“Yang Mulia?”
Ein berbalik, menemukan Duke Servant dengan pakaian tidur yang terbalut jubah. Ia pikir pria itu langsung datang setelah membaca pesannya. “Maaf mengganggu istirahat Anda, Tuan Duke.”
“Tidak, Yang Mulia. Dari surat Anda ... apa sesuatu terjadi pada Raeliana?”
Ein menggeleng. “Ada sesuatu yang ingin aku tanyakan. Mari duduk dulu.”
Ein dan Duke Servant akhirnya memutuskan untuk duduk berhadapan di kursi gazebo itu. Sudah lama sekali Ein tidak datang ke lapangan latihan keluarga Servant. Terakhir saat berusia 11 tahun. Tempat ini merupakan lapangan latihan di mana terdapat sebuah gazebo tempat Raeliana kecil menghabiskan waktu belajar sambil memperhatikan para kesatria keluarga berlatih.
“Apa itu, Yang Mulia?”
“Saat peristiwa Zelmehir, apa Anda dan baginda
Xain menggebrak meja.Sudah sebulan lamanya ia mencari tanpa istirahat. Beruntung sekali ia tidak membutuhkan makan dan tidur secara rutin seperti manusia bisa. Jika tidak, ia mungkin sudah mati.Selama sebulan Xain mengacak-acak isi perpustakaan suci, tidak membuahkan hasil sama sekali. Bahkan rak-rak buku sudah nyaris kosong karena isinya berserakan di lantai. Tetapi pada akhirnya tidak sia-sia. Buku yang ada di depannya sekarang ini dengan jelas memberitahu melalui tulisan kalau pertukaran jiwa sempat tercatat dalam sejarah Sihir Kuno.Kejadian seperti ini pernah terjadi sekali sekitar 1200 tahun yang lalu saat pembentukan benua. Fenomena seperti ini terjadi dikarenakan distorsi waktu kematian seseorang terbuka bersamaan. Namun, informasi semacam ini Xain juga sudah menyetahuinya. Ia butuh yang lebih lengkap.‘Tok … tok!’Pintu ruangan itu terbuka dan Han ma
Setelah melakukan teleportasi secara ekstrim, akhirnya Xain dan Han sampai ke wilayah Zelmehir. Tetapi ia tidak langsung masuk ke sana. Dengan perasaan marah dan kecewa, Xain mengamati tembok tinggi tempat itu. Kemudian menatap langit hitam tebal yang berada tepat di atas Zelmehir.Itu kutukan tepat untuk orang-orang yang melanggar terang.Pada akhirnya setelah 35 tahun, Xain kembali lagi ke tempat ini. Tempat kelahiran yang sangat ingin dimusnahkannya, tetapi tidak bisa. Zelmehir adalah kampung halamannya juga.Saat menerima laporan dari banyak wilayah tentang orang-orang yang kehilangan janin sampai kehilangan tubuh dari anggota keluarga yang meninggal, Xain tidak mengira itu ulah orang-orang di Zelmehir.Saat menyadarinya, mereka yang ada di sana sudah tersesat bersama seorang bocah muda bernama Rict Horton. Padahal tadinya Xain sudah berpikir akan memberikan gelarnya pada anak itu ketika dewasa k
Raeli tertegun mendengar ucapan pangeran. Pria ini demam, ya? Kenapa mengucapkan hal yang bikin Raeli malu seperti itu, sih? Kalau sudah dilamar oleh orang yang dicintai seperti ini, apa ia punya celah menolak?“Raeliana?”“Ekhem!” Raeli berdehem untuk mencairkan keadaan. “Kau tidak sedang gila karena terlalu lama mencari dokumen yang seperti gunung ‘kan?”“Kenapa?” tanya pangeran.“Apanya yang kenapa?”“Kau mengalihkan pembicaraan.” Pangeran mengerutkan kening.“Siapa yang mengalihkan pembicaraan? Tidak!”“Jadi, kau tidak mau menikah denganku?” tanya pangeran dengan pandangan penuh selidik.“Tidak. Bukan begitu.”“Jadi, kau mau?”“Tidak begitu ju
Rict menutup buku bacaannya dan berdiri membelakangi pintu. Ia melihat pada pohon-pohon yang perlahan mulai gundul karena gugur. Sebentar lagi perburuan akan diadakan. Kali ini perburuan itu harus dilaksanakan.Lagi-lagi ia melirik buku yang ada di atas meja. Jadi, begitu. Alasan Raeliana merayunya dan belajar sihir adalah untuk melarikan diri. Gadis itu nekad juga. Ternyata ada hal semacam itu.Walau tumbuh sebagai gadis baik-baik, ternyata Raeliana De Servant sangat pintar. Gadis itu mencari sendiri solusi untuk melarikan diri dari kisah yang sudah Rict buat untuknya. Tetapi sama sekali tidak berjalan mulus. Ein tetap saja jatuh cinta pada Raeliana yang jiwanya tertukar.“Bodoh,” gumam Rict.Betapa tidak inginnya Raeliana memilih Rict sampai rela melakukan ritual dan mencari sendiri jiwa untuk menggantikannya. Apakah sebelum melakukan hal itu Raeliana tahu konsekuensi yang akan ditanggu
