Raeli menatap belasan contoh warna pita yang tersusun rapi di atas meja. Ia sebenarnya ingin menemui pangeran dan bertanya tentang penemuannya semalam. Tetapi pangeran sedang meninjau wilayah perburuan. Karena tahun lalu tidak diadakan, tahun itu harusnya lancar.
“Kau belum memutuskannya, Raeliana?” tanya Liliane yang tersenyum lebar sambil memegang pita kain warna ungu terang dan beberapa pernak-pernik kecil. Sebagian pernak-pernik itu sudah mulai ditempel pada pita.
Permaisuri yang juga ada bersama mereka tertawa kecil.
Raeli langsung mengalihkan pandangannya pada permaisuri. “Aku masih bingung.”
“Kau bisa memilih kapan pun,” kata permaisuri. “Aku juga kebingungan saat pertama kali membuat untaian di pesta perburuan pertamaku.”
“Ibu binggung?” tanya Liliane.
Permaisuri mengangguk. “Saat itu t
Tidak terasa waktu berlalu dengan luar biasa cepat dan hari perburuan pun dilaksanakan. Bahkan sejak malam itu, Raeli sama sekali belum bertemu dengan pangeran. Sebenarnya pria itu di mana, sih? Apa benar-benar sibuk atau hanya untuk menghindari Raeli?Raeli benar-benar tidak habis pikir. Pangeran menyebalkan itu melamarnya dengan tidak romantis, kemudian membuat Raeli kesal lagi dengan menutup-nutupi apa yang ia dapat malam itu.Apa semua pangeran memang begitu, ya?Raeli menggeleng, mengusir pikiran tentang pangeran. Ya, sebenarnya ia memikirkan apa yang akan dilakukan saat bertemu pria itu nanti. Haruskah Raeli diam-diam membawa sepatu cadangan? Jadi, saat melihat pangeran ia bisa melempar sepatunya ke kepala pria itu sebelum orang lain lihat.Tidak, tidak!Tanpa sadar Raeli jadi memegang kepalanya. Apa terlalu sering bersama pangeran membuatnya ikut-ikutan jadi gila? Sekarang
Nero menjerit di udara dan Ein mendongak. Elang itu cepat sekali besarnya.“Anda tidak apa-apa, Yang Mulia?” tanya Carry.“Aku baik-baik saja,” jawab Ein.Ein tahu persis apa yang Carry tanyakan. Mengenai adiknya dan Duke Sharakiel yang datang tanpa tahun malu, meminta untaian pada putri mahkota. Sepertinya pria itu terang-terangan bilang pada Ein kalau dia masih memiliki kesempatan untuk merebut Raeliana.“Memangnya apa yang terjadi tadi?”Ein melirik pada Charael yang penasaran. Tentu saja pria itu tidak tahu apa-apa. Kalau Charael juga ada di sana saat Rict mendatangi Raeliana, mungkin saja pembicaraan takkan sesingkat itu.“Tidak ada,” balas Ein dengan tegas. “Berburulah dengan baik.”***Raeli mengangkat gelas tehnya dan minum. Entah bagaimana i
“Aku tidak mengerti,” kata Marreya saat sudah kembali ke tenda dengan alasan mengantuk. “Kenapa ayah menyukai orang seperti dia? Padahalkan nanti dia juga akan mati.”Rosalia memiringkan kepalanya dan tersenyum pada Marreya. Dengan pelan berlutut untuk memegang tangan Marreya. “Anda harus bersabar, Nona. Bukankah Tuan sudah meminta tolong?”Marreya bersedekap. “Memangnya kalau ayah mendapatkan Raeliana, apakah itu bisa mencegah kematiannya? Tidak.”“Tuan yang merancang hidupnya dan tuan juga yang mengutuknya. Jadi, hanya tuan yang bisa membatalkan kutukan itu. Dengan syarat kalau gadis itu memilih Tuan Rict.”“Apa peduliku.”“Nona—”“Iya, aku mengerti,” potong Marreya setengah kesal. Kemudian menatap lekat Rosalia. “Tubuhmu yang sebelumnya itu rus
Ini untuk yang kesekian kalinya Raeli menggeleng seharian ini. Meski sekarang sedang berendam dalam kolam yang katanya berisi air suci, tetapi tidak bisa menjernihkan pikirannya. Malahan ia sempat merasakan sakit saat menyentuh air ini.Apa, sih, yang terjadi sampai-sampai ia bisa berada di sini?Pertama-tama, Raeli menghadapi gerombolan lady-lady yang dibawa oleh Vivian dan menahan banyaknya sindiran. Lalu tiba-tiba saat sadar hari sudah sore. Mengejutkannya lagi Pangeran Ein dan Rict mendatanginya sambil memberikan buruan yang tidak bisa dipastikan lebih besar yang mana.“Ah, kepalaku sakit. Kepalaku akan pecah!” rutuk Raeli.Kenapa ada banyak sekali orang yang membuatnya sakit kepala di dunia ini? Jika saja melepas kepala bukanlah hal yang menyeramkan, mungkin Raeli sudah melakukannya.“Ah, menyebalkan.”Tampaknya perburuan
