kain berumbai yang dipasang menghiasi seluruh kota. Papan-papan bertuliskan ucapan selamat dipajang di setiap kediaman tanda suka cita pemiliknya. Kuil Halyziar yang menjadi tempat dilangsungkannya upacara, kini tampak memukau dengan dekorasi serta karpet besar nan tebal tergelar di ruangannya.Berbaris di kanan dan kiri altar, ratusan orang memenuhi tempat itu. Keluarga kerajaan, gadis suci, dan sisanya tamu undangan baik dari dalam atau pun luar Silvermist. Bukan hanya pakaian putih mereka yang seragam, sudah jelas tatapan mereka pun tertuju ke satu arah. Setiap sudut bibir kini menyajikan senyum sehangat mentari.Sepasang mempelai itu kini berjalan membelah kekaguman para tamu. Sinar matahari memaparkan kehangatan, tapi sedikit kegugupan justru yang membuatnya menggigil. Mengenakan jubah merah khas pengantin, Azhara dan Zhura berjalan beriringan. Bunga-bunga harum ditaburkan oleh dayang seiring langkah mereka. Sesekali kaki Zhura menginjak ujun

DMCA.com Protection Status