Raeli menatap belasan contoh warna pita yang tersusun rapi di atas meja. Ia sebenarnya ingin menemui pangeran dan bertanya tentang penemuannya semalam. Tetapi pangeran sedang meninjau wilayah perburuan. Karena tahun lalu tidak diadakan, tahun itu harusnya lancar.“Kau belum memutuskannya, Raeliana?” tanya Liliane yang tersenyum lebar sambil memegang pita kain warna ungu terang dan beberapa pernak-pernik kecil. Sebagian pernak-pernik itu sudah mulai ditempel pada pita.Permaisuri yang juga ada bersama mereka tertawa kecil.Raeli langsung mengalihkan pandangannya pada permaisuri. “Aku masih bingung.”“Kau bisa memilih kapan pun,” kata permaisuri. “Aku juga kebingungan saat pertama kali membuat untaian di pesta perburuan pertamaku.”“Ibu binggung?” tanya Liliane.Permaisuri mengangguk. “Saat itu t
Tidak terasa waktu berlalu dengan luar biasa cepat dan hari perburuan pun dilaksanakan. Bahkan sejak malam itu, Raeli sama sekali belum bertemu dengan pangeran. Sebenarnya pria itu di mana, sih? Apa benar-benar sibuk atau hanya untuk menghindari Raeli?Raeli benar-benar tidak habis pikir. Pangeran menyebalkan itu melamarnya dengan tidak romantis, kemudian membuat Raeli kesal lagi dengan menutup-nutupi apa yang ia dapat malam itu.Apa semua pangeran memang begitu, ya?Raeli menggeleng, mengusir pikiran tentang pangeran. Ya, sebenarnya ia memikirkan apa yang akan dilakukan saat bertemu pria itu nanti. Haruskah Raeli diam-diam membawa sepatu cadangan? Jadi, saat melihat pangeran ia bisa melempar sepatunya ke kepala pria itu sebelum orang lain lihat.Tidak, tidak!Tanpa sadar Raeli jadi memegang kepalanya. Apa terlalu sering bersama pangeran membuatnya ikut-ikutan jadi gila? Sekarang
Nero menjerit di udara dan Ein mendongak. Elang itu cepat sekali besarnya.“Anda tidak apa-apa, Yang Mulia?” tanya Carry.“Aku baik-baik saja,” jawab Ein.Ein tahu persis apa yang Carry tanyakan. Mengenai adiknya dan Duke Sharakiel yang datang tanpa tahun malu, meminta untaian pada putri mahkota. Sepertinya pria itu terang-terangan bilang pada Ein kalau dia masih memiliki kesempatan untuk merebut Raeliana.“Memangnya apa yang terjadi tadi?”Ein melirik pada Charael yang penasaran. Tentu saja pria itu tidak tahu apa-apa. Kalau Charael juga ada di sana saat Rict mendatangi Raeliana, mungkin saja pembicaraan takkan sesingkat itu.“Tidak ada,” balas Ein dengan tegas. “Berburulah dengan baik.”***Raeli mengangkat gelas tehnya dan minum. Entah bagaimana i
“Aku tidak mengerti,” kata Marreya saat sudah kembali ke tenda dengan alasan mengantuk. “Kenapa ayah menyukai orang seperti dia? Padahalkan nanti dia juga akan mati.”Rosalia memiringkan kepalanya dan tersenyum pada Marreya. Dengan pelan berlutut untuk memegang tangan Marreya. “Anda harus bersabar, Nona. Bukankah Tuan sudah meminta tolong?”Marreya bersedekap. “Memangnya kalau ayah mendapatkan Raeliana, apakah itu bisa mencegah kematiannya? Tidak.”“Tuan yang merancang hidupnya dan tuan juga yang mengutuknya. Jadi, hanya tuan yang bisa membatalkan kutukan itu. Dengan syarat kalau gadis itu memilih Tuan Rict.”“Apa peduliku.”“Nona—”“Iya, aku mengerti,” potong Marreya setengah kesal. Kemudian menatap lekat Rosalia. “Tubuhmu yang sebelumnya itu rus