“Kau gugup?” bisik Ein saat mengiringi Raeli masuk ke aula pemberkatan. Sudah banyak orang yang berkumpul untuk menyaksikan upacara tahun ini.Putri tunggal Servant sangat jarang datang ke pesta-pesta bangsawan, setidaknya sebagaian orang berpikir inilah saatnya untuk menyaksikan Raeliana De Servant yang bertunangan dengan putra mahkota—bagi orang yang tidak datang pada malam perayaan usai perang.Raeli memberikan senyum palsu. “Kau tahu aku akan gugup, tapi tetap saja kau dengan wajah tanpa dosa memberikan buruanmu padaku.”“Nero yang menemukannya.”“Jangan jadikan dia sebagai alasan persaingan, Pangeran.” Raeli membuang muka.“Jadi, kau akan lebih suka jika Duke Sharakiel yang memberikan buruan?” tanya Pangeran Ein dengan wajah tidak suka.Raeli menoleh sambil menyeringai. “Apa
Raeli memepercepat larinya begitu melihat Xain dan Pangeran Ein yang dikelilingi oleh Charael, Ercher dan salah seorang kesatria katedral. Bagaimana ini? ia tidak sabar untuk segera sampai pada orang-orang itu.“Ein!”Pangeran Ein menoleh mendengar panggilan Raeli dan mengerutkan kening. “Kenapa kau ke sini?”Raeli tidak memedulikan pertanyaan itu dan langsung saja memeluk pangeran. Ia butuh tempat untuk bersandar sekarang. Seluruh tubuhnya masih gemetar karena Rict.“Raeliana?” panggil Pangeran Ein sambil mendekap Raeli dengan sebelah lengannya. “Kau baik-baik saja?”Raeli menggeleng. Apakah sekarang dirinya terlihat baik-baik saja? Apakah ada wanita yang bisa baik-baik saja setelah diancam dengan kematian yang sudah dituliskan? Tidak ada.“Raeliana?” panggil Xain. “Bisakah kau melihatku?&rdqu
Raeli bergegas lari ke arah kamar tidur atas di toko roti, meninggalkan Anne selagi ia bisa meninggalkannya diam-diam. Setelah mendengar pembicaraan yang ganjil antara Xain dan Rict tempo hari, ada banyak investigasi yang dilakukan di katedral. Bahkan Raeli bisa dengan bebas berkeliaran karena orang-orang sedang sibuk. Namun, memang sangat sulit untuk lepas dari Ercher. Setelah merasa bisa menyingkirkan dua orang merepotkan—Ercher dan Anne, Raeli langsung melarikan diri dari istana. Saat hari perburuan, Kris sempat mendatangi Raeli dan bertanya kenapa ia tidak membawa anak panah, padahal katanya Raeliana akan ikut berburu jika akhirnya bisa hadir di perburuan musim dingin. Setelah selama ini Raeli baru ingat kalau Kris pernah bilang ia bisa memanah. Raeli langsung mengunci pintu kamar itu dan berjalan cepat ke arah tempat tidur tingkat yang ada di sudut kamar—dekat jendela. Ia harus cepat menemukan benda itu, lalu kembali ke istana sebel
“Aku ingin bertemu dengan putri itu.”“Ha!” Xain yang baru saja ingin merebahkan tubuhnya di sofa itu mendadak kembali duduk dengan ekpresi tercengang dan nyaris menganga. Apa yang baru saja di dengarnya?Belum genap 2 jam Teja kembali ke katedral dan menemui Xain, pria itu sudah mengatakan hal macam-macam. Tentang sesuatu yang mungkin tidak Xain dengar di Zelmehir tempo waktu itu, bahkan kemungkinan terburuk. Sekarang Teja bicara ingin bertemu dengan putri yang jiwanya tertukar itu?Apa telinga Xain kemasukan serangga?“Aku ingin memastikannya sendiri.” Teja berdiri dan bergerak memasang kembali tudung kepalanya.Xain berdiri dengan panik. Tidak ada orang di kekaisaran ini yang mengingat Teja atau mengenali Teja. Bagaimana jika pangeran bertemu Teja dan menyerangnya karena dianggap mengancam Raeliana?“Tunggu,
Beberapa bulan setelah Raeli bangun dan kembali menjalani hidupnya sebagai putri tunggal Servant dan putri mahkota, tiba-tiba saja istana jadi heboh. Beberapa orang datang silih berganti menemui Raeli dengan membawa berbagai macam gaun pengantin. Memangnya siapa yang mau menikah?Belum lagi para pelayan ditambah untuk mempersiapkan acara di istana terpisah yang biasanya dibuka untuk acara-acara besar saja. Beberapa kali Raeli dipanggil untuk mencicipi menu makanan. Lalu keamanan istana juga makin diperketat. Pasukan ditambah, baik dari keluarga Servant bahkan sampai keluarga Sharakiel yang diperintahkan langsung oleh Mareyya.Sebenernya ada apa, sih? Apa ada yang mau menikah di istana? Apa baginda kaisar mau menikah lagi?Sebenarnya sampai sekarang Raeli masih sulit memercayai bahwa Mareyya itu adalah anak kecil biasa. Anak itu terlihat seperti orang dewasa dengan naturalnya. Dia bahkan mengatur urusan rumah tangga Shara
“Ha ha ha!”Ein dan Xain menoleh pada Teja yang tiba-tiba saja tertawa keras setelah melihat apa yang terjadi pada Mareyya. Apa pria itu sebenarnya gila?“Lucu sekali, ya. Padahal ayahnya orang yang dikutuk dewa,” kata Teja dengan senyum lebar sambil mengawasi kotak tempat Raeliana dan Mareyya berada. “Sepertinya Reid sudah menentukan bayaran atas apa yang sudah si penyihir itu lakukan.”“Apa maksudmu?” tanya Xain.Teja menunjuk pada cahaya yang bersinar di bawah tangan Mareyya. “Kekuatannya mirip dengan pendeta agung pertama.”“Pendeta agung pertama?” ulang Ein.Kalau pendeta agung pertama itu berarti orang yang sudah membangun kekaisaran ini bersama kaisar pertama. Orang yang katanya bisa melihat kemakmuran pada Easter jika mereka membangun sebuah negara. Dengan kata lain, pendeta agung
Ein, Xain dan Teja melihat saja saat Mareyya bergerak mendekati kotak sihir di mana Raeliana terbaring di dalamnya. Anak itu hanya berdiri di sisi kotak sambil menatap Raeliana.Sulit dipercaya bahwa Mareyya cocok dengan sihir suci milik Xain. Ternyata anak itu memang anak normal. Hanya saja lebih cepat dewasa karena didikan ayahnya yang mendoktrin bahwa Mareyya harus bisa mengurus keluarga sejak dini. Itu berarti Mareyya sudah tahu bahwa ayahnya cepat atau lambat akan mati.Sebenarnya Ein tahu bahwa Xain tidak memercayai anak itu. Namun, Ein memintanya untuk mengizinkan Mareyya bertemu Raeliana. Anak kecil tidak akan bisa melakukan sesuatu yang aneh.Padahal baru saja Ein berpikir seperti itu, tiba-tiba saja Mareyya melirik dari balik bahunya pada mereka. Tersenyum kecil dan matanya terlihat bercahaya. Lalu sesaat kemudian anak itu melangkah lebar ke kotak di mana Raeliana melayang di dalamnya dan tertidur. 
Ein memberikan surat terakhir pada ajudan baginda kaisar. Sepertinya keributan yang terjadi di istana sampai menghancurkan kediaman pangeran cukup menggemparkan. Beberapa bangsawan yang memang setia pada keluarga kaisar dan negara tetangga pun mengirimkan surat untuk menanyai kabar atau apakah pangeran butuh bantuan.Namun, tidak Ein sangka bahwa pertarungan dengan Rict jadi sangat-sangat singkat. Bahkan seolah tidak pernah ada. Kabarnya juga Xain menggunakan sihir lama untuk menghapus kenangan tentang sebagian adu mulut Raeliana dan Kroma hari itu.“Yang Mulia?”Ein mengangkat kepala pada Charael dan Carry yang baru saja masuk ruangannya bersamaan.“Bagaimana keadaan di sana?” tanya Ein sambil berdiri dan mengitari meja. Bersandar pada bagian depan meja kerjanya, menatap dua kesatria itu.“Setelah melalui investigasi, tidak ada yang aneh di kediaman
“Bangunlah.”Raeli membuka mata yang sebelumnya berat karena mengantuk dan ia merasa lantai tempat dirinya berbaring sangatlah dingin. Setelah itu ia melihat seseorang tersenyum tipis padanya sambil berdiri.Raeli bangkit untuk duduk. “Apa kita sudah mati?” tanya Raeli pada orang itu.“Entahlah.”“Jadi … siapa aku harus memanggilmu? Thantiana atau Raeliana?”“Namaku Thantiana. Bukankah Raeliana itu dirimu?”Raeli mendengkus. Apa-apaan itu? Dirinya kan dipaksa masuk ke tubuh Raeliana karena perbuatan wanita itu juga yang sekarang mengaku sebagai Thantiana.“Aku bukan Raeliana,” sangkal Raeli dengan suara pelan.“Tapi ada orang yang ingin kau tetap hidup sebagai Raeliana yang dicintainya.”Ein.