Beberapa bulan setelah Raeli bangun dan kembali menjalani hidupnya sebagai putri tunggal Servant dan putri mahkota, tiba-tiba saja istana jadi heboh. Beberapa orang datang silih berganti menemui Raeli dengan membawa berbagai macam gaun pengantin. Memangnya siapa yang mau menikah?Belum lagi para pelayan ditambah untuk mempersiapkan acara di istana terpisah yang biasanya dibuka untuk acara-acara besar saja. Beberapa kali Raeli dipanggil untuk mencicipi menu makanan. Lalu keamanan istana juga makin diperketat. Pasukan ditambah, baik dari keluarga Servant bahkan sampai keluarga Sharakiel yang diperintahkan langsung oleh Mareyya.Sebenernya ada apa, sih? Apa ada yang mau menikah di istana? Apa baginda kaisar mau menikah lagi?Sebenarnya sampai sekarang Raeli masih sulit memercayai bahwa Mareyya itu adalah anak kecil biasa. Anak itu terlihat seperti orang dewasa dengan naturalnya. Dia bahkan mengatur urusan rumah tangga Shara
“Ha ha ha!”Ein dan Xain menoleh pada Teja yang tiba-tiba saja tertawa keras setelah melihat apa yang terjadi pada Mareyya. Apa pria itu sebenarnya gila?“Lucu sekali, ya. Padahal ayahnya orang yang dikutuk dewa,” kata Teja dengan senyum lebar sambil mengawasi kotak tempat Raeliana dan Mareyya berada. “Sepertinya Reid sudah menentukan bayaran atas apa yang sudah si penyihir itu lakukan.”“Apa maksudmu?” tanya Xain.Teja menunjuk pada cahaya yang bersinar di bawah tangan Mareyya. “Kekuatannya mirip dengan pendeta agung pertama.”“Pendeta agung pertama?” ulang Ein.Kalau pendeta agung pertama itu berarti orang yang sudah membangun kekaisaran ini bersama kaisar pertama. Orang yang katanya bisa melihat kemakmuran pada Easter jika mereka membangun sebuah negara. Dengan kata lain, pendeta agung
Ein, Xain dan Teja melihat saja saat Mareyya bergerak mendekati kotak sihir di mana Raeliana terbaring di dalamnya. Anak itu hanya berdiri di sisi kotak sambil menatap Raeliana.Sulit dipercaya bahwa Mareyya cocok dengan sihir suci milik Xain. Ternyata anak itu memang anak normal. Hanya saja lebih cepat dewasa karena didikan ayahnya yang mendoktrin bahwa Mareyya harus bisa mengurus keluarga sejak dini. Itu berarti Mareyya sudah tahu bahwa ayahnya cepat atau lambat akan mati.Sebenarnya Ein tahu bahwa Xain tidak memercayai anak itu. Namun, Ein memintanya untuk mengizinkan Mareyya bertemu Raeliana. Anak kecil tidak akan bisa melakukan sesuatu yang aneh.Padahal baru saja Ein berpikir seperti itu, tiba-tiba saja Mareyya melirik dari balik bahunya pada mereka. Tersenyum kecil dan matanya terlihat bercahaya. Lalu sesaat kemudian anak itu melangkah lebar ke kotak di mana Raeliana melayang di dalamnya dan tertidur. 
Ein memberikan surat terakhir pada ajudan baginda kaisar. Sepertinya keributan yang terjadi di istana sampai menghancurkan kediaman pangeran cukup menggemparkan. Beberapa bangsawan yang memang setia pada keluarga kaisar dan negara tetangga pun mengirimkan surat untuk menanyai kabar atau apakah pangeran butuh bantuan.Namun, tidak Ein sangka bahwa pertarungan dengan Rict jadi sangat-sangat singkat. Bahkan seolah tidak pernah ada. Kabarnya juga Xain menggunakan sihir lama untuk menghapus kenangan tentang sebagian adu mulut Raeliana dan Kroma hari itu.“Yang Mulia?”Ein mengangkat kepala pada Charael dan Carry yang baru saja masuk ruangannya bersamaan.“Bagaimana keadaan di sana?” tanya Ein sambil berdiri dan mengitari meja. Bersandar pada bagian depan meja kerjanya, menatap dua kesatria itu.“Setelah melalui investigasi, tidak ada yang aneh di kediaman
“Bangunlah.”Raeli membuka mata yang sebelumnya berat karena mengantuk dan ia merasa lantai tempat dirinya berbaring sangatlah dingin. Setelah itu ia melihat seseorang tersenyum tipis padanya sambil berdiri.Raeli bangkit untuk duduk. “Apa kita sudah mati?” tanya Raeli pada orang itu.“Entahlah.”“Jadi … siapa aku harus memanggilmu? Thantiana atau Raeliana?”“Namaku Thantiana. Bukankah Raeliana itu dirimu?”Raeli mendengkus. Apa-apaan itu? Dirinya kan dipaksa masuk ke tubuh Raeliana karena perbuatan wanita itu juga yang sekarang mengaku sebagai Thantiana.“Aku bukan Raeliana,” sangkal Raeli dengan suara pelan.“Tapi ada orang yang ingin kau tetap hidup sebagai Raeliana yang dicintainya.”Ein.