“Antar aku ke sana, Ercher,” kata Raeli.Lingkaran sihir Ercher menyala lagi. Pada saat itulah Raeli bisa melihat di sisi lain bangunan ada para kesatria yang terluka. Rict menyerang mereka. Lalu dalam sekejap mata mereka berpindah ke kamar pangeran yang hancur. Raeli bisa melihat Charael dan Tristan yang langsung bersiaga di dekat Ein.“Raeliana?” panggil Ein. “Jika kau bangun, seharusnya kau tetap tinggal di sana. Kenapa kau—”Raeli melirik sekilas dari balik bahunya. Saat membuat kesepakatan dengan Raeliana, ia sudah memilih keputusan. Semua kemalangan ini disebabkan oleh Raeliana sendiri. Bukankah wanita ini sudah tidak boleh hidup dan bersanding dengan putra mahkota?Raeli tidak ingin goyah, maka dari itu ia membuang wajah dari Ein.“Ah, Tuan Putri akhirnya bangun juga,” sindir Teja sambil berdiri.Ra
“Saat pertama kali bertemu, aku sudah tahu.”Orang-orang di ruangan itu mendadak syok mendengar suara Raeli. Bahkan Xain dan keluarga Servant pun nyaris melotot, tidak mengeluarkan suara saat mendengar dan melihat Raeli berdiri. Gadis itu seperti orang yang berbeda. Cara bicaranya yang dingin menyita perhatian.Raeli yang baru saja berdiri sedikit terhuyung karena kakinya yang sudah lama tidak digerakan malah dipaksa berdiri. Namun, sejak awal ia sudah membuat kesepakatan dengan Raeliana yang asli. Jika masalah ini selesai, ia bisa memilih meski dirinya sendiri tahu tidak ada pilihan yang lebih bagus dari yang Raeliana tawarkan.“Mareyya tidak mudah dekat dengan orang lain. Kalau ada orang yang dekat dengannya itu orang yang biasa bekerja di rumah Sharakiel,” kata Raeli sambil berjalan pelan menuruni mimbar singgahsana. “Apa itu tubuh barumu … Kroma?”Rosali
“Aku sudah bilang, aku tidak mau kembali ke sana,” kata Sheriel setelah sadar dari mimpi buruk kematian yang dialaminya untuk kedua kali. Saat membuka mata ia hanya tinggal bersama Raeliana. Lagi.“Aku tahu kau takut,” kata Raeliana. “Aku juga takut. Makanya aku melarikan diri. Tapi aku punya janji.”“Pada Ein?” Sheriel membuang muka. Entah kenapa membayangkan orang yang dicintai Ein berdiri di depannya itu terasa menjengkelkan.Raeliana menggeleng. “Pada Tuan Rict. Aku sudah berjanji untuk pergi pada Reid bersamanya. Itulah yang aku ingat setelah bereinkarnasi sebagai Raeliana. Ingatan terakhir pada kehidupan Thantiana.”“Aku tidak mau tahu.”“Jika kau tidak kembali ke Easter, Ein mungkin akan mati dan semua usahaku akan sia-sia.”“Kau yang menempatkan aku di situasi se
Berhari-hari sudah berlalu, ternyata benar kalau Sheriel hanya mengalami mimpi buruk yang panjang. Sebab, jangankan tertabrak truk, bahkan novel ‘Sang Permaisuri Pilihan’ itu saja tidak pernah terdaftar di dunia ini.Jadi, hidup Sheriel kembali normal. Ia pergi bekerja sambil mengantarkan Yuko ke sekolah. Saat pulang, Yuko akan menunggunya di tempat kerja.“Kakak sudah berhenti mencari tahu tentang mimpi aneh itu?” Yuko mendesah jenuh.“Lagi pula kan memang hanya mimpi semata. Jadi ... kupikir ya sudahlah. Aku akan melupakannya.”Tetapi anehnya setelah Sheriel mengatakan itu, hatinya jadi terasa sangat sakit. Hatinya merasakan rasa menyengat akan sesak. Ada yang kosong. Namun, Sheriel tidak ingin menghubungkannya dengan mimpi aneh itu. Justru ia gila kalau membawa-bawa perasaan cinta yang berasal dari mimpi itu ke dunia nyata.“Tapi, Yuko