“Antar aku ke sana, Ercher,” kata Raeli.Lingkaran sihir Ercher menyala lagi. Pada saat itulah Raeli bisa melihat di sisi lain bangunan ada para kesatria yang terluka. Rict menyerang mereka. Lalu dalam sekejap mata mereka berpindah ke kamar pangeran yang hancur. Raeli bisa melihat Charael dan Tristan yang langsung bersiaga di dekat Ein.“Raeliana?” panggil Ein. “Jika kau bangun, seharusnya kau tetap tinggal di sana. Kenapa kau—”Raeli melirik sekilas dari balik bahunya. Saat membuat kesepakatan dengan Raeliana, ia sudah memilih keputusan. Semua kemalangan ini disebabkan oleh Raeliana sendiri. Bukankah wanita ini sudah tidak boleh hidup dan bersanding dengan putra mahkota?Raeli tidak ingin goyah, maka dari itu ia membuang wajah dari Ein.“Ah, Tuan Putri akhirnya bangun juga,” sindir Teja sambil berdiri.Ra
“Saat pertama kali bertemu, aku sudah tahu.”Orang-orang di ruangan itu mendadak syok mendengar suara Raeli. Bahkan Xain dan keluarga Servant pun nyaris melotot, tidak mengeluarkan suara saat mendengar dan melihat Raeli berdiri. Gadis itu seperti orang yang berbeda. Cara bicaranya yang dingin menyita perhatian.Raeli yang baru saja berdiri sedikit terhuyung karena kakinya yang sudah lama tidak digerakan malah dipaksa berdiri. Namun, sejak awal ia sudah membuat kesepakatan dengan Raeliana yang asli. Jika masalah ini selesai, ia bisa memilih meski dirinya sendiri tahu tidak ada pilihan yang lebih bagus dari yang Raeliana tawarkan.“Mareyya tidak mudah dekat dengan orang lain. Kalau ada orang yang dekat dengannya itu orang yang biasa bekerja di rumah Sharakiel,” kata Raeli sambil berjalan pelan menuruni mimbar singgahsana. “Apa itu tubuh barumu … Kroma?”Rosali
“Aku sudah bilang, aku tidak mau kembali ke sana,” kata Sheriel setelah sadar dari mimpi buruk kematian yang dialaminya untuk kedua kali. Saat membuka mata ia hanya tinggal bersama Raeliana. Lagi.“Aku tahu kau takut,” kata Raeliana. “Aku juga takut. Makanya aku melarikan diri. Tapi aku punya janji.”“Pada Ein?” Sheriel membuang muka. Entah kenapa membayangkan orang yang dicintai Ein berdiri di depannya itu terasa menjengkelkan.Raeliana menggeleng. “Pada Tuan Rict. Aku sudah berjanji untuk pergi pada Reid bersamanya. Itulah yang aku ingat setelah bereinkarnasi sebagai Raeliana. Ingatan terakhir pada kehidupan Thantiana.”“Aku tidak mau tahu.”“Jika kau tidak kembali ke Easter, Ein mungkin akan mati dan semua usahaku akan sia-sia.”“Kau yang menempatkan aku di situasi se
Berhari-hari sudah berlalu, ternyata benar kalau Sheriel hanya mengalami mimpi buruk yang panjang. Sebab, jangankan tertabrak truk, bahkan novel ‘Sang Permaisuri Pilihan’ itu saja tidak pernah terdaftar di dunia ini.Jadi, hidup Sheriel kembali normal. Ia pergi bekerja sambil mengantarkan Yuko ke sekolah. Saat pulang, Yuko akan menunggunya di tempat kerja.“Kakak sudah berhenti mencari tahu tentang mimpi aneh itu?” Yuko mendesah jenuh.“Lagi pula kan memang hanya mimpi semata. Jadi ... kupikir ya sudahlah. Aku akan melupakannya.”Tetapi anehnya setelah Sheriel mengatakan itu, hatinya jadi terasa sangat sakit. Hatinya merasakan rasa menyengat akan sesak. Ada yang kosong. Namun, Sheriel tidak ingin menghubungkannya dengan mimpi aneh itu. Justru ia gila kalau membawa-bawa perasaan cinta yang berasal dari mimpi itu ke dunia nyata.“Tapi, Yuko